AFTER CARE PARTUS SPONTAN PATOLOGIS ET CAUSA KETUBAN PECAH DINI
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada : Pembimbing : dr. Hary Purwoko, Sp. OG, K-FER
Disusun Oleh : Agustina Tiaradita 1220221142
Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa PERIODE 12 AGUSTUS - 20 OKTOBER 2013
2
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
After care dengan judul :
PARTUS SPONTAN PATOLOGIS ETCAUSA KETUBAN PECAH DINI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Disusun Oleh:
Agustina Tiaradita 1220221142
Telah disetujui oleh Pembimbing: Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal
dr. Hary Purwoko, Sp.OG, K-FER ........................... ..................................
Mengesahkan: Koordinator Kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi
dr. Hary Purwoko, Sp.OG, K-FER NIP. 1967 0502 1996 12.1.002
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah after care yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Ambarawa. Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada dr. Hary Purwoko, SpOG, K-Fer selaku dokter pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman dokter muda yang telah membantu dalam pembuatan makalah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pada khususnya dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran pada umumnya. Amin.
Ambarawa, Oktober 2013
Penulis
4
BAB I STATUS PASIEN DEPARTEMEN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT TK.III RSUD AMBARAWA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 40 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Kupang Tegal, Ambarawa Pendidikan Terakhir : SLTA Status Perkawinan : Menikah Tanggal pemeriksaan : 21 September 2013 pukul 15.40
II. ANAMNESIS Diambil dari Autoanamnesis tanggal 21 September 2013.
Keluhan Utama : Pasien baru G4P3A0 hamil 40 minggu yang merupakan rujukan bidan karena keluhan kenceng-kenceng sejak sore pukul 14.30 dan keluar air-air dari vagina seperti BAK sejak tanggal 21 September pukul 14.30. Lendir +, darah -, pusing-, mual-, muntah Keluhan Tambahan : Kenceng-kenceng di bagian perut bawah dirasa pasien. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengaku hamil 40 minggu (G4P3A0). Hari pertama haid terakhir tanggal 15 Desember 2012. Taksiran partus 22 September 2013. Air-air yang keluar berwarna jernih dengan bau khas, tidak demam. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit kelamin sebelumnya disangkal oleh pasien. 5
Riwayat Diabetes Mellitus, Hipertensi, Alergi, Asma, Penyakit Jantung disangkal Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat Obstetri : Menarche : usia 13 tahun Siklus menstruasi : 28 hari, teratur dan tidak sakit, lama haid 5 hari. Riwayat kehamilan : 1. Aterm, partus normal, usia 10 tahun. 2. Aterm, partus normal, meninggal usia 5 bulan 3. Aterm, partus normal, meninggal sesaat setelah lahir 4. Hamil ini usia kehamilan 40 minggu
III. STATUS GENERALIS Keadaaan umum : baik Kesadaran : compos mentis Keadaan gizi : baik BB : 65 kg TB : 150 cm Vital Sign : Tekanan darah : 120/90 mmHg Nadi : 88 x/menit Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,5 C Kepala : normochepal, rambut hitam, distribusi merata Mata : konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-) Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret -/- Telinga : bentuk daun telinga normal, sekret -/- Mulut : mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis -/- Tenggorokan : faring tidak hiperemis, T1-T1 Thorax : Jantung : Cor :S1 > S2, reguler, bising (-), gallop (-) Pulmo : Suara dasar vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : palpasi : Hepar dan Lien tidak dapat dinilai Ekstremitas : akral hangat, edema 6
IV. STATUS OBSTETRI TFU : 28 cm HIS : jarang, 1 x 10, 10 Leopold 1 : teraba massa lunak, bokong Leopold 2 : punggung di bagian kanan ibu Leopold 3 : teraba massa bulat keras melenting, kepala Leopold 4 : divergen DJJ : 136 x/min Pemeriksaan Dalam : v/v tenang, 2 jari, portio tebal lunak,effacement 50%, kepala Hodge II, lendir (+) darah (-), air ketuban mengalir (+)
VI. DIAGNOSA KERJA : G4P3A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan KPD, janin tunggal hidup intrauterine, letak memanjang, preskep.
VII. PENATALAKSANAAN 1. Non farmakologis a. Posisi Trendel b. Partus spontan 2. Farmakologis a. Infus RL 20 tpm
VIII. PROGNOSIS Dubia ad bonam Partus spontan tanggal 21-09-2013 pukul 20.30 didapatkan hasil : - Bayi lahir hidup jenis kelamin laki-laki - Berat Badan Lahir 2900 gram - APGAR skor 7/8/9
IX. Kunjungan ke rumah pasien pada hari Minggu, tanggal 6 Oktober 2013 Anamnesis : tidak ada keluhan KU : Baik Kesadaran : CM Vital sign : o TD : 130/90 mmhg 8
o Nadi : 80 x/ min o RR : 16 x/min o Suhu : 36,7 0 C Laporan kunjungan o Luka bekas jahitan di perineum sudah kering dan tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Ibu rutin kontrol untuk perawatan post partus spontan patologis. o Payudara tidak membengkak dan nyeri, ASI keluar dengan lancar o Ibu menyusui anaknya sekitar 8x sehari, posisi menyusui sudah benar, dan ibu membersihkan payudara sebelum menyusui o Ibu memelihara kebersihan diri dengan baik dan menyadari pentingnya kebersihan o Ibu dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal, menunjukkan bahwa fungsi sosial ibu sudah kembali seperti sediakala. o Imunisasi sudah diberikan kepada bayi sebelum keluar dari rumah sakit yaitu inunisasi BCG dan polio.
9
S: - Tidak ada keluhan - ASI sudah keluar setelah bersalin dan sudah menyusui dini - Lokia rubra tidak berbau busuk - Sudah bisa buang air kecil dan buang air besar - Hasil pemeriksaan status generalis bayi baik
O :
- Kondisi umum : baik - Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg N : 80 RR: 16 S: 36,7 C - Lokia rubra sedikit, bau busuk (-) - Keadaan Payudara baik, cracked nipple (-), inverted nipple (-)
A: Post partum hari ke 15
P : - edukasi ASI eksklusif - edukasi makanan bernutrisi bagi ibu menyusui - edukasi vaksinasi dasar - edukasi perawatan payudara - edukasi mengenai KB
10
BAB II KETUBAN PECAH DINI
PENDAHULUAN Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.(Sarwono, 2008). Ketuban pecah dini (KPD) didefInisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.(Sarwono, 2008)
A. DEFINISI Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Ada pula literature yang menyatakan bahwa KPD didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
B. ETIOLOGI Etiologi secara pasti belum diketahui. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD: 1. Inkompetensi serviks (leher rahim) 2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) 3. Riwayat KPD sebelumya 4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban 11
5. Kehamilan kembar 6. Trauma 7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu 8. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
C. PATOFISIOLOGI Penelitian terbaru menyatakan bahwa KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis dari komponen sel dari membrane fetal dan juga meningkatnya enzim protease tertentu. Kekuatan membrane tersebut didapat dari matriksekstraseluler amnion. Kolagen amnion interstitial terutama tipe I dan III yang dihasilkan oleh sel mesenkim juga penting dalam mempertahankan kekuatan kekuatan membrane fetal. Matriks metalloproteinase (MMP) adalah kumpulan protein yang terlibat dalam remodeling tissue dan degradasi dari kolagen. Aktifitas dari MMP ini diregulasi oleh tissue of matrix metalloproteinases (TIMPs) yang ditemukan rendah dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease dan penurunan inhibitor mendukung teori bahwa enzim- enzim ini mempengaruhi kekuatan membrane fetal. Selain itu terdapat teori yang menyatakan bahwa ketuban pecah dini terjadi karena gabungan aktivitas degradasi kolagen dan kematian sel yang membawa pada kelemahan dinding membrane fetal (Parry, 1998). Apabila terjadi apoptosis dari sel- sel penyangga membrane fetal maka akan dapat mengakibatkan devaskularisasi, nekrosis yang dapat diikuti pecah spontan, jaringan ikat yang menyangga ketuban semakin berkurang, melemahnya daya tahan ketuban bila terdapat infeksi sehingga akan mengakibatkan rupture membrane yang kemudian disusul dengan pembukaan serviks premature.
D. GEJALA DAN TANDA 1. Keluar air ketuban warna putih, keruh, kuning, hijau, atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak 2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi 3. Janin mudah diraba 4. Konsistensi rahim lebih keras 12
5. Rahim lebih kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilan 6. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. 7. Inspeksi : tampak air ketuban mengalir, selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
E. DIAGNOSIS Diagnosis KPD dapat ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan anamnesa didapatkan keluarnya cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba- tiba dari jalan lahir (Chan, 2006). Berdasarkan pemeriksaan fisik, dari inspeksi tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas. Pemeriksaan inspekulo merupakan langkah pertama dalam mendiagnosa KPD karena pemeriksaan dalam seperti vagina toucher dapat meningkatkan resiko infeksi. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau, dan Phnya. Adapun yang perlu dinilai adalah: 1. Keadaan umum dari serviks dilatasi dan pendarahan dari serviks 2. Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diagnosis KPD 3. Cairan amnion dikonfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test. 4. Mikroskopis (tes pakis). Dengan cara cairan diswab dan dilihat di mikroskop. Gambaran ferning menandakan cairan amnion. 5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk Chlamydia, gonnorhea dan group B Stretococcus. Pemeriksaan labaratorium yang dapat dilakukan pada KPD adalah: Test Lakmus (Nitrazin test) Dilakukan untuk menentukan cairan ketuban, jumlah cairan ketuban, usia kehamilan, dan kelainan janin Test LEA (Leukosit Esterace) 13
Penting dilakukan untuk menentukan apakah terjadi infeksi atau tidak. Infeksi dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ibu (>38 0 C) air ketuban keruh dan berbau dan test LEA menunjukkan leukosit darah >15.000/mm Amniocentesis Dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion untuk mengetahui adanya kelainan congenital pada janin, maturitas paru, dan hemolitik disease. USG Untuk menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (oligohidramnion atau anhidramnion) F. KOMPLIKASI Komplikasi yang mungkin muncul pada KPD adalah: 1. Infeksi 2. Prolaps tali pusat 3. Distosia 4. Partus preterm
G. TATALAKSANA Penatalaksanaan KPD yaitu dengan dirawat di RS dan diberikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila alergi ampisilin, diberikan selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila alergi ampisilin, diberikan selama 7 hari), berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru- paru janin, lakukan persalinan pada kehamilan ke 37. Jika terdapat his dan blood slym kemungkinan terjadi persalinan preterm. Jika umur kehamilan >37 minggu dan tidak ada tanda- tanda infeksi, jika ketuban telah pecah lebih dari 18 jam maka berikan profilaksis antibiotik untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Berikan Ampisillin 2 g IV setiap 6 jam, atau Penisillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan. Nilai seviks, jika serviks sudah matang induksi persalinan dengan oksitosin. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan analog prostaglandin dan infus oksitosin atau SC. Jika ada tanda- tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik seperti pada amnionitis. 14
Pada amnionitis diberikan antibiotik kombinasi sampai persalinan: Ampisillin 2 g IV setiap 6 jam dan Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam. Jika persalinan pervaginam hentikan antibiotik pasca persalinan. Jika persalinan SC lanjutkan antibiotik dan ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam sampai tidak demam selama 48 jam.
H. PENCEGAHAN 1. Pemeriksaan kehamilan secara teratur 2. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur, berhenti merokok, 3. Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan dari depan ke belakang setelah berkemih atau BAB dan rajin membersihkan daerah perineum (antara vagina dengan anus) 4. Menghindari hubungan seksual dengan lebih dari satu partner 5. Berkonsultasi dengan dokter jika ada bau atau secret vagina yang berbeda. 6. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dapat menurunkan resiko terjadinya KPD.
15
ASI EKSKLUSIF
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.fadlie.web.id Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun negara. Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1667 bayi selama 12 bulan (Pediatric, 2001. Arifeen, S) mengatakan bahwa : ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan: 1. Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi. 2. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman. 3. ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam. 4. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot. Bagi ibu yang bekerja, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja harus tetap memberikan ASInya dan jika memungkinkan bayi dapat dibawa di tempat kerja. Apabila tidak memungkinkan, ASI dapat diperah kemudian disimpan. fadlie.web.id Cara penyimpanan ASI : 1. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/ plastik, termasuk plastik klip, 80-100 cc. 2. ASI yang disimpan dalam frezzer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 2 hari. 3. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 derajat Celcius. 4. ASI beku tidak boleh dimasak/ dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam dalam air hangat.fadlie.web.id 16
5. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah : 6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 7. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari es/ frezzer. 8. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas. Tabel: Suhu Freezer saat penyimpanan ASI ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer Setelah di peras 6-8 jam (kurang lebih 26 o C) 3-5 hari (kurang lebih 4 o C) 2 mg freezer jadi 1 dg refrigerator, 3 bl dg pintu sendiri, 6-12 bln.(kurang lebih -18 o C) Dari frezeer, di simpan di lemari es (tdk di hangatkan) 4 jam atau kurang (minum berikutnya) 24 jam Jangan dibekukan ulang ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer Dikeluarkan dari lemari es (di hangatkan) Langsung diberikan 4 jam/ minum berikutnya Jangan dibekukan ulang Sisa minum bayi Minum berikutnya Buang Buang
17
INFORMASI CARA MENYUSUI
18
VAKSINASI
Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) adalah program yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan deajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini diberikan mulai dari bayi baru lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan (campak).
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette- Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi: 1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut. 2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan 19
antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (Hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar- benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi 20
DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
- infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 o Celsius - gangguan sistem kekebalan - pemakaian obat imunosupresan - alergi terhadap protein telur - hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin - wanita hamil. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. 21
Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio: IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
22
KONTRASEPSI
Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran.
J enis Kontrasepsi Kontrasepsi dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu. Metode kontrasepsi tanpa alat bantu disebut juga KB sistem kalender atau abstinesia. Cara KB dengan sistem kalender adalah mengatur kehamilan dengan tidak melakukan hubungan cekcual pada saat wanita dalam masa subur. Masa subur berkaitan dengan terjadinya siklus menstruasi atau datang bulan. Masa subur wanita adalah kurang lebih satu minggu sebelum menstruasi dan satu minggu sesudah menstruasi. Jenis kontrasepsi yang kedua adalah kontrasepsi dengan alat bantu. Dengan alat bantu kontrasepsi memungkinkan sperma dan sel telur tidak dapat bertemu walaupun terjadi ejakulasi di dalam pagina saat melakukan hubungan cekcual. Pemakaian alat kontrasepsi masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama golongan agamawan. Namun saat ini masyarakat telah banyak memanfaatkan alat kontrasepsi untuk membantu mengatur kelahiran anak. 23
Macam-macam Alat Kontrasepsi Berikut ini contoh alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini beserta kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dalam pemakaiannya. 1. IUD (Intra Uterine Device) IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, dan harus diganti apabila sudah dipakai dalam masa tertentu. Kelebihan penggunaan IUD adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Sedangkan kekurangan penggunaan IUD adalah dapat menyebabkan pendarahan di luar siklus menstruasi yang dialami wanita. Cara kerja IUD, banyak yang berpendapat bahwa cara kerja dari IUD ini adalah dengan menyulitkan bertemunya sperma dan sel telur. Namun beberapa dokter muslim menjelaskan bahwa sifat kerja IUD adalah mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam Rahim (telah berbentuk zygot), sehingga dapat diartikan membunuh bayi diusia dini. Sehingga beberapa ulama berpendapat bahwa penggunaan IUD haram.
2. Kondom. Kondom digunakan pada Penis pria untuk mencegah sperma bertemu sel telur ketika terjadi ejakulasi. Kondom berupa sarung karet yang terbuat dari bahan lateks. Kelebihan penggunaan kondom adalah mudah digunakan dan tidak membutuhkan bantuan medis untuk memakai. Kekurangan penggunaan kondom adalah terjadinya kebocoran cairan mani dan alergi pada pemakaian bahan-bahan kondom tertentu. 24
3.KB Suntik. KB Suntik dilakukan setiap 3 bulan sekali pada seorang wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur). Kelebihan menggunakan KB Suntik adalah efektif mencegah kehamilan tanpa perlu banyak tahap yang sulit. KB Suntik juga termasuk metode kontrasepsi yang terhitung murah untuk masyarakat Indonesia. Meski demikian, suntikan KB pada uji coba hewan bisa meningkatkan terjadi resiko kanker. 4. Pil KB. Pil KB disebut juga kontrasepsi oral. Pil KB berisi hormon yang menghambat pengeluaran sel telur. Keunggulan menggunakan Pil KB adalah bisa mengatur kehamilan sekaligus efektif mencegah kanker ovarium dan endometrium. Sedangkan kelemahan penggunaan pil KB adalah harus diminum oleh wanita secara rutin. Bila tidak diminum secara rutin dan disiplin maka kemungkinan hamil tetap terjadi. 5. Implant Metode kontrasepsi implant (susuk) ditempatkan di bawah kulit lengan wanita dan mengeluarkan hormon yang mencegah pelepasan ovum. Metode kontrasepsi ini terbilang efektif dan tidak memerlukan kedisiplinan tinggi seperti penggunaan Pil KB. Kekurangan penggunaan implant adalah bisa menyebabkan fase menstruasi tidak teratur. Selain itu, 25
sejumlah kasus melaporkan implant yang tertanam tidak berdiam di lengan namun bergerak ke bagian tubuh terdekat lainnya. 6. Difragma Diafragma atau cervical cap berguna untuk menutupi uterus sehingga mencegah sperma membuahi sel telur. Metode ini tidak biasa di Indonesia karena selain mahal, pemasangannya harus dengan tenaga medis dengan biaya yang mahal. Ditambah lagi angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan.
7. Jeli, busa atau spons Jeli termasuk alat kontrasepsi yang dipakai oleh wanita yang mengandung spermisida (zat yang membunuh sel sperma) sehingga sperma gagal memasuki uterus.
26
BAB III
EDUKASI PASIEN PASCA PARTUS SPONTAN PATOLOGIS
3.1. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga 3.1.1. Fungsi Biologik Pasien adalah seorang wanita , berusia 40 tahun. 3.1.2. Fungsi Psikologik Hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitarnya baik. Pasien mengetahui keterbatasan di lingkungan sosial setelah partus spontan di rumah sakit dan melibatkan keluarga dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari 3.1.3. Fungsi Ekonomi Pasien hanya merupakan ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi pasien termasuk golongan menengah ke bawah. 3.1.4. Fungsi Pendidikan Pendidikan terakhir pasien adalah SLTA. 3.1.5. Fungsi Religius Pasien dan keluarganya adalah seorang muslim, dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. 3.1.6. Fungsi Sosial dan Budaya Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai warga negara yang baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik dengan warga lingkungan sekitarnya. 3.2. Pola Konsumsi Makanan Pasien Frekuensi makan pasien dan keluarga sehari-hari, cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pasien tidak memiliki masalah dalam mencukupi kebutuhan gizi dirinya sehari-hari. 3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien 3.3.1. Faktor Perilaku Pasien menyadari tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Diet pasien sehari-hari merupakan tinggi garam, namun mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Setelah pasien mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai kondisi kesehatan saat ini, pasien mengaku akan lebih perhatian terhadap kondisi kesehatannya. 27
3.3.2. Faktor Non-Perilaku Sarana kesehatan sangat mudah dijangkau oleh pasien. Akses transportasi untuk mencapai tempat-tempat tertentu dinilai mudah. 3.4. Diagnosis Fungsi Keluarga 3.4.1. Fungsi Biologis Pasien menyangkal bahwa di keluarga pasien terdapat riwayat penyakit yang diturunkan secara genetik. 3.4.2. Fungsi Psikologis Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik. 3.4.3. Fungsi Religius dan Sosial Budaya Pasien beribadah sesuai agamanya dan berperilaku sosial budaya sesuai dengan norma-norma yang berlaku. 3.4.4. Fungsi Ekonomi Pasien mengaku tidak ada masalah dengan keadaan ekonomi. 3.4.5. Faktor Perilaku Pasien mengerti tentang kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Faktor non-Perilaku Tidak ada kesulitan dalam mencapai fasilitas kesehatan. 3.5. Rencana Pembinaan Keluarga 3.5.1. Terhadap Pasien a. Edukasi pasien tentang pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi, terutama pada masa menyusui, pasien memerlukan tambahan asupan gizi yang adekuat. b. Edukasi mengenai pola hidup sehat terutama dari kebiasaan higienitas pasien. 3.5.2. Terhadap Keluarga a. Memberi informasi keluarga tentang keadaan pasien yang sesungguhnya dan pentingnya menjaga kondisi kesehatan jasmani dan psikologis pasien, menjaga asupan nutrisi pasien dan menjaga higienitas di rumah. b. Edukasi agar keluarga ikut berperan serta dalam menjaga kondisi kesehatan pasien terutama dengan keadaan pasca partus spontan. Peran keluarga sangat penting agar pasien tetap semangat walaupun masih nyeri setelah melahirkan Jika ternyata muncul keluhan, seperti sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan dari bekas luka jahitan serta terdapat demam dan menggigil pasien diminta untuk 28
datang kembali ke dokter. Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap bekas luka jahitan di perineum apakah timbul komplikasi berupa infeksi. Jika keluhan tak muncul, biasanya luka sayatan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya. Pemberian ASI seusai melahirkan harus dilakukan sedini mungkin karena ASI pada 72 jam pertama mengandung kolostrum yang bermanfaat bagi bayi. Pastikan ibu mendapatkan bantuan yang cukup setelah kembali ke rumah. Tidak adanya support di rumah setelah kembali dari rumah sakit sering menjadi salah satu penyebab ibu menjadi kelalahan, stress dan akhirnya juga mempengaruhi kelancaran menyusui. Jika ibu mengalami masalah menyusui setelah pulang ke rumah, pastikan segera meminta bantuan ahli seperti konselor laktasi atau bisa mendatangi klinik laktasi terdekat.
29
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG et al. 2005. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric, 22nd ed. Mc.Graw Hill Publishing Division: New York
Wiknjosastro H. 2005.Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan, edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2002 .Asuhan Maternal dan Neonatal , YBP-SP:Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 1999. Ilmu Bedah Kebidanan, YBP-SP:Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana, http://id.wikipedia.org/wiki/Kondom http://female.kompas.com/read/2012/08/13/09320367/Pola.Makan.Ibu.Menyusui http://indonesiaindonesia.com/f/66121-perawatan-payudara-pasca-melahirkan/ Fadlie, 2011, ASI Eksklusif untuk Bayi selama minimal 6 bulan, Pontianak, http://www.fadlie.web.id/?p=2277 Diakses tanggal 5 Oktober 2013 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Kesehatan Anak Perawatan Bayi Yang Baru Lahir.Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.