You are on page 1of 3

Hak Perempuan dalam Barat VS Islam*

Oleh: Khalid Baig


ThisisGender.Com Kenyataannya memang, terdapat begitu banyak fragmen dalam sejarah Barat yang
diprotes keras oleh perempuan. Misalkan saja, hingga akhir tahun 1860-an, seorang wanita Inggris yang
telah menikah tdak diakui sebagai seorang individu di hadapan hukum.
(

*:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfkir.
(Ar-Rum, 30:21)
Terpujilah Tuhan, Raja Alam Semesta bahwa Engkau tdak menciptakanku sebagai seorang wanita-
Jewish Mans Prayer
Apa perbedaannya ia sebagai istri atau seorang ibu, tetap saja dialah Hawa Si Penggoda yang harus
kita waspadai dalam setap wanita.-St. Augustne
Perempuan Islam dalam Pandangan Barat
Salah satu di antara topik-topik favorit yang digelontorkan media Barat untuk menunjukkan perlakuan
Islam yang tdak disukai terhadap perempuan adalah situasi para perempuan Arab Saudi yang tdak
diizinkan untuk mengemudikan kendaraan. Setap kali disodorkan fakta tersebut, Muslim yang merasa
terpojok segera menunjukkan fakta bahwa di belahan negeri Muslim lain, para perempuan tetap
diperkenankan untuk mengemudi.
Di banyak negeri muslim lain, perempuan memang diizinkan mengemudi, dan perkara pelarangan wanita
untuk mengemudi di Arab Saudi masih menjadi perdebatan, apakah hal tersebut merupakan kebijakan
yang baik atau buruk. Bahkan terdapat sejumlah indikasi bahwa pemerintah Arab Saudi akan
mempertmbangkan untuk mengubah kebijakan ini 180 derajat. Hanya saja, para penyanggah itu
melewatkan isu utamanya. Apakah mengemudi merupakan suatu hak atau sebatas kewenangan saja?
Hak-hak tdak dapat diambil dari diri seseorang, akan tetapi kewenangan merupakan sesuatu yang
dianugrahkan atau ditolak untuk diberikan oleh otoritas di manapun. Sebelum menyalahkan pihak yang
merampas hak orang lain, yang pertama kali harus dilakukan adalah memastkan bahwa hal yang
dituntut tadi adalah benar-benar merupakan sebuah hak.
Untuk mengetahui bahwa di seluruh dunia ini mengemudi merupakan sebuah kewenangan, seseorang
tdak perlu melakukan riset lebih jauh dari sekedar mengingat Surat Izin Mengemudi (SIM) yang
dimilikinya. Seseorang tdak membutuhkan izin apapun untuk menikmat haknya, akan tetapi tdak
demikian dengan kewenangan izin dari otoritas yang dibutuhkan untuk mendapatkannya. Di manapun,
kewenangan ini dapat diberikan atau dicabut oleh lembaga negara sesuai dengan kapasitasnya.
Contohnya saja di Amerika Serikat, SIM seseorang dapat dicabut bukan karena kesalahan yang
bersangkutan. Misalnya, saat ada orang lain yang menabraknya sementara dia tdak menggunakan
asuransi kecelakaan. Aturan ini menghukum seseorang bukan karena kesalahannya, akan tetapi hal ini
tdak dapat ditentang karena mengemudi bukanlah sebuah hak. Hal itu sebatas kewenangan saja.
Dengan ini, kasus ditutup.
Hak Perempuan dalam Barat
Pertukaran menekankan kesulitan untuk mendiskusikan isu terkait perempuan secara objektf pada
atmosfer saat ini sangat dituntut, yang diproduksi sebagian besar oleh mesin media yang sangat kuat.
Dan sebagaimana yang telah diduga, dapat dikatakan tak ada isu standar emas bagi seorang
perempuan di tengah-tengah masyarakat dikembangkan oleh Barat. Setap orang pada saat ini tdak
dapat menyanggahnya. Sejarah perjuangan wanita dan pencapaian kejayaan Barat telah menjadi cahaya
pemandu bagi seluruh manusia.
Kenyataannya memang terdapat begitu banyak fragmen dalam sejarah Barat yang diprotes keras oleh
perempuan. Sampai akhir tahun 1860-an, seorang wanita Inggris yang telah menikah tdak diakui sebagai
seorang individu di hadapan hukum. Dalam pernikahan, dia memasuki kondisi yang disebut sebagai
converture, dengan kata lain ia menjadi hak milik suaminya. Nama belakangnya diubah sebagai tanda
kepemilikan yang baru, bahkan praktk ini masih berlangsung hingga kini. Dia tdak berhak memiliki
propert, membuat kontrak/kesepakatan/ wasiat, atau hak asuh atas anak-anaknya.
Undang-undang Inggris tahun 1632 mendeklarasikan bahwa: Segala yang dimiliki seorang suami adalah
kepunyaannya, sementara apa yang dimiliki istrinya adalah kepunyaan suaminya. Lebih parah lagi,
seorang istri bahkan tdak berhak untuk memutuskan ikatan pernikahan yang tdak membahagiakannya.
Sampai tahun 1857, perceraian hanya bisa dilakukan melalui dokumen persetujuan dari parlemen.
Status wanita sebagai manusia kelas dua diyakini secara luas: *Pria+ merupakan gambaran dan kejayaan
Tuhan, tapi wanita merupakan kejayaan bagi pria. (I Cor. 11:7). Bahkan tdak seorang pemimpin pun
yang dihormat di dunia Barat mulai dari abad ke-15 hingga abad ke-18 yang menentang ide ini. Inilah
perkataan seorang reformis Martn Luther: Jika mereka kelelahan atau bahkan mat, hal itu tdak
menjadi masalah. Biarkan mereka mat kala melahirkan, untuk itulah mengapa mereka ada.
Karya Mary Wollstonecrof (1792) dan John Stuart Mill (1869) ditunjukkan sebagai suara-suara protes
yang pertama. Tapi sebenarnya, orang-orang kontroversial ini ditolak dan diabaikan pada masanya.
(Pemikiran) keduanya baru diketemukan kembali pada paruh kedua abad ke-20 sebagai justfkasi atas
sejumlah perkembangan saat itu.
Situasi baru mulai berubah pada abad ke-19, bukan berlandaskan argumentasi moral, akan tetapi akibat
pengaruh revolusi industri. Gilasan revolusi industri menghancurkan perekonomian berbasis
keterampilan dan kerajinan tangan, kemudian memaksa para pekerja untuk beralih untuk bekerja secara
massal sebagai buruh kasar pada pabrik-pabrik di kota besar. Mereka meminta jaminan keluarga
sehingga seorang pendapatan laki-laki cukup untuk membiayai keluarganya. Tapi sia-sia saja. Para
kapitalis lebih suka seluruh keluarga ikut bekerja jika mereka ingin makan. Tidak ada pilihan lain kecuali
mengirim wanita (dan juga anak-anak) ke pabrik untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kemudian, pembukaan pekerjaan perkantoran membutuhkan jutaan wanita lainnya untuk keluar dari
rumah dan mengisi posisi sebagai gadis penjual (salesgirl), pengetk, sekretaris, atau pelayan. Proses
tersebut mendapatkan tujuan moralnya melalui ungkapan gerakan feminis. Perkembangannya ditandai
dengan seberapa banyak wanita yang berhasil ditarik keluar dari rumah mereka. Beban sosial yang
disebabkan revolusi industri kemudian dilabeli sebagai emansipasi wanita. Menurut logikanya yang tdak
masuk akal, jika seorang wanita menyajikan makanan untuk suami dan anak-anaknya, maka hal itu
disebut perbudakan; akan tetapi, jika ia melakukan hal yang persis sama pada seseorng yang asing di
restoran atau di dalam pesawat, misalnya, maka hal tersebut dianggap sebagai emansipasi!
Perlakuan Barat Terhadap Perempuan
Para flsuf Yunani mendiskusikan apakah perempuan memiliki jiwa atau tdak. Kemudian peradaban
Barat menjawab pertanyaan ini dengan: Perempuan hanyalah tubuh semata-mata. Itulah alasan
mengapa kita melihat gambar perempuan nyaris telanjang atau bahkan telanjang pada setap ruang yang
memungkinkan setap kali Barat membanggakan dirinya dalam perkara kemajuan atas para perempuan.
Sebuah laporan tentang pornograf di internet dari Los Angeles menekankan penurunan moral tak
berujung yang diciptakan oleh sistem nilai ini. Ketelanjangan mungkin saja menurunkan harkat, begitu
katanya, akan tetapi sisi positfnya adalah internet telah memungkinkan beberapa wanita ini menjadi
entrepreuneurs dengan cara memasarkan aset fsik mereka sendiri.
Kerusakan rumah tangga merupakan akibat langsung dari kemajuan ini. pada tahun 1994, sebanyak
1,2 juta perceraian terjadi di Amerika Serikat. Para ahli memprediksi bahwa setengah dari seluruh
perkawinan baru akan berakhir dengan perceraian. Sebuah sistem yang tdak adil hanyalah mengubah
bentuk-bentuk eksploitasi. Mereka tak dapat memperbaiki maalah-masalah di dalam rumah. Karena
itulah mereka membebaskan para wanita dari rumah.
Hak dan Perlakuan Islam Terhadap Perempuan
Di sisi lain, Islam memberinya hak-hak yang dianugerahkan langsung oleh Tuhan tanpa memaksa dia
untuk keluar dari rumahnya. Seorang perempuan dalam islam memiliki hak kepemilikan, juga warisan. Ia
pun memiliki hak-hak dalam pernikahannya sebagaimana suaminya. Jauh dari ketdakdewasaannya yang
digambarkan oleh Barat, ia bertanggungjawab atas manajemen yang efektf di rumahnya dan
membesarkan anak-anaknya. Hal itu merupakan suatu pekerjaan yang sangat menantang.
Surga terletak di kakinya. Kebaikan seorang suami dinilai dari perlakuannya yang baik pada istrinya.
Untuk membesarkan seorang anak perempuan dengan penuh kasih sayang merupakan jaminan bagi
ayahnya agar terhindar dari api neraka. Nah, sementara model feminis bergantung pada friksi, relasi
yang dibangun dalam Islam merupakan relasi yang berlandaskan pada cinta dan penghormatan, serta
memandu pada kedamaian dan keharmonisan. Inilah emas yang sesungguhnya. Mengapa ada saja yang
mau menukarnya dengan serpihan logam berkilau yang tak berharga?.
Penulis adalah seorang Sarjana islam yang berprofesi sebagai insinyur, ia juga editor jurnal online al-
Balagh. Ia telah menulis tentang isu-isu Islam sejak 1986 yang juga termasuk tulisannya untuk jurnal
Inggris Internatonal Impact di mana ia menulis kolom bernama First Thing First.
*Artkel asli berjudul Emas dan Logam Berkilau,
htp://islamicvoice.com/February2007/WomensWorld/.
Read more htp://thisisgender.com/hak-perempuan-dalam-barat-vs-islam/

You might also like