You are on page 1of 29

1

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA



AFTER CARE
PARTUS SPONTAN PATOLOGIS ET CAUSA KETUBAN PECAH DINI


Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa



Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hary Purwoko, Sp. OG, K-FER

Disusun Oleh :
Agustina Tiaradita 1220221142



Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
PERIODE 12 AGUSTUS - 20 OKTOBER 2013

2


LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

After care dengan judul :

PARTUS SPONTAN PATOLOGIS ETCAUSA KETUBAN PECAH DINI


Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa


Disusun Oleh:

Agustina Tiaradita 1220221142


Telah disetujui oleh Pembimbing:
Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal


dr. Hary Purwoko, Sp.OG, K-FER ........................... ..................................


Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi



dr. Hary Purwoko, Sp.OG, K-FER
NIP. 1967 0502 1996 12.1.002


3

KATA PENGANTAR


Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah after care yang merupakan salah satu
syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUD Ambarawa.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada dr.
Hary Purwoko, SpOG, K-Fer selaku dokter pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan
teman-teman dokter muda yang telah membantu dalam pembuatan makalah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pada khususnya dan semua
pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran pada umumnya. Amin.

Ambarawa, Oktober 2013


Penulis










4

BAB I
STATUS PASIEN
DEPARTEMEN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT TK.III
RSUD AMBARAWA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kupang Tegal, Ambarawa
Pendidikan Terakhir : SLTA
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 21 September 2013 pukul 15.40

II. ANAMNESIS
Diambil dari Autoanamnesis tanggal 21 September 2013.

Keluhan Utama :
Pasien baru G4P3A0 hamil 40 minggu yang merupakan rujukan bidan karena
keluhan kenceng-kenceng sejak sore pukul 14.30 dan keluar air-air dari vagina seperti
BAK sejak tanggal 21 September pukul 14.30. Lendir +, darah -, pusing-, mual-,
muntah
Keluhan Tambahan :
Kenceng-kenceng di bagian perut bawah dirasa pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengaku hamil 40 minggu (G4P3A0). Hari pertama haid terakhir
tanggal 15 Desember 2012. Taksiran partus 22 September 2013. Air-air yang
keluar berwarna jernih dengan bau khas, tidak demam.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit kelamin sebelumnya disangkal oleh pasien.
5

Riwayat Diabetes Mellitus, Hipertensi, Alergi, Asma, Penyakit Jantung
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Obstetri :
Menarche : usia 13 tahun
Siklus menstruasi : 28 hari, teratur dan tidak sakit, lama haid 5 hari.
Riwayat kehamilan :
1. Aterm, partus normal, usia 10 tahun.
2. Aterm, partus normal, meninggal usia 5 bulan
3. Aterm, partus normal, meninggal sesaat setelah lahir
4. Hamil ini usia kehamilan 40 minggu

III. STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : baik
BB : 65 kg TB : 150 cm
Vital Sign : Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Kepala : normochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret -/-
Telinga : bentuk daun telinga normal, sekret -/-
Mulut : mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis -/-
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, T1-T1
Thorax : Jantung : Cor :S1 > S2, reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo : Suara dasar vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : palpasi : Hepar dan Lien tidak dapat dinilai
Ekstremitas : akral hangat, edema
6

IV. STATUS OBSTETRI
TFU : 28 cm
HIS : jarang, 1 x 10, 10
Leopold 1 : teraba massa lunak, bokong
Leopold 2 : punggung di bagian kanan ibu
Leopold 3 : teraba massa bulat keras melenting, kepala
Leopold 4 : divergen
DJJ : 136 x/min
Pemeriksaan Dalam : v/v tenang, 2 jari, portio tebal lunak,effacement 50%, kepala
Hodge II, lendir (+) darah (-), air ketuban mengalir (+)

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 21 -09-13 :
Hematologi :
Hb : 12
Leukosit : 12,4 (H)
Eritrosit : 4,80
Hematokrit : 39,2
Trombosit : 235
MCV : 81
MCH : 25,5 (L)
MCHC : 31,2 (L)
Limfosit : 1,9
Monosit : 0,3
Granulosit : 10,1 (H)
Limfosit % : 14,7 (L)
Monosit% : 3,6 (L)
Granulosit% : 81,7 (H)
Gol. Darah : A
Clotting time : 3
Bleeding time : 2


7

Kimia klinik

- GDS : 81
- Ureum : 7,9
- Creatinin :0,69
- SGOT : 13
- SGPT :3


VI. DIAGNOSA KERJA :
G4P3A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan KPD, janin tunggal hidup
intrauterine, letak memanjang, preskep.

VII. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis
a. Posisi Trendel
b. Partus spontan
2. Farmakologis
a. Infus RL 20 tpm

VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Partus spontan tanggal 21-09-2013 pukul 20.30 didapatkan hasil :
- Bayi lahir hidup jenis kelamin laki-laki
- Berat Badan Lahir 2900 gram
- APGAR skor 7/8/9

IX. Kunjungan ke rumah pasien pada hari Minggu, tanggal 6 Oktober 2013
Anamnesis : tidak ada keluhan
KU : Baik
Kesadaran : CM
Vital sign :
o TD : 130/90 mmhg
8

o Nadi : 80 x/ min
o RR : 16 x/min
o Suhu : 36,7
0
C
Laporan kunjungan
o Luka bekas jahitan di perineum sudah kering dan tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi. Ibu rutin kontrol untuk
perawatan post partus spontan patologis.
o Payudara tidak membengkak dan nyeri, ASI keluar dengan lancar
o Ibu menyusui anaknya sekitar 8x sehari, posisi menyusui sudah
benar, dan ibu membersihkan payudara sebelum menyusui
o Ibu memelihara kebersihan diri dengan baik dan menyadari
pentingnya kebersihan
o Ibu dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal,
menunjukkan bahwa fungsi sosial ibu sudah kembali seperti
sediakala.
o Imunisasi sudah diberikan kepada bayi sebelum keluar dari rumah
sakit yaitu inunisasi BCG dan polio.

9


S:
- Tidak ada keluhan
- ASI sudah keluar setelah bersalin dan sudah menyusui dini
- Lokia rubra tidak berbau busuk
- Sudah bisa buang air kecil dan buang air besar
- Hasil pemeriksaan status generalis bayi baik

O :

- Kondisi umum : baik
- Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg
N : 80
RR: 16
S: 36,7 C
- Lokia rubra sedikit, bau busuk (-)
- Keadaan Payudara baik, cracked nipple (-), inverted nipple (-)


A: Post partum hari ke 15

P :
- edukasi ASI eksklusif
- edukasi makanan bernutrisi bagi ibu menyusui
- edukasi vaksinasi dasar
- edukasi perawatan payudara
- edukasi mengenai KB





10

BAB II
KETUBAN PECAH DINI


PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu.(Sarwono, 2008). Ketuban pecah dini (KPD) didefInisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktu melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm
akan mengalami ketuban pecah dini.(Sarwono, 2008)

A. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum
permulaan persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Ada pula literature yang
menyatakan bahwa KPD didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan.
Ketuban pecah dini preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD
yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.

B. ETIOLOGI
Etiologi secara pasti belum diketahui. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan
KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan.
Beberapa faktor risiko dari KPD:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
11

5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
8. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.

C. PATOFISIOLOGI
Penelitian terbaru menyatakan bahwa KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis
dari komponen sel dari membrane fetal dan juga meningkatnya enzim protease tertentu.
Kekuatan membrane tersebut didapat dari matriksekstraseluler amnion. Kolagen amnion
interstitial terutama tipe I dan III yang dihasilkan oleh sel mesenkim juga penting dalam
mempertahankan kekuatan kekuatan membrane fetal.
Matriks metalloproteinase (MMP) adalah kumpulan protein yang terlibat dalam
remodeling tissue dan degradasi dari kolagen. Aktifitas dari MMP ini diregulasi oleh
tissue of matrix metalloproteinases (TIMPs) yang ditemukan rendah dalam cairan amnion
pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease dan penurunan
inhibitor mendukung teori bahwa enzim- enzim ini mempengaruhi kekuatan membrane
fetal.
Selain itu terdapat teori yang menyatakan bahwa ketuban pecah dini terjadi karena
gabungan aktivitas degradasi kolagen dan kematian sel yang membawa pada kelemahan
dinding membrane fetal (Parry, 1998).
Apabila terjadi apoptosis dari sel- sel penyangga membrane fetal maka akan dapat
mengakibatkan devaskularisasi, nekrosis yang dapat diikuti pecah spontan, jaringan ikat
yang menyangga ketuban semakin berkurang, melemahnya daya tahan ketuban bila
terdapat infeksi sehingga akan mengakibatkan rupture membrane yang kemudian disusul
dengan pembukaan serviks premature.

D. GEJALA DAN TANDA
1. Keluar air ketuban warna putih, keruh, kuning, hijau, atau kecoklatan, sedikit-sedikit
atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Konsistensi rahim lebih keras
12

5. Rahim lebih kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilan
6. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
7. Inspeksi : tampak air ketuban mengalir, selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering

E. DIAGNOSIS
Diagnosis KPD dapat ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
Berdasarkan anamnesa didapatkan keluarnya cairan seperti urin dan vaginal
discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah pada vagina atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba- tiba dari jalan lahir (Chan, 2006).
Berdasarkan pemeriksaan fisik, dari inspeksi tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih
jelas.
Pemeriksaan inspekulo merupakan langkah pertama dalam mendiagnosa KPD karena
pemeriksaan dalam seperti vagina toucher dapat meningkatkan resiko infeksi. Cairan
yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau, dan Phnya. Adapun
yang perlu dinilai adalah:
1. Keadaan umum dari serviks dilatasi dan pendarahan dari serviks
2. Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diagnosis KPD
3. Cairan amnion dikonfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test.
4. Mikroskopis (tes pakis). Dengan cara cairan diswab dan dilihat di mikroskop.
Gambaran ferning menandakan cairan amnion.
5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk Chlamydia, gonnorhea dan group B
Stretococcus.
Pemeriksaan labaratorium yang dapat dilakukan pada KPD adalah:
Test Lakmus (Nitrazin test)
Dilakukan untuk menentukan cairan ketuban, jumlah cairan ketuban, usia kehamilan,
dan kelainan janin
Test LEA (Leukosit Esterace)
13

Penting dilakukan untuk menentukan apakah terjadi infeksi atau tidak. Infeksi dapat
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ibu (>38
0
C) air ketuban keruh dan berbau dan
test LEA menunjukkan leukosit darah >15.000/mm
Amniocentesis
Dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion untuk mengetahui adanya kelainan
congenital pada janin, maturitas paru, dan hemolitik disease.
USG
Untuk menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion dalam cavum uteri. Pada kasus
KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (oligohidramnion atau anhidramnion)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada KPD adalah:
1. Infeksi
2. Prolaps tali pusat
3. Distosia
4. Partus preterm

G. TATALAKSANA
Penatalaksanaan KPD yaitu dengan dirawat di RS dan diberikan antibiotik
(ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila alergi ampisilin, diberikan selama 7 hari).
Jika umur kehamilan < 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi berikan
antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin (ampisilin 4x500mg atau
eritromisin bila alergi ampisilin, diberikan selama 7 hari), berikan kortikosteroid untuk
memperbaiki kematangan paru- paru janin, lakukan persalinan pada kehamilan ke 37.
Jika terdapat his dan blood slym kemungkinan terjadi persalinan preterm.
Jika umur kehamilan >37 minggu dan tidak ada tanda- tanda infeksi, jika ketuban
telah pecah lebih dari 18 jam maka berikan profilaksis antibiotik untuk mengurangi
resiko terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Berikan Ampisillin 2 g IV setiap 6 jam,
atau Penisillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan. Nilai seviks, jika
serviks sudah matang induksi persalinan dengan oksitosin. Jika serviks belum matang,
matangkan serviks dengan analog prostaglandin dan infus oksitosin atau SC.
Jika ada tanda- tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik
seperti pada amnionitis.
14

Pada amnionitis diberikan antibiotik kombinasi sampai persalinan: Ampisillin 2 g
IV setiap 6 jam dan Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam. Jika persalinan
pervaginam hentikan antibiotik pasca persalinan. Jika persalinan SC lanjutkan
antibiotik dan ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam sampai tidak demam
selama 48 jam.

H. PENCEGAHAN
1. Pemeriksaan kehamilan secara teratur
2. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang sehat, minum cukup,
olahraga teratur, berhenti merokok,
3. Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan dari depan ke belakang setelah
berkemih atau BAB dan rajin membersihkan daerah perineum (antara vagina
dengan anus)
4. Menghindari hubungan seksual dengan lebih dari satu partner
5. Berkonsultasi dengan dokter jika ada bau atau secret vagina yang berbeda.
6. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi 100 mg vitamin C secara
teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dapat menurunkan resiko
terjadinya KPD.











15

ASI EKSKLUSIF

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia
2 tahun.fadlie.web.id
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun
negara. Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1667 bayi selama 12 bulan
(Pediatric, 2001. Arifeen, S) mengatakan bahwa : ASI eksklusif dapat menurunkan resiko
kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare.
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan:
1. Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.
2. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman.
3. ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap
malam.
4. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot.
Bagi ibu yang bekerja, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja harus tetap
memberikan ASInya dan jika memungkinkan bayi dapat dibawa di tempat kerja. Apabila
tidak memungkinkan, ASI dapat diperah kemudian disimpan. fadlie.web.id
Cara penyimpanan ASI :
1. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/ plastik, termasuk plastik klip, 80-100 cc.
2. ASI yang disimpan dalam frezzer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak
digunakan lagi setelah 2 hari.
3. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 derajat Celcius.
4. ASI beku tidak boleh dimasak/ dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam
dalam air hangat.fadlie.web.id
16

5. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah :
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
7. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari es/ frezzer.
8. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas.
Tabel: Suhu Freezer saat penyimpanan ASI
ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer
Setelah di peras
6-8 jam (kurang
lebih 26
o
C)
3-5 hari
(kurang lebih
4
o
C)
2 mg freezer jadi 1 dg
refrigerator, 3 bl dg pintu
sendiri, 6-12 bln.(kurang
lebih -18
o
C)
Dari frezeer, di
simpan di lemari es
(tdk di hangatkan)
4 jam atau
kurang (minum
berikutnya)
24 jam Jangan dibekukan ulang
ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer
Dikeluarkan dari
lemari es (di
hangatkan)
Langsung
diberikan
4 jam/
minum
berikutnya
Jangan dibekukan ulang
Sisa minum bayi
Minum
berikutnya
Buang Buang
















17

INFORMASI CARA MENYUSUI







18

VAKSINASI

Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) adalah program yang dicanangkan pemerintah untuk
meningkatkan deajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini diberikan mulai dari bayi
baru lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan (campak).

Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). BCG
diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk
bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih
dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-
Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya
penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita
infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi
hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera
setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi
berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan
19

antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II
dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum
memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan
kiri dan 0,5 mL HBIG (Hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12
jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga
diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status
HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat
persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka
segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-
benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV
adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak
enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk
hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat
bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari
7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot
lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3
bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi
20

DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak
mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td
pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak
yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya
komponen pertusis di dalam vaksin.

Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.
Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

- infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38
o
Celsius
- gangguan sistem kekebalan
- pemakaian obat imunosupresan
- alergi terhadap protein telur
- hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
- wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan
gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai.
21

Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV)
efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1
jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di
Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
























22

KONTRASEPSI

Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan
sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki
jumlah penduduk besar mendukung program kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan
jumlah penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini
pemerintah Indonesia menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui
pengaturan kelahiran.

J enis Kontrasepsi
Kontrasepsi dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu. Metode kontrasepsi
tanpa alat bantu disebut juga KB sistem kalender atau abstinesia. Cara KB dengan sistem
kalender adalah mengatur kehamilan dengan tidak melakukan hubungan cekcual pada saat
wanita dalam masa subur. Masa subur berkaitan dengan terjadinya siklus menstruasi atau
datang bulan. Masa subur wanita adalah kurang lebih satu minggu sebelum menstruasi dan
satu minggu sesudah menstruasi.
Jenis kontrasepsi yang kedua adalah kontrasepsi dengan alat bantu. Dengan alat bantu
kontrasepsi memungkinkan sperma dan sel telur tidak dapat bertemu walaupun terjadi
ejakulasi di dalam pagina saat melakukan hubungan cekcual. Pemakaian alat kontrasepsi
masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama golongan agamawan. Namun
saat ini masyarakat telah banyak memanfaatkan alat kontrasepsi untuk membantu mengatur
kelahiran anak.
23

Macam-macam Alat Kontrasepsi
Berikut ini contoh alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini beserta
kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dalam pemakaiannya.
1. IUD (Intra Uterine Device)
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim, dan harus diganti apabila sudah dipakai dalam masa tertentu. Kelebihan penggunaan
IUD adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Sedangkan kekurangan penggunaan
IUD adalah dapat menyebabkan pendarahan di luar siklus menstruasi yang dialami wanita.
Cara kerja IUD, banyak yang berpendapat bahwa cara kerja dari IUD ini adalah dengan
menyulitkan bertemunya sperma dan sel telur. Namun beberapa dokter muslim menjelaskan
bahwa sifat kerja IUD adalah mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam
Rahim (telah berbentuk zygot), sehingga dapat diartikan membunuh bayi diusia dini.
Sehingga beberapa ulama berpendapat bahwa penggunaan IUD haram.


2. Kondom.
Kondom digunakan pada Penis pria untuk mencegah sperma bertemu sel telur ketika terjadi
ejakulasi. Kondom berupa sarung karet yang terbuat dari bahan lateks. Kelebihan
penggunaan kondom adalah mudah digunakan dan tidak membutuhkan bantuan medis untuk
memakai. Kekurangan penggunaan kondom adalah terjadinya kebocoran cairan mani dan
alergi pada pemakaian bahan-bahan kondom tertentu.
24




3.KB Suntik.
KB Suntik dilakukan setiap 3 bulan sekali pada seorang wanita untuk mencegah terjadinya
ovulasi (pelepasan sel telur). Kelebihan menggunakan KB Suntik adalah efektif mencegah
kehamilan tanpa perlu banyak tahap yang sulit. KB Suntik juga termasuk metode kontrasepsi
yang terhitung murah untuk masyarakat Indonesia. Meski demikian, suntikan KB pada uji
coba hewan bisa meningkatkan terjadi resiko kanker.
4. Pil KB.
Pil KB disebut juga kontrasepsi oral. Pil KB berisi hormon yang menghambat pengeluaran
sel telur. Keunggulan menggunakan Pil KB adalah bisa mengatur kehamilan sekaligus efektif
mencegah kanker ovarium dan endometrium. Sedangkan kelemahan penggunaan pil KB
adalah harus diminum oleh wanita secara rutin. Bila tidak diminum secara rutin dan disiplin
maka kemungkinan hamil tetap terjadi.
5. Implant
Metode kontrasepsi implant (susuk) ditempatkan di bawah kulit lengan wanita dan
mengeluarkan hormon yang mencegah pelepasan ovum. Metode kontrasepsi ini terbilang
efektif dan tidak memerlukan kedisiplinan tinggi seperti penggunaan Pil KB. Kekurangan
penggunaan implant adalah bisa menyebabkan fase menstruasi tidak teratur. Selain itu,
25

sejumlah kasus melaporkan implant yang tertanam tidak berdiam di lengan namun bergerak
ke bagian tubuh terdekat lainnya.
6. Difragma
Diafragma atau cervical cap berguna untuk menutupi uterus sehingga mencegah sperma
membuahi sel telur. Metode ini tidak biasa di Indonesia karena selain mahal, pemasangannya
harus dengan tenaga medis dengan biaya yang mahal. Ditambah lagi angka kegagalan tinggi,
peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan.

7. Jeli, busa atau spons
Jeli termasuk alat kontrasepsi yang dipakai oleh wanita yang mengandung spermisida (zat
yang membunuh sel sperma) sehingga sperma gagal memasuki uterus.











26


BAB III

EDUKASI PASIEN PASCA PARTUS SPONTAN PATOLOGIS


3.1. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
3.1.1. Fungsi Biologik
Pasien adalah seorang wanita , berusia 40 tahun.
3.1.2. Fungsi Psikologik
Hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitarnya baik. Pasien mengetahui
keterbatasan di lingkungan sosial setelah partus spontan di rumah sakit dan
melibatkan keluarga dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari
3.1.3. Fungsi Ekonomi
Pasien hanya merupakan ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi pasien termasuk
golongan menengah ke bawah.
3.1.4. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SLTA.
3.1.5. Fungsi Religius
Pasien dan keluarganya adalah seorang muslim, dan menjalankan ibadah sesuai
dengan agamanya.
3.1.6. Fungsi Sosial dan Budaya
Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai warga negara
yang baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik dengan warga lingkungan
sekitarnya.
3.2. Pola Konsumsi Makanan Pasien
Frekuensi makan pasien dan keluarga sehari-hari, cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi. Pasien tidak memiliki masalah dalam mencukupi kebutuhan gizi dirinya sehari-hari.
3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien
3.3.1. Faktor Perilaku
Pasien menyadari tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Diet pasien sehari-hari
merupakan tinggi garam, namun mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
Setelah pasien mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai kondisi kesehatan
saat ini, pasien mengaku akan lebih perhatian terhadap kondisi kesehatannya.
27

3.3.2. Faktor Non-Perilaku
Sarana kesehatan sangat mudah dijangkau oleh pasien. Akses transportasi untuk
mencapai tempat-tempat tertentu dinilai mudah.
3.4. Diagnosis Fungsi Keluarga
3.4.1. Fungsi Biologis
Pasien menyangkal bahwa di keluarga pasien terdapat riwayat penyakit yang
diturunkan secara genetik.
3.4.2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik.
3.4.3. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
Pasien beribadah sesuai agamanya dan berperilaku sosial budaya sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
3.4.4. Fungsi Ekonomi
Pasien mengaku tidak ada masalah dengan keadaan ekonomi.
3.4.5. Faktor Perilaku
Pasien mengerti tentang kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Faktor non-Perilaku
Tidak ada kesulitan dalam mencapai fasilitas kesehatan.
3.5. Rencana Pembinaan Keluarga
3.5.1. Terhadap Pasien
a. Edukasi pasien tentang pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi, terutama
pada masa menyusui, pasien memerlukan tambahan asupan gizi yang adekuat.
b. Edukasi mengenai pola hidup sehat terutama dari kebiasaan higienitas pasien.
3.5.2. Terhadap Keluarga
a. Memberi informasi keluarga tentang keadaan pasien yang sesungguhnya dan
pentingnya menjaga kondisi kesehatan jasmani dan psikologis pasien,
menjaga asupan nutrisi pasien dan menjaga higienitas di rumah.
b. Edukasi agar keluarga ikut berperan serta dalam menjaga kondisi kesehatan
pasien terutama dengan keadaan pasca partus spontan. Peran keluarga sangat
penting agar pasien tetap semangat walaupun masih nyeri setelah melahirkan
Jika ternyata muncul keluhan, seperti sakit yang terus berkepanjangan atau muncul
perdarahan dari bekas luka jahitan serta terdapat demam dan menggigil pasien diminta untuk
28

datang kembali ke dokter. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap bekas luka jahitan di
perineum apakah timbul komplikasi berupa infeksi. Jika keluhan tak muncul, biasanya luka
sayatan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Pemberian ASI seusai melahirkan harus dilakukan sedini mungkin karena ASI pada 72 jam
pertama mengandung kolostrum yang bermanfaat bagi bayi.
Pastikan ibu mendapatkan bantuan yang cukup setelah kembali ke rumah. Tidak adanya
support di rumah setelah kembali dari rumah sakit sering menjadi salah satu penyebab ibu
menjadi kelalahan, stress dan akhirnya juga mempengaruhi kelancaran menyusui. Jika ibu
mengalami masalah menyusui setelah pulang ke rumah, pastikan segera meminta bantuan
ahli seperti konselor laktasi atau bisa mendatangi klinik laktasi terdekat.




















29

DAFTAR PUSTAKA



Cunningham FG et al. 2005. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric, 22nd
ed. Mc.Graw Hill Publishing Division: New York

Wiknjosastro H. 2005.Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan, edisi ke-3.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002 .Asuhan Maternal dan Neonatal , YBP-SP:Jakarta.

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, EGC:Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 1999. Ilmu Bedah Kebidanan, YBP-SP:Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana, http://id.wikipedia.org/wiki/Kondom
http://female.kompas.com/read/2012/08/13/09320367/Pola.Makan.Ibu.Menyusui
http://indonesiaindonesia.com/f/66121-perawatan-payudara-pasca-melahirkan/
Fadlie, 2011, ASI Eksklusif untuk Bayi selama minimal 6 bulan, Pontianak,
http://www.fadlie.web.id/?p=2277 Diakses tanggal 5 Oktober 2013
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Kesehatan Anak Perawatan Bayi Yang Baru
Lahir.Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

You might also like