You are on page 1of 34

PEMBAHASAN

KESEHATAN LINGKUNGAN
A. DEFINISI
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
1

2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
2

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1

1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22
ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
3

1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana




C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan adalah sebagai berikut :
3

1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara
besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
2,4

1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.


Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
2,5

Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
2,6

Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
6

Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang
angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus
dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah
terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
6

Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini
lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat
manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan.
Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi
anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di
luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko
dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di
masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar
diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran
pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.






















PELAYANAN GAWAT DARURAT
DEFINISI
Gawat Darurat Medis (GDM) serta Perawatan Gawat Darurat (PGD) harus
berdasarkan anggapan publik atas kegawat-daruratan. Bila kebanyakan publik
melihat proses medis mungkin menyebabkan kesakitan atau kematian, maka
keadaan tsb.adalah gawat darurat yang memerlukan perhatian medis segera.
Kepercayaan publik ini mungkin termasuk, namun tidak terbatas pada : nyeri akut
atau berat, perdarahan ekstemal atau kemungkinan perdarahan internal, sesak
nafas berat atau akut, nyeri dada, nyeri kepala berat atau akut, nyeri perut berat
atau akut, demam berat atau akut, penurunan kesadaran, cedera traumatik akut,
gangguan adekuasi sirkulasi, gangguan fungsi motor, perubahan tingkah akut,
gangguan akut fungsi sensori, evaluasi dan tindakan atas penyalah-gunaan dan
kelalaian, fungsi ginekologis abnormal, persalinan, disfungsi kemih atau usus
akut, tindakan atas kelainan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat,
infeksi akut, wabah, peradangan, reaksi alergi akut, krisis kesehatan mental akut,
perawatan neonatal, kelainan yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat/zat.

CARA MENDAPATKAN PELAYANAN GAWAT DARURAT.
Semua masyarakat berhak mendapat perawatan kesehatan gawat darurat,
pencegahan, primer, spesialistik serta kronik. Perawatan GD harus dilakukan
tanpa memikirkan kemampuan pasien untuk membayar. Semua petugas medis
harus diberi kompensasi yang adekuat, adil dan tulus atas pelayanan kesehatan
yang diberikannya. Diperlukan mekanisme pembayaran penggantian atas
pelayanan gratis, hingga tenaga dan sarana tetap tejaga untuk setiap pelayanan. Ini
termasuk mekanisme kompensasi atas penderita yang tidak memiliki asuransi,
bukan penduduk setempat atau orang asing. Semua pasien harus mendapat
pengobatan, tindakan medis dan pelayanan memadai yang diperlukan agar didapat
pemulihan yang baik dari penyakit atau cedera akut yang ditindak secara gawat
darurat.

TINDAKAN SERTA PERSETUJUANNYA.
Keputusan akan tindakan medis, termasuk resusitasi, adalah hak ekslusif pasien.
Penderita atau wali hukumnya harus diberitahu sebelum kondisi pasien berpotensi
menjadi tenninal. Harus dibuat persetujuan anggota keluarga bila diinginkan oleh
pasien atau bila pasien tidak kompeten. Sebaliknya pasien atau keluarga dapat
menolak resusitasi atau bagian dari resusitasi. Bila pasien dalam keadaan ekstrim
yang membutuhkan tindakan darurat, tindakan segera dilakukan sesuai indikasi.
Bila
pasien kompeten atau keluarga menolak tindakan, semua usaha dibatalkan. Bila
dilakukan tindakan disaat tidak ada keluarga, usahakan menghubungi keluarga
saat itu juga.

SISTIM 118.
Akses yang mudah kepada pelayanan gawat darurat adalah kunci keberhasilan
atas outcome. Semua masyarakat harus terjangkau oleh 118. Peningkatan
kemampuan 118 adalah usaha utama dalam menjangkau masyarakat. 118
memberikan akses yang mudah kepelayanan gawat darurat sehingga
keterlambatan yang tidak perlu dalam penanganan keadaan gawat darurat dapat
dicegah. Instruksi pra kedatangan petugas harus digunakan dalam semua sistem
pelayanan gawat darurat tanpa memperdulikan keberadaan 118.

RESUSITASI KARDIO-PULMONER, CPR.
CPR yang dilakukan segera pada pasien yang membutuhkan terbukti mengurangi
kesakitan dan kematian. Karena periode yang singkat antara onset arrest hingga
kerusakan multi sistem atau kematian, dianjurkan agar CPR sebagai tindakan awal
dilakukan oleh masyarakat untuk Cardio-pulmonarry arrest. Masyarakat harus
diajarkan CPR serta mengerti akan kemampuan penyelamat hidup dari 118 yang
sedini mungkin berikut instruksi sebelum kedatangannya, CPR dini, defibrilasi
dini, ALS dini, serta perawatan jantung definitif dini. Semua petugas dalam sistem
gawat darurat, pemadam kebakaran, polisi atau petugas keamanan harus belajar
CPR. Karena kemungkinan kontaminasi infeksi penolong ke atau dari korban,
dianjurkan pemakaian peralatan pencegahan infeksi seluas mungkin.

DEFIBRILASI DAN PENGGUNAAN AED OLEH PETUGAS NON ALS.
Semua petugas pertama yang berhadapan dengan pasien serta semua petugas
sistem gawat darurat harus dilatih memakai AED (automated external
defibrillator). Defibrilasi dini adalah tindakan yang berpotensi penyelamat hidup
bila digunakan segera pada dugaan fibrilasi ventrikuler. Pelatihan mencakup
fisiologi jantung, EKG, kegunaan defibrilasi, pemakaian klinis dari AED,
pemahaman protokol tetap, kontra indikasi/keamanan/pemeliharaan AED,
kebutuhan akan CIVE (Continuing Medical Education) baik teori maupun
praktek, pentingnya peluang penyelamat hidup dari 118 yang dini dengan
instruksi pra kedatangannya-CPR dini-defibrilasi dini- ALS dini- serta perawatan
jantung definitif dini. Program defibrilasi dini harus diprioritaskan. AED harus
disebarkan seluas mungkin dalam wilayah kerja dan diletakkan dikendaraan yang
bertanggung-jawab atas panggilan kasus henti jantung. Ini mungkin temiasuk oleh
penanggung-jawab pertama, paramedik, kendaraan pemadam kebakaran, serta
kendaraan polisi sehingga waktu untuk memulai defibrilasi yang berpotensi
penyelamat jiwa dapat sedini mungkin.

PELATIHAN PEMBERI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT.
Semua dokter atau paramedik pelaksana pelayanan medis pra RS harus mendapat
pelatihan dan sertifikasi sebagai pelaksana pra RS. Institusi yang berwenang
bertanggung-jawab memberikan sertifikasi serta program pelatihan.

KLASIFIKASI PEMBERI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT.
Konsep pelatihan pra RS datam berbagai tingkat dikaitkan dengan derajat
pelayanan pasien. Logistik, kebutuhan setempat serta adekuasi pelayanan pasien
mengakibatkan
perlunya berbagai tingkat petugas pra RS. Biasanya perawatan pra RS dibagi
menjadi pelayanan dasar / non invasif, serta pelayanan lanjut / invasif. Digunakan
standar minimal nasional yang bila perlu dapat ditambahkan dengan kebutuhan
setempat. Petugas tingkat dasar minimal harus mendapat kursus AED, AMST
serta perawatan jalan nafas. Petugas tingkat lanjut harus mampu melakukan
intubasi endotrakheal, trakheostomi jarum, jalur transtorasik, serta infus
interosseus sebagai standar.

TERAPI TROMBOLITIK PRA RUMAH SAKIT.
Trombolitik bila digunakan saat keadaan klinis yang tepat pada pasien yang tepat
terbukti bermanfaat. Karena adanya keraguan atas manfaat atau risiko pra RS
serta potensi untuk menimbulkan kegawatan, diperlukan penelitian pra RS lebih
lanjut sebelum trombolitik digunakan oleh tenaga non dokter secara rutin pra RS.
Namun identifikasi serta persiapan pasien secara dini pra RS untuk terapi
trombolilik harus dilakukan. Identifikasi serta persiapan dini tsb. a.l. riwayat dan
pemeriksaan inisial, jalur IV perifer multipel, EKG 12 lead, gambaran darah,
oksimetri nadi serta tindakan medis memadai terhadap nyeri dada.

STATUS SAMARITAN YANG BAIK.
Semua petugas, tanpa peduli latar belakang medis yang mendasari, yang
memberikan pelayanan medis gawat darurat dengan niat yang baik untuk orang
lain harus dilindungi dari pertanggung-jawaban yang diakibatkan oleh bantuannya
tsb.

PENANGGUNG-JAWAB MEDIS OFF-LINE, ON-LINE DAN LAPANGAN.
Penanggung-jawab off-line bertanggung-jawab atas semua urusan administrasi
PGD pada daerah kerjanya. Penanggung-jawab on-line bertanggung-jawab atas
konsultasi medis mendadak kepada PGD melalui peralatan komunikasi.
Penanggung-jawab lapangan mempunyai kemampuan tanggung-jawab lapangan.

GAWAT DARURAT TRANSPORTASI DALAM LINGKUNGAN TERBATAS.
Kru pesawat terbang dan kapal harus tertatih melakukan pertolongan pertama /
tingkat CPR minimal. Peralatan pertolongan pertama harus tersedia termasuk
sarana ventilasi dengan kemampuan pencegahan kontaminasi infeksi. Peralatan
medis lanjut untuk digunakan oleh dokter terlatih juga harus tersedia termasuk
sarana penjamin jalan nafas, obat-obat dasar ALS serta peralatan defibrilasi.

PELAYANAN GAWAT DARURAT PADA BENCANA.
DGD adalah pemeran pertama dalam mengembangkan Perencanaan Bencana
ditingkat lokal, regional, nasional dan international. DGD membantu
mengembangkan, memperbaiki serta melaksanakan setiap perencanaan. DGD
turut serta dalam melatih pelayanan medis dilapangan.

PERINTAH DNR PRA RUMAH SAKIT.
Tugas PGD adalah mengurangi kesakitan dan kematian penderita penyakit atau
cedera akut. Kecuali dokumen resmi dan legal tentang DNR tersedia, PGD harus
menerima kebijaksanaan untuk menolong pasien dan menindak pasien kecuali
bila kematian sudah jelas, yaitu dekapitasi, rigor mortis dll. Tidak etis dan tidak
praktis untuk mengharapkan unit PGD sebagai tujuan untuk memutuskan status
DNR saat gawat darurat medis. Keputusan medis pribadi ini sebaiknya diserahkan
pada pasien yang kompeten beserta dokter pribadinya sebelum keadaan medis
terminal terjadi. Peran serta petugas hukum, keluarga, legislator, PGD serta
petugas medis diperlukan
untuk memasyarakatkan program menyeluruh untuk issu tersebut. Resusitasi tidak
dipaksakan bila pasien menolak atau pada pasien dimana semua usaha secara
medis tidak berguna.

BAHAN BERBAHAYA
Semua orang yang berkemungkinan untuk berhubungan dengan bahan berbahaya
berhak atas semua informasi atas bahan tsb. Termasuk informasi atas : mencegah
paparan, membatasi paparan, mengobati paparan, risiko kesehatan akibat paparan
yang diketahui, prosedur dekontaminasi, pertolongan pertama spesifik terhadap
bahan serta informasi tindak lanjut. Semua petugas PGD serta petugas pengaman
publik lain yang akan bertugas didaerah gawat darurat bahan berbahaya pada
'zona dingin' minimum harus mendapat kursus penanggung-jawab pertama bahan
berbahaya. Petugas yang bertanggung-jawab untuk menolong, menindak serta
mendekontaminasi di 'zona panas' memerlukan pelatihan khusus untuk mencegah
kontaminasi personal, menindak korban dengan tepat, menekan perluasan
kejadian serta mencegah kontaminasi lebih lanjut. Petugas PGD harus
mendapatkan pelatihan serta fasilitas yang adekuat untuk menindak pasien yang
terkontaminasi.

PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT OLEH PETUGAS BERLISENSI YANG
BUKAN DOKTER.
Petugas berlisensi seperti perawat dll. dalam pelayanan pra RS bertindak sebagai
anggota masyarakat, yang dalam keadaan gawat darurat bertindak sesuai tingkat
kompetensinya dalam menggunakan peralatan gawat-darurat yang tersedia. Ketika
tiba di unit PGD dimana telah terjadi hubungan antara pasien dengan dokter PGD,
pelayanan pasien diserahkan pada PGD. Serah terima secara formnal atas
informasi mengenai pasien harus dilakukan untuk menjamin kelanjutan
perawatan.

Petugas pra RS tsb. yang secara resmi bertindak dalam gawat darurat pra RS
sebagai bagian dari sistem PGD, sukarela atau bayaran, harus mendapat pelatihan
memadai dalam perawatan pra RS hingga dapat bertugas secara aman dan
bermanfaat, serta mempertahankan pengetahuannya sesuai standar dan harus
mengulang sertifikasinya bila masa berlaku sudah babis.

PERAWATAN PRA RUMAH SAKIT OLEH DOKTER NON DGD.
Dokter bertindak sesuai peralatan yang tersedia sambil menunggu intervensi
sistem PGD. Setelah petugas PGD tiba, dokter tsb. harus menyerahkan pasien.
Bila ia merasa masih diperlukan serta pemeriksaan medis masih dilakukan,
petugas harus menerima perintah dokter tsb. sebatas kemampuan dokter tsb. Bila
pasien sudah stabil serta tingkat kemampuan petugas PGD memadai, dokter tsb.
dapat meninggalkan tempat kejadian. Bila dokter tsb. melakukan suatu tindakan
atau memberikan pengobatan melebihi yang diizinkan sistem PGD, dokter tsb.
harus ikut beserta pasien kefasilitas medis.

PETUNJUK MEDIS DARI PELAYANAN MEDIS GAWAT DARURAT.
Pelayanan medis pra RS adalah pelayanan medis diluar fasilitas medis yang
bersertifikat. Petunjuk medis dari sistem PGD adalah petunjuk keahlian medis
yang terbaik dilaksanakan oleh DGD berlisensi.

Semua kegiatan pra RS / PGD harus diatur oleh sejumlah DGD, termasuk
administrasi, rancang sistem, penetapan staf unit, pelatihan, legislasi, komunikasi,
QA / CQI serta perawatan pasien secara langsung.

KUALIFIKASI DOKTER PGD.
Petunjuk medis sistem PGD adalah keahlian medis yang memerlukan pendidikan,
pelatihan dan pengalaman yang khas untuk perawatan pra RS, baik kemampuan
sebagai dokter PGD Off-line, On-line maupun Pengarah medis dilapangan. Jenis
pelatihan sesuai persyaratan institusi negara setempat.

RINGKASAN.
Pelayanan Gawat Darurat Medik adalah kesinambungan perawatan dan pelayanan
yang juga mencakup pelayanan pra-rumah sakit dan diluar rumah sakit. Pelayanan
pra-rumah sakit termasuk dukungan, instruksi, pelayanan dan tindakan yang
diberikan sejak saat dimulainya permintaan pelayanan gawat darurat hingga
pasien dikirim ke pusat
pelayanan penerima. Pelayanan diluar rumah sakit termasuk semua aspek
pelayanan dan tindakan yang diberikan petugas pelayanan gawat darurat termasuk
pemindahan pasien, tanggapan dan tindakan atas bencana massal yang menimpa
masyarakat serta kedaruratan masyarakat lainnya, dan mempersiapkan dukungan
medik untuk pelayanan gawat darurat medik terpadu.
Semua petugas pelayanan gawat darutat medik berperan serta dalam
mengembangkan pelayanan gawat darurat medik dengan bermottokan masyarakat
menolong masyarakat. Personil pelayanan gawat darurat medik adalah para
professional pelayanan kesehatan yang waspada, terampil dan cerdas dengan
tujuan memberikan peiplayanan yang terbaik yang paling mungkin diberikan bagi
pasien, menghormati pengharapan dan kepercayaan serta secara konsisten
berusaha melakukan apa yang memadai pagi pasien, mengerti rumitnya keadaan
lingkungan, terlatih memberi keputusan yang tepat serta dapat memanfaatkan
sumber yang ada secara tepat.
Pelayanan medik adalah seni yang berdasarkan pengetahuan. Pelayanan gawat
darurat medik sering diberikan dalam keadaan rang diluar kendali dan pada saat
lingkungan yang tidak bersahabat hingga menyebabkan penerapan seni dan
pengetahuan profesi tsb. menjadi lebih sulit. Personil pelayanan gawat darurat
medik harus berusaha untuk mengatasi tantangan ini hingga dipastikan hasil akhir
yang didapatkan pasien adalah yang terbaik.











OBAT OBAT GAWAT DARURAT

Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat
darurat lainnya dengan menggunakan obat-obatan
Perhatian !
Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya (dokter
atau tenaga terlatih di bidang gawat darurat)
Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka pemberian obat
yang disebutkan di bawah ini untuk mengatasi kegawatdaruratan secara umum
sedangkan dalam menghadapi pasien, kita harus melihat kasus per kasus.
Jenis-jenis obat :
Epinephrin
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi,
reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35 menit, dapat diberikan
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Untuk
reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap
15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine
perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %,
dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis
dapat mencapai 2-10 g/mnt
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan
meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung
Lidokain (lignocaine, xylocaine)
Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF,
VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on
T
Dosis 1 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 5 menit sampai
dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit
sampai 24 jam
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis
intra vena
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan
memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A)
selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada
bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat
(atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2
atau derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total
0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal
3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis
intra vena diencerkan menjadi 10 cc
Dopamin
Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas
miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
Dosis 2-10 g/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2
ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk
orang dewasa
Magnesium Sulfat
Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel
takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5%
diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
Morfin
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac
arrest.
Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 30 menit
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk
mengurangi edema cerebri
Natrium bikarbonat
Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang
timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia
(kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
Kalsium gluconat/Kalsium klorida
Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel
otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi
masif atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama
Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan
menggunakan drip
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk
Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1
ampul Kalsium gluconat
Furosemide
Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah
hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia
Dosis 20 40 mg intra vena
Diazepam
Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan
tetanus
Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

Dosis pada anak-anak
Epinephrin Dosis 0,01/Kg BB dapat diulang 3-5 menit dengan dosis 0,01
mg/KgBB iv (1:1000)
Atropin Dosis 0,02 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi
dengan dosis 2 kali maksimal 1mg
Lidokain Dosis 1 mg/KgBB iv
Natrium
Bikarbonat
Dosis 1 meq/KgBB iv
Kalsium Klorida Dosis 20-25 mg/KgBB iv pelan-pelan
Kalsium
Glukonat
Dosis 60100 mg/KgBB iv pelan-pelan
Diazepam Dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB iv bolus
Furosemide Dosis 0,5-1 mg/KgBB iv bolus























KESEHATAN OLAHRAGA
DEFINISI
Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas
fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Aktivitas fisik dan
atau olah raga merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari
karena dapat meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan
tugasnya. Dengan majunya dunia tekhnologi memudahkan semua kegiatan
sehingga menyebabkan kita kurang bergerak (hypokinetic), seperti penggunaan
remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa diimbangi dengan
aktifitas fisik yang akan menimbulkan penyakit akibat kurang gerak.
Gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang gerak
ditambah dengan adanya faktor risiko, berupa merokok, pola makan yang tidak
sehat dapat menyebabkan penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung,
pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat
badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan.
Studi WHO pada faktor-faktor risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-
menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di
dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya
bergerak/aktifitas fisik. Pada kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60%
hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik
mereka. Menurut penelitian yang bekerja sama dengan WHO tahun 1999,
menyatakan bahwa penyakit tidak menular atau degeneratif merupakan penyebab
60% kematian dan 43% beban penyakit global.
Tahun 2020 diperkirakan penyakit tidak menular menjadi penyebab 73%
kematian dan 60% beban penyakit global. Demikian juga hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), proporsi penyakit kardiovaskuler meningkat dari tahun
ke tahun sebagai akibat kematian; 5,9% tahun 1975, 9,1% tahun 1986, 16% dan
pada tahun 1995 19%. Diberbagai negara maju dan berkembang, lebih dari 25
tahun terakhir penyakit tidak menular tersebut menjadi penyebab kematian nomor
satu.
Hasil penelitian Dede Kusmana tahun 2002 memperlihatkan bahwa orang yang
mempunyai gaya hidup : tidak merokok, berolahraga secara teratur, dan
melakukan kerja fisik, ternyata berpeluang lima kali lebih tinggi terhindar dari
penyakit jantung dan stroke dari pada yang bergaya hidup sebaliknya.
Selanjutnya menurut Manoefris Kasim, tahun 2002, menambahkan bahwa faktor
kegemukan, kurang gerak, riwayat keluarga terkena penyakit kardiovaskular, serta
penyakit diabetes mempunya risiko terkena penyakit jantung koroner empat kali
lebih tinggi dibanding yang tidak menderita diabetes.
Agar masyarakat terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. WHO dalam
memperingati Hari Kesehatan Sedunia ke 54, 7 April 2002 menetapkan tema Fit
For Health yang berkembang menjadi Move For Health diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia menjadi Bergerak Agar Sehat dan Bugar. Oleh karena itu
kegiatan aktifitas fisik/latihan fisik dan atau olahraga perlu menjadi gerakan
masyarakat.
Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman para petugas kesehatan tentang kesehatan olahraga ditingkat
pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas), dan tingkat pelayanan kesehatan rujukan
(Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat)/BKOM, Rumah Sakit) sehingga dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat agar masyarakat terhindar dari
berbagai penyakit tidak menular dan dapat meningkatakan derajat kesehatan,
kebugaran serta produktifitas kerja.
B. Pengertian
1. Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori)
2. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
3. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
4. Bugar adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari
tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan.









BERGERAK DAN AKTIFITAS FISIK
A. Jenis Aktifitas Fisik
Dalam kegiatan sehari-hari setiap orang (individu) melakukan berbagai aktifitas
fisik.
Aktifitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi
(pembakaran kalori), misalnya :
NO AKTIFITAS FISIK KALORI YANG
DIKELUARKAN
1. Cuci Baju 3,56 Kcal/menit
2. Mengemudi Mobil 2,80 Kcal/menit
3. Mengecat Rumah 3,50 Kcal/menit
4. Potong Kayu 3,80 Kcal/menit
5. Menyapu Rumah 3,90 Kcal/menit
6. Jalan Kaki (kec. 3, 5 Mil/jam) 5,60 7 00 Kcal / menit
7. Mengajar 1,70 Kcal/menit
8. Membersihkan Jendela 3,70 Kcal/menit
9. Berkebun 5,60 Kcal/menit
10. Menyetrika 4,20 Kcal/menit
B. Manfaat Aktifitas Fisik
Manfaat Fisik/Biologis
Menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal.
Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Menjaga berat badan ideal.
Menguatkan tulang dan otot.
Meningkatkan kelenturan tubuh.
A. Jenis Olahraga
Aerobik adalah : Olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana
kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya : Jogging,
senam, renang, bersepeda.
Anaerabik adalah : Olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat
dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint 100 M,
tenis lapangan, bulu tangkis.
B. Manfaat Olahraga
Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai
dengan :
Denyut nadi istirahat menurun.
Isi sekuncup bertambah.
Kapasitas bertambah.
Penumpukan asam laktat berkurang.
Meningkatkan pembuluh darah kolateral.
Meningkatkan HDL Kolesterol.
Mengurangi aterosklerosis.
C. Yang Perlu Diperhatikan Setelah Berolahraga
1. Jangan langsung makan kenyang setelah berolahraga, makanlah makanan
2. lunak/cairan seperti bubur kacang hijau.
3. Minumlah secukupnya bila banyak berkeringat dan jangan langsung
mandi.
4. Gantilah pakaian olahraga yang digunakan bila terlalu basah.

KEBUGARAN JASMANI
A. Komponen Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas kehidupan sehari-
hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai
dengan tugas/profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-
komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan
kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan
dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness). Dalam buku panduan ini
hanya dijelaskan komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan.
1. Kelenturan/fleksibilitas tubuh
Adalah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian, tanpa
dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan.
Dipengaruhi oleh: Jenis sendi; Struktur tulang; Jaringan sekitar sendi, otot,
tendon dan ligamen.
Wanita (terutama ibu hamil) lebih lentur dari laki-laki.
Anak-anak lebih besar dari orang dewasa.
Puncak kelenturan terjadi pada akhir masa pubertas.
Penting pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot.
Dapat mengurangi cedera (orang yang kelenturannya tidak baik cenderung
mudah mengalami cedera).
Pengukuran: Duduk tegak depan (Sit and reachTest) Flexometer.
2. Kekuatan Otot
Adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan otot, merupakan kemampuan
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Laki-laki kira-kira 25% lebih besar dari wanita (Testoteronmerupakan
anabolik steroid).
Diukur dengan dinamometer.
3. Daya tahan jantung paru
Kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untukberfungsi secara
optimal pada waktu kerja dalam mengambilO2 secara maksimal (VO2
maks) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif
sehingga dapatdigunakan untuk proses metabolisme tubuh.
Kemampuan otot-otot besar untuk melakukan pekerjaan cukup berat
dalam waktu lama secara terus menerus.
Merupakan komponen kebugaran jasmani terpenting.
Pengukuran : test lari 2,4 Km (12 menit), Bangku Harvard test,Ergocycles
test.
4. Daya Tahan Otot
Merupakan kemampuan untuk kontraksi sub maksimal secaraberulang-
ulang atau untuk berkontraksi terus menerus dalamsuatu waktu tertentu.
Mengatasi kelelahan.
Pengukuran : Push up test, Sit up tes















DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari
:http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
2. Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari
:http://www.ajago.blogspot.htm. Last Update : Desember 2007
3. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
5. Soeparman dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair :
Suatu Pengantar. Jakarta : EGC.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran
7. AEP Policy Statements. Association of Emergency Physicians. 1998.
8. Toronto Emergency Medical Services, Philosophy. EMS Toronto 2001.
9. The Role of the Committee on Trauma of the American College of
Surgeons: ATLS 6th. ed. Subcommitte on Advanced Trauma Life Support
of the American College of Surgeons Committee on Trauma 1993-1997.
p.v.
10. Allan H.Ropper. -. Introduction to critical care in neurology and
neurosurgery. In
11. AllanH.Ropper(ed):Neurological and neurosurgicall intensive care.3rd. ed.
Raven Press, New York. pp 3-9. 1993.
12. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD). Dalam Pedoman
Pelayanan Gawat Darurat. Ed 2. Depkes RI 1995.

You might also like