You are on page 1of 24

TUGAS MANDIRI

KODE ETIK KEPOLISIAN


MATA KULIAH: ETIKA PROFESI



NAMA MAHASISWA : SUWANDI
NPM : 120910017
KODE KELAS :
DOSEN :


PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
TAHUN 2013
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Sang
Hyang Buddha atas segala karunia, rahmat, kekuatan, perlindungan dan dukungan
yang diberikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai ringkasan subbab-subbab Etika Profesi
mengenai Etika Dan Kode Etik Kepolisian
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis mohon maaf dan pengertian sebesar-besarnya
apabila terdapat kekeliruan, kesalahan ataupun segala kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan pihak-pihak lainnya.


Batam, 8 Desember 2013


Penyusun,

Suwandi

iii


TUGAS MANDIRI ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Kode Etik Kepolisian Diindonesia........................................... 1
1.2 Tujuan Melaksanakan Kode Etik Kepolisian Di Indonesia .............................. 2
BAB II ISI ................................................................................................................... 3
2.1 Etika Dan Etika Profesi ..................................................................................... 3
2.2 Pengertian Kode Etik Kepolisian ...................................................................... 7
2.3 Manfaat Kode Etik Kepolisian .......................................................................... 8
2.4 Pengembangan Kode Etik Kepolisian ............................................................... 9
2.5 Kode Etik Kepolisian Menurut Para Ahli ....................................................... 10
2.6 Kode Etik Profesi Kepolisian .......................................................................... 11
2.7 Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Kepolisian .......................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kode Etik Kepolisian Diindonesia
1
Kepolisian Indonesia saat ini sudah hampir mendekati sistem Kepolisian
ideal yang diharapkan oleh anggotanya sendiri maupun masyarakat, kemandirian
Polri sudah dilaksanakan dan terpisah dari ABRI, dan sekarang yang perlu
dilakukan Polri adalah melakukan peningkatan sumber daya manusianya serta
melakukan pembenahan secara maksimal. Program-program yang dilaksanakan
dalam tugas kepolisian di kewilayahan sudah dapat dilihat hasilnya, sementara
yang perlu dan wajib dilakukan adalah adanya penyederhanaan sistem birokrasi
untuk pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan Masyarakat melalui langsung maupun tidak langsung bisa
dilakukan dan disederhanakan dengan melakukan efisensi dan efektifitas yang
terkait dengan penggunaan tekhnologi Kepolisian yang maksimal dan up to date.
Pengawasan juga diperlukan dalam rangka menjaga supaya tidak ada
penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan dalam praktek-praktek kerja di
lapangan.
Polisi sangat berperan terhadap terciptanya keamanan dan ketertiban di
dalam masyarakat dengan cara menberikan perlindungan hukum kepada
masyrakat. Keberadaan polisi akan selalu dibutuhkan oleh masyrakat selama
ketertiban dan kedisplinan hukum di dalam masyrakat selalu berada dalam
kemungkinan terancam. Polisi tidak akan dibutuhkan dalam kehidupan masyrakat
ketika anggota masyrakat sudah dapat mendisplinkan dan menertibkan dirinya
sendiri dengan sangat baik. Pada saat itu, dalam kacamata satjipto Rahardjo,
pekerjaan polisi akan direduksi menjadi bersifat administratif belaka (2002 : 87).
Sejarah panjang telah membentuk kepolisian Indonesia yang menjadi polri
pada saat ini. Tanpa mengurangi besarnya keberhasilan yang telah dicapai polisi,

1
H.Pudi Rahardi, M.H. Hukum Kepolisian, Profesionalisme dan Reformasi Polri. Laksbang
Mediatama, Surabaya, 2007, hal. 98
2

telah terbukti mampu menjadi salah satu pilar penegak keamanan yang mengantar
pembangunan Bangsa dan Negara. Polisi terus berjuang keras, karena belum
mampu menjawab tuntutan pelayanan masyarakat yang meningkat cepat sebagai
hasil pembangunan, sedangkan kemampuan polisi nyaris tidak berkembang,
celaan, cemoohan, tudingan bahwa polisi tidak professional.
2
Memang Republik Indonesia ini sudah mendesak untuk memiliki polisi yang
professional, efektif, efisien, dan modern. Tetapi kita semua tahu, kendalanya
sangat banyak. Salah satu akar permasalah adalah adanya kecenderungan
melemahnya penghayatan dan pengamalan Etika Kepolisian. Etika sendiri
terbentuk dari endapan sejarah, budaya, kondisi social dan lingkungan dengan
segala aspek dan prospeknya. Internalisasi dan penerapan Etika Kepolisian yang
tidak mantap, merupakan factor penyebab kurang dalamnya pendalaman etika,
sehingga polisi ditingkat pelaksanaan sangat labil, mudah goyah dan terombang-
ambing dalam gelombang dan gegap gempitanya perubahan dalam pembangunan.
1.2 Tujuan Melaksanakan Kode Etik Kepolisian Di Indonesia
Tujuan dilaksanakannya adalah berusaha meletakkan Etika Kepolisian secara
proposional dalam kitan dengan masyrakat. Sekaligus juga bagi polisi berusaha
menberikan bekal keyakinan bahwa internalisasi Etika Kepolisian yang benar,
baik, dan kokoh, akan merupakan sarana untuk :
1. Mewujudkan kepercayaan diri dan kebanggaan bagi masyrakat polisi yang
kemudian dapat menjadi kebanggaan bagi masyrakat.
2. Mencapai sukses penugasan.
3. Menbina kebersamaan, kemitraaan sebagai dasar menbentuk partisipasi
masyrakat
4. Mewujudkan polisi yang professional, efektif, efisien dan modern, yang bersih
dan berwibawa , dihargai dan di cintai masyrakat.




2
Ibid; hal.99.
3

BAB II
ISI

2.1 Etika Dan Etika Profesi
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang artinya cara
berpikir, kebiasaan adat, perasaan, sikap, karakter, watak kesusilaan atau adat.
Dalam kamus bahasa Indonesia, ada 3 (tiga) arti yang dapat dipakai untuk kata
Etika, antara lain Etika sebagai system nilai atau sebagai nilai-nilai atau norma-
norma moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau kelompok untuk
bersikap dan bertindak. Etika juga bisa diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai
yang berkenan dengan akhlak atau norma. Selain itu, Etika bisa juga diartikan
sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu
masyarakat, menjadi bahan refleksi yang diteliti secara sistematis dan metodis.
3
Sejak dicetuskan pada Tahun 2002, telah bermunculan banyak tulisan
yang mencoba mengeksplorasi gagasan hukum progresif dalam aspek keilmuan.
Sekalipun ide hukum progresif belum bisa dipandang sebagai teori yang final
(sesuai dengan hakekatnya sebagai law in making atau on going process), namun
dari sedemikian banyak tulisan dan kajian mengenai hukum progresif dapat
ditarik beberapa pokok gagasan. Pertama, paradigma hukum progresif adalah
hukum untuk manusia yang mengandung makna bahwa manusia merupakan
sentral dalam cara berhukum.9
Sebenarnya memang ada hubungan yang erat antara berbagai golongan
kaidah etika. Isi tiap-tiap golongan menjalankan pengaruh yang kuat terhadap isi
golongan-golongan lain. Antara lain, pandangan agama dan kesusilaan terus-
menerus mempengaruhi hukum.10
Etika secara Umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum, Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagai mana manusia
bertindak secara Etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis,teori-teori

3
Ibid; hal 102
4

etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia untuk
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan .
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil Keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan kusus
yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Etika akan memberikan semacam batasan atau standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertian yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian diwujudkan
dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada pada saat yang dibutukan akan bisa
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self
Control(pengendalian diri), karna segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari
dan untuk kepentingan kelompok sosial (Profesi) itu sendiri. Oleh karna itu dapat
disimpulkan bahwa sebua profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat
untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya

4
Pada dasarnya pengertian etika apabila diartikan intinya sama saja yaitu
hal yang berkaitan dengan perilaku baik dan benar dalam kehidupan
manusia. Etika merupakan dasar yang penting didalam pergaulan serta menjadi
landasan penting bagi sebuah peradaban yang akan menjadi kesan mendalam dan
terpatri terus di benak seseorang. Etika bukan hanya sekedar penampilan fisik,
tetapi masih banyak faktor lain yang dapat mendukung seseorang untuk
menampilkan sosoknya yang memiliki etika yang tinggi.
Ada perbedaan didalam etika setiap pergaulan, seperti etika di rumah akan
pasti berbeda dengan etika dengan para pedagang kaki lima, serta berbeda pula
dengan etika di kantor. Untuk etika di kantor memiliki perbedaan yang lebih rumit

4
Ibid; h .103.
5

dari pada etika di tempat-tempat informal lainnya, dimana etika ini erat kaitannya
dengan hubungan antara atasan dan bawahan.

5
Salah satu contoh Etika tersebut adalah Etika berpakaian. Setiap orang
selalu menginginkan penampilan yang menarik dan ingin merasa menarik di lihat
orang lain, karena penampilan itu merupakan daya tarik setiap orang. Penampilan
yang baik tercipta dari pakaian yang dipakai sehari-hari, walaupun didalam kantor
hampir semua karyawan perusahaan memakai seragam masing-masing yang telah
ditentukan, dan sebagai karyawan di kantor tetap harus menjaga citra diri dan
wibawa perusahaan sebagai image terhadap orang lain, apalagi kalau perusahaan
bergerak di bidang jasa tentu pakaian salah satu menjadi hal pokok.
Pakaian yang baik dan pas digunakan memberikan kesan anggun dan lebih
profesional dan yang perlu kita laksanakan dalan berpakaian kantor adalah
disesuaikan dengan jadwal yang sudah ditentukan harinya dalam menggunakan
seragam, kalau mungkin warna atau model menurut selera anda tidak
sesuai,sebagaikaryawan meski tetap harus menggunakannya dan tidak menolak.
Bagaimana cara etika berpakaian di kantor yang perlu diperhatikan adalah :
1. Gunakan pakaian dengan ukuran yang pas tapi jangan ketat.
2. Biasakan berpakaian rapi dan tidak kedodoran
3. Jangan merubah model pakaian.
4. Hindari berpakaian dengan warna yang mencolok.
5. Jangan menggunakan aksesoris yang terlalu berlebihan.
6. Apabila ada seragam, gunakan seragam pada jadwal yang ditentukan.
7. Kontraskan antara pakaian dengan aksesoris ataupun tas yang kita
gunakan.
8. Hindari hal yang bersifat menujukkan kekayaan karena hal tersebut dapat
memicu kecemburuan sosial antara sesama karyawan.
9. Gunakan pakaian yang bersih dan rapi.

5
H.Pudi Rahardi, M.H. Obchid. Hal 151
6

6
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Berikut ini merupakan pengertian etika profesi menurut para ahli:
1.Drs. O.P. SIMORANGKIR, etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2.Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
3.Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia
dalam hidupnya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang
pembahasan Etika, sebagai berikut:
1. Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yangmempelajari masalah perbuatan
atau tindakan manusia.
2. Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature)
yang terikat dengan pengertian baik dan buruk suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia.
7
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok
perhatiannya; antara lain:
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan
sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the
nature of the right)

6
Prof. Dr Mr. L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum.PT PRADNYA PARAMITA Jakarta
2008. Hal 36.
7
Ibid; hal 40.
7

2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan
bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect
to a particular class of human actions)
3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual.
(The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an
individual)
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)
2.2 Pengertian Kode Etik Kepolisian
8
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait
dengan norma dan nilai-nilai atau ukuran baik yang berlaku pada masyarakat.
Sedang pengertian kepolisian pada intinya adalah aparat penegak hukum yang
bertanggung jawab atas ketertiban umum ,keselamatan dan keamanan masyarakat.
Jadi Etika Kepolisian adalah norma tentang perilaku polisi untuk dijadikan
pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum,
ketertiban umum dan keamanan masyarakat
Polisi sangat berperan terhadap terciptanya keamanan dan ketertiban di
dalam masyarakat dengan cara menberikan perlindungan hukum kepada
masyrakat. Keberadaan polisi akan selalu dibutuhkan oleh masyrakat selama
ketertiban dan kedisplinan hukum di dalam masyrakat selalu berada dalam
kemungkinan terancam. Polisi tidak akan dibutuhkan dalam kehidupan masyrakat
ketika anggota masyrakat sudah dapat mendisplinkan dan menertibkan dirinya
sendiri dengan sangat baik
Secara reduksional peranan polisi didalam kehidupan masyrakat
sesungguhnya menpunyai dua peran. Pertama, polisi adalah institusi yang
bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban atau orde masyarakat,
agar tercapai suasana kehidupan aman, tenteram, dan damai. Kedua, polisi adalah
institusi yang berperan dalam penegakan hukum dan norma yang hidup didalam
masyrakat

8
Ibid; hal 42.
8

Pada pelaksanaan peran demikian, polisi adalah pihak yang dapat
memaksakan berlakunya hukum. Manakala hukum dilanggar, terutama oleh
perilaku menyimpang yang namanya kejahatan maka diperlukan peran polisi guna
memulihkan keadaaan ( Restitutio In Integrum ) dengan memaksa di pelanggar
hukum untuk menanggung akibatnya, namun demikian, walaupun polisi memiliki
kewenangan memaksa, dalam pelaksanaannya sang polisi harus patuh kode etik
profesi yang mengawal dan memantaunya (watch) ketika dia sedang menjalankan
profesinya tersebut, termasuk menjalankan kewenangan tindak kekerasan
2.3 Manfaat Kode Etik Kepolisian
Manfaat etika sebenarnya memperkuat hati nurani yang baik dan benar dari
diri pribadi, sehingga mereka sungguh-sungguh merasakan bahwa hidupnya,
pengabdiannya, pelaksanaan tugasnya dan tingkah lakunya adalah berguna,
bermanfaat bagi masyarakat, dan karenanya dia dihargai, diterima, bahkan
ditempatkan secara terhormat didalam masyarakatnya. Etika kepolisian dapat
mengangkat martabat kepolisian didalam masyarakat jika dilaksanakan dengan
baik.
9
Etika kepolisian saat ini memang belum mentradisi seperti etika lainnya,
walaupun usianya lebih tua. Hal itu disebabkan karena sejak awal etika kepolisian
itu terus berkembang dan berubah-ubah, sehingga isi dan bentuk profesi
kepolisian itu sendiri belum seragam, antara Negara yang satu dengan yang lain.
Sehingga dalam aplikasi, para pemikir dan pimpinan kepolisian sering melupakan
beberapa ciri atau karakter pelaku polisi atau sering disebut budaya polisi (Police
Cultura) yang dominant pengaruhnya terhadap kegagalan tindakannya.
Kecendrunga itu antara lain:
1. Orientasi tindakan sering mengutamakan pencapaian hasil optimal
(efektifitas), sehingga sering mengabaikan efisiensi.

9
KUNARTO,DRS, Etika Kepolisian.1997.PT.Cipta Manunggal.Jakarta, 1998, hal 52.

9

2. Polisi diajar untuk selalu bersikap curiga, sehingga harus bertanya dengan
detail. Sedangkan sikap curiga ini mengandung makna waspada dengan dasar
pengertian etika.
3. Disatu pihak polisi dinilai tidak adil, tidak jujur, tidak professional, di pihak
lain banyak petunjuk bahwa polisi harus mendukung dan menunjukkan solidaritas
pada lingkungan.
4. Pragmatisme yang banyak mendatangkan keberhasilan, sering membuai
polisi dan lalu melalaikan akar pragmatisme itu sendiri.
2.4 Pengembangan Kode Etik Kepolisian
10
Pengembangan Etika Kepolisian dapat dilakukan, ditumbuhkan, dibangun
dan dipupuk agar dapat subur dan berkembang dengan baik adalah dengan cara-
cara sebagai berikut:
1. Membangun masyarakat
Mewujudkan masyarakat yang mampu berbuat etis tidaklah mudah, karena
harus memperhitungkan segenap unsur pendukung eksistensinya yang berdimensi
sangat luas. Dengan mengasumsikan bahwa terdapat banyak dimensi prilaku
masyarakat yang baik dan mendukung etika kepolisian dengan baik, maka dari
banyak dimensi itu yang paling signifikan bagi pelaksanaan tugas polisi adalah
berupa dimensi hokum, kepatuhan mereka kepada hokum dan sikap menolak
gangguan keamanan atau pelanggaran hukum.
Dari hukum yang baik itulah, etika atau prilaku masyarakat yang terpuji dapat
terbentuk, yang pada gilirannya akan mengembangkan aplikasi etika kepolisian.
2.Menbentuk Polisi yang baik
Bibit-bibit atau calon polisi yang baik adalah dididik, dilatih,
diperlengkapi dengan baik dan kesejahteraan yang memadai. Calon yang baik
hanya dapat diperoleh dari masyarakat yang terdidik baik, persyaratan masuk
berstandar tinggi, pengujian yang jujur dan fair (penuh keterbukaan), dan bakat
yang memadai berdasarkan psikotes

10
Ibid; hal 54
10

2.5 Kode Etik Kepolisian Menurut Para Ahli
11
Prof.djoko Soetono, SH dalam pidatonya di Ploron dengan judul Tri Brata,
Mythos,Logos,Etos,Kepolisian Negara RI dan kalau di sarikan mengandung
pokok-pokok pemikiran yang sejalan dengan pokok pikiran Don L.Kooken dalam
bukunya Ethis in PliceService yang berpendapat bahwa Etika Kepolisian itu
tidak mungkin dirumuskan secara universal semua dan berlaku sepanjang masa
maka, rumusannya akan berbeda satu dengan yang lain. Namun suatu Kode Etik
kepolisian yang baik adalah rumusan yang mengadung pokok pikiran sebagai
berikut:
1. Mengangkat kedudukan profesi kepolisian dalam pandangan masyarakat dan
untuk memperkuat kepercayaan masyarakat kepada kepolisian.
2. Mendorong semangat polisi agar lebih bertanggung jawab.
3. Mengembangkan dan memelihara dukungan dan kerjasama dari masyarakat
pada tugas-tugas kepolisian.
4. Mengalang suasana kebersamaan internal kepolisian untuk menciptakan
pelayanan yang baik bagi mayarakat.
5. Menciptakn kerjasama dan kordinasi yang harmonis dengan sesama aparat
pemerintah agar mencapai keuntungan bersama(sinegi).
6. Menempatkan pelaksanaan tugas polisi sebagai profesi terhormat dan
memandang sebagai sarana berharga dan terbaik untuk mengabdi pada
masyarakat.
12
Pokok pikiran ini dinilai sebagai cita-cita yang tinggi dan terhormat bagi
kepolisian, dasar da pola piker pemikiran yang diangap bersifat universal.
Sehingga Internasional Association of Chief of Police (IACP) atau Asosiasi
Kepala-Kepala Kepolisian Iternasional yang selalu mengadaknan pertemuan rutin
setiap tahun di Amerika Serikat, menganggap masalah ini penting untuk dibahas
dan disepakati untuk dijadikan pedoman perumusan Kode Etik Kepolisian, IACP,
FBI, dan The Peace Officers Association of The State of California Inc (Persatuan



12
Prof. Dr Mr. L.J. Van Apeldoorn.Obchid hal 57.
11

Petugas Keamanan California) mensepakati dijadikan pokok-pokok pikir
pedoman, namun namun rumusan akhirnya disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan instansi
Etika kepolisian yang benar, baik dan kokoh, akan merupakn sarana untuk:
1. Mewujudkan kepercayaan diri dan kebanggan sebagai seorang polisi, yang
kemudian dapat menjadi kebanggan bagi masyarakat.
2. Mencapai sukses penugasan
3. Membina kebersamaan, kemitraan sebagai dasar membentuk partisipasi
masyarakat
4. Mewujudkan polisi yang professional, efektif, efesien dan modern, yang
bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai masyarakat.
2.6 Kode Etik Profesi Kepolisian
13
Etika Kepolisian merupakan suatu norma atau serangkaian aturan yang
ditetapkan untuk membimbing petugas dalam menentukan, apakah tingkah laku
pribadinya benar atau salah.
Dengan memahami pengertian dasar Etika Kepolisian, yang menjadi akar dan
pedoman, yang menopang bentuk perilaku ideal yang kokoh dari polisi dalam
melaksanakan pengabdiannya maka, akan membuat mereka teguh dalam
pendiriannya, sehingga mereka dapat mengambil sikap yang tepat dalam setiap
tindakannya. Dimana sikap itu berpangkal dari integritas yang mendalam dalam
sanubari dan hati nuraninya. Itulah dasar dari moralitas Etika Kepolisian yang
bersifat hakiki.
Tanpa memahami dasar itu seorang polisi akan dapat goyah apabila
menghadapi problema-problema yang dijumpai dalam penugasan. Sikap goyah itu
akan mendorong mereka untuk berperilaku menyimpang dari Etika kepolisian
yang seharusnya mereka tegakkan.
Pemahaman yang setengah-tengah akan membuat mereka patuh hanya kalau
ada pengawasan saja. Hal itu dapat diartikan sebagi sikap yang serba goyah, sikap

13
Ibid; hal 58.
12

yang tidak stabil, sikap yang tidak mantap bahkan pelecehan terhadap Etika
Kepolisian.
14
Etika Kepolisian yang diaplikasikan dengan baik dan benar akan membantu
polisi dalam pemecahan masalahnya sehari-hari. Polisi secara tepat dapat
menentukan apakah tindakan itu baik atau tidak baik dalam mengemban tugas
mereka. Apakah harus menerima uang imbalan atas hasil karyanya atau harus
menolaknya, secara tegas yang sudah disebut dalam sumpah jabatan. Sikap
professional dan keteladanan akan segera terlihat dan terasa pada saat dia
menentukan tindakannya.
Polisi adalah aparat penegak hukum. Tetapi dalam kenyataan yang terjadi ada
sebagian anggota itu bertindak sebaliknya dan tidak sesuai dengan etika profesi
kepolisian. Atau dalam arti kata ada sebagian polisi melakukan pelanggaran
terhadap kode etik profesi kepolisian. Pelanggaran ataupun perbuatan pidana
anggota kepolisian yang tidak sesuai dengan kode etik kepolisian ini tentunya
berakibat hukum. Permasalahan kedua dapat diberikan jawaban bahwa
penyelesaian pelanggaran kode etik profesi kepolisian yang mengakibatkan
terjadinya tindak pidana.
Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Polri sebagaimana diatur dalam
Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2006 dan Peraturan Kapolri No.8 Tahun 2006,
merupakan kaidah moral dengan harapan tumbuhnya komitmen yang tinggi bagi
seluruh anggota Polri agar mentaati dan melaksanakan (mengamalkan) Kode Etik
Profesi Polri dalam segala kehidupan, yaitu dalam pelaksanaan tugas, dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan
negara.
15
Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, disahkan di Jakarta pada tanggal 8 januari2002, diundangkan pada
tanggal 8 januari 2002 dalam Lembaran Negara No. 2 Tahun 2002, tambahan
Lembaran Negara No. 4168.

14
Ibid; hal 60.
15
Undang-undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002 Pasal 1 poin 1 Hal. 3
13

Menurut Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kode Etika Profesi,
Pasal 13 ayat (1) menyatakan: Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik
Indonesia karena melanggar sumpah/ janji anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sumpah/ janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Selanjutnya dalam Pasal 1 Undang-undang No. 2 Tahun
2002 berbunyi: kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi
dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Berdasarkan Konsiderans Undang-undang No. 2 Tahun 2002 menyatakan :
a. keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya
masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasakan pancasila dan
UUD 1945.
b. Bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan
fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat
Negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
c. Bahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang
menegaskan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan kepolisian
Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.
d. Bahwa Undang-undang No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk disesuaikan
dengan pertumbuhan dan perkembangan hukum serta ketatanegaraan Republik
Indonesia
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,b,c,
dan d perlu dibentuk Undang-undang tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.15
16
Mengingat bahwa :

16
Ibid; hal 4
14

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 30 Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Ketetapan majelis Permusyaratan Rakyat No.VII/MPR/2002 tentang
pemisahan Tentara Nasional dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No.VII/MPR/2002 tentang peran
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
4. Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 (
Lembaran Negara Tahun 1999 No. 169, Tambahan Lembaran Negara No. 3890)
2.7 Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Kepolisian
Contoh pelanggaran kode etik polisi yang dilakukan oleh Kepala Kepolisian
Sektor (Kapolsek) Cicendo Bandung Jawa Barat. Kepala Kepolisian Sektor
(Kapolsek) Cicendo, Bandung, Jawa Barat, Kompol Brusel Duta Samodra diduga
menerima suap sebesar Rp1 miliar. Suap itu diterima Kapolsek Brusel dari
tersangka kasus sabu berinisial A yang ditangkap oleh petugas Bea dan Cukai di
Bandara Husein Sastranegara Bandung beberapa waktu lalu. Kapolrestabes
Bandung Kombes Pol Widodo Prihastopo membenarkan informasi dugaan
penerimaan suap ini. Menurut Widodo, pihaknya sudah menjalankan tindakan
tegas kepada anak buahnya itu. Brusel telah ditindak karena pelanggaran kode
etik. Yang bersangkutan jalani sidang kode etik yang dipimpin langsung oleh
Wakapolrestabes Bandung (AKBP Rhinto Prastowo).
17
Kategori (pelanggarannya) penyalahgunaan wewenang," tutur Widodo di
Mapolrestabes Bandung, Rabu (24/8/2011). Selain itu, pihaknya juga telah
menyerahkan kasus ini untuk diproses di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat.
"Kami telah menyerahkan kasus ini ke Polda Jabar, singkatnya. Dia enggan
merinci lebih jauh mengenai kasus yang mencoreng korps Polri. Silahkan saja
tanya ke Kabid Humas Polda Jabar," tambahnya. Widodo berharap kejadian
serupa tidak terulang kepada anak buahnya yang lain. Dia mengingatkan bahwa

17
Dr. Sadjijono, SH. M.Hum. Memahami Hukum Kepolisian, LAKSBANG Presindo
Yokyakarta. 2010. Hal. 202.
15

tugas pokok polisi adalah pemelihara, penegak hukum, pelindung juga pengayom
masyarakat. Apapun inovasi dan improvisasina tapi outputnya harus mengacu
hal-hal tersebut," tegasnya. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kapolsek
Brusel Duta Samodra diduga telah melepaskan tersangka kasus narkotika yang
ditangani Kapolsek Cicendo. Tersangka A dibebaskan karena menyetorkan uang
Rp1 miliar. Brusel menerima suap bersama seorang anak buahnya. Kini kedua
polisi ini meringkuk di tahanan Polda Jabar.
Analisis :
Sebelum membahas mengenai pelanggaran kode etik polisi dan sanksi-
sanksinya, disini saya akan sedikit menjelaskan pengertian etika kepolisian, kode
etik kepolisian, pelanggaran, dan sanksi-sanksinya.
18
Etika Kepolisian adalah norma tentang perilaku polisi untuk dijadikan
pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum,
ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
Pembinaan kemampuan profesi anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam mengemban tugas pokoknya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 tahun 2006 dilaksanakan melalui pembinaan etika profesi dan
pengembangan pengetahuan serta pengalaman penugasan secara berjenjang,
berlanjut dan terpadu.
Ruang lingkup pengaturan kode etik profesi polri mencakup :
1. Etika kepribadian
2. Etika kenegaraan
3. Etika kelembagaan
4. Etika dalam hubungan dengan masyarakat
Anggota polri yang melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi berupa :
1. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela
2. Kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas atau secara
langsung
3. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi

18
Ibid; hal 204.
16

4. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi/fungsi
kepolisian
Dari pelanggaran di atas, untuk pelanggaran yang terakhir dibagi lagi. Yaitu
sanksi administratif, berupa rekomendasi untuk :
1. Di pindahkan tugas ke jabatan yang berbeda
2. Di pindahkan tugas ke wilayah yang berbeda
3. Pemberhentian dengan hormat
4. Pemberhentian dengan tidak hormat.
19
Kasus pelanggaran kode etik di atas adalah kasus yang dilakukan oleh
seorang polisi yang bernama Kompol Brusel Duta Samodra, Kepala Kepolisian
Sektor (Kapolsek) Cicendo Bandung Jawa Barat. Brusel Duta Samudra diduga
telah menerima suap dari tersangka kasus sabu berinisial A yang ditangkap oleh
petugas Bea dan Cukai di Bandara Husein Sastranegara Bandung. Padahal
seorang polisi terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
Disini apa yang dilakukan Kompol Brusel Duta Samudra telah melanggar 1. Pasal
10 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode etik proesi
kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 terutama ayat (1)
huruf c, d, dan e Dalam etika dalam hubungan masyarakat anggota polri wajib:
menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan dalam masyarakat. Perbuatan Kompol
Brusel Duta samudra yang menerima suap dari tersangka sehingga mengakibatkan
tersangka dibebaskan dari ancaman hukuman, ini merupakan perbuatan tercela
dan dengan jelas keadilan tidak ditegakkan padahal dia adalah seorang polisi yang
seharusnya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta menjadi panutan
yang baik bagi masyarakat dan harus menegakkan keadilan seadil-adilnya.
Pasal 10 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode etik
proesi kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 ayat (2) :
Anggota polri wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat

19
Ibid; hal 205
17

merusak kehormatan profesi dan organisasi dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang
dimaksud ayat (1) huruf c.
20
Pemeriksaan atas pelanggaran kode etik profesi dilakukan oleh komisi kode
etik polri. Perbuatan Kompol Brusel Duta samudra dapat dikenai sanksi
dimasukan ke rumah tahanan dengan waktu yang telah ditentuan dan
diberhentikan secara tidak hormat sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek)
Cicendo Bandung, Jawa Barat, melihat perbuatan kejahatan yang dilakukan
sangat berat, yaitu:
1. Sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) seharusnya memberikan contoh
yang baik bagi masyarakat terutama yang paling penting adalah contoh buat anak
buahnya, tapi sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) malah melakukan
perbutan suap.
2. Suap yang diterimanya hingga mengakibatkan tersangka A dibebaskan,
padahal tersangka A ini terlibat kasus sabu, yang seharusnya tersangka A ini
mendapat hukuman yang sangat berat. Uang suap yang diterima dalam jumlah
yang sangat besar hingga mencapai 1 miliar







20
Ibid; hal 207
18

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Kesimpulan saya, Dengan adanya etika maka manusia akan lebih
dapat menghargai orang lain baik itu dalam lingkungan intern maupun ekstern.
Untuk kemajuan global seperti ini etika bukanlah hal sepele lagi karena etika
dapat menjadi salah satu penilaian citra baik buruk suatu perusahaan yang anda
gunakan untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan biasanya
menekankan pada karyawannya untuk menjaga sikap guna menjaga nama baik
perusahaan tersebut.
Etika sendiri biasanya terbentuk dari pola kebiasaaan hidup manusia itu
sendiri, akan tetapi lingkungan yang baik juga tidak dapat mendukung
sepenuhnyabagi seorang individu untuk berkelakuan baik, karena pada dasarnya
etika adalah kesadaran berperilaku sopan dari dalam diri sendiri.
Etika Kepolisian adalah norma atau sekumpulan peraturan yang ditetapkan
untuk membimbing tugas dan untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan
pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum, ketertiban umum dan
keamanan masyarakat.
Manfaat etika adalah memperkuat hati nurani yang baik dan benar, sehingga
mereka sungguh-sungguh merasakan bahwa hidupnya, pengabdiannya,
pelaksanaan tugasnya dan tingkah lakunya adalah berguna, bermanfaat bagi
masyarakat, karenanya dia dihargai, diterima, bahkan ditempatkan secara
terhormat didalam masyarakatnya. Sehingga dapat mengangkat martabat
kepolisian didalam masyarakat jika dilaksanakan dengan baik.
Pengembangan Etika Kepolisian dapat dilakukan, ditumbuhkan, dibangun
dan dipupuk agar dapat subur dan berkembang dengan baik adalalh dengan cara-
cara-cara:
1. Membangun masyarakat
2. Membentuk Polisi yang baik
3. Membentuk pimpinan polisi yang baik
19

Etika kepolisian yang benar, baik dan kokoh, akan merupakn sarana untuk:
1. Mewujudkan kepercayaan diri dan kebanggan sebagai seorang polisi, yang
kemudian dapat menjadi kebanggan bagi masyarakat.
2. Mencapai sukses penugasan
3. Membina kebersamaan, kemitraan sebagai dasar membentuk partisipasi
masyarakat
4. Mewujudkan polisi yang professional, efektif, efesien dan modern, yang
bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai masyarakat.
3.2 Saran
Menurut saran saya, Perilaku yang menyimpang yang terjadi pada diri
kepolisian harus segera diselidiki dan ditindak, sehingga akan mengurangi
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan Etika Kepolisian.


\











20

DAFTAR PUSTAKA

KUNARTO,DRS, Etika Kepolisian.1997.PT.Cipta Manunggal.Jakarta
Drs.H.PudiRahardi. M.H. Hukum Kepolisian, Profesiolisme dan Reformasi Polri.
LAKSBANG Mediatama, Surabaya. 2007
Dr.Sadjijono, SH, M, Hum. Memahami Hukum Kepolisian. LAKSBANG
Presindo Yokyakarta. 2010
Prof. Dr Mr. L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum.PT PRADNYA
PARAMITA Jakarta 2008.
Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.





















21

BIO DATA

Nama : SUWANDI
Npm : 120910017
Prodi : Manajemen Bisnis

You might also like