Pemeriksaan antemortem adalah pemeriksaan sebelum pemotongan = pemeriksaan
kesehatan hewan sebelum hewan dipotong. Berasal dari bahas latin yaitu [ante = sebelum; mortem = mati]. Menurut Soeparno (1994) bahwa pemeriksaan antemortem dimaksudkan: 1. Untuk mengetahui ternak yang cidera sehingga diprioritaskan untuk disembelih terlebih dahulu 2. Untuk mengetahui ternak-ternak yang sakit sehingga disembelih secara terpisah.
Manfaat Pemeriksaan Antemortem : a. Mengetahui/menentukan ternak yang dagingnya berbahaya untuk dikonsumsi. Misalnya ditemukan adanya ternak yang berada pada taraf septi chaemi (gejala infeksi yang mulai menjalar); ternak yang demikian ini sukar diketahui gejala-gejalanya sehingga tanpa pemeriksaan sukar diketahui sedangkan hal ini berbahaya bagi konsumen. b. Dapat menetapkan kesehatan ternak ketika masih hidup sehingga bisa menyatakan sehat atau tidak dagingnya untuk dikonsumsi. c. Dapat mengetahui apakah ternak dalam keadaan lelah atau tidak untuk segera dilakukan penyembelihan. (Suharyanto, 1996) Petugas yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan antemortem adalah dokter hewan pemeriksa daging dibawah petugas berwenang dari pemerintah (dinas peternakan). Pemeriksaan dilakukan pada hari pemotongan atau sehari sebelumnya. Para doter atau peugas inilah yang memutuskan apakah hewan tersebut dapat dipotong atau tidak (soedjono, 2002)
Tujuan Pemeriksaan Antemortem :
a. Memperoleh ayam yang cukup istirahat. b. Menghindari penyembelihan ayam yang sakit untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya pencemaran pada tempat pemotongan, alat, dan pekerja. c. Sebagai bahan informasi awal untuk pemeriksaan postmortem. d. Jika ayam yang dikirim disertai dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan maka pemeriksaan antemortem dapat dilakukan hanya untuk memastikan bahwa kondisi ayam tidak mengalami penyimpangan.
Pemeriksaan antemortem dilakukan dengan mengamati (melihat/inspeksi) ayam yang ada dalam keranjang secara kelompok atau bilamana diperlukan dapat dilakukan secara acak dengan mengamati secara individu.
Prosedur Pemeriksaan Antemortem : Pemeriksaan antemortem pada ayam meliputi pemeriksan: 1. Keaktifan ayam 2. Kebersihan bulu 3. Kebersihan mulut, hidung, mata dan kloaka 4. Warna jengger/pial dan ceker 5. Pernapasan 6. Pergerakan kepala
Berikut ini adalah prosedur pemeriksaan antemortem: a. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter hewan atau tenaga para medis veteriner atau petugas kesmavet yang ditunjuk dan telah dilatih. b. Pemeriksaan antemortem dilaksanakan pada saat unggas tiba di RPU atau sehari sebelumnya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. c. Pemeriksaan dilakukan di bawah penerangan yang cukup, misalnya dapat mengenali perubahan warna pada mata. d. Apabila unggas yang telah diperiksa tidak dipotong dalam waktu 24 jam, maka pemeriksaan antemortem harus diulang.
e. Pemeriksaan dilakukan secara umum pada semua hewan yang ingin dipotong. Perhatikan kondisi hewan satu persatu (gerakan hewan, cara berjalan, bulu dan kulit, mata, telinga, hidung, mulut, alat kelamin, anus, kaki dan kuku serta cara bernafas) Hewan yang diduga sakit harus dipisahkan untuk diperiksa lebih lanjut untuk memastikan penyakitnya. f. Hanya hewan yang sehat yang baik untuk dipotong g. Unggas yang sakit atau diduga sakit (suspected), harus dipotong secara terpisah atau dimusnahkan. h. Apabila ditemukan penyakit unggas menular dan zoonosis, maka petugas harus segera mengambil tindakan yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. i. Petugas pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan, mengarsipkan dan melaporkan kepada kepala RPU.
Hasil akhir pemeriksaan ini dapat dibagi tiga kelompok : a. Jadi terdapat beberapa rekomendasi hasil akhir pemeriksaan antemortem tersebut menyatakan bahwa ayam dapat dipotong tanpa ada perlakuan, jika hasil pemeriksaan antemortem menyatakan ayam sehat/normal. b. Untuk ayam yang ditolak harus dipisahkan pada keranjang dengan tanda khusus, dan dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan. c. Untuk penundaan penyembelihan atau pemotongan dilakukan terakhir, jika hasil pemeriksaan antemortem menunjukkan bahwa ayam memiliki kelainan atau gejala penyakit saluran pernapasan atas (CRD, snot, dsb). Selain pemotongan yang ditunda/diakhirkan untuk kasus ini sebaiknya diberikan perlakuan atau penanganan tambahan pada saat pencucian karkas, yaitu dengan menambahkan sanitaiser (umumnya menggunakan klorin dengan konsentrasi yang dipersyaratkan, yaitu maksimum 50 ppm) dan ditolak untuk dipotong, jika hasil pemeriksaan antemortem mengarah ke HPAI dan Salmonellosis.
Jadi, dalam melakukan pemeriksaan antemortem harus memperhatikan prosedur yang tepat sehingga didapatkan karkas/daging yang benar-benar layak untuk konsumsi.
Tanda Hewan Yang Boleh Dipotong Dan Tidak Boleh Dipotong a. Hewan masih boleh dipotong jika : 1. terdapat abses, menderita kembung, patah tulang 2. hewan tertabrak (kecelakaan) b. Hewan tidak boleh dipotong jika : 1. bunting, kecuali kecelakaan 2. menderita penyakit : ingus jahat, rabies, blue tongue, tetanus, dan lain-lain.
DAPUS: Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suharyanto, 1996. Pentingnya Pembangunan Rumah Potong Ayam di Bengkulu. Semarak, 4 Januari 1996.