You are on page 1of 7

JAKARTA, KOMPAS.

com -- Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja


Purnama menyadari bahwa masih banyak warga Jakarta penghuni bantaran sungai dan
bantaran waduk yang enggan untuk dipindah ke rumah susun. Dia menilai, keenggan
an warga tersebut disebabkan karena mereka sudah terlalu lama tinggal di kawasan
tersebut.
"Saya tahu mungkin bapak-bapak dan ibu-ibu ada yang sudah lama tinggal di pinggi
r sungai. Ada yang bilang, 'Saya tinggal di sini lebih lama dari umur kamu, Hok'
," katanya saat acara peluncuran HUT ke-487 Kota Jakarta yang dilaksanakan di Je
mbatan Marto, Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (1/6/2014).
Meski demikian, Basuki mengatakan bahwa penertiban yang dilakukan Pemerintah Pro
vinsi DKI Jakarta bukan bermaksud untuk merendahkan warga, justru dia menilai Pe
mprov DKI sangat menghormati warga.
Oleh karena itu, Pemprov DKI bermaksud menyediakan lahan tempat tinggal yang din
ilainya jauh lebih layak dibanding harus tinggal di bantaran sungai dan bantaran
waduk.
Selain itu, Basuki juga mengungkapkan bahwa Pemprov DKI saat ini tengah berencan
a membangun ruang terbuka hijau di tengah sejumlah permukiman padat. Karena itu,
dia mengimbau warga yang memiliki lahan yang relatif luas agar bersedia melepas
dan menjualnya ke Pemprov DKI.
"Nanti tamannya bisa dipakai buat olahraga. Sekarang kan sewa gedung olahraga su
dah mahal. Yang datang kebanyakan orang-orang yang pakai mobil. Orang kampung ja
di ngiri. Karena itu, orang di kampung perlu disediakan lahan untuk olahraga jug
a," tuturnya.
"Tapi tamannya nanti dibangun di tempat yang tidak bisa dilalui mobil, supaya la
hannya tidak disalahgunakan untuk tempat parkiran," tambahnya kemudian.
JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon presiden, Prabowo Subianto belakangan juga men
jadi sasaran kampanye hitam mulai dari persoalan HAM hingga status kewarganegara
annya. Namun, semua isu itu dinilai tak terlalu berpengaruh. Prabowo harus lebih
mewaspadai hadirnya isu tentang keluarganya.
"Kalau isunya HAM tidak bawa dampak besar. Itu isu sudah lama dan tidak terlalu
banyak yang tahu. Yang justru menjadi masalah adalah soal ibu negara, perbincang
an soal siapa pendamping Prabowo yang saya perkirakan akan lebih berefek," kata
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, saat dihubu
ngi Rabu (28/5/2014).
Burhan menuturkan, berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, hanya 24-29 per
sen masyarakat yang mengetahui soal kasus penculikan aktivis dan pemecatan terha
dap Prabowo dari dunia militer. Dari jumlah itu, sebanyak 60 persen menyatakan b
isa memaafkan sikap Prabowo.
"Namun, untuk kasus ibu negara, ini yang akan banyak dipergunjingkan dan berpeng
aruh pada preferensi memilih, terutama di kalangan ibu-ibu. Prediksi saya, merek
a punya pandangan jadi kepala keluarga saja nggak bisa, apa bisa urus negara?" t
utur Burhanuddin.
Lebih lanjut, Burhanuddin mengkritik gaya komunikasi Prabowo dalam menyikapi kam
panye hitam yang ditujukan kepadanya. Menurut dia, Prabowo selama ini lebih bany
ak memilih sikap diam.
"Soal HAM dan soal kewarganegaraan, Prabowo diam. Tidak bisa hanya mengandalkan
Fadli Zon dan Suhardi. Seharusnya, Prabowo perlu menjelaskannya sendiri," kata B
urhanuddin.
Kampanye hitam terhadap Prabowo-Hatta juga mulai terjadi. Prabowo selama ini mem
ang lebih memilih sikap diam atas serangan-serangan itu. Di dalam pemantapan tim
pemenangan Prabowo-Hatta beberapa waktu lalu, Prabowo hanya meminta agar tim su
ksesnya tidak membalas fitnah dengan fitnah.
JAKARTA, KOMPAS.com Politisi partai Gerindra Basuki Tjahaja Purnama mengaku belu
m mengetahui persis mengenai jabatan menteri utama yang dijanjikan calon preside
n partainya, Prabowo Subianto, kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Meski mengatakan bahwa jabatan tersebut tidak lazim, Basuki tidak menilainya mel
anggar undang-undang. Basuki lalu membandingkannya dengan jabatan Wakil Menteri
yang diterapkan dalam sistem kabinet saat ini. Ketika menjabat sebagai anggota K
omisi II, ia mengaku sempat mengkritisinya.
"Kami di Komisi II pernah mengkritisinya jabatan Wamen. Tapi akhirnya tetap jala
n saja tuh. Apa sih yang tidak bisa dilakukan presiden?" katanya di Balaikota Ja
karta, Jumat (23/5/2014).
"Sama dengan UKP4 (Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pemban
gunan). Tidak ada dalam undang-undang. Tapi ada kan (jabatannya)," ujar pria yan
g akrab disapa Ahok itu.
Seperti banyak diberitakan, Prabowo menjanjikan posisi menteri utama kepada Abur
izal apabila ia nantinya terpilih sebagai presiden Indoesia. Menurut pengakuan A
burizal sendiri, jabatan tersebut mirip dengan jabatan perdana menteri di negara
-negara yang menerapkan sistem parlementer.
Berdasarkan pengakuan tersebut, jabatan menteri utama sebenarnya jabatan yang ti
dak lazim diterapkan di Indonesia yang sistem pemerintahannya menerapkan sistem
presidensial.
Suami-Istri Berkelahi di Kabin, Pesawat Scoot Terpaksa Mendarat di Bali
Lukisan Malala Laku Rp 1,2 M
304 Orang Tewas dan Hilang, Kapten Kapal Tenggelam di Korsel Terancam Hukuma
n Mati
Nigeria Tolak Barter Tahanan Boko Haram dengan Siswi yang Diculik
Pangeran William dan Kate Middleton, Ratusan Kali Kena Sadap
13
Pelayanan umum di sebuah negara seperti gas, listrik dan air sering kali dilihat
sebagai salah satu indikator keberhasilan perekonomian. Adeltus Lolok yang pern
ah mengenyam pendidikan S2 di Adelaide (Australia Selatan) menceritakan salah sa
tu pengalaman pribadi berkenaan dengan hal ini. Adeltus yang kini jadi pegawai n
egeri sipil (PNS) di Kementerian Keuangan di Jakarta, menuliskan pengalamannya t
entang pelayanan umum itu di Radio Australia.
PAGI itu, seperti biasa saya sedang membantu istri mempersiapkan anak saya yang
akan berangkat ke sekolah. Jemputan gratis dari sekolah yang berjarak hanya 1,7
km dari rumah kami akan datang beberapa menit lagi. Tiba-tiba terdengar ketukan
yang cukup tegas di pintu depan.

Saat membuka pintu, di depan saya berdiri seorang pria setengah baya yang dengan
hormat menyapa, Selamat pagi pak. Kami mohon maaf sekali. Ada sedikit masalah de
ngan saluran air ke kompleks ini.

Rumah kami memang terletak di sebuah kompleks kecil dengan 7 rumah lainnya denga
n hanya satu gerbang sebagai pintu keluar masuk. Okaylalu bagaimana.., saya masih
bingung untuk menanggapinya. Kalau ada masalah dengan air, lha kan tinggal diker
jain. Kenapa mesti memberitahu saya, pikirku.

Iya pak, mohon maaf karena kami akan memutus air kira-kira setengah hari. Kami ju
ga akan menggali lubang cukup besar di gerbang sehingga Anda mungkin akan kesuli
tan mengeluarkan mobil. Bapak silahkan parkir mobilnya di luar saja supaya lebih
mudah jika ingin bepergian, jelas si petugas PAM.

Saya mulai kagum dan sedikit terpana. Kok sampai seperti itu dipikirkan ya.

Belum sempat saya menjawab, ia menyambung lagi, Sepertinya Anda sedang repot. Say
a bisa bantu memarkirkan mobil jika Anda mau.

Oh, terima kasih. Saya akan parkir sendiri. Saya pun bergegas ke garasi yang digun
akan bersama oleh ke-delapan rumah di kompleks tersebut. Si petugas PAM tadi lal
u mengetuk pintu rumah berikutnya. Sayup-sayup saya mendengar percakapan yang sa
ma.

Saat saya mengeluarkan mobil ke jalan raya, sejumlah petugas PAM beserta kendara
an dan peralatan khusus sudah siap bekerja. Mereka menyapa dengan ramah dan mem
bantu menghalangi kendaraan lain supaya saya bisa memarkir mobil saya di sisi ja
lan raya yang mulai ramai.

Karena sudah diberitahu akan ada pemutusan aliran air, kami segera mengisi wadah
-wadah yang ada sebanyak mungkin. Hebat ya, Pak. Mau mutusin air setengah hari aj
a pakai lapor dulu ke warga. Biasanya mah, main putus aja berhari-hari tanpa inf
ormasi, kata istri saya yang rupanya juga terkesan dengan apa yang terjadi.

Lha, yang biasanya itu, dimana, candaku sambil mengantar anak ke mobil jemputan yan
g sudah menunggu.

Setengah harian itu, air memang mati. Sebelum jam sebelas, air sudah jalan kemba
li. Iseng-iseng saya cek keluar, para petugas PAM sudah tidak ada. Bekas galian
mereka pun sudah kembali rapi. Mereka sepertinya berusaha juga menanam kembali r
umput-rumput yang tadinya tercabut. Ketika saya menceritakan kisah itu ke teman-
teman yang lain, mereka tersenyum mahfum.

Ya, maklum mas baru datang sih jadi masih heran. Kalau di sini mah, urusan pelaya
nan umum kayak air, listrik, kendaraan umum, pendidikan...itu gak boleh ada caca
t. Pemerintah Australia selalu merasa malu jika tidak bisa melayani warganya den
gan baik, kata Joko, si ahli akuntansi dari Kementerian Keuangan yang sedang kuli
ah di University of Adelaide.

Lha, kemarin saja bis terlambat 15 menit dari biasanya, semua penumpang digratisk
an, timpal Amelia, si kutu buku asal Bandung yang kuliah di kampus yang sama. Tuh,
lihat si oma naik kursi roda, santai aja menyeberang karena memang jalan disiap
kan juga untuk orang cacat sekalipun.

Menomorsatukan Warga

Sejumlah kisah pun bermunculan, bagaimana pemerintah Australia selalu menomorsat
ukan warga dalam segala hal.

Pokoknya kalo di sini mas, jangan sampai ada makhluk yang namanya manusia yang ga
k sekolah atau gak bisa ke rumah sakit. Semua difasilitasi. Kalau anak sudah 5 t
ahun, harus segera didaftar ke sekolah. Kalo gak, orang tuanya bakal kena sanksi
, timpal Sari, ibu dosen asal Aceh sedang kuliah doktoral di Flinders University.

He-eh, biayanya pun murah ya. Bayangin, anak saya sekolah SD hanya bayar Rp1,5 ju
ta setahun! Gak beli apa-apa lagi. Cuma beli tas doang. Buku-buku semua dari sek
olah, kataku takjub.

Nah, itulah mas contoh pemerintah yang mengelola negaranya dengan baik. Pajak dit
inggikan, tapi hasilnya memang dirasakan oleh rakyat. Infrastruktur dibuat, laya
nan dibagusin untuk rakyat juga. Jadi pemerintah itu ya benar-benar melayani, me
nyediakan, bukan sekedar ngatur, jelas Aji yang berprofesi sebagai dosen di Surab
aya.

Rasanya pembicaraan siang itu berisi sekali dan banyak memperkaya pandangan say
a tentang pemerintahan yang baik (good governance) yang selama ini banyak menjad
i bualan di seminar-seminar. Pikiran saya pun terbang ke tengah lautan dimana se
jumlah besar orang rela mempertaruhkan nyawa, menempuh lautan ribuan kilo dengan
perahu reyot demi mencapai Australia. Tak heran bila negeri ini selalu berada d
alam daftar 10 besar negara paling nyaman di dunia.

Bulan lalu saya kembali terngiang dengan peristiwa di atas. Pasalnya, salah seor
ang teman yang mungkin juga tak kalah kaget (atau kagum) mengunggah gambar cek s
enilai $90 (sekitar Rp900 ribuan) di facebook.
Rupanya cek tersebut pembelian dari perusahaan operator listrik (PLN) Australia.
Ia pun berkisah tentang sebuah pohon yang tumbang di depan rumah mereka sehingg
a aliran listrik di kawasan tersebut terganggu. Perusahaan listrik segera datang
dan membereskan masalah tersebut. Listrik hanya mati sekitar setengah harian, l
alu kembali normal.
Beberapa hari kemudian, semua rumah yang terkena pemadaman karena pohon tumbang
tersebut mendapat kompensasi alias ganti rugi atas kejadian tersebut. Cek senila
i $90 kurang lebih sama dengan pembayaran listrik selama sebulan untuk rumah uku
ran sedang di Australia. Jadi, gara-gara listrik mati setengah hari, rakyat dibe
baskan bayar listrik sebulan! Gimana kalau listriknya byar-pet atau mati berhari
-hari ya?
Kisah ini tentu saja bukan soal listrik dan air. Tetapi tentang bagaimana menjad
i pemerintah yang berwibawa tanpa melupakan kewajiban sebagai penyedia layanan b
erkualitas bagi masyarakat.
SYDNEY, KOMPAS.com -- Sejumlah warga di Queensland, Australia, melaporkan telah
melihat sebuah benda berukuran besar terbakar dan jatuh dari langit, Kamis (15/5
/2014). Benda itu terlihat pada pukul 18.30 waktu setempat dan ketika mendarat t
erdengar ledakan seperti bunyi bom.
Benda tersebut menyerupai bola berukuran besar dengan "ekor" biru dan oranye. Hi
ngga saat ini belum ada laporan ditemukannya serpihan apa pun di daerah dekat te
rlihatnya obyek tersebut.
Virginia Hills, seorang warga di kawasan Mount Isa, mengatakan, dia tak sengaja
mengambil foto obyek tersebut. Fotonya telah dimuat di berbagai situs internet d
i dunia.
"Benar-benar kebetulan. Saya tengah mengambil beberapa foto bulan yang mulai nai
k ke atas cakrawala. Kebetulan kami menangkap cahaya yang tengah jatuh."
Warga kota Townsville, Kim Vega, mengaku melihat jatuhnya obyek tersebut saat du
duk-duduk di halaman belakangnya. "Seperti ledakan, tapi tanpa bunyi," katanya.
Menurut Vega, obyek tersebut tampak menghantam permukaan tanah di daerah hutan.
Warga Townsville lainnya, Terry Robinson, berkata bahwa bola api itu "luar biasa
". "Besar sekali dan seperti bom," katanya.
Beberapa orang lain juga memberikan kesaksiannya. Seorang pendengar ABC Radio, J
ohn, berkata bahwa anaknya, Hamish, yang berusia 10 tahun, melihat benda tersebu
t saat sedang bermain bola.
"Ia lari ke dalam dan berkata, 'Ayah, aku baru melihat meteorit'. Katanya benda
itu menerangi langit. Ada berbagai warna."
Menurut ahli astronomi Owen Bennedick, dari observatorium Wappa Falls di Sunshin
e Coast, benda itu bukanlah meteorit, melainkan pecahan satelit yang kembali mem
asuki atmosfer bumi.
"Setiap logam atau plastik yang merupakan bahan pembuat satelit akan terbakar di
temperatur yang berbeda-beda dan memiliki spektrum warna yang berbeda," katanya
.
Peristiwa jatuhnya serpihan satelit ke bumi makin sering terjadi, tambah Bennedi
ck. Namun, belum tentu dampaknya sedahsyat yang terlihat.
"Dari pengalaman saya, banyak orang yang mengira (obyek itu) mendarat di bukit t
erdekat, padahal sebenarnya jatuhnya ratusan kilometer dari mereka. Terlihat dek
at, tapi belum tentu," ujar dia.
JAKARTA, KOMPAS.com Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menengarai bahwa
Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem Rachmawati Soekarnoputri akan memberikan
dukungannya kepada bakal calon presiden Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Beliau (Rachmawati) kelihatannya juga mendukung Pak Prabowo," ujar Fadli zon sa
at menghadiri Pagelaran Wayang Se-Nusantara dengan lakon Semar Mbangun Kayangan
& Wahyu Cokro Ningrat di Kantor DPP Partai Gerindra, di Jalan Harsono RM, Raguna
n, Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2014) malam.
Sebelum menghadiri pergelaran wayang tersebut, Fadli Zon mengaku baru saja melak
ukan makan malam bersama Rachmawati. Dari pertemuan makan malam tersebut, Fadli
beranggapan ada sinyal positif dari adik kandung Ketua Umum PDI Perjuangan Megaw
ati Soekarnoputri tersebut untuk mendukung Prabowo. Namun, Fadli tidak menjelask
an apa saja yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Fadli mengatakan, rencananya besok Prabowo akan bertemu Rachmawati di kediaman R
achmawati. Fadli menambahkan, selain dengan Rachmawati, Partai Gerindra juga sud
ah melakukan komunikasi dengan sejumlah tokoh, di antaranya Ketua Pembina Partai
Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan raja dangdut yang dijagokan sebagai calon
presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa, Rhoma Irama.
SYDNEY, KOMPAS.com -- Sejumlah warga di Queensland, Australia, melaporkan telah
melihat sebuah benda berukuran besar terbakar dan jatuh dari langit, Kamis (15/5
/2014). Benda itu terlihat pada pukul 18.30 waktu setempat dan ketika mendarat t
erdengar ledakan seperti bunyi bom.
Benda tersebut menyerupai bola berukuran besar dengan "ekor" biru dan oranye. Hi
ngga saat ini belum ada laporan ditemukannya serpihan apa pun di daerah dekat te
rlihatnya obyek tersebut.
Virginia Hills, seorang warga di kawasan Mount Isa, mengatakan, dia tak sengaja
mengambil foto obyek tersebut. Fotonya telah dimuat di berbagai situs internet d
i dunia.
"Benar-benar kebetulan. Saya tengah mengambil beberapa foto bulan yang mulai nai
k ke atas cakrawala. Kebetulan kami menangkap cahaya yang tengah jatuh."
Warga kota Townsville, Kim Vega, mengaku melihat jatuhnya obyek tersebut saat du
duk-duduk di halaman belakangnya. "Seperti ledakan, tapi tanpa bunyi," katanya.
Menurut Vega, obyek tersebut tampak menghantam permukaan tanah di daerah hutan.
Warga Townsville lainnya, Terry Robinson, berkata bahwa bola api itu "luar biasa
". "Besar sekali dan seperti bom," katanya.
Beberapa orang lain juga memberikan kesaksiannya. Seorang pendengar ABC Radio, J
ohn, berkata bahwa anaknya, Hamish, yang berusia 10 tahun, melihat benda tersebu
t saat sedang bermain bola.
"Ia lari ke dalam dan berkata, 'Ayah, aku baru melihat meteorit'. Katanya benda
itu menerangi langit. Ada berbagai warna."
Menurut ahli astronomi Owen Bennedick, dari observatorium Wappa Falls di Sunshin
e Coast, benda itu bukanlah meteorit, melainkan pecahan satelit yang kembali mem
asuki atmosfer bumi.
"Setiap logam atau plastik yang merupakan bahan pembuat satelit akan terbakar di
temperatur yang berbeda-beda dan memiliki spektrum warna yang berbeda," katanya
.
Peristiwa jatuhnya serpihan satelit ke bumi makin sering terjadi, tambah Bennedi
ck. Namun, belum tentu dampaknya sedahsyat yang terlihat.
"Dari pengalaman saya, banyak orang yang mengira (obyek itu) mendarat di bukit t
erdekat, padahal sebenarnya jatuhnya ratusan kilometer dari mereka. Terlihat dek
at, tapi belum tentu," ujar dia.
JAKARTA, KOMPAS.com Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempersila
kan pengacara mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Udar Pristono, Hasan Basri, ya
ng berencana menggugatnya.
Basuki mengaku tak takut karena merasa tak bersalah dengan ucapannya selama ini.
Menurut Basuki, semua yang ia ucapkan bersumber dari berita yang ada di media m
assa.
"Ini laporan Tempo. Tempo kan melakukan investigasi kalau ada pelanggaran, ada y
ang kurang ajar. Kalau keberatan, ya gugat juga dong Tempo," kata Basuki di Bala
ikota Jakarta, Rabu (21/5/2014).
Apalagi, kata Basuki, ia memiliki data dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pemban
gunan (BPKP) yang menyebutkan, proyek pengadaan bus dari Tiongkok pada 2013 mema
ng bermasalah.
Lebih lanjut, Basuki mengaku bahwa dia bisa saja menuntut balik Pristono atas ba
nyaknya bus-bus proyek pengadaan 2012 yang sudah rusak dan tak dapat beroperasi.
"Jadi gila itu pengacara kalau mau main begitu. Jadi kasih tahu si Udar, kasih t
ahu pengacaranya. Makin ngajak gue ribut, makin sama-sama kita ribut. Sekarang s
aya sudah diam-diam saja nih. Tapi kalau lu ngajak gue ribut, gue makin demen,"
tukas pria yang akrab disapa Ahok itu.
Sebelumnya, Hasan Basri menilai, Basuki patut diperiksa terkait kasus korupsi ya
ng menjerat kliennya. Menurutnya, ditetapkannya Pristono sebagai tersangka tidak
terlepas dari celotehan Basuki di media massa.
Hasan menambahkan, opini yang dilontarkan Basuki itu berdampak pada kliennya, ya
ng dituduhkan tanpa mengetahui duduk persoalan yang ada. Padahal tuduhan itu seh
arusnya sudah melalui sebuah proses pemeriksaan internal terlebih dahulu agar di
ketahui siapa yang salah dalam pengadaan bus transjakarta ini.
KOMPAS.com - Memilih menjadi tim yang tak diunggulkan alias underdog, Australia
bakal menjadi ancaman bagi tiga negara anggota Grup B pada perhelatan Piala Duni
a 2014. Di atas kertas, Spanyol, Belanda, dan Chile, jauh di atas peringkat Aust
ralia. Menurut warta Reuters pada Jumat (23/5/2014), pada peringkat FIFA, Austra
lia ada di posisi 16. Sedangkan, Spanyol berada di posisi nomor 1, Belanda di po
sisi 13, serta Chile di posisi 15.
Adalah pelatih tim nasional (timnas) berjulukan The Socceroos Ange Postecoglou y
ang tampil membesarkan hati. Menurutnya, tim Australia dalam perhelatan akbar se
pak bola dunia itu tengah menguji generasi emasnya.
Kepercayaan diri yang sama juga muncul dari pernyataan striker Mathew Leckie. Pe
main sayap yang bermain di Klub Divisi 2 Bundesliga Inglostadt ini bahkan mengat
akan ketiga calon lawan Australia sudah berkelas dunia. "Tapi, mereka juga manus
ia," kata pria kelahiran Melbourne, Australia, pada 4 Februari 1991 ini.
Bagi Leckie, selanjutnya, timnas Australia adalah sekumpulan pria yang kuat. "Ka
mi datang ke Brasil untuk bermain sepak bola dan menang," katanya mengisyaratkan
agar tim-tim lawan jangan main-main dengan Australia.
Leckie yang bernomor punggung 20 itu sudah mencatatkan namanya enam kali dalam p
ertandingan internasional timnas Australia. Sementara timnas Australia akan berl
aga kali pertama melawan Chile pada 13 Juni 2013 di stadion Cuiaba.

You might also like

  • Text 1
    Text 1
    Document1 page
    Text 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 3
    Text 3
    Document1 page
    Text 3
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 4
    Text 4
    Document1 page
    Text 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 7
    Text 7
    Document1 page
    Text 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • TEXT1
    TEXT1
    Document1 page
    TEXT1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 2
    Text 2
    Document7 pages
    Text 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 5
    Text 5
    Document1 page
    Text 5
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 4
    Text 4
    Document1 page
    Text 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 7
    Text 7
    Document1 page
    Text 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 6
    Text 6
    Document1 page
    Text 6
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 1
    Kompas 1
    Document10 pages
    Kompas 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 1
    Kompas 1
    Document10 pages
    Kompas 1
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 4
    Kompas 4
    Document7 pages
    Kompas 4
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 7
    Kompas 7
    Document7 pages
    Kompas 7
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 3
    Kompas 3
    Document7 pages
    Kompas 3
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 2
    Kompas 2
    Document11 pages
    Kompas 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 8
    Kompas 8
    Document5 pages
    Kompas 8
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Text 2
    Text 2
    Document7 pages
    Text 2
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 15
    Kompas 15
    Document5 pages
    Kompas 15
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 5
    Kompas 5
    Document7 pages
    Kompas 5
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 6
    Kompas 6
    Document6 pages
    Kompas 6
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 12
    Kompas 12
    Document4 pages
    Kompas 12
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 9
    Kompas 9
    Document5 pages
    Kompas 9
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 11
    Kompas 11
    Document5 pages
    Kompas 11
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 15
    Kompas 15
    Document5 pages
    Kompas 15
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 10
    Kompas 10
    Document4 pages
    Kompas 10
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 14
    Kompas 14
    Document4 pages
    Kompas 14
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 16
    Kompas 16
    Document6 pages
    Kompas 16
    Joachim Gard
    No ratings yet
  • Kompas 7
    Kompas 7
    Document6 pages
    Kompas 7
    Joachim Gard
    No ratings yet