Laboratorium Material Jurusan Fisika Fakultas MIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
1 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 1 Bab I ........................................................................................................................................... 2 Pendahuluan ............................................................................................................................... 2 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 2 1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 2 1.3 Manfaat........................................................................................................................ 3 Bab II ......................................................................................................................................... 4 Tinjauan Pustaka ........................................................................................................................ 4 2.1 Difraksi Sinar-X .......................................................................................................... 4 2.3 Struktur Kristal ............................................................................................................ 9 Bab III ...................................................................................................................................... 12 Tata Laksana Percobaan .......................................................................................................... 12 3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................................... 12 3.2 Tempat dan Tanggal Pelaksaan ................................................................................. 13 3.3 Langkah Percobaan ................................................................................................... 13 Bab IV ...................................................................................................................................... 15 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................ 15 4.1 Data Hasil Percobaan ..................................................................................................... 15 4.2 Perhitungan ................................................................................................................... 17 4.3 Pembahasan.................................................................................................................... 18 Bab V ....................................................................................................................................... 25 Penutup .................................................................................................................................... 25 5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 25 5.2 Saran .............................................................................................................................. 25 Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 26
2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penentuan karakter struktural material, baik dalam bentuk pejal atau partikel, kristalin atau amorf, merupakan kegiatan inti dalam ilmu material. Pendekatan umum yang diambil adalah meneliti material dengan berkas radiasi atau partikel berenergi tinggi. Radiasi bersifat elektromagnetik dan dapat bersifat monokromatik maupun polikromatik. Dengan memanfaatkan hipotesa de Broglie mengenai dualitas frekuensi radiasi dan momentum partikel, maka gagasan tentang panjang gelombang dapat diterapkan dalam eksitasi elektron. Sinar X adalah suatu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang ( 0,1 nm) yang lebih pendek dari panjang gelombang cahaya tampak ( = 400 800 nm). Apabila elektron ditembak dengan cepat dalam suatu ruang vakum maka akan dihasilkan sinar X. Radiasi yang dipancarkan dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu (a) spektrum kontinu dengan rentang panjang gelombang yang lebar dan (b) spektrum garis sesuai karakteristik logam yang ditembak. Gejala interferensi dan difraksi adalah hal umum dalam bidang cahaya. Percobaan fisika dasar standar untuk menentukan jarak antar kisis dilakukan dengan mengukur sudut berkas difraksi dari cahaya yang diketahui panjang gelombangnya. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah kisi bersifat periodik dan panjang gelombang cahaya memiliki orde yang sama dengan jarak kisi yang akan ditentukan. Percobaan ini secara langsung dapat dikaitkan dengan penerapan sinar X untuk menentukan jarak kisi dan jarak antar atom dalam kristal. Pemanfaatan metode difraksi memegang peranan penting untuk analisis padatan kristalin. Selain untuk meneliti ciri utama struktur, seperti parameter kisi dan tipe struktur kristal, 1.2 Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengoperasian instrumen difraksi sinar-X PHYWE dalam karakterisasi bahan dan menentukan ukuran butir (grain size) kristal LiF dengan prinsip sinar-X.
3 1.3 Manfaat Manfaat dari percobaan ini adalah didapatkan pengetahuan mengenai pengoperasian instrumen difraksi sinar-X PHYWE dalam karakterisasi bahan dan dapat ditentukan ukuran butir (grain size) kristal LiF dengan prinsip sinar-X.
4 Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Difraksi Sinar-X Sinar-X adalah gelombang Elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0, 5-2, 5 A. Sinar-X dihasilkan dari tumbukan elektron berkecepatan tinggi dengan logam sasaran. Oleh karena itu, suatu tabung sinar-X harus mempunyai suatu sumber elektron, voltase tinggi, dan logam sasaran. Selanjutnya elektron elektron yang ditumbukan ini mengalami pengurangan kecepatan dengan cepat dan energinya diubah menjadi foton. Sinar- X merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik yang mempunyai energi antara 200 eV1 MeV dengan panjang gelombang antara 0,52,5 . Panjang gelombangnya hampir sama dengan jarak antara atom dalam kristal, menyebabkan sinar-X menjadi salah satu teknik dalam analisa mineral (Suryanarayana dan Norton, 1998). Elektron-elektron pada atom akan membiaskan berkas bidang yang tersusun secara periodik. Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang atom paralel a dan a1 yang terpisah oleh jarak d. Dianggap bahwa dua berkas sinar-X i1 dan i2 yang bersifat paralel, monokromatik dan koheren dengan panjang gelombang datang pada bidang dengan sudut . Jika kedua berkas sinar tersebut berturut-turut terdifraksi oleh M dan N menjadi i1
dan i2
yang masing-masing membentuk sudut terhadap bidang dan bersifat paralel, monokromatik dan koheren, perbedaan panjang antara i1 M i1
dengan i2 N i2
adalah sama dengan n kali panjang gelombang, maka persamaan difraksi dapat dituliskan sebagai berikut: n = ON + NP atau n = d sin + d sin = 2 d sin (1)
Gambar 2.1 Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang (Ismunandar, 2006)
5 Persamaan (1) dikenal sebagai Hukum Bragg, dengan n adalah bilangan refleksi yang bernilai bulat ( 1, 2, 3, 4, . . ). Karena nilai sin tidak melebihi 1, maka pengamatan berada pada interval 0 < < /2, sehingga : < 1 (2) Difraksi untuk nilai n terkecil ( n = 1), persamaan tersebut dapat diubah menjadi : < 2d (3) Persamaan (3) menjelaskan bahwa panjang gelombang sinar-X yang digunakan untuk menentukan struktur kristal harus lebih kecil dari jarak antar atom (Zakaria, 2003). Difraksi sinar-X merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya fasa kristalin di dalam material-material benda dan serbuk, dan untuk menganalisis sifat- sifat struktur (seperti stress, ukuran butir, fasa komposisi orientasi kristal, dan cacat kristal) dari tiap fasa. Metode ini menggunakan sebuah sinar-X yang terdifraksi seperti sinar yang direfleksikan dari setiap bidang, berturut-turut dibentuk oleh atom-atom kristal dari material tersebut. Dengan berbagai sudut timbul, pola difraksi yang terbentuk menyatakan karakteristik dari sampel. Susunan ini diidentifikasi dengan membandingkannya dengan sebuah data base internasional (Zakaria, 2003). Apabila suatu bahan dikenai sinar-X maka intensitas sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar-X yang saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi. Persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-X yang dihamburkan merupakan berkas difraksi dikenal sebagai Hukum Bragg. Hukum Bragg menyatakan bahwa perbedaan lintasan berkas difrasi sinar-X harus merupakan kelipatan panjang gelombang, secara matematis dirumuskan:
n = dsin (4) dengan n bilangan bulat 1, 2, 3 ...... adalah panjang gelombang sinar-X adalah jarak antar bidang, dan adalah sudut difraksi. Keadaan ini membentuk pola interferensi yang saling menguatkan untuk sudut-sudut yang memenuhi hukum Brag. Gejala ini dapat diamati pada grafik hubungan antara
6 intensitas spektrum karakteristik sebagai fungsi sudut 2. Untuk menentukan sudut dalam kristal/anoda adalah sistem kristal/atom dan parameter atau arah difraksi ditentukan oleh bentuk dan ukuran sel satuannya. 2.2 Komponen Dasar X-RD Tiga komponen dasar dari X-RD yaitu; sumber sinar-X (X-Ray source), material contoh yang diuji (specimen), detektor sinar-X (X-ray detector) (Sartono,2006).
Gambar 2.1 X-Ray Diffractometer
a. Sumber sinar-X Sinar-X dihasilkan dari penembakan target (logam anoda) oleh elektron berenergi tinggi yang berasal dari hasil pemanasan filamen dari tabung sinar-X (Rontgen). Tabung sinar-X tersebut terdiri atas empat komponen utama, yakni filamen (katoda) yang berperan sebagai sumber elektron, ruang vakum sebagai pembebas hambatan, target sebagai anoda, dan sumber tegangan listrik.
7
Gambar 2.2 Skema tabung sinar-X (Suryanarayana, 1998)
Untuk dapat menghasilkan sinar-X dengan baik, maka logam yang digunakan sebagai target harus memiliki titik leleh tinggi dengan nomor atom (Z) yang tinggi agar tumbukan lebih efektif. Logam yang biasa digunakan sebagai target (anoda) adalah Cu, Cr, Fe, Co, Mo dan Ag. Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron suatu atom dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya tingkat-tingkat energi dalam atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum sinar-X dari suatu atom (Gambar 4). Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi yang sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat- tingkat energi elektron yang berbeda-beda maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut karakteristik Sinar-X.
Gambar 2.3 Ilustrasi transisi elektron dalam sebuah atom (Beck, 1977)
8 Karakteristik Sinar-X terjadi karena elektron yang berada pada kulit K terionisasi sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit diluarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancarkan karakteristik sinar-X K . Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan karakteristik Sinar-X K
dan seterusnya (Beck, 1977). b. Material Uji (spesimen) Sartono (2006) mengemukakan bahwa material uji (spesimen) dapat digunakan bubuk (powder) biasanya 1 mg. c. Detektor Sebelum sinar-X sampai ke detektor melalui proses optik. Sinar-X yang panjang gelombangnya dengan intensitas I mengalami refleksi dan menghasilkan sudut difraksi 2 (Sartono, 2006). Jalannya sinar-X diperlihatkan oleh gambar 5 berturut-turut sebagai berikut : (1) Sumber sinar-X (2) Celah soller (3) Celah penyebar (4) Spesimen (5) Celah anti menyebar (6) Celah penerima (7) Celah soller dan (8) Detektor.
Gambar 2.4 Difraktometer
Aplikasi Difraksi sinar-X adalah metode yang sangat penting untuk mengkarakterisasi struktur kristal material. Teknik ini biasanya dapat digunakan untuk analisis parameter kisi kristal tunggal, atau tahap tersebut, tekstur atau bahkan stres analisis bahan polikristalin (seperti serbuk). Teknik ini banyak digunakan dalam penelitian dan pengembangan aplikasi dan penggunaannya untuk produksi atau masalah pengendalian mutu juga tumbuh, manfaat dari perkembangan hardware dan software untuk kemampuan throughput tinggi. Pada saat penemuan difraksi sinar-X, pengetahuan tentang struktur logam terbatas pada apa yang bisa diungkapkan oleh optik mikroskop. diakui bahwa struktur dari logam pada
9 dasarnya kristal. tapi sebenarnya terjadi karena adanya pengaturan atom, meskipun teori geometri ruang- kelompok dan ruang-kisi telah ditetapkan jauh sebelum rincian pengaturan atom dapat ditentukan. Prinsip- prinsip umum diagram fasa logam telah dibangun oleh Roozeboom dan lain, dan pekerjaan eksperimental Heycock dan Neville (1897) telah menunjukkan bagaimana batas-batas bidang fase yang berbeda dapat ditentukan dengan tingkat akurasi yang tinggi, bahkan dalam sistem yang sangat rumit. Pada waktu yang sama Sekolah Jerman di bawah Tamann telah menghasilkan dengan cepat sejumlah ekuilibrium metalik - diagram. Penerapan metode optik untuk studi baja telah mengakibatkan pengakuan dari ' jumlah 'konstituen,' tetapi sering ada kebingungan mengenai apakah ini adalah tahap yang berbeda dengan struktur kristal tertentu, atau campuran fase pada skala terlalu halus untuk diselesaikan oleh metode optik. Posisi umum, oleh karena itu, di mana lebih jauh kemajuan tergantung pada beberapa metode penemuan yang lebih rinci. susunan atom dalam logam bisa diungkapkan. Pentingnya penemuan difraksi X-sinar oleh kristal telah diakui dari awal, namun aplikasinya tertunda selama beberapa tahun akibat Perang Dunia Pertama. Davey, Hull, dan lain-lain bekerja sama dalam penentuan struktur kristal dari banyak logam yang lebih umum dan kemudian mendapatkan kristal tunggal logam. Debye-Scherrer, melakukan metode analisis kristal khusus yang memang menarik, itu ditemukan oleh AW Hull dan hampir bersamaan dengan Scherrer Debye untuk tujuan penentuan struktur logam. Penemuan asli metode ini dibuat tahun 1916, dan dari 1920 dan seterusnya, aplikasinya banyak menghasilkan kemajuan yang spektakuler pada dekade 1920-1930. Mereka menetapkan bahwa mayoritas logam mengkristal di salah satu tiga struktur logam khas yang ditunjukkan dalam Gambar. 12-2 (1). Ini adalah kubik berpusat muka, dekat-dikemas heksagonal, dan badan berpusat kubik struktur Allotropy umum, khususnya antara transisi logam, dan dalam hampir semua kasus seperti ini, berpusat kubik modifikasi. 2.3 Struktur Kristal Kristal yang sempurna merupakan susunan atom secara teratur dalam kisi ruang, susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara periodik berulang di dalam kisi ruang. Pada suatu sel satuan, tiga buah sumbu merupakan sumbu kristal teratur yang berhubungan dengan atom atau ion yang sama. Dimensi suatu sel satuan ditentukan oleh perpotongan konstanta sumbu-sumbu a, b, dan c. Geometri kristal dalam
10 ruang dimensi tiga yang merupakan karakteristik kristal memiliki pola yang berbeda- beda. Suatu kristal yang terdiri dari jutaan atom dapat dinyatakan dengan ukuran, bentuk, dan susunan sel satuan yang berulang dengan pola pengulangan yang menjadi ciri khas. Struktur kristal dinyatakan dalam sumbu-sumbu kristal yang dikaitkan dengan parameter kisi dan sudut referensi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5 c
b
a
Gambar 2.5 Sumbu-sumbu dan sudut-sudut antar sumbu kristal. (Edi Istiyono, 2000)
Sumbu-sumbu a, b, dan c adalah sumbu-sumbu yang dikaitkan dengan parameter kisi kristal. Sedangkan , , dan yang merupakan sudut antara sumbu-sumbu referensi kristal. Berdasarkan sumbu-sumbu a, b, dan c (kisi bidang) dan sudut , , dan (kisi ruang), kristal dikelompokkan menjadi 7 sistem kristal (hubungan sudut satu dengan sudut yang lain) dengan 14 kisi bravais (perbandingan antara sumbu-sumbu kristal) (Bravais, 1948), seperti pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Tujuh sistem kristal dan empat belas kisi Bravais (Kittel, 1976: 15). Sistem Kristal Parameter Kisi Kisi Bravais Simbol Kubik a = b = c = = = 90 simpel pusat badan pusat muka P I F Monoklinik a b c = = 90
Simpel pusat dasar P C Triklinik a b c = = 90
Simpel P
11 Tetragonal a = b c = = = 90 Simpel pusat badan P I Orthorombik a b c = = = 90 Simpel pusat dasar pusat badan pusat muka P C I F trigonal / rhombohedral a = b = c = = 90 120 Simpel P hexagonal / rombus a = b c = = 90, = 120 Simpel P
12 Bab III Tata Laksana Percobaan
3.1 Alat dan Bahan Dalam melaksanakan praktikum penentuan ukuran butir kristal menggunakan Difraktometer ini menggunakan beberapa alat sebagai berikut : a. Komputer yang terhubung XRD b. XRD PHYWE c. Sampel (clay, kuarsa, gipsum, sandstone) d. Kolimator
Gambar 3.1 Komputer yang terhubung XRD
Gambar 3.2 XRD PHYWE
13
Gambar 3.3 Sampel
Gambar 3.4 Pembuatan sampel
3.2 Tempat dan Tanggal Pelaksaan Pelaksanaan percobaan dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 April 2014 dan 5 Mei 2014 di ruang laboratorium Material, Fisika FMIPA, Universitas Brawijaya. 3.3 Langkah Percobaan Percobaan difraksi sinar-X diawali dengan menyalakan tombol power di bagian depan. Selanjutnya, setelah instrumen menyala, bagian jendela dibuka dan sampel dipasang. Bila diperlukan colimator, maka colimator dipasang pada sebelah kiri bagian dalam ruangan. Setelah sampel terpasang dengan benar, jendela ditutup dengan rapat. Jendela tersebut harus ditutup dengan rapat agar tidak terjadi radiasi sumber sinar-X ke bagian luar ketika XRD dijalankan. Selan itu, jika jendela tidak ditutup dengan rapat, maka instrumen tersebut tidak akan bekerja memindai sampel. Selanjutnya, XRD dioperasikan melalui komputer dengan
14 program measure. Cara menjalankannya adalah dengan mengeklik start measure. Lalu, komputer akan menampilkan tampilan awal program dan diklik OK. Untuk memulai pengukuran yang baru diklik file new measurement. Selanjutnya akan muncul tampilan untuk pengisian data sampel yang ingin diuji, serta penggunaan daya, dominan yang diukur, dan penggunaan filter/colimator. Stelah semua terisi dengan benar diklik continue. Lalu, akan muncul tampilan mengenai crystal angle dan detector angle. Setelah itu, diklik start measurement untuk memulai pengukuran dan setelah selesai diklik stop measurement. Setelah pengukuran selesai, hasil yang diperoleh disimpan dalam format .msr untuk penyimpanan grafik dan .txt untuk penyimpanan data. Penyimpanan grafik dilakukan dengan langkah mengeklik file save measurement save, sedangkan penyimpanan data dilakukan dengan langkah mengeklik export data mencentang save to file mengeklik OK.
15 Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan a) Karakterisasi Clay
b) Karakterisasi Kuarsa
16 c) Karakterisasi Gipsum
d) Karakterisasi Sandstone
17 4.2 Perhitungan Cara menentukan grain size kristal LiF dengan menggunakan rumus Scherrer : B (2) =
Keterangan : B = FWHM L = grain size K = 0,94 = panjang gelombang sumber sinar-X a) Karakterisasi Clay B = 2.0 Cos = Cos (1,5) Cos = 0.0707372 L =
L =
L = 359.988795 pm = 0.000359988795 m = < 1/ 256 m b) Karakterisasi Kuarsa B = 1.1 Cos = Cos (1,75) Cos = - 0.1781460556 L =
L =
L = - 259.74921329 pm = - 0.00025974921329 m c) Karakterisasi Gipsum B = 1.1 Cos = Cos (2) Cos = - 0.416146 L =
18 L =
L = - 111.2570579 pm = - 0.0001112570579 m d) Karakterisasi Sandstone B = 1.0 Cos = Cos (1,6) Cos = 0.0291995 L =
L =
L = - 1744.1792189 pm = - 0.0017441792189 m 4.3 Pembahasan Hasil difraksi sinar-X menunjukkan besar ukuran butir clay, kuarsa, gipsum dan sandstone adalah 0.000359988795 m, 0.00025974921329 m, 0.0001112570579 m, dan 0.0017441792189 m. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ukuran butir kristal sangat dipengaruhi oleh sudut pantul yang dibentuk oleh sinar-X yang menumbuk material. Makin besar sudut pantul yang dihasilkan, makin kecil ukuran butir pada material tersebut. Sedangkan makin besarnya kolimator akan memperbesar sudut pemantulan, sehingga nilai ukuran butirnya masin kecil. Dari gambar karakteristik ukuran butir menggunakan kolimator kecil, sedang, besar, dan filter tersebut juga dapat diketahui bahwa pengukuran intensitas radiasi sinar-x cenderung menunjukkan pola yang sama. Ke empat kurva tersebut menunjukkan bahwa intensitas radiasi semakin berkurang sebanding dengan kenaikan sudut. Perbedaan antar kurva, yaitu besarnya intensitas radiasi yang tercacah. Hal ini dikarenakan besarnya intensitas radiasi sinar-x sebanding dengan kenaikan arus tabung. Kaidah difraksi sinar x sangat penting khususnya dalam penentuan struktur kristal. Kaidah ini digunakan dikarenakan panjang gelombang sinar x berorde sama dengan kisi kristal sehingga kisi kristal berperan sebagai kisi difraksi. Difraksi sinar x dapat juga digunakan untuk menentukan ukuran kristal atau butir, fase, dan komposisi suatu padatan. Terjadinya difraksi tergantung pada struktur kristal dan panjang gelombangnya. Jika panjang gelombang jauh lebih besar dari pada ukuran atom atau konstanta kisi kristal maka tidak akan terjadi peristiwa difraksi karena sinar akan dipantulkan sedangkan jika panjang
19 gelombangnya mendekati atau lebih kecil dari ukuran atom atau kristal maka akan terjadi peristiwa difraksi. Hal pertama yang dilakukan dari percobaan penyerapan sinar x adalah menentukan intensitas dimulai dari sudut 0 o sampai 100 o dengan menggunakan tegangan 15 kv dan radiasi CuK yang memiliki panjang gelombang 1.54 , dimana panjang gelombang CuK memiliki orde yang sama dengan jarak antar atom sehingga dapat digunakan sebagai sumber difraksi kristal, setelah itu diperoleh sudut-sudut puncak dengan intensitas yang mengalami kenaikan secara drastis. Pada percobaan dengan kolimator kecil, sedang, besar, dan dengan menggunakan filter diperoleh sudut-sudut puncak, yaitu 38 o , 3 o dan 39 o , 4 o , serta 3 o dan 38 o . Puncak-puncak tersebut dinamakan sinar-X karakteristik yang terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari energy yang lebih tinggi menuju energy yang lebih rendah. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini memliki energy yang sama dengan selisih antara kedua tingkat energy elektron tersebut. Dari kelima titik pucak, intensitas yang paling tinggi berada pada sudut 38 o untuk 2teta. Sehingga, makin bertambahnya tegangan, intensitas yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan elektron yang bertumbukkan yang sangat sering dengan target, meningkatkan intensita. Sifat-sifat sinar-X yang dihasilkan sangat tergantung dari tegangan dan arus dari tabung, semakin tinggi tegangannya makin besar daya tembus yang dihasilkan dari sinar- X dan spectrum sinar-X yang dihasilkan akan memiliki intensitas. Sinar-X yang dihasilkan dengan tegangan rendah biasanya tidak mempunya intensitas hal ini biasa disebut radiasi putih. Alat X-RD yang digunakan dalam percobaan menggunakan sistem optik Bragg Brentano dengan panjang radiasi sebesar 8 m, incident beam mask sebesar 10 m, incident beam soller slit 0.04 rad dan receiving slit sebesar 0.1 m. Untuk pengambilan data menggunakan langkah pengukuran 2 = 0 - 100 dengan cara memasukkan tabung kolimator pada XRD. Sebuah sumber tegangan tinggi dari 20 200 kV diperlukan untuk menghasilkan sinar-x pada tabung sinar-x. Penentuan waktu durasi tegangan tinggi yang dipakai pada tabung harus dibatasi dengan hati-hati supaya pasien tidak menerima dosis yang berlebihan, film tidak menjadi terlalu hitam, dan tabung sinar-x tidak terlalu panas. Selama tabung sinar-x dioperasikan dalam batas termalnya, intensitas sinar-x diatur oleh arus filamen. Sebagai
20 sebuah proteksi terhadap kelebihan panas, temperatur anoda dimonitor oleh pendeteksi temperatur. Jika temperatur anoda melebihi nilai tertentu, kelebihan panas akan dideteksi dan suplai tegangan tinggi akan mati secara otomatis. Sebagian besar anoda tabung sinar-x diputar oleh motor induksi untuk membatasi daya sinar-x pada satu titik dan membantu pendinginan anoda. Sumber tegangan tinggi pada gambar 2.2 dihasilkan oleh sebuah trafo tengangan tinggi ke tingkat 20 200 kV. Tegangan tinggi kemudian disearahkan dan dihubungkan ke tabung sinar-x yang akan melewatkan arus konvensional hanya dalam satu arah dari anoda ke katoda. Produksi sinar-x oleh anoda merupakan radiasi Bremstrahlung yang terdiri dari sebaran frekuensi. Untuk mereduksi sinar-x frekuensi rendah digunakan filter sedangkan kolimator digunakan untuk membatasi luas paparan radiasi sinar- x. Percobaan dengan menggunakan difraksi sinar X kebanyakan terbatas pada zat padat saja. Hasil yang paling baik akan diperoleh apabila digunakan satu kristal tunggal. Namun, percobaan difraksi sinar ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan padatan dalam bentuk serbuk yang sebenarnya terdiri dari kristal- kristal yang sangat kecil. Bahan yang berbentuk kristal terdiri atas atom yang tersusun secara periodik. Susunan periodik selanjutnya dikenal sebagai struktur kristal. Sistem kristal dikelompokkan dalam 7 sistem (Krane, 1992). Sistem kristal tersebut adalah triklinik, monoclinik, ortorombik, tetragonal, heksagonal, rombohendral dan kubik. Pada percobaan ini digunakan metode difraksi sinar-X serbuk (X- ray powder diffraction) seperti terlihat pada gambar 4.1. Sampel berupa LiF telah ditempatkan pada suatu plat. Sinar-X diperoleh dari elektron yang keluar dari filamen panas dalam keadaan vakum pada tegangan tinggi, dengan kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam, biasanya tembaga (Cu).
21
Gambar 4.1 Metode Difraksi Sinar-X
Sinar-X tersebut menembak sampel padatan kristalin, kemudian mendifraksikan sinar ke segala arah dengan memenuhi Hukum Bragg. Detektor bergerak dengan kecepatan sudut yang konstan untuk mendeteksi berkas sinar- X yang didifraksikan oleh sampel. Sampel serbuk atau padatan kristalin memiliki bidang-bidang kisi yang tersusun secara acak dengan berbagai kemungkinan orientasi, begitu pula partikel-partikel kristal yang terdapat di dalamnya. Setiap kumpulan bidang kisi tersebut memiliki beberapa sudut orientasi sudut tertentu, sehingga difraksi sinar-X memenuhi Hukum Bragg : n = 2 d sin dengan ; n : orde difraksi ( 1,2,3,)
Keterangan : : Panjang sinar-X d : Jarak kisi : Sudut difraksi Bentuk keluaran dari difraktometer dapat berupa data digital. Rekaman data analog berupa grafik garis-garis yang terekam per menit sinkron, dengan detektor dalam sudut 2 per menit, sehingga sumbu-x setara dengan sudut 2. Sedangkan rekaman digital menginformasikan intensitas sinar-X terhadap jumlah intensitas cahaya per detik. Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi dengan intensitas relatif bervariasi sepanjang nilai 2 tertentu. Besarnya intensitas relatif dari deretan puncak-puncak tersebut bergantung pada jumlah atom atau ion yang ada, dan
22 distribusinya di dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan kristalin sangat khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit parameter dan panjang gelombang sinar- X yang digunakan. Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu padatan kristalin yang berbeda (Warren, 1969). Suatu pola difraksi sinar-X pada bubuk sampel clay, kuarsa, gipsum, dan sandstone yang didapatkan dari material aslinya menunjukkan pola yang berbeda dengan data JCPDS sebagai data standar dalam pengukuran XRD. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan kemurnian material yang digunakan, spesifikasi alat, dan besar sudut 2teta yang digunakan. Sebagai contoh berikut ini data JCPDS mengenai hasil pengukuran kuarsa dengan difraktometer,
Gambar 4.2 Pola difraksi sinar-X dari kuarsa yang menunjukkan puncak yang dibandingkan dengan pola standar JCPDS nomor 46-1045
Kegunaan dan aplikasi XRD: a. Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf, b. Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf, c. Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal, d. Karakterisasi material kristal, e. Identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat, dan f. Penentuan dimensi-dimensi sel satuan. Dengan teknik-teknik yang khusus, XRD dapat digunakan untuk: a. Menentukan struktur kristal dengan menggunakan Rietveld refinement,
23 b. Analisis kuantitatif dari mineral, dan c. Karakteristik sampel film. Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal dibangunoleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara khusus,secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi kristal (crystal lattice). Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah Kristal Ideal disusun olehsatuan- satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang.Untuk menggambarkan struktur kristal ini dapat digambarkan/dijelaskan dalam istilah istilah : Kisi kristal : Kisi adalah sebuah susunan titik-titik yang teratur dan periodik di dalam ruang. Basis : sekumpulan atom, dengan jumlah atom dalam sebuah basis dapat berisi satuatom atau lebih. Struktur kristal akan terjadi bila ditempatkan suatu basis pada setiap titik kisi sehingga struktur kristalmerupakan gabungan antara kisi dan basis. Apabila dinyatakan dalam hubungan dua dimensi adalah sebagai berikut (gambar 4.4) :
Gambar 4.4 Struktur kritsal
Sehingga apabila atom atau sekumpulan atom tersebut menempati titik-titik kisi maka akan membentuk suatu struktur kristal.
24 Materi yang digunakan dalam praktikum merupakan sandstone. Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke. Bahan selanjutnya adalah kuarsa. Kuarsa adalah mineral paling umum yang ditemukan sebagai butiran dalam batupasir dan batulanau. Sebagai mineral primer, kuarsa adalah penyusun utama batuan granitik, terdapat dalam beberapa batuan beku berkomposisi menengah (intermediate) dan tidak ada pada tipe batuan beku basa. Batuan metamorf seperti gneiss terbentuk dari material granitik, dan banyak batuan metasedimen berbutir kasar mengandung proporsi kuarsa yang tinggi. Kuarsa adalah mineral sangat stabil yang tahan terhadap pelapukan kimia di permukaan bumi. Butiran kuarsa dapat hancur dan terabrasi selama transportasi, tapi dengan kekerasan 7 pada skala Mohs, butir kuarsa masih tersisa setelah transportasi yang panjang dan lama. Dalam sampel hand specimen butiran kuarsa menunjukkan sedikit variasi: jenis yang berwarna seperti smoky atau milky quartz dan amethyst terdapat juga tetapi kebanyakan kuarsa terlihat sebagai butir bening. Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.
25 Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan dari praktikum ini bahwa difraksi sinar-X merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis padatan kristalin. Sinar-X merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 1 , berada di antara panjang gelombang sinar gama () dan sinar ultraviolet. Sinar-X dihasilkan jika elektron berkecepatan tinggi menumbuk suatu logam target. Suatu kristal memiliki susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang, memiliki jarak antar atom yang ordenya sama dengan panjang gelombang sinar-X. Akibatnya, bila seberkas sinar-X ditembakkan pada suatu material kristalin maka sinar tersebut akan menghasilkan pola difraksi khas. Pola difraksi yang dihasilkan sesuai dengan susunan atom pada kristal tersebut. Pengukuran ukuran butir kristal juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode difraksi sinar-X. Besar sudut 2teta yang dihasilkan akan mempengaruhi ukuran butir L. Besar ukuran butir tersebut berbanding terbalik dengan 2teta, sehingga makin besar sudut 2teta yang dihasilkan, maka materi akan memiliki ukuran butir yang kebih kecil dan makin kecil sudut 2teta yang dihasilkan, maka materi akan memiliki ukuran butir yang lebih besar. 5.2 Saran Diharapkan informasi mengenai ukuran butir kristal ini dapat menjadi dasar pemetaan pola sedimentasi di lapangan yang sangat berkaitan dengan sortasi dan ukuran butir kristal batuan.
26 Daftar Pustaka
Beck, 1977 . Principles af sconning Electron Microscopy, Jeol Hightech co., Ltd., Jepang. Sartono, A.A., 2006. Difraksi sinar-X (X-RD). Tugas Akhir Matalailiah proyek Laboratorium. Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. http://www.doitpoms.ac.uk /tlplib/ xray-diffraction/single crvstal.php. Download 12 Maret 2008. Warren, 8.E., 1969. X-Ray Diffraction, Addittion-wesley pub: Messach$ssetfs. Zakaria, 2003. Analisis Kandungan Mineral Magnetik pada Batuan Beku dariDaerah Istimewe Yogyakarta dengan Metode X-Ray Diffiaction, skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo : Kendari.