You are on page 1of 28

Implementasi Sislognas

Sangat Mendesak
Dubes Logistik Jadi Dubes Negara
Indonesia Harus Pecahkan
Enam Masalah
Antisipasi Liberasi Logistik
Munas Asperindo Soroti SDM
LIBERALISASI LOGISTIK
0
ASPERINFO
JANUARI 2013 1
2013
Selamat Datang
Assalamualaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi semua pihak yang bergerak di industri pos di Indonesia
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya majalah ASPERINFO yang merupakan media informasi sekaligus komuni-
kasi bagi komunitas ASPERINDO khususnya dan bagi pihak-pihak lain yang bergerak mau-
pun yang berkepentingan dengan industri pos ini dapat diterbitkan kembali.
Dalam beberapa tahun terakhir industri pos tumbuh dengan begitu pesat ditandai deng-
an semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan layanan pos, disertai pula dengan
kemajuan teknologi sebagai unsur pendukung dalam penyelenggaraan pos di Indonesia.
Terbitnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos memberikan arah yang
jelas bagi para penyelenggara pos dalam berkompetisi di sektor layanan pos, sehingga
dapat tercapai cita-cita industri pos di masa mendatang yang mampu mempresentasikan
kondisi tersedianya layanan pos yang lebih berkulitas, menjamin terselenggaranya layanan
pos di seluruh tanah air, dan mendorong berkembangnya layanan baru yang dapat mem-
berikan banyak pilihan kepada masyarakat.
Dengan hadirnya majalah ASPERINFO, kami selaku regulator menyambut dengan baik
dan berharap agar majalah ini dapat menjadi media informasi, komunikasi, sosialisasi, dan
diskusi yang mampu menambah wawasan para komunitas anggota ASPERINDO dan pihak
pihak terkait lainya, yang pada akhirnya akan membawa pengaruh positif terhadap kema-
juan industri pos secara nasional.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami ucapkan selamat kepada ASPERINDO atas
terbitnya kembali majalah ASPERINFO.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
KATA SAMBUTAN
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
INTERVIEW
Diantara Duta Besar RI angkatan tahun
2009, Harsha E Joesoef berhasil meraih
penghargaan cukup banyak dari pemerin-
tah, akreditasi antara lain dari Presiden
Slovakia, Menteri Perekonomian, Men-
teri Luar Negeri, Menteri Pertahanan,
Universitas Pertanian dll
Dr Nofrisel SE MM Sekretaris Kelompok
Kerja Ahli Tim Sistem Logistik Nasional
memberikan beberapa langkah bagi para
pelaku jasa kurir, pos dan logistik sebe-
lum liberalisasi logistik diberlakukan.
Semuanya terrangkum dalam wawan-
cara panjang Majalah Asperinfo.
Tahun 2013 menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia
terkait mulai diberlakukannya pasar bebas, terutama liberalisasi logistik.
Para pemain asing di bidang logistik akan membanjiri pasar Indonesia.
?Siapkah Indonesia bersaing dengan negara-negara lain
4
12
8
HOT ISSUE
EXECUTIVE
NEW
Munas Asperindo Soroti SDM & Interkoneksi 14
Regulated Agent Memperlambat Kiriman 16
REGIONAL NEWS
ATC Cetak SDM Profesional 18
Muswil Asperindo Jawa Tengah 20
Asperindo Sumut Sambut Pembangunan Tol 21
TIPS
Mengirim Barang dimusim Hujan 22
Mengirim Barang Berharga 22
Mencegah Pengiriman Barang Terlarang 22
OPINI
Industri Logistik Siap Masuk Pasar Global 24
19
14
PROFILE
NEWS
2013
SELAMAT DATANG
LIBERALISASI LOGISTIK
PECAHKAN 6 MASALAH
LIBERALISASI LOGISTIK
INDONESIA HARUS
DUBES LOGISTIK
JADI DUBES NEGARA
Amb. Harsha E Joesoef, MSc
M KADRIAL
Ketua Umum Asperindo
SISLOGNAS
Antisipasi Liberalisasi
LOGISTIK
3
FOOTNOTE
Sangat
Mendesak
SISLOGNAS
Implementasi
10
REGULASI
RPX GROUP
SIAP BUKA 500 OUTLET
I
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
CONTENTS
SALAM SEJAHTERA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kenikmatan hidup sehingga kita bisa menjalankan
aktivitas sehari-hari, terutama berbuat kebajikan di muka bumi
ini.
Pembaca yang budiman. Bersyukur kepada Tuhan, bahwa pada
awal tahun 2013, tepatnya bulan Januari 2013, ASPERINDO
berhasil menerbitkan kembali Majalah AsperInfo. Harapan
kami, terbitnya AsperInfo, sebagai media informasi dan komu-
nikasi ASPERINDO ini bermanfaat bagi para anggota ASPER-
INDO khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Edisi perdana Majalah AsperInfo, mencoba membahas secara
lebih mendalam terkait rencana pemberlakuan pasar bebas
dalam hal ini liberalisasi logsitik tingkat ASEAN. Salah satu tu-
juannya adalah agar para stakeholder dan para pelaku logistik
memahami tantangan yang akan datang, karena para pemain
asing di bidang logistik akan bebas masuk ke Indonesia.
Pembaca yang budiman, selain itu, redaksi juga mengangkat
tema regulasi yang berkaitan dengan implementasi Sislognas.
Pada edisi perdana ini kami tampilkan sosok Harsha E Joesoef
sebagai fgur executive yang pernah menjadi Duta Besar Slova-
kia. Kiprahnya di negeri Slovakia telah mengantarkan Harsha
mendapatkan berbagai penghargaan.
Pembaca yang budiman. Semoga kehadiran majalah ini, dapat
menjadi inspirasi bagi para pembaca dan bisa mengambil ilmu
dari apa yang kami paparkan. Semoga.


REDAKSI
EDITORIAL
Dewan Penasehat:
M. Kadrial
Syarifuddin
Pemimpin Redaksi:
Jimmi Krismiardhi
Redaktur Pelaksana:
Fathurroji
Tim Redaksi:
Ivan Rene
Subhan Ramdhan
Muhajir
Desain & Layout:
Rahman Jampang
Marketng Iklan:
Rath Hartni
Yuri Nadia
Alamat Redaksi:
SEKRETARIAT DPP ASPERINDO
Ruko Grand Bintaro Blok A5
Jl. Bintaro Permai Raya
Kel. Bintaro, Kec. Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Tel : (021)7351627
7351628 / 7351629
7351630
Fax : (021) 7343191
Email : dppasper@indo.net.id
Website : www.asperindo.or.id
PENGUMUMAN
Redaksi menerima tulisan dan foto
kegiatan anggota Asperindo yang
ada di Jakarta maupun di Daerah
melalui email. Atau bisa mengun-
dang Tim Redaksi untuk meliput
acaranya.
D
i banding negara
lain, sistem logistik
negeri ini masih jauh
dari harapan yang seharusnya.
Padahal potensi negeri dengan
model kepulauan dan penduduk
yang jumlahnya sekitar 245 juta
orang menjadi pasar yang potensial
untuk pengembangan bisnis di jasa
logistik. Tak heran, jika Indonesia
menjadi target pasar negara-negara
Asean di bidang logistik.
Berdasarkan survei Indeks Kin-
erja Logistik oleh Bank Dunia tahun
2010 posisi Indonesia berada pada
peringkat ke-75 dari 155 negara
yang disurvei. Sedangkan tahun
2012, posisi Indonesia membaik
yaitu menjadi peringkat ke-59.
Kendati demikian, Indonesia
masih di bawah kinerja beberapa
negara ASEAN seperti Singapura
(peringkat ke-2), Malaysia (peringkat
ke-29), Thailand (peringkat ke-35),
Philipina (peringkat ke-44) dan Viet-
nam (peringkat ke-53). Terpuruknya
Indonesia karena tingginya biaya
logistik yang bisa mencapai 27%
dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Liberalisasi logistik Asean
yang akan dimulai tahun 2013 ini,
menjadi tantangan negeri kepu-
lauan ini untuk segera menyiapkan
perangkat, agar perusahaan logistik
lokal mampu bersaing dengan
perusahaan logistik asing. Bila tidak,
maka pengusaha nasional hanya
akan menjadi penonton, sedangkan
pihak asing yang akan mengeruk
untungnya.
Dalam konteks Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), logistik
masuk dalam komponen bidang
jasa, yang kesepakatannya ditanda-
tangani negara-negara Asean sejak
tahun 1995 di Bangkok, Thailand. Di
mana, liberalisasi logistik mencakup
antara lain jasa kargo, pergudangan,
agen transportasi, jasa kurir, dan
jasa pengepakan barang.
Untuk mampu bersaing dengan
para pemain asing, maka pemerin-
tah harus melakukan pembenahan
terkait dengan regulasi, infrastruktur,
teknologi informasi. Begitu juga para
pelaku usaha, juga harus membena-
hi perusahaannya sehingga ketika
pihak asing masuk, para pebisnis
lokal siap bersaing dengan mereka.
Untuk itu, pemerintah telah
mengeluarkan Cetak Biru Pengem-
bangan Sistem Logistik Nasional
yangtertuang dalam Peraturan
Oresiden Nomor 26 tahun 2012, di
mana fungsinya sebagai acuan bagi
pemangku jabatan dalam rangka
penyusunan kebijakan dan rencana
kerja yang terkait dengan pengem-
bangan Sistem Logistik Nasional
di bidang masing-masing, yang
dituangkan dalam dokumen rencana
strategis sebagai bagian dari doku-
men perencanaan pembangunan.
Salah satu pertimbangan
diterbitkannya Cetak Biru ini adalah
karena tingginya biaya logistik
nasional, yang mencapai 27% dari
Produk Domestik Buto (PDB) yang
disebabkan antara lain belum me-
madainya kualitas pelayanan yang
ditandai dengan rendahnya tingkat
penyediaan infrastruktur, banyaknya
biaya transaksi yang tumpang
tindih, masih lambatnya operasional
pelayanan di bandara/pelabuhan,
belum ter integrasinya dokumen
pengiriman antar moda transportasi
dan terbatasnya jaringan pelayanan
penyedia jasa logistik nasional.
Asperindo sebagai wadah
perusahaan jasa pengiriman ekspres,
pos, dan logistik di Indonesia yang
memiliki anggota 160 perusahaan di
seluruh Indonesia, merasa terpanggil
dan bertanggung jawab untuk mem-
berikan motivasi, masukan positif
dalam menata kesiapan anggotanya
menyambut liberalisasi logistik
Asean tahun 2013.
Asperindo akan terus memberi-
kan informasi dan mencari solusi
yang tepat untuk mempertahankan
pemain lokal agar bisa tetap eksis
dan tidak tergerus oleh pemain
asing. Karenanya, Asperindo terus
memberikan masukan dan melaku-
kan mediasi ke pemerintah untuk
menghasilkan kebijakan yang tepat
dan peningkatan kwalitas anggotan-
ya dengan menghadirkan Asperindo
Training Centre (ATC)
Kita semua tidak ingin, adanya
liberalisasi logistik ini justru menjadi
pintu gerbang tumbangnya peru-
sahaan lokal karena tak mampu
bersaing dengan asing. Liberalisasi
logistik ini, selain menjadi tantangan
bagi pelaku bisnis, juga membuka
peluang yang lebih luas untuk kita
mengembangkan bisnis logistik ke
mancanegara. Sekarang, bola ada di
tangan kita semua, kita akan terus
bertanding dengan pemain asing
dan kita pengusaha nasional harus
menjadi tuan rumah di Negara kita
tercinta ini.
FOOTNOTE
SISLOGNAS
M KADRIAL
KETUA UMUM ASPERINDO
Antisipasi Liberalisasi
LOGISTIK
3
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
4
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
delapan sektor, yaitu Jasa Angkutan
Udara dan Laut, Jasa Bisnis, Jasa
Konstruksi, Jasa Telekomunikasi, Jasa
Pariwisata, Jasa Keuangan, Jasa
Kesehatan dan Jasa Logistik.
Untuk jasa logistik, nampaknya
akan menjadi tantangan besar bagi
negeri ini karena pangsa pasar lokal
yang sangat besar akan menjadi
bancakan pemain asing, bila pemain
lokal dengan segala infrastrukturnya
serta jaringannya belum siap.
Dibanding negara ASEAN
lainnya, potensi bisnis logistik di In-
donesia dinilai paling tinggi. Sebagai
negara kepulauan, maka kebutuhan
logistik menjadi sangat tinggi.
Ditambah dengan jumlah populasi
235 juta jiwa, yang sebagian besar
membutuhkan jasa logistik. Tak
heran, jika Indonesia jadi negara
paling seksi sehingga banyak dilirik
negara ASEAN lainnya, untuk dijadi-
kan target pasar.
Bank Dunia mengumumkan
logistics performance index (LPI) In-
donesia tahun 2012 naik peringkat,
dari posisi 75 di tahun 2010 ke po-
sisi 59. Berdasarkan survei tersebut,
peningkatan skor tertinggi terjadi
pada indikator kompetensi jasa
logistik (naik 0,38 poin), sementara
terendah terjadi pada pembenahan
infrastruktur (nol). Namun demikian,
masih banyak PR yang harus
dibenahi untuk bertarung bebas
dengan pemain asing di tahun
2013 ini. Lalu bagaimana kesiapan
Indonesia menghadapi liberalisasi
logistik ini?
Menurut Edy Putra Irawady,
Deputi bidang Industri dan Per-
dagangan Kementerian Koordi-
nasi Perekonomian, keuntungan
pemberlakuan liberalisasi logistik
bagi Indoensia adalah penerapan
insurance dan freight (IF) dalam
transaksi perdagangan.
Edy menegaskan, selama ini
ekspor Indonesia menggunakan
FOB dan impor CIF, artinya IF akan
dinikmati oleh pihak lain. Penerapan
HOT ISSUE
SELAMAT DATANG
2013
Liberalisasi Logistik
Tahun 2013 menjadi gerbang awal
menu ju pasar bebas, terutama liberali-
sasi logistik Asean. Melihat infrastruktur
yang ada dan regulasinya, siapkah
Indonesia di pasar bebas logistik?
T
ertanggal 15 Desember
1995 lalu, negara-negara
ASEAN telah menyepa-
kati dan mengesahkan
ASEAN Framework Agreement
on Services (AFAS), tepatnya di
Bangkok, Thailand. Tujuannya,
dalam upaya meningkatkan ker-
jasama ekonomi melalui liberalisasi
perdagangan dibidang jasa. Salah
satunya, bidang logistik.
Tonggak sejarah dunia logistik
tercetus waktu itu. Meski untuk
Indonesia itu menjadi tanda tanya
besar, siapkah Indonesia meng-
hadapi liberalisasi logistik? Yang
pasti, liberalisasi logistik ini menjadi
tantangan sekaligus peluang bagi
negeri kepulauan ini.
Dalam kesepakatan itu,
negara-negara ASEAN menyepakati
kerangka AFAS yang mencakup
5
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
Indonesia mencapai 24 persen
dari total produk domestik bruto
(PDB) atau senilai Rp 1.820 triliun
per tahun. Biaya tersebut terbagi
dalam biaya penyimpanan sebesar
Rp 546 triliun, biaya transportasi Rp
1.092 triliun, dan biaya administrasi
sebesar Rp 182 triliun.
Menghadapi liberalisasi jasa
logistik Asean 2013, Edy mengata-
kan, pemerintah berupaya mengem-
bangkan sistem logistik nasional
dengan mempercepat pemban-
gunan pelabuhan dan bandara,
membangun dry port serta pusat
distribusi di kawasan Indonesia
Timur.
Kamar Dagang dan Industri In-
donesia (Kadin) sudah menginisiasi
78 rencana investasi sektor logistik
dengan skema pendanaan swasta
murni untuk mendukung sistem
logistik nasional, ujarnya.
Edy mengatakan, saat ini pen-
anganan logistik di Indonesia ber-
dasarkan biaya menempati urutan
ke-59 di dunia atau merosot tajam
dari sebelumnya di posisi ke-43.
Biaya logistik diharapkan bisa turun
Bagi negara
ASEAN lainnya,
Indonesia ada-
lah pasar empuk
bagi industri
logistik.
IF dalam pengangkutan ekspor-im-
por akan menambah nilai transaksi
perdagangan nasional. Liberali-
asasi jasa logistik merupakan salah
satu sektor prioritas dalam Asean
Economic Community 2015. Untuk
sektor jasa logistik Asean akan
dikoordinasikan oleh Vietnam,
ungkapnya.
Dengan liberalisasi jasa logistik
ini, tambah Edy, maka pelaku jasa
logistik negara ASEAN bisa leluasa
beroperasi di Indonesia. Nantinya
jasa angkutan truk dari Vietnam
bisa dengan mudah masuk ke
Bojonegoro. Untuk bisa bersaing,
daya saing industri logistik harus
dibenahi, khususnya kualitas SDM
dan infrastruktur, katanya.
Liberalisasi logistik ini meli-
puti liberalisasi di bidang kargo,
pergudangan, agen transportasi,
jasa kurir, dan jasa pengepakan
barang. Bagi negara ASEAN lain-
nya, Indonesia adalah pasar empuk
bagi industri logistik. Tipikal negara
kepulauan dengan luas daratan me-
madai membuat kebutuhan logistik
sangat tinggi, ujarnya.
Adanya liberalisasi jasa logistik
ini diharapkan dapat memangkas
beban logistik terhadap biaya
produksi industri nasional yang
masih terbilang tinggi. Edy mema-
parkan, selama ini beban logistik
terhadap cost produksi itu 14,24%,
Sangat signifkan, tegasnya.
Kamar Dagang dan Industri
Indonesia merilis biaya logistik di
satu persen tiap tahun. Untuk mere-
alisasikan hal tersebut, pemerintah
terus membenahi infrastruktur.
Sementara itu Menteri Kordina-
tor Perekonomian Hatta Rajasa
menegaskan pemerintah akan
segera menerapkan agenda sistem
logistik nasional, yang menarget-
kan penurunan logistik hingga 50
persen pada 2014 mendatang.
Menurutnya, saat ini biaya
produksi yang berada di an-
gka 14,08 persen cukup menjadi
penghambat laju pertumbuhan
perekonomian. Dalam sistem
logistik nasional kita, sampai 2014
mendatang cost logistik akan di cut
dari 14,08 persen menjadi sembilan
persen saja dari total produksi,
katanya sebagaimana dilansir
okezone.com.
Untuk merealisasikan target
penurunan biaya logistik itu,
pemerintah telah menyusun tiga
langkah strategis, yaitu menghilang-
kan hambatan terstruktur seperti
peraturan daerah, pembangunan
infrastruktur dan penghapusan
tarif-tarif yang tidak diatur, seperti
pungli yang kini masih menjadi
IstIMewa
6
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
persoalan utama distribusi barang
maupun aktiftas perdagangan.
Hatta menegaskan, dalam ke-
hidupan bisnis yang baik, kecepatan
dalam proses administrasi pere-
konomian seperti perijinan usaha
menjadi salah satu kriteria penting.
Banyak pemerintah daerah yang
masih berorientasi bahwa retribusi
merupakan pendapatan. Padahal, di
sisi lain, akan menghilangkan penda-
patan karena penurunan daya saing
dengan daerah lainnya.
Pemerintah daerah harus pan-
dai-pandai dalam pembuatan Perda.
Jangan hanya berorientasi pada
pendapatan instan semata, karena
bisa berbahaya untuk kehidupan
ekonomi daerah secara menyeluruh,
pungkasnya.
Terkait siap tidaknya Indonesia
bertarung di kancah pasar bebas,
terutama bidang logistik, menurut
Dr Nofrisel SE MM Sekretaris Kelom-
pok Kerja Tim Ahli Sistem Logistik
Nasional, siap atau tidak siap harus
di hadapi. Secara keseluruhan,
sebenarnya pemain logistik kita siap.
Era kompetisinya memang semakin
ketat, Bahasa bisnisnya kalau tidak
mempersipkan diri pasti akan kalah,
katanya.
HOT ISSUE
Nofrisel berharap kepada AS-
PERINDO dan asosiasi lainnya untuk
menyiapkan diri dengan sebaik-bai-
knya. Persiapan paling baik adalah
memperbaiki SDM dan IT.
Kalau tidak menyiapkan diri baik
SDM dan IT pasti terlambat dan
tenggelam. Selain itu, mempelajari
aturan yang berkaitan de1ngan
logistik, serta menganalisa portfolio
baik customer dan kompetisi di
Indonesia.
Pria yang menjadi Anggota
Dewan Pembina ASPERINDO ini ber-
harap apa yang sudah durumuskan
dalam Sislognas dijalankan bersama.
Sekarang kita punya Perpres 26
tahun 2012 tentang pengembangan
Sislognas sampai sudah ada rencana
aksi. Tinggal kita melaksanakan den-
gan baik dan benar, terangnya.
FATHURROJI
Pemerintah dae-
rah harus pandai-
pandai dalam
pembuatan Perda.
Jangan hanya
berorientasi pada
pendapatan instan
semata, karena bisa
berbahaya untuk
kehidupan ekono-
mi daerah secara
menyeluruh.
7
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
T
ak bisa dipungkiri, Cina
menjadi negara yang
cukup brilian dalam
berbisnis. Tak heran, bila
banyak barang-barang dari Cina
membanjiri pasar di Indonesia den-
gan harga jauh lebih murah, dengan
varian produk yang lengkap. Nam-
paknya, Indonesia perlu belajar dari
negeri Panda ini di bidang logistik.
Duta Besar RI untuk Cina dan
Mongolia, Imron Cotan menegaskan
Indonesia harus mencontoh sistem
logistik nasional Cina untuk menin-
gkatkan produktivitas nasional den-
gan biaya yang efektif dan efsien.
Infrastruktur dan sistem logistik
nasional yang baik, sudah menjadi
sebuah keharusan untuk dapat
meningkatkan produktivitas nasional
sebagai bagian dari modal untuk
bersaing secara kompetitif di pasar
global, katanya sebagaimana dilan-
sir republika.co.id.
Imron mengatakan, strategi
pengembangan intra dan in-
terkonektivitas infrastruktur darat,
laut, udara di dalam negeri dan ke
luar negeri Cina cukup baik. Cina
memiliki jalan tol terpanjang di
dunia kedua setelah Amerika Serikat
dengan panjang sekitar 65.065
kilometer. Dan sejak tahun kemarin
panjang jalan tol itu bertambah
menjadi sekitar 76.114 kilometer,
ungkapnya.
Selain jalan tol, Cina juga
memiliki panjang jalur kereta sekitar
100.000 kilometer yang meng-
hubungkan seluruh provinsi yang
ada di Cina, dan akan ditingkatkan
menjadi 170.000 pada tahun 2030.
Cina, kini jalur kereta cepat
sepanjang 8.358 kilometer yang
merupakan terpanjang di dunia,
serta akan dibangun pula jalur yang
menghubungkan hingga Tibet, Rusia
serta beberapa negara ASEAN.
Dengan infrastruktur yang ter-
bangun baik, tercapai sistem logistik
nasional yang baik pula. Sehingga
arus barang, manusia dan jasa
dapat berjalan baik, meningkatkan
produktivitas nasional dengan biaya
yang efektif dan efsien, sehingga
harga barang pun menjadi murah
dengan kualitas terjaga, paparnya.
Sementara itu menurut Net-
preeya Kate Choomchaiyo, Direktur
Logistik Perdagangan Departemen
Promosi Perdagangan, Kementerian
Perdagangan Thailand, sebagaima-
na dilansir Harian Bisnis Indonesia
mengatakan persoalan logistik
Thailand berbeda dengan Indone-
sia yang terkendala infrastruktur
sehingga beban biayanya tinggi.
Dengan kondisi itu, masalah di
kedua negara tak bisa dipetakan
sama. Indonesia, menurutnya,
punya kelemahan infrastruktur jalan
darat dari pelabuhan ke gudang. Im-
basnya, biaya logistik jadi selangit.
Kate menilai Indonesia punya
keunggulan adanya keterhubungan
antarpulau yang membaik. Kalau
kami kebalikannya dari Indone-
sia. Sarana infrastruktur kami,
yaitu jalan tol, jalan darat, dan truk
cukup kuat demikian juga pada
penerbangan,paparnya.
Menurut Kate, beban logistik di
Thailand dua tahun lalu 18% dari
PDB. Dengan pertumbuhan industri
yang cukup baik, beban biaya
diharapkan berkurang menjadi 15%
terhadap GDP dan beberapa tahun
mendatang bisa menjadi hanya
10% dari PDB.
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mencatat statistik
terakhir biaya logistik di Indonesia
termasuk yang tertinggi di Asean
yakni sebesar 25%-30% dari PDB.
Padahal idealnya tidak melebihi
15% dari PDB.
Kate menjelaskan, untuk
mengurangi beban logistik tersebut,
ia akan mengimplementasikan
menyelenggarakan program latihan
bagi perusahaan eksportir hingga
perusahaan importir agar mengeta-
hui layanan logistik secara baik dan
sistem manajemennya.
Selain itu, tutur Kate, pemerin-
tah juga akan menggandeng seluruh
kampus di Thailand guna mencetak
tenaga yang ahli di industri ini. Soal
SDM bisa menjadi masalah ke depan
jika tidak dipersiapkan karena bisnis
ini makin tumbuh dengan segala
tingkat kerumitannya, ungkapnya.
FATHURROJI
KE CINA DAN THAILAND
IstIMewa
8
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
K
ekuatan logistik
negara ini ditentukan
sejauh mana kesiapan
para pelaku logistik
dan kepedulian pemerintah di negeri
ini. Bila kuda-kuda yang dipasang
lemah, maka
tinggal men-
unggu tumbangnya. Sebaliknya,
bila kuat maka para pelaku logistik
lokal akan mampu bersaing dengan
pemain asing.
Salah satu langkah untuk meny-
iapkan negeri ini dalam menghadapi
perdagangan bebas, utamanya
bidang logistik, telah diterbitkan Per-
pres Nomor 26 tahun 2012 tentang
Sistem Logistik Nasional (Sislognas).
Untuk mengetahui poin-poin
penting dari Sislognas ini, wartawan
Majalah AsperInfo, Fathurroji dan
Muhajir bertandang ke kantor Dr No-
frisel SE MM, Pakar/ Doktor dibidang
logistik, Sekretaris Kelompok Kerja
Tim Ahli Sistem Logistik Nasional
yang juga adalah anggota Dewan
Pembina ASPERINDO. Berikut peti-
kan wawancaranya.
Bagaimana logistik Indo-
nesia menghadapi pasar
bebas 2013?
Di Sislognas
sudah dirumuskan
cetak biru guna
membantu mem-
persiapkan
sektor logis-
tik nasional
untuk siap
berdaya
saing.
Men-
gapa de-
mikian
ka-
rena kita
melihat
bahwa logistik
itu ternyata kalau diamati
terlihat dua perspektif,
yaitu pelaku dan ne-
gara. Dalam beberapa aspek
ternyata tidak bisa semata-
mata mengandalkan pelaku. Banyak
aspek-aspek yang harus dibenahi
dan dicampurtangani oleh negara.
Karena kalau mengandalkan pelaku
saja sangat terbatas. Apalagi orien-
tasi mereka rata-rata proft.
Lalu apa yang harus disiapkan untuk
menghadapi liberalisasi logistik ini?
Dalam konteks ini setidaknya
ada enam aspek yang menjadi
kritikal faktor untuk kita benahi ke
depan. Pertama, bahwa Indonesia
sampai sekarang belum memiliki
komoditi unggulan. Selama ini,
komoditi apapun dengan cara yang
sama, dengan sistemnya sama dan
berjalan natural. Tapi kalau melihat
di beberapa negara, misalnya Thai-
land, di sana logistik berbasis agro.
Seluruh kebijakan logistik nasional
yang terkait agro di-create oleh
pemerintah mulai dari produk apa
yang akan dikembangkan, infrastruk-
tur untuk mengembangkan produk,
dan intensif bagi para pelaku indus-
tri sehingga berkembang. Kedua,
infrastruktur ini tidak mungkin men-
gandalkan pelaku sehingga harus
menjadi domain pemerintah.
Terkait infrastruktur, mana yang
lebih utama darat, laut, atau udara?
Bagi sektor logistik nasional
termasuk para pelaku, infrastruktur
yang mereka inginkan adalah yang
mampu memperlancar arus barang
dengan biaya seefsien mungkin.
Oleh karena itu perspektif dari
industri logistik entah itu pelaku dan
penyedia jasa logistik adalah selama
mereka membangun infrastruktur
yang mengarah pada efsiensi biaya
dan kelancaran barang mereka
akan support. Jangan dengan in-
frastruktur itu biaya semakin mahal
sehingga barang semakin lama
INDONESIA HARUS
PECAHKAN 6 MASALAH
LIBERALISASI LOGISTIK
INTERVIEW
8
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
IstIMewa
9
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
sampainya. Karena logistik itu butuh
kepastian dan bisa berimbas pada
harga-harga.
Secara praktik dan teori in-
frastruktur, yang paling murah ada-
lah laut, lalu kereta api dan udara.
Kalau bicara efsien maka infrastruk-
tur yang harus dibangun adalah
dua yang pertama yaitu laut dan
kereta api. Oleh karena itu perhatian
kita atas Sislognas adalah mem-
bangun transportasi berbasis laut.
Dengan kondisi pulau yang banyak,
bagaimana bisa berjalan kalau kapal
dan pelabuhannya tidak ada. Berarti
itu perlu dibangun infrastrukturnya.
Bagaimana regulasi tentang logistik?
Ketiga, regulasi karena logistik
itu melibatkan multi kementerian,
institusi dan lain-lain. Contoh anda
ingin menjadi penyedia jasa gudang
maka izinnya ke Kementerian
Perdagangan. Ingin mendirikan jasa
pengiriman ekspres izinnya ke Dep-
kominfo, ingin menjadi transporter
atau EMKL atau forwarding perlu ke
Perhubungan. Regulasi ini silahkan
berjalan dan ada regulasi yang har-
monis sehingga tidak menghambat
arus barang. Keempat adalah infor-
mation dan komunikasi teknologi.
Teknologi seperti apa?
Teknologi yang bisa memperce-
pat arus barang seperti pelabuhan
dan bandara dan sebagainya. Yang
tidak kalah penting atau kelima
adalah SDM. Karena selama ini SDM
sangat terbatas.
Apakah perguruan tinggi yang mem-
buka jurusan logistik masih terbatas?
Secara nasional belum banyak,
perguruan tinggi baru bisa dihitung
dengan jari, mungkin kalau di S1
sangat kecil tapi kalau di S2 sudah
banyak karena konsentrasi. S2 lebih
otoritas dimiliki perguruan tnggi
sendiri sedangkan kalau jurusan itu
yang menentukan adalah Mendik-
bud. Jadi ini salah satu challenge di
bidang pendidikan yang kita hadapi
adalah membangun lembaga pen-
didikan atau kampus yang fokus di
bidang logistik. Selain itu, Indonesia
belum punya sertifkat di bidang lo-
gistik, BNSP bulum punya sertifkasi
profesi di bidang logistik. Sekarang
kita yang mendorong supaya itu
berdiri, mudah-mudahan di perten-
gahan tahun 2013 sudah banyak
berdiri. Asosiasi Logistik Indonesia
tahun ini sudah ada sertifkasinya.
Apa poin terakhir yang harus
dibenahi?
Keenam adalah pelaku penyedia
jasa logistik. Industri logistk di
Indonesia kuenya sangat besar,
tapi yang menguasai pasar tidak
ada yang dominan. Kalau yang
menguasai pasar menurut peneli-
tian ITB sekitar 27%. Bila seluruh
perusahaan BUMN di bidang logistik
dikumpulkan paling hanya 50 triliun,
sedangkan logistik swasta paling
hanya 1 triliun.
Lain misalnya dengan industri
tepung terigu paling dikuasai 3-5
perusahan besar demikian juga gula.
Kalau logistik katakan ada perusa-
haan X menguasai sampai 20 triliun,
dia belum mendominasi pasar.
Karena karakter itu, maka challenge
kita adalah menyiapkan perusahaan
logistik yang world class. Pemerintah
diharapkan bisa menggiring kesana
apakah itu perusahan negara atau
swasta.
Mengapa Indonesia terkesan lambat
menyiapkan logistik?
Karena belum kepikiran mung-
kin. Jadi kita memang boleh dikata-
kan sangat terlambat, untungnya
kita punya market sendiri, mungkin
negara lain melihat keluar karena
pasar dalam negeri mereka lambat.
Dengan cara menyiapkan 6 aspek
tadi, kita berharap bisa menghadapi
liberalisasi. Welcome to liberalization
karena itu keniscayaan
Apa yang harus disiapkan oleh
pelaku logistik lokal?
Kita berharap pelaku bisa
mempersiapkan diri sedemikian rupa
setidaknya dengan dua hal pokok
yaitu penyiapan SDM dan sistem
operasi dan teknologi yang bagus.
Kalau infrastruktur itu domain
pemerintah tapi kalau dua hal ini
tidak dimiliki maka kita akan kalah.
Apakah kita siap untuk perang di
liberalisasi logsitik?
Era kompetisinya memang
semakin ketat, bahasa bisnisnya
kalau tidak mempersipkan diri pasti
akan kalah.
Dari pengamatan bapak, apakah
logistik Indonesi sudah siap ?
Saya bukan menggunakan ba-
hasa diplomasi, kita siap atau tidak
siap memang harus di hadapi. Se-
cara keseluruhan, sebenarnya untuk
pemain logistik kita siap saja, karena
pemain domestik ini, logistik ini ada
integritas sistemnya. Tidak ada satu
perusahaan logistik manapun yang
mengirim barang dari Jakarta ke
daerah tanpa kerja sama. Mereka
butuh partnership termasuk jaringan
global. Masalahnya bagaimana
kita bisa menggarap pasar besar
di negeri sendiri itu yang perlu kita
persiapkan karena pemain asing
juga berdatangan.
Apa harapan untuk pelaku logistik?
Kalau melihat dari sisi kue
besarnya logistik kita optimis bahwa
kue ini cukup banyak. Kedua saya
berharap baik kepada ASPERINDO
dan asosiasi lain untuk meny-
iapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Persiapan paling baik saya rekomen-
dasikan SDM dan IT. Kalau tidak me-
nyiapkan diri baik SDM atau IT dan
tidak ada investasi pasti terlambat
dan tenggelam. Selain itu mempela-
jari aturan yang berkaitan dengan
logistik. Melakukan analisa portfolio
baik customer dan kompetisi di
Indonesia. Saya berharap Sislognas
ini bisa dilaksanakan bersama. Kata
orang logistik, harus bisa mewujud-
kan kedaulatan logistik bagi seluruh
rakyat Indonesia.
10
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
Sangat Mendesak
gan dalam menjamin pergerakan
komoditi tersebut dapat berjalan
dengan lancar dan efesien.
Terlebih lagi rencana pemerintah
dalam pembangunan berbagai in-
frastruktur perekonomian diantara-
nya pembangunan pelabuhan laut
internasional, perluasan jalan kereta
api, perbaikan bandara, pembangu-
nan Kawasan Ekonomi Khusus, pem-
bangunan jalan dan jembatan serta
beberapa pembangunan infrastruk-
tur lainnya merupakan aspek-aspek
yang secara langsung berkorelasi
dengan sektor logistik nasional.
Logistik ini ingin mengkonek-
sikan kekuatan ekonomi nasional
REGULASI
SISLOGNAS
Implementasi
P
eraturan Presiden No
26 tahun 2012 ten-
tang Cetak Biru Sis-
tem Logistik Nasional
(Sislognas) akhirnya rampung pada
5 Maret 2012. Sislognas ini akan
memperkuat program Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pemban-
gunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Sislognas dan MP3EI layaknya
dua sisi mata uang yang tak bisa
dipisahkan. Keduanya saling mem-
berikan sinergi positif bagi pemban-
gunan ekonomi. MP3EI mengiden-
tifkasi potensi kekuatan ekonomi
dan komoditi andalan nasional,
sedangkan Sislognas berkepentin-
Perpres No 26 tentang Sislognas bukan
hanya untuk dibaca, tapi diimplemen-
tasikan dalam bentuk program yang
kongkrit. Karena itu, implementasinya
sangat urgen bagi pelaku logistik.
10
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
EDISI 01 / JANUARI 2013
membuka isolasi pedesaan, meng-
hilangkan distaritas dan mening-
katkan peran jasa logistik nasional,
kata Deputi Menko Perekonomian
Bidang Industri dan Perdagangan
Edy Putra Irawadi, di Jakarta.
Terbitnya Perpres Sislognas
ini sangat ditunggu semua pihak.
Karena sektor logistik semakin hari
semakin diyakini memiliki nilai
strate gis dan bahkan telah menjadi
salah satu faktor penentu bagi pem-
bangunan daya saing bangsa ini.
Kita akan mendukung cita-cita un-
tuk mengkoneksikan, menghubung-
kan Indonesia yang berdasarkan
maritim ini, ujarnya.
Wakil Ketua Umum Kadin
Bidang Perdagangan, Distribusi dan
Logistik Natsir Mansyur mengatakan
11
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
bahwa implementasi Sislognas ini
perlu dipercepat. Berbagai program
yang sudah ditetapkan, sesuai den-
gan Pepres 26/2012 tentang sistem
logistik nasional (Sislognas). Pepres
sebagai payung hukumnya ini perlu
secepatnya diimplementasikan,
karena waktu berjalan terus. Jangan
sampai kita kehilangan waktu,
nanti pada saat pemberlakuan AEC
(ASEAN Economic Community) 2015
baru kita panik, ujarnya dalam
siaran persnya.
Natsir menjelaskan, banyak
program yang dilakukan untuk
menurunkan cost logistik nasional.
Misalnya revitalisasi angkutan
penunjang logistik barang, pangan,
pembangunan BBM Logistik diperlu-
asan Pelindo II dan daerah lain. Lalu
ada revitalisasi kapal petra menjadi
kapal motor untuk melayani sea
short shipping route (SSS)/alur jarak
pendek dan program lainnya.
Itu merupakan keterlibatan
pengusaha logistik Kadin dalam
mendukung Sislognas ini, hanya saja
implementasi program yang lainnya
juga harus segera diimplementasi-
kan, jelasnya.
Sistem operasi logistik yang
kompetitif merupakan kunci sukses
dalam ekonomi global. Apalagi
dalam perdagangan yang kom-
petitif, sistem tersebut menjadi
penentu utama daya saing yang
membutuhkan pengiriman cepat.
Secara sederhana, keberhasilan
dalam perdagangan global dapat
tercapai bila sebuah perusahaan
memiliki kemampuan untuk berger-
ak melewati lintas batas dengan
cepat, andal, dan murah.
Menteri Riset dan Teknologi,
Gusti Muhammad Hatta mengata-
kan rencana aksi Sislognas berdasar
pada enam kunci yakni komoditas
penggerak utama, pelaku dan
penyedia jasa logistik, infrastruktur
transportasi, teknologi informasi dan
komunikasi, manajemen SDM dan
regulasi/kebijakan.
Keberhasilan implementasi
Sislognas akan berdampak pada
efsiensi di bidang logistik yang
pada gilirannya akan memperbaiki
daya saing ekonomi dan sekaligus
kesejahteraan masyarakat, kata
Menegristek pada acara Internation-
al Logistics Seminar and Workshop
2012 di Jakarta.
Menegristek berharap keberhasi-
lan dan implementasi Sislognas akan
berdampak pada efsiensi di bidang
logistik sehingga dapat memperbaiki
daya saing ekonomi dan kesejahter-
M
enurut catatan Kadin Indo-
nesia, ada delapan poin yang
diharapkan oleh Kadin Indonesia
untuk dapat diproses dan ditindak-
lanjuti mengenai permasalahan
Sislognas. Yaitu:
1. 25 pelabuhan laut yang meru-
pakan pintu gerbang utama
perdagangan harus dibenahi,
termasuk pengembangan
pelabuhan udara di setiap
provinsi Indonesia dan terminal
kargo di stasiun kereta api.
2. Perlu penyelarasan atau har-
monisasi yang berhubungan
dengan operasional angkatan
laut, darat, dan udara.
3. Perlu dicegah terjadinya sta-
gnasi terhadap pergerakan arus
barang.
4. Perlu dilaksanakan penerapan
pelaksanaan 24 jam/hari di
seluruh pelabuhan nasional.
5. Penerapan secara penuh
National Single Window (NSW)
terutama Cargo Release System.
6. Harus ada percepatan pemban-
gunan pelabuhan Tanjung Priok,
North Kalibaru dalam rangka
menghadapi ASEAN Economic
Community (AEC) 2015.
7. Perlu percepatan penyelesaian
Jakarta Outer Ring Road (JORR)
dari daerah industri ke Priok.
8. Perlu dibentuk Dewan Logistik
Nasional sebagai instrumen
yang memantau dan mengawa-
si pergerakan arus barang baik
angkutan laut, darat, dan udara.

8 PERSOALAN SISLOGNAS
IstIMewa
aan masyarakat.
Kelemahan kita adalah in-
frastruktur dan kesiapan teknologi
sehingga kemudian di MP3EI, kita
ingin meningkatkan SDM dan Iptek
supaya signifkan pengaruhnya. Hal
ini dilakukan supaya nanti logistik
juga bisa ikut melonjak naik, imbuh
Menegristek.
FATHURROJI
12
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
D
iantara Duta
Besar RI angka-
tan tahun 2009,
Amb. Harsha
E Joesoef , MSc berhasil meraih
penghargaan cukup banyak dari
pemerintah, akreditasi antara lain
dari Presiden Slovakia, Menteri
Perekonomian, Menteri Luar Negeri,
Menteri Pertahanan, Universitas
Pertanian dll . Namun itu semua
tidak menjadi tujuan utamanya ka-
rena yang lebih diutamakan adalah
tujuan jangka panjang negara untuk
membawa sumber kemakmuran
bagi Indonesia.
Nada bicaranya halus nan
santun. Tidak hanya mengusai
persoalan bisnis dan wirausaha,
pendiri RPX Group ini juga mengua-
sai perkembangan ekonomi, politik,
sosial, seni, budaya dan penerangan
media. Karakter ini semakin melekat
setelah dirinya berhasil mendirikan
perusahaan di bidang
jasa pengiriman
logistik dan
menjadi
Duta Besar
RI di Slova-
kia.
Kemam-
puan Harsha
dalam
membangun
bisnis ternyata
tidak hanya
berdampak pada
perusahaan-
ya tapi
juga bagi negara. Pasalnya, pria
yang ,mendapat Master of Science,
University of Texas, El Paso, Amerika
tahun 1982 ini didaulat pemerintah
mengemban amanah sebagai Duta
Besar RI di Slovakia tahun 2009.
Bagi Harsha, tugas ini untuk
mempersembahkan sesuatu bagi
bangsa dan negara. Saya senang
bisa sharing knowledge dan pay back
kepada negara sesuai kemampuan
saya. Untuk itu saya lakukan tugas
itu dengan baik, ujarnya kepada
Asperinfo saat ditemui di kantornya
yang megah.
Menurut pria penerima peng-
hargaan Satyalencana Pembangu-
nan dari Presiden RI tahun 2006
ini, tugas utama yang harus ia
wujudkan adalah membangun
hubungan jangka panjang
antara Indonesia dan Slovakia
dengan menambah sumber-
sumber kemakmuran bagi
rakyat Indonesia. Apalagi
hubungan kedua negara
selama ini relatif baik dan
tidak ada konfik.
Di bidang bisnis, kedua
negara sudah menjalin
hubungan dengan adanya
beberapa merek dagang
dari Slovakia seperti sepatu
Bata yang konon berasal dari
kata Bacca. Produk ban motor
Matador dan merek pisau cukur
Tatra yang semuanya berasal dari
Slovakia. Jadi sebetulnya sejak
tahun 1945 sudah banyak hubun-
EXECUTIVE
JADI DUBES NEGARA
Amb. Harsha E Joesoef, MSc
DUBES LOGISTIK
12
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
EDISI 01 / JANUARI 2013
13
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
gannya. Dulu bahkan ada merek
motor Java, papar lelaki kelahiran
Jakarta, 30 Januari 1959.
Hubungan ini tidak ditindak
lanjuti dengan baik sehingga produk
dari Slovakia tergeser dari negara
lain. Hubungan yang mulai luntur itu
dipertemukan kembali dalam sebuah
program pertemuan antar pelaku
bisnis kedua negara yang sempat
dilaksanakan sebanyak enam kali
selama beliau menjabat menjadi
Duta Besar. Program ini mendapat
sambutan baik dari pemerintah
Slovakia sehingga presiden Republik
Slovakia, Y M Ivan Gasparovic datang
ke Indonesia untuk melakukan ker-
jasama bilateral di 9 sektor dengan
nilai lebih dari 1 miliar dolar.
Kerjasama yang dilakukan
tahun 2011 ini antara lain bidang
pembangkit tenaga listrik di dua
tempat, salah satunya di Batam,
rencana pembangunan pabrik
semen, pabrik ban dan energi
terbarukan lainnya, di dunia perda-
gangan, investasi, perbankan serta
media massa, termasuk pertanian.
Saat ini kita masih impor 100 %
gandum dari luar. Insya Allah 2014
pemerintah bisa memulai program
gandum nasional bekerja sama
dengan Slovakia, paparnya.
Bagi pemerintah Indonesia, kerja
sama dengan pemerintah Slovakia
sangat menguntungkan karena
Slovakia termasuk negara bagian di
Eropa yang memiliki tiga keistime-
waan. Pertama, Slovakia menjadi
anggota Euro Union (EU) yang terdiri
dari 27 negara. Kedua, Slovakia juga
grup Schengen yaitu negara dengan
visa bersama 22 negara Eropa lain-
nya. Ketiga, Slovakia juga masuk ke
dalam negara Euro zone yaitu negara
yang menggunakan mata uang Euro.
Dengan tiga kelebihan ini,
Slovakia memiliki potensi kestabilan
perekonomian negara dan pelaku
usahanya. Kestabilan moneter ini
sangat penting bagi Indonesia
untuk mengurangi resiko kerugian
investasi dan menjadi pintu masuk
Indonesia ke wilayah Eropa Timur
melalui Slovakia. Slovakia is not only
Slovakia but all 27 member countries
of EU.. Barang-barang yang masuk ke
Eropa pada umumnya bisa melalui
Slovakia, paparnya.
Kesuksesan Harsha menjalankan
tugas negara tidak hanya menghasil-
kan hubungan bilateral dan menda-
tangkan investasi asing, tapi juga
berhasil meningkatkan pendapatan
perdagangan Indonesia. Diakui Har-
sha bahwa sebelum menjadi dubes
di Slovakia, neraca perdagangan-
nya rendah di kisaran USD 50 juta.
Setelah menerima tugas tahun 2009,
neraca perdagangan Indonesia ke
Slovakia terus naik. Saya sampaikan
kepada presiden pokoknya minimum
dilipat gandakan.
Alhamdulillah itu tercapai dan ter-
lampaui cukup jauh, paparnya.
Selama bertugas, Harsha belajar
dari sistem logistik di negeri tersebut.
Negara-negara Eropa memberlaku-
kan sistem zona euro, schangen,
dan visa bersama untuk mendukung
perdagangan mereka sehingga
tidak ada tarif biaya barang masuk
dan keluar. Pelajaran di sini bahwa
otonomi daerah ini belajar dari EU,
jangan mentarifkan barang dari
Sumsel ke Sumbar atau dari Bandung
ke Jakarta. Ini pemikiran yang keliru
karena akan mematikan barang
sendiri, ujarnya.
Pemberlakuan tarif barang
yang keluar masuk daerah, akibat
kebijakan otonomi daerah, hal ini
menjadikan produk dalam negeri
lebih mahal dan memiliki daya saing
yang lemah dibanding produk lain.
Dengan otonomi daerah ini biaya
logistik terbesar di dunia adalah
negara Indonesia, paparnya.
Maka konsep logistik di Indone-
sia harus dibangun dengan tiga fak-
tor yaitu memperbaiki konektiftas di
dalam pulau. Misalnya dari Tanjung
Priuk ke Tanjung Perak, apakah akan
melalui jalur laut, kereta api atau tol
darat. Kedua konektiftas antar pulau
ke pulau misalnya dari Jawa, Suma-
tra, Kalimantan, dan Papua yang
semestinya sudah terjadwal secara
regular. Ketiga adalah konektiftas
internasional yaitu membangun
perusahaan logistik dengan jaringan
kelas dunia.
Indonesia cukup baik dalam
bidang logistik tapi perlu memper-
siapkan diri bersaing di pasar bebas.
Hal yang perlu dibenahi adalah
infrastruktur, kepastian hukum dan
Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk
menghadapi persaingan bisnis yang
tidak bisa dianggap remeh ini. RPX
berupaya mempertahankan diri
sebagai leader dalam bidang logistik
dengan meningkatkan pelayanan
melalui teknologi dan more outlet.
Ia berharap, pemerintah tidak
mengulang kesalahan dalam me-
nentukan peraturan dan kebijakan
terkait logistik. Paling tidak peraturan
itu harus berimbang sesuai pasarnya,
misalnya Indonesia dengan pasar
jumlah penduduk sekitar 250 juta,
harus ada kompensasi lain jika
dibanding dengan Singapura yang
jumlah penduduknya sekitar 5 juta.
Apa yang salah di dunia perban-
kan jangan terulang di dunia logistik.
Kita tahu lembaga perbankan sangat
liberal dimana Malaysia boleh
membuka di Indonesia sementara
kita tidak boleh membuka di sana,
pungkasnya.
Setelah selesai bertugas menjadi
duta negara, Harsha mencoba mem-
fokuskan lagi untuk pengembangan
RPX menjadi perusahaan jasa logistik
yang terdepan. Terutama ketika
menyiapkan suksesi selanjutnya.
FATHURROJI & MUHAJIR
14
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
P
ertumbuhan ekonomi
Indonesia yang
begitu pesat turut
mendorong pertum-
buhan bisnis perusahaan jasa pen-
giriman. Tak heran, jika omset 400
perusahaan yang tergabung dalam
Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiri-
man Ekspres, Pos, dan Logistik
Indonesia (ASPERINDO) mencapai
Rp 60 triliun per tahun.
Menurut Ketua Umum ASPER-
INDO M Kadrial, jumlah perusahaan
jasa pengiriman saat ini mencapai
400 perusahaan. Jika setiap perusa-
haan memiliki 1.000 tenaga kerja,
maka jumlahnya mencapai 400.000
orang. Angkanya tentu lebih besar,
karena setiap perusahaan tidak
sama ada yang besar dan kecil,
MUNAS ASPERINDO
SOROTI SDM DAN
INTERKONEKSI
katanya saat memberikan sambutan
di Munas ASPERINDO 2012 di Anyer
26-28 Maret, di Anyer, Banten.
Kontribusi lain perusahaan jasa
pengiriman ekspres, terkait pemba-
yaran pajak. Ia mengungkapkan,
biaya pengiriman yang mencapai
Rp 60 triliun per tahun memberikan
laba kepada perusahaan, sehingga
perusahaan memberi sumbangan
pemasukan negara berupa Pajak
Penghasilan (PPh).
Untuk meningkatkan layanan
kepada konsumen, ASPERINDO
akan membentuk Lembaga Ser-
tifkasi Profesi (LSP). Tujuannya
agar perusahaan yang tergabung
dalam ASPERINDO memiliki standar
pelayanan yang sama. Sehingga
standarisasi keahlian sumber daya
NEWS
Asperindo, sebagai
wadah perusahaan
jasa pengiriman eks-
pres, pos dan logistik
terus memberikan mo-
tivasi kepada anggota-
nya. Agar bisnisnya
berjalan lancar guna
membangun pereko-
nomian bangsa.
14
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
EDISI 01 / JANUARI 2013
15
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
manusianya memenuhi standar.
Kita akan meminta BNSP (Badan
Nasional Sertifkasi Nasional) untuk
dapat memberikan persetujuan atas
terbentuknya LSP ASPERINDO,
lanjutnya.
Selain itu, tambah Kadrial yang
kembali menjadi Ketua Umum
ASPERINDO periode 2012-2016 ini,
ASPERINDO juga akan melakukan
interkoneksi antarperusahaan jasa
pengiriman ekspres, yang tergabung
dalam ASPERINDO, sehingga mem-
beri pelayanan yang lebih mudah
kepada konsumen.
ASPERINDO yang memiliki 29
DPW dan 11 DPD ini juga akan
melakukan interkoneksi antar peru-
sahaan jasa pengiriman di seluruh
Indonesia. Dengan begitu, pelang-
gan tidak perlu khawatir barang
kirimannya tidak sampai ke tujuan
meskipun perusahaan yang dipakai
tidak memiliki kantor perwakilan di
tempat itu.
Standarisasi dan interkoneksi itu
tidak serta merta akan menyeragam-
kan tarif pengiriman barang dan
dokumen. Pasalnya itu dilarang oleh
Undang-Undang Persaingan Usaha.
Dalam aturan yang baru, kata
Kadrial, nantinya pemerintah tidak
akan mensubsidi sepenuhnya
perusahaan jasa pengiriman yang
mendapat tugas PSO (public service
obligation) seperti PT Pos Indo-
nesia. Biaya untuk PSO itu akan
dibebankan kepada semua operator
termasuk anggota ASPERINDO.
Jadi nanti, subsidi PSO tidak
semua berasal dari APBN. Setiap
perusahaan jasa pengiriman akan
dimintai kontribusinya untuk men-
subsidi perusahaan yang melaksana-
kan PSO, tegasnya.
Mengenai hasil Munas ke-8, ada
penyempurnaan AD/ART organisasi
berupa perubahan kepanjangan AS-
PERINDO dari Asosiasi Perusahaan
Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia
menjadi Asosiasi Perusahaan Jasa
Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik
Indonesia. Perubahan ini dapat
menjadi pintu masuk bergabungnya
PT Pos Indonesia ke dalam ASPER-
INDO, ungkapnya
FATHURROJI
15
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
16
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
D
isela-sela dunia
logistik dihadap-
kan pada liber-
alisasi logistik
tahun 2013, justru para pemain lokal
logistik dibuat repot dengan adanya
aturan baru terkait Regulated Agent
(RA). Pasalnya, lokasi RA yang jauh
dari bandara, memperlambat proses
pengiriman barang.
REGULATED AGENT
MEMPERLAMBAT
KIRIMAN
Ketua Umum DPP Asosiasi Pe-
rusahaan Jasa Pengiriman Ekspress,
Pos dan Logistik Indonesia (ASPER-
INDO) M Kadrial mengatakan, di
Bandara Soekarno Hatta, proses
pengiriman barang berlangsung
lebih lama karena regulated agen
beroperasi di luar bandara.
Dengan adanya regulated
agent, pemeriksaan dilakukan di luar
bandara, sehingga barang dari pe-
rusahaan jasa ekspres harus dibawa
ke gudang pemisahan barang dulu,
baru ke bandara. Padahal dulu ba-
rang hanya dari gudang jasa ekspres
baru ke bandara. Penerapan regu-
lated agent di luar bandara justru
memperlambat layanan, katanya.
Kementerian Perhubungan di-
minta untuk melakukan transparansi
tarif kargo udara sehingga dapat
mencari solusi besaran pemeriksaan
keamanan kargo melalui RA yang
dinilai kemahalan. Bahkan, Ombuds-
man RI mendesak
Kementerian Perhubun-
gan sebagai regulator
menentukan tarif batas
atas pemeriksaan kargo
melalui perusahaan RA
atau agent inspeksi.
Kepala Biro Hukum
Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara Kemenhub Israful Hayat men-
gatakan perlu transparansi biaya
kargo yang dibayarkan agen jasa
pengiriman seperti ALFI dan ASPER-
INDO kepada maskapai, dan berapa
tarif yang harus dibayar pemilik
barang kepada jasa pengiriman.
Berapa sih agen jasa pengiri-
man membayar surat muatan
angkutan udara (SMU) kepada
maskapai, ini yang harus dijelaskan,
kata Israful. Dengan transparansi
besaran tarif ini, akan dapat ditentu-
kan tarif yang ideal untuk pemerik-
saan keamanan kargo udara melalui
perusahaan RA.
Menurutnya, Kemenhub sebagai
regulator tidak dapat menentukan
tarif RA karena bertentangan den-
gan UU No.1/2009 tentang Pener-
bangan. Pihaknya hanya mengatur
soal komponen tarif jasa pemerik-
saan pemeriksaan keamanan kargo
dan pos dalam KP No.152/2012.
Adapun komponen tarifnya tersebut
yakni personil, operasional, perse-
diaan, depresiasi dan amortisasi,
margin paling tinggi 10% dari total
biaya belanja, dan lainnya
. FATHURROJI
NEWS
IstIMewa
17
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
P
ersaingan dunia usa-
ha tidak bisa dihindari
antar perusahaan
jasa pengiriman dan
logistik yang menjadi anggota Aso-
siasi Perusahaan Jasa Pengiriman
Ekspres Pos dan Logistik Indonesia
(ASPERINDO). Namun bukan berarti
tidak bisa disatukan. Melalui acara
tahunan yang diadakan tanggal 30
Maret 2013, ASPERINDO berharap
tetap akan terjalin hubungan har-
monis antar karyawan baik di pusat
maupun wilayah.
Ketua panitia Sulistianto men-
gatakan, acara ini sangat penting
diadakan untuk menumbuhkan
semangat kerja sama dan keakraban
baik di tingkat pimpinan maupun
karyawan. Acara yang diadakan di
Bumi Perkemahan Ragunan ini akan
dihadiri oleh beberapa kalangan
mulai dari Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) ASPERINDO, ketua umum,
Menteri Komunikasi dan Informasi
bersama jajaran stafnya, Direk-
tur Jenderal PPI, Pemda DKI dan
anggota ASPERINDO serta seluruh
karyawannya. Kita juga mengun-
dang anggota ASPERINDO Wilayah
Banten, Bandung dan sekitarnya,
tuturnya kepada AsperInfo.
Ada lebih dari 170 anggota
ASPERINDO dengan jumlah peserta
family gathering sekitar 5.000 orang.
Mereka akan mengikuti berbagai
kegiatan mulai dari perlombaan,
musik, pameran dan bazaar serta
sosialisasi beberapa kebijakan terkait
jasa pengiriman dan logistik di Indo-
nesia. Dengan kegiatan ini diharap-
kan seluruh karyawan dan keluarga
merasakan kehadiran ASPERINDO,
paparnya.
Sulistianto melanjutkan, salah
satu pesan penting yang disampai-
kan dalam acara tersebut adalah
sosialisasi UU No 38 tahun 2009
yang menjadi payung hukum pelak-
sanaan pos dan pengiriman. Kita
sudah tidak ada bedanya dengan
pelaku PT Pos Indonesia dan sudah
bersanding dengan kepentingan
yang sama, paparnya.
Dengan adanya payung hukum
ini seluruh anggota ASPERINDO
diminta untuk berbenah dan mem-
persiapkan diri untuk berkompetisi
di pasar bebas yang semakin ketat
persaingan. Untuk menghadapinya
ASPERINDO akan terus mengadakan
pelatihan Sumber Daya Manusia
(SDM) baik kurir, customer service
dan beberapa bidang lain.
Sulistianto menambahkan,
dalam undang-undang dijelaskan
bahwa perusahaan asing hanya
dapat memiliki modal paling tinggi
49%. Mereka hanya dibolehkan ber-
operasi sampai ibukota provinsi yang
memiliki pelabuhan laut atau udara
internasional. Pengiriman dalam
negeri dilakukan oleh penyelenggara
lokal dengan pelayanan prima dan
nyaman. Kita berharap SDM ang-
gota ASPERINDO mampu bersaing
sehingga bisa go internasional,
pungkasnya. FATHURROJI
FAMILY GATHERING
ASPERINDO
MARET 2013
18
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
SIAP CETAK
SDM PROFESIONAL
D
alam rangka mening-
katkan sumber daya
manusia yang handal
dan profesional dalam hal pengiri-
man ekspres, pos, dan logistik, maka
ASPERINDO membuka lembaga
training yang diberi nama ASPER-
INDO Training Center (ATC).
Menurut Kepala Pendidikan
ASPERINDO Farri Gaffar, ATC ini didi-
rikan untuk menghadapi persaingan
global yang sangat ketat, sehingga
para pelaku harus menyiapkan SDM
nya dengan lebih baik lagi, untuk
itu ASPERINDO membuka kelas
training para karyawan anggota
ASPERINDO. Selain itu, tujuannya
untuk membendung tenaga kerja as-
ing yang akan berdatangan seiring
adanya pasar bebas, katanya.
Adanya ATC ini, perusahaan
anggota ASPERINDO akan semakin
efektif dan efsien untuk meningkat-
kan kemampuan karyawannya, ka-
rena dalam satu kelas, peserta bisa
saling berinteraksi dengan beberapa
perusahaan anggota ASPERINDO
yang sedang ditraining.
Kelebihan dari training ini, para
pengajarnya adalah para pakar
dan praktisi yang terjun langsung di
bidangnya, tegasnya.
ATC yang diresmikan pada
tanggal 9 April di Rakernas tahun
2011 lalu bisa menjadi wadah untuk
mencetak tenaga profesional di
bidangnya. Kegiatan training yang
kelasnya mulai dibuka Oktober 2011
lalu telah melahirkan SDM handal
dan profesional. Saat ini, sudah ada
6 angkatan Kurir Profesional Senior
dan 2 angkatan Customer Service,
dengan total peserta sebanyak 171
orang dari 49 perusahaan anggota
Asperindo terangnya.
Farri menambahkan, tahun
2013, ASPERINDO berencana akan
lebih mengembangkan training
di daerah-daerah. Saat ini telah
terjalin kerjasama dengan ASPER-
INDO wilayah Jawa Timur. Program
pendidikan di bidang lainnya yang
terkait (Basic Cargo, Danderous
Goods, Kepabeanan dll) akan juga
direalisasikan bekerjasama dengan
para praktisi di bidangnya ataupun
dengan lembaga pendidikan lain-
nya.
Diawal tahun 2013 ATC juga
akan segera membuka training Kurir
Profesional Yunior dimana dihara-
pkan calon kurir dari perusahaan
anggota dan para lulusan SMA
yang ingin segera bekerja, dapat
memanfaatkan program training ini.
Program training ini telah menda-
patkan ijin resmi dari Diknas.
Ke depan, masyarakat yang
ingin lebih memahami seputar
pengiriman ekspres, pos dan logistik,
bisa belajar di sini. Begitu juga yang
ingin mendapatkan sertifkat dari
BNSP, tegasnya. FATHUR
ATC
NEWS
U
ntuk menambah semakin
berkualitasnya lulusan dari ATC
ini, ASPERINDO juga akan mendi-
rikan sebuah Lembaga Sertifkasi Profesi
(LSP) ASPERINDO.
Team dari Asperindo sedang
mempersiapkan pengajuan ke Badan
Nasional Sertifkasi Profesi (BNSP) agar
program ini dapat segera disetujui.
ASPERINDO juga akan segera men-
gusulkan ke pemerintah agar Standar
Kompetensi Kerja Asperindo ini nantinya
dapat ditingkatkatkan menjadi Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
di bidang pengiriman ekspres, pos dan
logsitik.
19
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
RPX GROUP
SIAP BUKA 500 OUTLET
D
ari kejauhan,
gedung yang
didominasi
warna putih dan
biru itu terlihat kokoh dan menju-
lang dengan ketinggian 17 lantai.
Gedung yang berdiri di Jalan Ciputat
Raya No 99, Jakarta Selatan ini
adalah kantor pusat RPX Group yang
didirikan oleh Amb. Harsha E Joesoef
MSc.
RPX adalah perusahaan dalam
bidang logistik yang berdiri sejak
tahun 1985. Awalnya didirikan
dengan nama PT Repex Perdana
International yang menjadi mitra
perusahaan logistik internasional
asal Amerika Serikat FedEx. Sejak
menjadi pemegang lisensi FedEx un-
tuk Indonesia, RPX terus melakukan
pengembangan bisnis.
Menurut Founder RPX Harsha
E Joesoef, perusahaan ini awalnya,
tahun 1985 ia mulai dengan
membeli tiga kendaraan jenis L 300,
dengan delapan sepeda motor, dan
beberapa karyawan saja. Seiring
dengan pertumbuhan perusahaan,
RPX melengkapi sarana penunjang
seperti alat transportasi, informasi
teknologi (IT) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) terlatih.
Hingga kini RPX masih menjadi
leader dalam bidang logistik khu-
susnya IT dan akan semakin lengkap
jika ditambah sistem konektiftas
antar pulau. Maka tahun depan RPX
menargetkan penambahan jumlah
outlet di daerah-daerah hingga 500
outlet. Saya berharap agar cost
logistik di Indonesia lebih turun dan
Indonesia mampu bersaing dan
menarik bagi investor, paparnya.
Sementara itu, untuk membuka
ratusan outlet, RPX Group telah me-
nyiapkan dana investasi sebesar US$
50 juta selama lima tahun. Dana itu
akan dipergunakan untuk memper-
luas jaringan, menambah armada
dan memperkuat sistem IT).
Vice President Sales and Market-
ing RPX Group, Andry Adiwinarso,
mengatakan, RPX akan memperluas
jaringan operasional ke seluruh
kabupaten di Indonesia. Kami me-
nargetkan bisa terlaksana tiga atau
empat tahun ke depan, katanya.
Sementara di bidang operasion-
al, M Kadrial, Vice Presiden Opera-
tion & Customer Service RPX Group
akan terus melakukan investasi di
bidang teknologi informasi, penam-
bahan station untuk menunjang
strategi bisnis RPX di pasar ini.
Inovasi di bidang teknologi
ditujukan menciptakan customer
automation yang menghubungkan
sistem TI pelanggan dengan RPX, se-
hingga lebih memudahkan pelang-
gan dalam bertransaksi dengan
RPX baik proses booking, pelacakan
kiriman hingga pembayaran jasa.
Penggunaan teknologi informasi
menjadi salah satu cara menurunkan
cost logistik. Sistem ini memungkin-
kan pelanggan bagaimana mulai
order tanpa telepon atau order via
website . Pelanggan juga bisa men-
dapatkan report dengan website. Ini
ikut tekan biaya, ungkapnya.
Selain itu, RPX Warehouse,
yang merupakan sub-unit bisnis
RPX Group, memperluas gudang
transit (transit warehouse). Terletak
di pergudangan Lini I, Bandara
Soekarno-Hatta, Cengkareng, fasili-
tas ini memiliki luas bangunan 3.000
m dan mampu menampung 3.500
ton barang.
Dengan bertambahnya fasilitas
gudang transit ini, secara keseluru-
han RPX Warehouse dapat menan-
gani 11.500 ton barang. Fasilitas ini
terdiri dari ruang khusus ekspor dan
impor untuk barang, baik interna-
sional maupun domestik, serta rush
handling area. FATHUR
COMPANY
20
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
A
sosiasi Perusahaan Jasa
Pengiriman Ekspres, Pos
dan Logistik Indonesia
(ASPERINDO) wilayah Jawa Tengah
mulai menunjukkan eksistensinya
dengan dilantiknya pengurus baru
organisasi periode 2012-2016.
Pelantikan pengurus baru ini meru-
pakan rangkaian acara Musyawarah
Wilayah (Muswil) yang berlangsung
pada tanggal 27 September 2012.
Ada empat nama yang memeri-
ahkan pemilihan ketua ASPERINDO
Jawa Tengah yang berlangsung
di Hotel Ciputra, Semarang ini.
Diantaranya Tony Winarno, Ranudin,
Yopie Mayahi dan Edy Gunawan.
Dari hasil pemilihan tersebut Tony
Winarno memperoleh 21 suara, Ra-
nudin memperoleh 12 suara, Yopie
Mayahi memperoleh 0 suara dan
Edy Gunawan memperoleh 1 suara
dari suara sah.
Maka Muswil menetapkan Tony
Winarno sebagai Ketua ASPERINDO
Jateng periode 2012 2016 guna
meneruskan program kerja yang su-
dah ada. Hasil pemilihan ini ditindak
lanjuti oleh pengurus baru dengan
membentuk struktur organisasi dan
menyusun pengurus lengkap masa
bhakti 2012-2016.
Tony menjelaskan, setelah
membentuk susunan organisasi dan
program kerja, ASPERINDO Jawa
Tengah akan mengadakan Fam-
ily Gathering untuk menyambut
ulang tahun ASPERINDO pada 3
Maret 2013. Salah satu acaranya
adalah konvoi 37
perusahaan jasa
pengiriman anggota
ASPERINDO Jateng
dari Semarang
menuju Bandengan.
Selain untuk mer-
ayakan ulang tahun
ASPERINDO acara
ini juga untuk mem-
pererat silaturahim
antar anggota, paparnya.
Menurut Toni, ASPERINDO
Jateng tidak menutup mata bahwa
saat ini industri jasa pengiriman
tengah menghadapi pasar bebas.
Untuk itu ASPERINDO menyiapkan
diri dengan mendorong pelayanan
prima serta melakukan edukasi
kepada seluruh anggotanya yang
berjumlah 37 perusahaan.
Setiap perusahaan diharuskan
melaksanakan UU No 38 tahun
2009 yang menjelaskan standar
pelayanan prima dengan mem-
berikan kepastian waktu, biaya dan
prosedur. Selain itu juga dibutuhkan
regulasi yang jelas, infrastruktur dan
jaringan bisnis (networking). Kita
tinggal menjalankan prosedur dan
MUSWIL ASPERINDO JAWA TENGAH
MELANGKAH MENUJU
PERSAINGAN GLOBAL
REGIONAL NEWS
21
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
R
encana pembangunan jalan
tol dari Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam (NAD)
hingga Lampung disambut positif
oleh Asosiasi Perusahaan Jasa
Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik
Indonesia (ASPERINDO) Sumatra
Utara. Ketua ASPERINDO Wilayah
Sumut Eka Tarigan mengatakan, pe-
nyedia jasa pengiriman khususnya
di wilayah Sumatra Utara semakin
dibantu dengan rencana pemban-
gunan jalan tol yang diprakarsai
pemerintah daerah dan PT Jasa
Marga ini.
Menurut Eka, jika sebelumnya
perjalanan pengiriman paket barang
membutuhkan waktu kurang lebih 3
Peningkatan
arus kargo bisa
naik sekitar
10 persen
dibandingkan
hari biasa,
tambahnya.
Menu-
rutnya, menjel-
ang akhir tahun
dan awal tahun
ini para pedagang di Sumut mem-
buat stok barang yang lebih besar
untuk mendapatkan untung. Pada
hari normal rata-rata angkutan
kargo dari Jakarta-Medan sekitar 50
ton per hari. Sejak awal November,
ada peningkatan sekitar 10 persen,
paparnya.
Pembangunan jalan tol ini jelas
akan semakin menambah gairah
masyarakat untuk melakukan
berbagai macam aktivitas mulai dari
bisnis, ekonomi, sosial, kebudayaan
dan rekreasi karena banyak juga
warga yang memanfaatkan waktu
liburan untuk bertemu keluarga dan
refresing. MUHAJIR
hari sampai 4 hari, dengan adanya
jalan tol ini akan menjadi 2 hari saja.
Bahkan infrastruktur darat ini akan
membantu pengiriman paket barang
yang sebelumnya didominasi oleh
angkutan pesawat. Yang untung
memang jalur darat karena selama
ini banyak jalan yang rusak, macet
di beberapa titik, tanah longsor dan
lain-lain, ujarnya.
Eka memprediksi arus kargo
atau pengangkutan barang ke
Sumatra Utara menjelang natal dan
tahun baru akan semakin banyak
karena meningkatnya kebutuhan
masyarakat. Beberapa barang yang
banyak masuk adalah pakaian, tas,
dan asesoris natal dan tahun baru.
ASPERINDO SUMUT
SAMBUT PEMBANGUNAN TOL
mentaati peraturan yang sudah ada
dari pemerintah, serta menunggu
Peraturan Pemerintah yang sedang
dirancang, paparnya.
Menurut Toni, Jawa Tengah akan
menjadi salah satu daerah yang
diminati para pemilik
modal untuk membuka
usaha karena faktor
nilai Upah Minimum
Provinsi (UMP) yang
masih dibawah
daerah lain yaitu
sekitar 1,2 juta. Faktor
lain yang menuntut
kualitas pelayanan
jasa pengiriman harus
ditingkatkan adalah
daya beli dan konsumsi masyarakat
dalam negeri yang cukup tinggi
sehingga memacu perusahaan jasa
pengiriman berkompetisi di dalam
negeri. Harapan saya ASPERINDO
bisa mempersiapkan diri dalam
berkompetisi di dalam negeri untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi
di Indonesia dengan kualitas pelay-
anan prima, pungkasnya.
MUHAJIR
22
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
MENGIRIM BARANG
DI MUSIM HUJAN
C
urah hujan yang sering kali
terjadi beberapa hari ini,
mengakibatkan terjadinya
banjir di beberapa wilayah di Indo-
nesia. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi perusahaan jasa
pengiriman untuk memberikan pe-
layanan dengan aman dan selamat.
Namun bagi pengguna jasa
pengiriman tetap harus waspada
ketika akan mengirim barang ke luar
kota atau ke daerah, sehingga tidak
basah atau rusak akibat terkena air
hujan. Berikut adalah tips mengirim
barang di waktu musim hujan.
1. Pilihlah Perusahaan Jasa cargo
atau jasa pengiriman yang
memiliki izin dari Pemerintah.
2. Pilihlah Perusahaan Jasa cargo
atau jasa pengiriman Barang
yang memberikan jaminan
ketepatan waktu dan penggan-
tian jika terjadi kerusakan.
3. Pilihlah Perusahaan Jasa cargo
atau jasa pengiriman yang
sesuai dengan layanan yang
dibutuhkan.
4. Gunakan packing yang aman
dan tahan air (di cover dengan
plastik).
5. Ketahui situasi di daerah tujuan
apakah terjadi banjir atau tidak.
6. Tetap sampaikan kepada petu-
gas pengirim untuk menjaga
barang dari air dan sejenis-
nya.
7. Pilih perusahaan jasa cargo/
pengiriman yang bisa memberi-
kan status keberadaan barang
secara berkala.
PENGIRIMAN
BARANG BERHARGA
T
idak mudah memindahkan barang dari
satu tempat ke tempat yang diingin-
kan. Apalagi barang tersebut sangat
istimewa dan berharga sehingga perlu men-
jaga agar tidak rusak atau bahkan berpindah
tangan.
Untuk itu perlu tenaga pengantar khusus
atau mempercayakan kepada perusahaan jasa
pengiriman atau cargo. Nah, sebelum men-
girimkan barang berharga tersebut kita perlu
memperhatikan beberapa tips berikut.
1. Pastikan bahwa Packing yang digunakan
cukup aman untuk melakukan pengiriman
(tidak mudah rusak).
2. Berilah label khusus agar pengantar
berhati-hati dalam memperlakukan barang
tersebut.
3. Pilihlah perusahaan jasa pengirim yang
memberikan tambahan asuransi untuk
jaminan kerugian apabila nilai kiriman
melebihi jaminan dari perusahaan jasa
pengirim.
4. Tulis nama dan alamat tujuan dengan
rapi dan jelas usahakan dilengkapi dengan
nomor telephone.
TIPS
23
WWW.ASPERINDO.OR.ID
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
M
araknya berbagai paket pengiriman yang berisi
narkoba, ganja bahkan senjata api dan peledak
bom menunjukkan bahwa jasa pengiriman menjadi
incaran para pengedar untuk menggunakan jasa pengiriman demi
meraup keuntungan. Untuk itu diperlukan kewaspadaan dari para
petugas jasa pengiriman untuk mencegah upaya penyelundupan
barang-barang illegal dan melaporkannya kepada pihak kea-
manan.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah hal
tersebut diantaranya ;
1. Periksa identitas barang, identitas pengirim dan tujuan pen-
giriman secara teliti dan lengkap.
2. Upayakan semua paket pengiriman diperiksa menggunakan
metal detector dan alat X-Ray.
3. Periksa packing mulai dari bentuk, ukuran, warna, bau dan
suara yang bisa terlihat dari luar.
4. Jika isi paket mencurigakan jauhkan dari jangkauan umum.
5. Jika perlu paket pengiriman bisa dibuka di depan si pengirim.
6. Segera melakukan koordinasi dengan petugas keamanan atau
kepolisian jika kiriman mencurigakan.
MENCEGAH PENGIRIMAN
BARANG TERLARANG
IstIMewa
24
EDISI 01 / JANUARI 2013
Media Informasi & Komunikasi Asperindo
MAJALAH ASPERINFO
P
erubahan adalah
sebuah keniscayaan
ketika kita harus
mempersiapkan
diri untuk memasuki dunia pasar
global. Hadirnya pasar bebas ini
menuntut persiapan yang matang
dengan terus meningkatkan kualitas,
kreatiftas dan inovasi. Sebagai Aso-
siasi Perusahaan Jasa Pengiriman
Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia
(ASPERINDO) yang membawahi
perusahaan jasa pengiriman di
seluruh Indonesia, peranan edukasi,
sosialisasi dan kemitraan menjadi
keharusan.
Betapa tidak, Indonesia
saat ini adalah salah satu
negara dengan pertumbu-
han ekonomi yang relatif
baik dan positif. Hal ini yang
menjadikan Indonesia sebagai
primadona bagi beberapa pe-
rusahaan logistik internasional
untuk mengembangkan bisnis
dan berinvestasi di Indonesia.
Mencermati posisi Indonesia
yang berada di peringkat 59 dari
155 negara yang disurvei oleh
Bank Dunia (LPI : Logistics Perfor-
mance Index), Pemerintah kemudian
menerbitkan Perpres No. 26 tahun
2010 tentang Cetak Biru Pengem-
bangan Sistem Logistik Nasional
(Blue Print Sislognas). Salah satu
sasaran intinya adalah menurunkan
biaya logistik nasional yang ditahun
2010 masih mencapai 27 % dari
PDB (Produk Domestik Bruto).
Disisi lain, latar belakang dari
terbitnya Perpres No. 26 Tahun 2012
tentang Sislognas ini juga didorong
oleh faktor yang menunjukkan
tingginya biaya logistik nasional
yang antara lain disebabkan masih
adanya pungutan tidak resmi dan
biaya transaksi yang menyebabkan
ekonomi biaya tinggi.
Jika dianalisa lebih mendalam,
pencapaian dari sasaran Perpres
ini juga dipengaruhi tiga unsur
pokok. Pertama, adanya dukungan
infrastruktur yang dapat men-
dorong lancarnya fow of goods.
Kedua, tersedianya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang profesional
dan mempunyai kemampuan daya
saing yang tinggi. Ketiga, dukungan
berbagai regulasi yang dapat
turut menekan terjadinya ekonomi
biaya tinggi.
Tidak mudah untuk mencapai
ketiga unsur pokok diatas, karena
dari sisi regulasi misalnya, disamping
adanya regulasi yang berseberan-
gan antara yang satu dengan yang
lain, ada juga regulasi yang bukan-
nya menekan biaya ekonomi namun
sebaliknya, bahkan menaikkan atau
menyebabkan terjadinya ekonomi
biaya tinggi.
Berbagai tantangan ini tentunya
harus dihadapi bersama-sama
sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada dan menjadi kon-
tribusi bagi bangsa. Salah satunya
adalah melalui media masa sebagai
pusat informasi yang sekaligus men-
jadi jembatan komunikasi antara
anggota ASPERINDO, stakeholder,
pemerintah dan masyarakat umum.
Majalah AsperInfo hadir diten-
gah-tengah kita dalam rangka mem-
berikan berbagai informasi aktual
dan tajam demi sebuah perubahan
yang lebih baik sehingga bisa mem-
persiapkan diri memasuki persain-
gan di pasar bebas dan memberikan
kontribusi kepada negara.
Kini, melalui pengelolaan
yang fokus dan lebih profe-
sional, Majalah AsperInfo
tampil dengan wajah dan
warna yang lebih attractive.
Majalah AsperInfo terbit
dalam bentuk media yang
mencerdaskan sebagai
referensi utama informasi
kelogistikan di Indonesia.
Majalah AsperInfo akan
menyajikan berita-berita internal
dan eksternal yang masih segar, baik
yang sedang maupun yang akan
terjadi dimasa mendatang. Hot issue
yang diangkat pada edisi ini adalah
persiapan dunia logistik nasional
dalam memasuki persaingan pasar
global. Semoga dengan hadirnya
majalah ini bisa menambah refer-
ensi dalam bidang logistik dan men-
jadi kontribusi positif bagi kemajuan
dunia logistik di Indonesia. Selamat
membaca.
SYARIFUDDIN
Direktur Eksekutif Asperindo
OPINI
Siap Masuk Pasar Global
N
O

D
P
W
/
D
P
D



P
I
C

/

A
L
A
M
A
T

S
E
K
R
E
T
A
R
I
A
T

T
E
L
P
/
F
A
X
/
H
P
/
E
M
A
I
L
.
1



D
P
W

J
A
W
A

B
A
R
A
T



B
i
n
t
a
n
g

I
r
a
w
a
n

S
a
r
p
i
n
g
i



T
e
l
p
.

(
0
2
2
)

7
0
3
6
2
2
0
9




J
l
.

C
i
p
e
d
e
s

T
e
n
g
a
h

N
o
.

1
9
6



F
a
x
.


(
0
2
2
)

2
0
0
5
6
7
6




B
a
n
d
u
n
g

4
0
1
6
2



H
p
.




0
8
1
3

2
0
3
8

4
8
4
8





E
m
a
i
l

:

a
s
p
e
r
i
n
d
o
j
a
b
a
r
@
y
7
m
a
i
l
.
c
o
m







A
n
d
y

W
i
j
a
y
a
n
t
o



T
e
l
p
.

(
0
2
1
)

5
5
4
5
3
3
5
2



D
P
W

B
A
N
T
E
N



R
u
k
o

P
e
r
m
a
t
a

N
i
a
g
a

I
I
I

N
o
.

1
5



F
a
x
.


(
0
2
1
)

5
5
4
5
3
3
5




T
a
m
a
n

R
o
y
a
l

I
I
I
,

T
a
n
a
h

T
i
n
g
g
i




H
p
.




9
4
0
0
5
0
0
0
/
0
8
7
8
7
8
0
0
0
8
0
0




T
a
n
g
e
r
a
n
g

1
5
1
1
9



E
m
a
i
l

:

a
n
d
y
_
w
9
8
@
y
a
h
o
o
.
c
o
m



3



D
P
W

J
A
W
A

T
E
N
G
A
H



D
e
a
s
y

A
r
i
y
a
n
i



T
e
l
p
.

(
0
2
4
)

7
6
1
3
8
0
0
,

7
6
2
5
5
0
3
,

7
6
2
8
8
0
0





P
T
.

R
e
p
e
x

P
e
r
d
a
n
a

I
n
t

l



F
a
x
.


(
0
2
4
)

7
6
0
7
3
0
7




J
l
.

R
E
.

M
a
r
t
a
d
i
n
a
t
a

1
6
8



H
p
.




0
8
1
2

2
8
6

1
6
3
1

(
D
e
a
s
y

A
r
i
y
a
n
i
)




T
a
w
a
n
g
m
a
s
,

S
e
m
a
r
a
n
g

5
0
1
4
4



E
m
a
i
l

:

d
a
r
i
y
a
n
i
@
r
p
x
h
o
l
d
i
n
g
.
c
o
m



4



D
P
W

Y
O
G
Y
A
K
A
R
T
A



M
a
r
s
u
d
i



T
e
l
p
.

(
0
2
7
4
)

4
1
4
2
9
2




P
T
.

T
i
k
i

J
N
E



F
a
x
.


(
0
2
7
4
)

3
8
5
6
2
9




J
l
.

S
o
r
o
g
e
n
e
n

N
o
.

1
9
6



H
p
.




0
8
1
1

2
6
6

0
9
6
/
0
8
1
7
0
4
2
5
5
6
6




Y
o
g
y
a
k
a
r
t
a



E
m
a
i
l

:

m
a
r
s
u
d
i
1
6
5
@
y
a
h
o
o
.
c
o
.
i
d



5



D
P
W

J
A
W
A

T
I
M
U
R



S
u
w
a
n
d
i



T
e
l
p
.

(
0
3
1
)


9
1
1
7
9
7
1
9




P
T
.

P
a
n
d
u
s
i
w
i

S
e
n
t
o
s
a



F
a
x
.

(
0
3
1
)

8
6
8
3
3
5
9




P
e
r
k
a
n
t
o
r
a
n

P
o
n
d
o
k

C
a
n
d
r
a

T
C

2
8



H
p
.

0
8
1
2
3
1
2
0
3
8
6




R
a
y
a

W
a
d
u
n
g
s
a
r
i
,

W
a
r
u

-

S
i
d
o
a
r
j
o




E
m
a
i
l

:

a
s
p
e
r
i
n
d
o
_
j
a
t
i
m
@
y
a
h
o
o
.
c
o
m



6



D
P
W

B
A
L
I



I
B
G

A
r
s
a
n
a

M
a
n
u
a
b
a



T
e
l
p
.

(
0
3
6
1
)

8
6
2
6
3
3
3




P
T
.

P
l
a
t
i
n
i
u
m




F
a
x
.






J
l
.

I
m
a
m

B
o
n
j
o
l

P
e
r
t
o
k
o
a
n

A
l
p
a

B
e
t
a

A

2
0



H
p
.




0
8
1
2
3
8
9
2
3
8
9




D
e
n
p
a
s
a
r

-

B
a
l
i

8
0
1
1
9



E
m
a
i
l

:

b
a
g
u
s
.
a
r
s
a
n
a
@
g
m
a
i
l
.
c
o
m



7



D
P
W

N
U
S
A

T
E
N
G
G
A
R
A

B
A
R
A
T



A
g
u
s

S
a
l
i
m

H
a
r
a
h
a
p



T
e
l
p
.

0
3
7
0


6
6
8
6
0
0
0




P
T
.

G
a
r
d
a

L
i
n
t
a
s

S
a
r
a
n
a



F
a
x
.

0
3
7
0

-

6
3
2
8
7
3




J
l
.

S
r
i
w
i
j
a
y
a

N
o
.

2
4

L
t
.

I
I
,

C
a
k
r
a
n
e
g
a
r
a



H
p
.

0
8
1
2
3
7
0
1
2
6
0




M
a
t
a
r
a
m

-

N
T
B



E
m
a
i
l

:

s
i
u
_
m
a
t
a
r
a
m
@
t
e
l
k
o
m
.
n
e
t
.
i
d



8



D
P
W

N
A
N
G
R
O
E

A
C
E
H



A
b
d
u
l

A
z
i
s



T
e
l
p
.

(
0
6
5
1
)

4
9
2
0
7



D
A
R
U
S
S
A
L
A
M



P
T
.

H
i
d
u
p

B
e
r
s
a
u
d
a
r
a

(
P
r
o
n
e
x
)



F
a
x
.


(
0
6
5
1
)

4
9
2
0
7




J
l
.

T
e
u
k
u

U
m
a
r

N
o
.

9
4



H
p
.




0
8
1
3

7
0
9
9

3
6
6
6




B
a
n
d
a

A
c
e
h



E
m
a
i
l

:

o
p
x
_
n
a
d
@
y
a
h
o
o
.
c
o
.
i
d



9



D
P
W

S
U
M
A
T
E
R
A

U
T
A
R
A



M
.

E
k
a

T
a
r
i
g
a
n



T
e
l
p
.

(
0
6
1
)

4
5
2
9
9
8
1





P
T
.

P
a
n
d
u

S
i
w
i

S
e
n
t
o
s
a



F
a
x
.


(
0
6
1
)

4
5
1
6
4
5
4




J
l
.

B
r
i
g
j
e
n
d

K
a
t
a
m
s
o

N
o
.

3
0
1

A



H
p
.




0
8
5
2
6
2
3
1
1
5
1
6




M
e
d
a
n



E
m
a
i
l

:

a
s
p
e
r
i
n
d
o
.
s
u
m
u
t
@
y
a
h
o
o
.
c
o
m



1
0



D
P
W

S
U
M
A
T
E
R
A

B
A
R
A
T



A
r
i
e
f

R
u
s
d
i

R
u
s
l
i



T
e
l
p
.

(
0
7
5
1
)

8
9
1
9
9
2
,

2
8
8
5
4
,

2
4
8
6
4




P
T
.

T
i
k
i

J
N
E



F
a
x
.


(
0
7
5
1
)

8
9
1
9
9
3
,

3
3
7
6
5




J
l
.

P
u
l
a
u

K
a
r
a
m

N
o
.

1
4
3



H
p
.


0
8
7
8
8
0
2
7
0
0
6
6




P
a
d
a
n
g
,

S
u
m
a
t
e
r
a

B
a
r
a
t



E
m
a
i
l

:

m
i
c
h
a
e
l
.
r
u
s
l
i
@
j
n
e
.
c
o
.
i
d



1
1



D
P
W

S
U
M
A
T
E
R
A

S
E
L
A
T
A
N



R
i
z
a
t
h
o
n
t
o
w
i



T
e
l
p
.

(
0
7
1
1
)


4
1
6
4
7
9




P
T
.

C
a
r
a
k
a

Y
a
s
a



F
a
x
.

(
0
7
1
1
)

4
1
1
7
5
5




J
l
.

A
b
d
u
l

R
o
z
a
q

N
o
.

1

&

2



H
p
.

0
8
1
7
3
5
2
0
3
6

/

0
8
1
1
7
8
7
8
1
6




P
a
l
e
m
b
a
n
g



E
m
a
i
l

:

r
i
z
a
.
t
h
o
n
t
o
w
i
@
c
a
r
a
k
a
g
r
o
u
p
.
c
o
m



1
2



D
P
W

P
A
N
G
K
A
L

P
I
N
A
N
G




R
i
d
w
a
n



T
e
l
p
.

0
7
1
7

-

4
3
8
6
1
0



(
B
A
B
E
L
)



P
T
.

P
C
P

C
a
r
g
o



F
a
x
.





J
l
.

S
y
a
i
l
e
n
d
r
a

N
o
.

2
3



H
p
.

0
8
1
2
7
3
7
3
8
9
5




P
a
n
g
k
a
l

P
i
n
a
n
g



E
m
a
i
l

:




1
3



D
P
W

B
E
N
G
K
U
L
U



Y
u
l
y
a
n
t
o

E
p
e
n
d
i



T
e
l
p
.

0
7
3
6

-

3
4
9
3
2
9




T
I
K
I
N
D
O



F
a
x
.


0
7
3
6

-

3
4
9
3
2
9




J
l
.

M
a
h
a
k
a
m

R
a
y
a

N
o
.

1
6



H
p
.

0
8
1
1

7
3
0

8
5
9
9




L
i
n
g
k
a
r

B
a
r
a
t

-

B
e
n
g
k
u
l
u



E
m
a
i
l

:




1
4



D
P
W

R
I
A
U



H
u
i

M
a
n
d
r
a

(
A
s
e
n
g
)



T
e
l
p
.

(
0
7
6
1
)

8
5
3
9
9
3


F
a
x
.


(
0
7
6
1
)

8
5
3
9
9
3




P
T
.

T
i
k
i

J
N
E



H
p
.




0
8
1
2

7
5
1

9
5
8
2




J
l
.

S
i
s
i
n
g
a
m
a
n
g
a
r
a
j
a

N
o
.

6
5



E
m
a
i
l

:

j
n
e
p
k
u
@
i
n
d
o
.
n
e
t
.
i
d




P
e
k
a
n
b
a
r
u

-

R
i
a
u














h
u
i
m
a
n
d
r
a
.
a
s
e
n
g
@
y
a
h
o
o
.
c
o
.
i
d



1
5



D
P
W

L
A
M
P
U
N
G



M
u
r
s
a
l
i
n



T
e
l
p
.

(
0
7
2
1
)

2
4
0
0
2
6




P
T
.

N
u
s
a
n
t
a
r
a

C
a
r
d

S
e
m
e
s
t
a



F
a
x
.


(
0
7
2
1
)

2
5
2
6
0
2




J
l
.

H
a
y
a
m

W
u
r
u
k

N
o
.

1



H
p
.




0
8
1
3

7
9
2
8

2
8
0
8




T
a
n
j
u
n
g

A
g
u
n
g
,

B
a
n
d
a
r
a

L
a
m
p
u
n
g



E
m
a
i
l

:

m
u
r
s
a
l
i
n
@
p
t
n
c
s
.
c
o
.
i
d



1
6



D
P
W

J
A
M
B
I



S
o
p
i
a
n
t
o
,

S
.
S
o
s



T
e
l
p
.

0
8
5
2

-

6
6
5
7
2
9
0
9




P
T
.

Y
a
p
i
n
d
o

T
r
a
n
s
p
o
r
t
a
m
a



F
a
x
.




J
l
.

P
a
t
t
i
m
u
r
a

3
0
-
3
1



H
p
.




(
D
e
p
a
n

H
o
t
e
l

K
a
t
a
n

J
a
y
o
)
,

K
o
t
a

J
a
m
b
i



E
m
a
i
l

:



1
7



D
P
W

B
A
T
A
M



B
a
p
a
k

S
i
d
h
i

P
r
a
s
e
t
i
y
o
n
o

S
E



T
e
l
p
.

0
7
7
8

-

4
6
9
1
7
2




V
i
c
k
y

M
a
n
d
i
r
i

E
x
p
r
e
s
s

C
o
u
r
i
e
r



F
a
x
.






O
r
c
h
i
d

P
a
r
k

T
o
w
n

H
o
u
s
e

B
l
o
c
k

B

N
o
.

2




H
p
.

0
8
1
1
7
7
3
3
5
7




B
a
t
a
m

C
e
n
t
e
r

-

B
a
t
a
m



E
m
a
i
l

:

a
s
p
e
r
i
n
d
o
b
a
t
a
m
@
y
a
h
o
o
.
c
o
m



1
8



D
P
W

K
E
P
U
L
A
U
A
N

R
I
A
U



B
p
.

S
a
l
m
a
y
u
d
i



T
e
l
p
.

(
0
7
7
1
)

3
1
3
6
5
5




P
T
.

S
e
n
t
r
a

I
n
d
o
l
o
g
i
s

U
t
a
m
a

(
I
n
d
o
l
o
g
i
s
t
i
k
)



F
a
x
.


(
0
7
7
1
)

2
3
3
8
9




J
l
.

B
i
n
t
a
n

N
o
.

1



H
p
.

0
8
1
2
7
7
6
9
6
2
5
/
0
8
1
2
7
0
0
7
6
8
0




T
a
n
j
u
n
g

P
i
n
a
n
g
,

R
i
a
u



E
m
a
i
l

:

s
u
t
r
i
j
a
d
i
@
p
c
p
-
i
n
d
o
n
e
s
i
a
.
c
o
m



1
9



D
P
W

K
A
L
I
M
A
N
T
A
N

S
E
L
A
T
A
N



A
c
h
m
a
d

S
u
h
a
n
t
o



T
e
l
p
.

(
0
5
1
1
)

3
3
5
8
3
4
8




P
T
.

K
e
r
t
a

G
a
y
a

P
u
s
a
k
a



F
a
x
.


(
0
5
1
1
)

3
3
5
8
3
4
8




J
l
.

K
a
m
b
o
j
a

N
o
.

1
0



H
p
.




0
8
1
1

5
1
2

4
0
5

/

0
5
1
1

-

7
5
9
5
9
6
0




B
a
n
j
a
r
m
a
s
i
n



E
m
a
i
l

:




2
0



D
P
W

K
A
L
I
M
A
N
T
A
N

B
A
R
A
T



D
i
a
n

E
k
a

M
u
c
h
a
i
r
i



T
e
l
p
.

(
0
5
6
1
)

7
6
4
1
4
9




C
V
.

D
i
r
g
a
n
t
a
r
a

K
a
t
u
l
i
s
t
i
w
a



F
a
x
.


(
0
5
6
1
)

6
5
8
9
5
9
6




J
l
.

B
e
r
i
n
g
i
n

N
o
.

7
2



H
p
.

0
8
5
2
5
2
5
5
5
7
7
7
/
0
8
5
2
5
2
1
7
7
7
0
7




P
o
n
t
i
a
n
a
k



E
m
a
i
l

:

d
p
w
a
s
p
e
r
_
k
a
l
b
a
r
@
y
a
h
o
o
.
c
o
.
i
d



2
1



D
P
W

K
A
L
I
M
A
N
T
A
N

T
E
N
G
A
H



C
h
a
i
r
u
l

A
n
a
m



T
e
l
p
.

(
0
5
3
6
)

3
2
2
1
0
5
6




P
T
.

K
e
r
t
a

G
a
y
a

P
u
s
a
k
a



F
a
x
.


(
0
5
3
6
)

3
2
4
2
4
3
8




J
l
.

M
a
n
g
g
a

N
o
.

1
0
/
4
5



H
p
.




0
8
1
1

5
2
4

8
8
1




P
a
l
a
n
g
k
a
r
a
y
a

7
3
1
1
1



E
m
a
i
l

:




2
2



D
P
W

S
A
M
A
R
I
N
D
A



H
a
n
d
r
y

S
e
t
i
a
w
a
n



T
e
l
p
.

(
0
5
4
1
)

7
4
2
6
1
0




P
T
.

C
i
t
r
a

V
a
n

T
i
t
i
p
a
n

K
i
l
a
t



F
a
x
.


(
0
5
4
1
)

7
6
6
4
8
5




R
u
k
o

P
l
a
z
a

J
u
a
n
d
a

-

L
o
k
a
l

A
-
6



H
p
.



0
8
1
1

5
5
5

8
3
0




J
l
.

I
r
.

H
.

J
u
a
n
d
a
,

S
a
m
a
r
i
n
d
a



E
m
a
i
l

:




2
3



D
P
W

B
A
L
I
K
P
A
P
A
N



S
u
w
o
n
d
o

Y
a
c
u
b



T
e
l
p
.

(
0
5
4
2
)

7
0
2
3
1
3
9




C
V
.

I
n
t
e
r
t
r
a
n
s

M
e
g
a

L
i
n
e
s



F
a
x
.


(
0
5
4
2
)

8
7
4
7
2
0




J
l
.

R
a
j
a

B
a
k
t
i

V

N
o
.

6
2



H
p
.



0
8
1
1

5
3
6

1
2
6




B
a
l
i
k
p
a
p
a
n
,

K
a
l
i
m
a
n
t
a
n

T
i
m
u
r



E
m
a
i
l

:

s
u
w
o
n
d
o
_
i
m
l
i
n
e
s
@
y
a
h
o
o
.
c
o
.
i
d



2
4



D
P
W

S
U
L
A
W
E
S
I

U
T
A
R
A



R
o
y

T
a
m
o



T
e
l
p
.

0
2
1
-
4
2
9
0
0
3
3
5




R
u
k
o

I
T
C

C
e
m
p
a
k
a

M
a
s

M
e
g
a

G
r
o
s
i
r



F
a
x
.

0
2
1
-
4
2
9
0
0
3
3
5




J
l
.

J
e
n
d
.

S
u
p
r
a
p
t
o

B
l
o
k

L

3
5



H
p
.

0
8
1
1
4
3
3
2
2
9




J
a
k
a
r
t
a

P
u
s
a
t



E
m
a
i
l

:




2
5



D
P
W

S
U
L
A
W
E
S
I

T
E
N
G
A
H



H
.

B
a
k
r
i
e

A
b
d
u
l
l
a
h



T
e
l
p
.

(
0
4
5
1
)

4
2
2
5
3
6




P
T
.

C
i
t
r
a

V
a
n

T
i
t
i
p
a
n

K
i
l
a
t



F
a
x
.


(
0
4
5
1
)

4
2
1
8
9
6




J
l
.

D
i
p
o
n
e
g
o
r
o

1
5
4



H
p
.



0
8
1
3

4
1
0
2

8
3
2
8




P
a
l
u
,

S
u
l
a
w
e
s
i

T
e
n
g
a
h



E
m
a
i
l

:




2
6



D
P
W

S
U
L
A
W
E
S
I

S
E
L
A
T
A
N



B
r
e
l
i
a
n
t

a
f
r
i
a
n
t
o



T
e
l
p
.

0
4
1
1
-
4
8
1
3
2
4
3




P
T
.

R
P
X

/

F
e
d
e
x



F
a
x
.




J
l
.

B
a
n
d
a
r
a

L
a
m
a

n
o
.

1
6




H
p
.

0
8
1
2
1
1
3
3
5
5
2

/

0
8
1
3

1
7
9
6

2
2
7
7

(
B
p
.

A
n
d
r
e
y
)




M
a
n
d
a
i


M
a
r
o
s

-

M
a
k
a
s
s
a
r



E
m
a
i
l

:

b
a
f
r
i
a
n
t
o
@
r
p
x
h
o
l
d
i
n
g
.
c
o
m



2
7



D
P
W

S
U
L
A
W
E
S
I

T
E
N
G
G
A
R
A



F
u
a
d

A
.

T
a
s
r
i
e
f



T
e
l
p
.

(
0
4
0
1
)

3
2
9
0
0
7




P
T
.

P
a
n
d
u

S
i
w
i

S
e
n
t
o
s
a



F
a
x
.


(
0
4
0
1
)

3
2
2
6
4
6




J
l
.

M
a
y
j
e
n
d

S
u
t
o
y
o

N
o
.

1
8



H
p
.



0
8
1
1

4
0
1

7
7
1




K
e
n
d
a
r
i
,

S
u
l
a
w
e
s
i

T
e
n
g
g
a
r
a



E
m
a
i
l

:

p
s
s
k
d
i
@
k
e
n
d
a
r
i
.
w
a
s
a
n
t
a
r
a
.
n
e
t
.
i
d



2
8



D
P
W

M
A
L
U
K
U



J
u
l
i
u
s

P
a
t
r
i
c
k

L
a
k
o
n



T
e
l
p
.

(
0
9
1
1
)

3
5
5
6
3
0




P
T
.

K
e
r
t
a

G
a
y
a

P
u
s
a
k
a



F
a
x
.


(
0
9
1
1
)

3
5
6
1
5
5




J
l
.

P
H
.

L
a
t
u
m
a
i
n
a

S
k

3
/
7
8

N
o
.

2
7

B



H
p
.







A
m
b
o
n
,

M
a
l
u
k
u



E
m
a
i
l

:
2
9


D
P
W

G
O
R
O
N
T
A
L
O



B
a
r
i

F
r
i
t
z

D
o
k
u



T
e
l
p
.

(
0
4
3
5
)

8
2
4
0
2
6

/

F
a
x
.

(
0
4
3
5
)

8
2
7
0
3
5









P
T
.

T
I
K
I

J
N
E



H
p
.

0
8
1
2
4
3
1
1
6
0
2




J
l
.

K
a
s
u
a
r
i

N
o
.
8
0

G
o
r
o
n
t
a
l
o

9
6
1
1
4



E
m
a
i
l
.

b
a
r
i
d
o
k
u
@
g
m
a
i
l
.
c
o
m











D
A
F
T
A
R

D
P
W

A
S
P
E
R
I
N
D
O

S
E
L
U
R
U
H

I
N
D
O
N
E
S
I
A

You might also like