Professional Documents
Culture Documents
. All
of them are mainly reverse sloped terraces of varying widths. Later another
type of terracing was added: Intermittent terraces (see FAO Conservation
Guide 13/3).
52
Pertanian organik dapat meningkatkan produktivitas lahan. Sumber:
http://www.tribunnews.com/2011/03/20/pertanian-organik-tingkatkan-
produktivitas-lahan-gambut.
5.5. KEMAMPUAN WILAYAH
1. Kemampuan wilayah
a. Cara penilaian Kemampuan wilayah
Sambil menunggu cara kwantitatif yang lebih sempurna, maka disini
dikemukakan suatu cara penilaian kemampuan wilayah. Cara ini merupakan
integrasi cara penilaian angk-angka oleh LPTP bogor dengan cara penilaian
fakta-fakta lapang oleh SCS, Amerika Serikat. Dasarnya ialah kuantitati.
Sifatnya diaknotik dan umum. Prinsip penilaian ialah membandingkan
besarnya peranan faktor-faktor penghambat dan bahaya dalam usaha
penilaian terhadap sifat-sifat tanah. Sebagai dasar digunakan satuan peta
tanah dari jenis peta tanah.
Faktor dibagi dalam faktor menguntungkan dan faktor merugikan.
Sifat-sifat tanah digolongkan faktor menguntungkan. Sifat ini terdiri dari:
53
- kandungan unsur hara tanaman (Plant Nutrient Contents =
PNC)
- hubungan kelembaban tanah-tanaman (Plant Soil Moisture
Relationhip = PSM)
- Permeabilitas (Permeability = P)
- daya tahan terhadap erosi (Erosion Susceptibility = ES)
- kadar cadangan mineral (Mineral reserve = M).
Faktor lingkungan dibagi dalam faktor penghambat dan faktor bahaya,
keduanya merupakan faktor merugikan.
Faktor penghambat meliputi : Batu Besar ( Rock = R), Batu Kecil
(Stone = S), kongkresi ((Contretions = Cn), padas (Panlayer = Pa), muka air
tanah (Grounwater Table = GW), relief mikro (Micro Relief = MR), relief
makro mikro (Macro Relief = Re), dan lereng (Slope = Sl).
Faktor bahaya meliputi : kekeringan (Droughtness = D), salinitas
(Salinity = Sa), kadar racun (Toxicity = T), pengerutan (Shrinkage = Sh), banjir
(Overflow + O), dan erosi (Erosion = E).
Semua faktor tersebut dinilai dan dibandingkan secara relatif. Cara
penilaian mengikuti gagasan JONES, et al (1950) dengan beberapa modifikasi.
b. Dasar penilaian
Dasar-dasar penilaian angka-angka laboratorium ialah golongan
harkat menurut WICAKSONO (1953). Dasar penilaian fakta-fakta lapang
berpedoman pada penggolongan oleh SOEPRAPTOHARDJO, et al (Dok LPTP,
1964.
Angka yang diberikan kepada setiap unsur kemampuan wilayah
merupakan penilaian relatif dengan dasar : peranan tertinggi sesuatu sifat
terhadap unsur kemampuan diberi angka tertinggi (Lampiran 1).
Sifat-sifat tanah merupakan faktor menguntungkan dan dinilai
dengan angka positif ; ditinjau sifat fisik dan kimia lapisan atas (50 cm),
kecuali permeabilitas dan kedalaman efektif. Faktor sekeliling merupakan
faktor merugikan dan dinilai dengan angka negatif. Jumlah nilai (positif dan
negatif) menentukan nilai kemempuan wilayah.
c. Arti Kelas Kemampuan Wilayah
Masing-masing kelas kemampuan wilayah tersebut diatas
mempunyai perbedaan dalam taraf kemampuannya untuk digunakan.
Semakin besar pembatasannya, makin jelek kemampuannya, makin terbatas
kemungkinan penggunaannya.
54
Kawasan lahan kering kritis di pegunungan. Sumber: http://perbaikan-ummat.com/
5.6. INDEKS STORIE
Menurut Storie (Storie index) ada 4 faktor untuk mengharkatkan lahan, yaitu
A. Faktor untuk mengharkatkan profil fisik dari tanah yang
bersangkutan. Menurut faktor A tanah dikelompokkan menjadi 8
kelompok. Adapun keterangan beberapa kelompok sbb:
1. Tanah-tanah yang tedapat dalam kipas aluvial ditemukan di
lembah atau yang terdapat di dataran banjir atau endapan-
endapan sekunder lainnya yang masih muda yang belum
mengembangkan profil atau yang profilnya masih seragam.
2. Mencakup tanah-tanah seperti no 1 tetapi sudah
memperlihatkan perkembangan profil.
3. Mencakup tanah-tanah yang sudah memperlihatkan
perkembangan profil yang jelas.
4. Tanah-tanah yang terdapat di dataran yang lebih tua atau teras-
teras yang memiliki profil yang sudah jelas berkembang dan
sudah membentuk horizon B (horizon argilik). Penilaian ini
didasarkan atas ketebalan profil tanah atau kedalaman tanah
yang menghambat pertumbuhan akar. Profil yang tidak ada
55
perlapisan dinilai 100. apabila terdapat lapisan pembatas tetapi
pada jeluk lebih dari 1 m diberi nilai 70. Untuk yang mempunyai
lapisan pembatas kurang dari jeluk 1 m diberi nilai 50-60.
Semakin tua tanah maka nilainya semakin menurun, kandungan
haranya semakin rendah. Sehingga untuk tanah-tanah muda
diberi nilai 100, sedang untuk tanah-tanah tua diberi nilai 95-100.
Menurut Storie, lapisan pembatas akar tanaman nilainya
dianggap sama dan lebih penting daripada ketersediaan hara.
B. Faktor yang mencakup tekstur tanah lapisan atas.
1. Menurut Storie: Tekstur yang paling baik adalah tekstur
sedang yaitu geluh pasiran sangat halus, geluh pasiran
halus, geluh, dan geluh debuan diberi nilai 100.
2. Tekstur yang paling jelek adalah pasir, kerikil, kerakal
(gravely sand) diberi nilai 20-30
3. Pasir batuan diberi nilai 10-40.
C. Berdasarkan lereng
1. Yang paling baik adlah lerng datar sampai hampir datar
dengan kemiringan 0-2%, dan diberi nilai 100
2. Yang paling jelek adalah tanah yang lerengnya sangat
curam dengan kemiringan 45%, dan diberi nilai 5-30
Lereng yang curam atau sangat curam maka tanah-tanah yang
berada mudah tererosi.
D. Faktor X
Dengan memperhatikan kadar atau keadaan tanah:
1. Drainase
Yang paling baik diberi angka 100 sedang yang paling jelek
(rawa) diberi angka 10-40.
2. Alkalinitas
Alkalinitas berkaitan dengan pH. Jika pH tanah 8,5 maka dapat
dikatakan bahwa tanah tersebut alkalin karena kadar Na nya
tinggi. Tanah yang sangat alkalin diberi nilai 5-15, sedang yang
bebas dinilai 100. Sodik: lapisan tanah yang kaya Na
3. Kandungan hara atau kesuburan tanah
Jika kandungan hara tinggi maka diberi nilai 100. Sedang
serendah-rendahnya kandungan hara (miskin) diberi nilai 60-80.
Hal ini karena penangannannya dapat dilakukan dengan mudah,
yaitu pemupukan.
4. Kemasaman
56
Bergantung pada tingkat kemasaman, dan diberi nilai 80-95.
Perbedaan nilai juga ditentukan olah tanaman yang mampu
menyesuaikan dengan pH yang rendah.
5. Erosi
Erosi yang dimaksud adalah erosi yang sudah berlangsung. Jika
erosi nya kecil diberi nilai 100. Di wilayah yang nampak parit-
parit dari hasil erosi berarti erosi yang berlangsung intensif dan
terjadi pada masa lampau dan diberi nilai 10-70. Untuk nilai 70
jika parit dalam dan rapat sehingga tidak ada lagi tempat
tanaman hidup, sedang untuk 10 jika masih adal lahan yang
masih dapat ditumbuhi tanaman.
6. Relief mikro
Relief mikro hubungannya dengan penggunaan tanah. Jika
permukaan tanah rata (licin) maka diberi nilai 100, jika kelihatan
ada alur-alur kecil diberi nilai 60-95. Untuk Vertisol yang
mempunyai kenampakan berupa gilgai maka dapat menurunkan
nilai.
57
Tabel dan Kolom Penilaian Kesesuaian Lahan dengan Metode Indeks Storie
NO PARAMETER NILAI
A B C X
1 1
2
3
4
5
6
Rata-rata
2 1
2
3
4
5
6
Rata-rata
3 1
2
3
4
5
Rata-rata
58
Kriteria Penetapan kelas kemampuan lahan (USDA)
No Parameter K E L A S
I II III IV V VI VII
1 Lereng Datar Landai Agk
miring
Curam Curam Curam
2 Solum Dalam Dangkal Dangkal Sgt
dangkal
Sgt
dangkal
3 Erosi S kecl Peka Sgt peka Sgt peka Sgt
berat
Sgt
berat
4 Drainase Baik Buruk Buruk Tergenang
5 Pengolahan Mudah berbatu Berbatu
6 WHC Baik Rendah Rendah
7 Respon
pemupukan
respon Rendah
8 Struktur tanah Sdkt
krg
baik
9 Permeabilitas Sgt
lambat
Kritria klasifikasi kemampuan lahan (Kliengebiel & Montgomery, 1961)
N
o
Ciri lahan Kelas lahan
I II III IV V VI VII VIII
1 Lereng Datar Landai Sedang-
curam
Curam Landai Curam Sangat
curam
Sangat
curam
2 Bahaya
erosi
t.a. Sedang Tinggi Membaha
yakan
Membaha
yakan
Membahaya
kan
Membah
ayakan
Membaha
yakan
3 Bahaya
banjir
t.a. Kadang Sering Sering Sering - - -
4 Jeluk tanah Ideal Kurang
dari ideal
Dangkal Dangkal Dangkal Dangkal Dangkal Dangkal
5 Struktur
tanah dan
kemudahan
pengolahan
Baik Kurang
mendukun
g
- - - - - -
6 Drainase Baik Dapat
diperbaiki
dg drainas
Sangat
lambat
Menggena
ng
- Menggenan
g
Menggen
ang
Menggena
ng
7 WHC Baik Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
8 Salinitas t.a. Sedikit-
sedang
sedang Membaha
yakan
- Membahaya
kan
Membah
ayakan
Membaha
yakan
9 Status hara Baik Sedang Rendah - - - - -
1
0
Iklim Mendukun
g
Sedikit
pembatas
Sedang Kurang Tidak
mendukun
g
Tidak
mendukung
Tidak
menduku
ng
Membaha
yakan
1
1
Pengelolaa
n
Biasa Hati-hati Khusus Kadang
dapat
ditanami
Tidak
dapat
ditanami
Tidak dapat
ditanami
Tidak
dapat
ditanami
Tidak
dapat
ditanami
1
2
Kebatuan - - - Beberapa Membaha
yakan
Membahaya
kan
Membah
ayakan
Membaha
yakan
59
Kelas kemampuan lahan dan tipe landuse (Kliengebiel & Montgomery, 1961)
No Tipe Landuse Kelas Lahan
I II III IV V VI VII VIII
Sesuai untuk budidaya
tanaman dan penggunaan
lain
Umumnya tidak sesuai untuk
budidaya tanaman
1 Tanaman
semusim
+ + + +
2 Rumput + + + + + +
3 Rangeland + + + + + + +
4 Hutan kayu + + + + + + +
5 Hutan alami + + + + + + + +
PENUTUP
Dengan mempelajari materi daya dukung lahan ini diharapkan
mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya daya dukung lahan yang
digunakan dalam menilai mutu lahan. Kualitas lahan sangat menentukan
ketegaran dalam menghadapi gangguan lahan yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan. Pemanfaatan lahan bukan
merupakan usaha untuk membagi-bagi lahan saja, tetapi penata-gunaan
lahan harus memperhatikan daya dukungnya, kelestarian fungsi dari
sumberdaya dan kemungkinan kerusakan yang dapat ditimbulkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, A. 1990. Pengaruh berbagai teknik konservasi tanah terhadap erosi,
aliran permukaan dan hasil tanaman pangan pada tanah Typic
Eutropepts di Ungaran. Pembahasan Hasil-hasil dan
Perencanaan Penelitian. P3HTA - Badan Litbang Pertanian, 11-13
Januari 1990, Puncak- Bogor.
Djaenuddin, D., Marwan H., H. Subagyo, dan A. Mulyani. 1997. Kriteria
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Departemen Pertanian , Bogor.
Djaenudin, D., M. Hendrisman, A. Hidayat, dan H. Subagyo. 2003.
Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai
Penelitian Tanah, Bogor.
Driessen, P.M. 1971. Parametric Land Classification. Lembaga Penelitian
Tanah, Bogor.
60
Easter, K.W. and M.M. Hufschmidt. 1985. Research for Integrated
Watershed Management in Developing Countries. (Draft paper).
East
-
West Center, Honolulu, Hawaii.
FAO. 1976. Comprehensive Integrated Watershed Development. Paper
W/K 0653. Rome.
FAO. 1976a. A framework for land evaluation. Soils Bulletin No. 12. FAO,
Rome.
FAO. 1979. Watershed Development, with Special Reference to Soil and
Water Conservation. FAO Soils Bulletin 44. Rome.
FAO. 1983. Guidelines: Land Evaluation for Rainfed Agriculture.
FAO. 1985. Guidelines: Land Evaluation for Irrigated Agriculture. FAO.
1987. Guidelines for Economic Appraisal of Watershed
Management Projects. Conservation Guide 16. Rome.
FAO. 1999. Land Evaluation and Farming System Analysis for Land Use
Planning. FAO Working Doc. 3rd Edition. FAO, Rome.
Fausett, L., 1994, Fundamentals of Neural Network, Architecture, Algorithms
and Applications, Prentice Hall, New Jersey
Hardjowigeno, S. 1981. Perkembangan survei dan pemetaan tanah di
Indonesia. Seminar Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) di Institut
Pertanian Bogor.
Hendrisman, M. dan D. Djaenudin. 1998. Evaluasi lahan secara kuantitatif;
Studi kasus di daerah Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur,
Provinsi NTB. Prosiding. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Bogor.
Jayadinata, J.T. 1992. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan
Perkotaan & Wilayah, ITB,Bandung.
Kaiser, Edward J, David R. Godschalk and F. Stuart Chapin, 1995, Urban Land .
Use Lanning, Urbana and Chicago, University of Illinois Press.
Kusumadewi, S., 2003, Artificial Intelligence (Teknik dan aplikasinya), Graha
Ilmu Yogyakarta
Nasution, Z. 2005. Evaluasi Lahan Daerah Tangkapan Hujan Danau Toba
Sebagai Dasar Perencanaan Tata Guna Lahan Untuk Pembangunan
Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Notohadiprawiro, T. 1991. Kemampuan dan Kesesuaian Lahan: Pengertian
dan Penetapannya. Makalah. Lokakarya Neraca Sumberdaya Alam
Nasional. DRN Kelompik II. Bogor: Bakosurtanal.
Notohadiprawiro, T. 1992. Konsep dan Kegunaan Evaluasi dan Inventarisasi
Harkat Sumberdya lahan dengan uraian khusus mengenai gatra
tanah. Diktat Kuliah. Yogyakararta: Fakultas Pertanian UGM.
Poh, H.L., 1994, A Neural Network Approach to Decision Support,
International Journal of Applied Expert Systems, Vol. 2 No. 3
61
Puslittanak (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat). 2000a. Sumberdaya
Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi
Yogyakarta. Yogyakarta. 298 halaman.
Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten
Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre
(ICRAF), Bogor, Indonesia.
Rossiter, D.G. 1988. The Automated Land Evaluation System. A Micro-
Computer Program to Assist in Land Evaluation. Cornell Univ.
Microfilm An Arbor, MI.
Rossiter, D.G. and A.R. Van Wambeke. 1997. Automated Land Evaluation
System, ALES Version 4.65d Users Manual. Cornell Univ. Dept. Soil
Crop and Atmospheric Science, SCAS, Ithaca, NY.
Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.
Sitorus, S.R.P. 2003. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan.
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soemarno. 2007. Konsepsi Ekonomi Sumberdaya Lahan. Makalah Bahan
Kajian Ekonomi Sumberdaya Lahan, PPSUB.
Soepraptohardjo, M. 1961. Sistem Klasifikasi Tanah di Balai Penyelidikan
Tanah. KNIT I, Bogor.
Sujarto, D. 1982. Nilai Dan Harga Tanah dalam Pengembangan Wilayah.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sys, C., V.Ranst and J.Debaveye. 1991. Land Evaluation Part II: Methods in
Land Evaluation, General Administration for Development
Cooperation, Brussels.
Van Reeuwijk, L.P. 1983. Introduction to Physico-Chemical Aspects. Lecture
Note, International Institute for Aerial Survey and Earth Sciences,
ITC, Enschede the Netherlands.
Van Wambeke, A. and T. Forbes. 1986. Guidelines for Using Soil Taxonomy,
the Names of Soil Map Units. SMSS. Tech. Monogr. No. 10. SCS,
USDA, New York, Cornell Univ. Dept. Agric.
Wahyuningrum,N, C. Nugroho, Wardojo, Beny H, Endang S, Sudimin,
Sudirman. 2003. Klasifikasi Kemampuan Dan Kesesuaian Lahan .INFO
DAS Surakarta No. 15 Th. 2003
Widiatmika, S.Hardjowigeno. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan &
Perencanaan Tata Guna Lahan, Gadjah Mada Uneversity Press,
Jogyakarta
Wood, S.R. and F.J. Dent. 1983. LECS, A Land Evaluation Computer System
Methodolgy. AGOF/INS/78/006. Manual 5, Version 1, Center for Soil
Research, Bogor.
62
Worosuprodjo, S. 2005. Klasifikasi Lahan untuk Perencanaan Penggunaan
Lahan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Forum
Perencanaan Pembangunan Edisi Khusus Januari 2005.