You are on page 1of 27

MAKALAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS



PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)
UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN
KARANGDUREN 02 KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG TAHUN
PELAJARAN 2010/2011 PADA MATERI PERBANDINGAN















Oleh :
DWI ANITA SARI
NIM. 096401140057


PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2011


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Peneliti
panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat hidayah,
karunia dan ridhaNya sehingga terselesaikanya makalah penelitian tindakan kelas yang
berjudul Penerapan Pembelajaran Realistic Mathematics Education (Rme) untuk
Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN Karangduren 02 Kecamatan
Pakisaji Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2010/2011Pada Materi Perbandingan Jurusan
PGSD, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang.
Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan makalah
penelitian tindakan kelas ini terselesaikan. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1) Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bekal
kepada peneliti dalam menyusun penelitian tindakan kelas ini.
2) Bapak Drs. I Ketut Suastika,M.Si pembimbing utama dalam penyusunan makalah
penelitian tindakan kelas ini
3) Bapak Drs. Lasimin Kepala Sekolah Dasar Negeri Karangduren 02 Malang yang telah
membantu dan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian tindakan kelas ini.
4) Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan serta dorongan hingga
terselesainya penulisan makalah penelitian tindakan kelas ini.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa penyusunan makalah penelitian tindakan kelas
ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan dapat
diberikan. Mudah-mudahan senantiasa bermanfaat dan mendapat ridla dari Allah SWT.
Amin.




Peneliti








DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
E. Ruang Lingkup penelitian .............................................................. 4
F. Definisi Operasional ...................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) ............... 5
a. Matematika Realistik (MR) ...................................................... 5
b. Karakteristik RME .................................................................... 5
c. Pembelajaran Matematika Realistik (MR) ............................... 7
B. Perbandingan ................................................................................. 7
a. Arti Perbandingan .................................................................... 7
b. Pecahan Sebagai Perbandingan ................................................ 7
C. Pembelajaran perbandingan yang Berorientasi RME ................... 8
D. Minat ............................................................................................. 8
a. Pengertian Minat ...................................................................... 8
b. Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Belajar ................... 9
c. Peran Minat Siswa dalam Belajar ............................................ 9
E. Prestasi Belajar .............................................................................. 10
a. Pengertian Prestasi belajar ....................................................... 10
b. Faktor-faktor yang Prestasi Belajar ........................................ 10


F. Materi Perbandingan ...................................................................... 12
a. Menjelaskan Arti Perbandingan ............................................... 12
b. Pecahan Sebagai Perbandingan ................................................ 12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 13
B. Subyek, tempat, dan waktu penelitian ........................................... 13
C. Sumber Data .................................................................................. 13
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ................... 14
E. Analisis Data ................................................................................. 14
F. Prosedur Penelitian ........................................................................ 17
DAFTAR RUJUKAN .............................................................................. 22




















BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar
matematika siswa. Hudojo (2000:1) menyatakan bahwa hasil belajar matematika sekolah
ternyata tidak memuaskan berbagai pihak. Rendahnya hasil belajar matematika tersebut
tentunya merupakan tantangan bagi para pendidik matematika untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Yuwono (2001:1) menyatakan sebenarnya usaha-usaha perbaikan
pembelajaran matematika sudah dilakukan namun belum menampakkan hasil yang
memuaskan. Salah satu sebab terkait rendahnya hasil belajar siswa, karena matematika
adalah bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan
dalam memahami matematika. Kesulitan itu bisa muncul dari guru itu sendiri yang tidak
menguasai materi atau tidak menemukan metode pembelajaran yang sesuai atau dari
siswa sendiri yang kesulitan menerima pembelajaran karena kurang memahami apa yang
diajarkan.
Sebagai guru matematika terlebih lagi di SD perlu mengetahui bahwa matematika
itu mempunyai sifat-sifat yang abstrak, sehingga dalam membelajarkan matematika
harus bermakna. Seorang guru SD semestinya tidak keliru dalam menanamkan konsep-
konsep matematika kepada siswanya, sebab sekali konsep matematika keliru diterima
siswa, sangat sulit untuk mengubah pengertian yang keliru tersebut. Selain itu para
pengajar matematika diharuskan menjadi seorang profesional yang memiliki kemampuan
dan menerapkan metode mengajar yang tepat, memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran serta mampu melibatkan siswa berpartisipasi secara aktif dan
kreatif dalam pembelajaran. Hendaknya pembelajaran matematika dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem ). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Terutama pada siswa SD yang berpikirnya masih sangat
terbatas, artinya berpikirnya masih dengan benda-benda konkrit ataupun gambar-gambar.

Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000:5), bila anak belajar matematika terpisah
dari pengalaman mereka sehari-hari, maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat
mengaplikasikan matematika. Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran matematika
di kelas perlu ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan
pengalaman anak sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman selama 2 tahun mengajar di kelas V SDN Karangduren 02
siswa masih mengalami kesulitan dalam materi perbandingan dan hasil belajarnya pada
materi ini juga rendah. Hasil ulangan harian materi perbandingan kelas V SDN
Karangduren 02 tahun pelajaran 2009/2010 diketahui dari 21 anak hanya 7 anak atau
33% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan pada tahun
pelajaran 20010/2011 diketahui dari 25 anak hanya 8 anak atau 32% yang memenuhi
KKM yang ditetapkan di SDN Karangduren 02 untuk pelajaran matematika yaitu 60.
Sedangkan yang lain masih kurang dari nilai KKM. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
guru menggunakan situasi konkret dalam pembelajaran di kelas. Padahal penggunaan
situasi konkrit sangat membantu anak untuk memahami matematika yang abstrak.
Karena itu perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran di kelas, salah satunya dengan
cara penerapan pembelajaran matematika realistik, karena model pembelajaran
matematika realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali
dan mengkonstruksikan konsep-konsep matematika berdasarkan pada masalah realistik
yang diberikan oleh guru, sehingga peran guru lebih banyak sebagai pemotivator
terjadinya proses pembelajaran bukan sebagai pengajar atau penyampai ilmu.
pembelajaran ini juga mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata
yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika
sebagai aktivitas siswa. Dengan pendekatan RME tersebut, siswa tidak harus dibawa ke
dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran
siswa. Jadi siswa diajak berfikir bagaimana menyelesaikan masalah yang mungkin atau
sering dialami siswa dalam kesehariannya.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka penulis berkeinginan untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang mengangkat judul: PENERAPAN
PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK
MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN
KARANGDUREN 02 KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG TAHUN
PELAJARAN 2010/2011 PADA MATERI PERBANDINGAN.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan secara operasional sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)
untuk meningkatkan minat dan prestasi siswa kelas V SDN Karangduren 02
Kecamatan Pakisaji tahun pelajaran 2010/2011 pada materi perbandingan setelah
diterapkan pembelajaran RME?
2. Apakah penerapan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dapat
meningkatkan minat dan prestasi siswa kelas V SDN Karangduren 02 Kecamatan
Pakisaji tahun pelajaran 2010/2011 pada materi perbandingan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) di
kelas V SDN Karangduren 02 Kecamatan Pakisaji tahun pelajaran 2010/2011 pada
materi perbandingan setelah diterapkannya pembelajaran RME.
2. Mendeskripsikan peningkatan minat dan prestasi siswa kelas V SDN Karangduren 02
Kecamatan Pakisaji tahun pelajaran 2010/2011 pada materi perbandingan, setelah
penerapan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME).

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Meningkatkan pengetahuan guru tentang kemampuan penerapan Pembelajaran
Realistic Mathematics Education (RME).
b. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar tentang
pembelajaran dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar pada materi
perbandingan pada siswa kelas V sekolah dasar.
2. Bagi sekolah
Sebagai informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan dan
peningkatan mutu pembelajaran.





E. Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN Karangduren 02 semester II
tahun pelajaran 2010/2011
2. Aspek yang diamati adalah peningkatan minat dan prestasi belajar siswa yang
dilihat dari keaktifan dan nilai hasil tes akhir siswa.
3. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS).
4. Instrumen Penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi kegiatan guru dan siswa,dan tes.

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dan perdedaan persepsi terhadap istilah-
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan beberapa
istilah yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa
kegiatan pembelajaran.
2. Meningkatkan minat yaitu menumbuhkan perasaan senang mengikuti pelajaran
matematika dan menimbulkan perhatian dalam mengikuti pelajaran matematika pada
materi perbandingan .
3. Prestasi belajar yaitu penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam menerima
pelajaran yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/
keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian dalam materi perbandingaan.
4. Meningkatkan prestasi belajar yaitu meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa
dalam menerima informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
5. RME dimaksud dalam penelitian ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan
dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal
pembelajaran.
6. Pembelajaran dengan RME yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru
dimana dalam pembelajarannya matematika dikaitkan dengan pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari. (Suharta, 2004:1)



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)
a. Matematika Realistik (MR)
Matematika Realistik (MR) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan
pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik
digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan
matematika formal. Pembelajaran MR di kelas berorientasi pada karakteristik-
karakteristik RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan
kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika
untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain.
Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini
yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai matematika
yang siap pakai untuk memecahkan masalah-masalah. Karena matematika realistik
menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran maka situasi
masalah perlu diusahakan benar-benar kontektual atau sesuai dengan pengalaman
siswa, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan cara-cara informal
melalui matematisasi horisontal. Cara-cara informal yang ditunjukkan oleh siswa
digunakan sebagai inspirasi pembentukan konsep atau aspek matematiknya
ditingkatkan melalui matematisasi vertikal. Melalui proses matematisasi horisontal-
vertikal diharapkan siswa dapat memahami atau menemukan konsep-konsep
matematika (pengetahuan matematika formal).
(Adecandra, Adecandraprayogi.blogspot.com)
b. Karakteristik RME
Karakteristik RME adalah menggunakan: konteks dunia nyata, model-
model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (intertwinment)
(Treffers,1991; Van den Heuvel-Panhuizen,1998).
1. Menggunakan Konteks Dunia Nyata
Gambar berikut menunjukkan dua proses matematisasi yang berupa siklus di
mana dunia nyata tidak hanya sebagai sumber matematisasi, tetapi juga sebagai

tempat untuk mengaplikasikan kembali matematika. Gambar 1 Konsep
Matematisasi (De Lange,1987) Dalam RME, pembelajaran diawali dengan masalah
kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan mereka menggunakan
pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses penyarian (inti) dari konsep yang
sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange (1987) sebagai matematisasi
konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep
yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep
matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena
itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak
sehari-hari perlu diperhatikan matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization
of everyday experience) dan penerapan matematikan dalam sehari-hari (Cinzia
Bonotto, 2000)
2. Menggunakan Model-model (Matematisasi)
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang
dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed
models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari
matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri
dalam menyelesaikan masalah.
3. Menggunakan Produksi dan Konstruksi
Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan produksi bebas
siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting
dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur
pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika
formal.
4. Menggunakan Interaktif
Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME.
Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan,
pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai
bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.
5. Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)
Dalam RME pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam
pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan
berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika,

biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmetika,
aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.
c. Pembelajaran Matematika Realistik (MR)
Menurut Hadi (dalam Kamdi, 2007:109-110), pembelajaran matematika
realistik meliputi aspek-aspek : (a) memulai pelajaran dengan mengajukan masalah
nyata bagi siswa, (b) permasalahan yang diajukan harus diarahkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, (c) siswa yang mengembangkan model-model simbolik
secara informal terhadap masalah yang diajukan, dan (d) pembelajaran berlangsung
secara interaktif. Peran guru dalam pembelajaran realistik, yaitu: (a) guru hanya
sebagai fasilitator belajar, (b)guru harus membangun pembelajaran yang interaktif,
dan (c) guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
menyumbang pada proses belajar dirinya dan membantu siswa menafsir persoalan
nyata.

B. Perbandingan
a. Arti perbandingan
Pecahan mempunyai arti perbandingan. Pecahan sebagai perbandingan
sebagian dengan keseluruhan jumlah benda dalam suatu kumpulan.
b. Pecahan sebagai perbandingan
Hubungan antara sepasang bilangan sering dinyatakan sebagai sebuah
perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang biasa memunculkan
perbandingan.
Dalam kelompok sepuluh buku terdapat 3 buku yang bersampul biru.
Perbandingan buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10
atau buku yang bersampul biru

dari keseluruhan buku.


Sebuah tali A panjangnya 10m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya
30m. Perbandingan panjang tali A terhadap panjang tali B tersebut adalah 10 : 30
atau

atau panjang tali A ada

dari panjang tali B








C. Pembelajaran Perbandingan yang Berorientasi RME
Dengan penerapan RME di Indonesia diharapkan prestasi akademik siswa
meningkat, baik dalam mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.
Sejalan dengan paradigma baru pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh
Zamroni, 2000 dalam Huda (2006:27), pada aspek perilaku diharapkan siswa
mempunyai cir-ciri:
1) Di kelas mereka aktif dalam diskusi, mengajukan pertanyaan dan gagasan, secara
aktif dalam mencari bahan-bahan pelajaran yang mendukung apa yang tangah
dipelajari.
2) Mampu bekerja sama dengan membuat kelompok-kelompok belajar.
3) Bersifat demokratis, yakni berani menyampaikan gagasan, mempertahankan
gagasan dan sekaligus berani pula menerima gagasan orang lain.
4) Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Untuk memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran RME,
berikut ini diberikan contoh pembelajaran Perbandingan di sekolah dasar (SD).
Penyebab kesulitan perbandingan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
pertama, pembelajaran kurang bermakna kedua, kurangnya siswa diberi kesempatan
untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi ide-ide matematika, dan ketiga,
kurangnya guru mengaitkan materi dengan situasi sosial yang terjadi di lingkungan
anak. Materi perbandingan dapat dipahami siswa dengan menggunakan
pembelajaran RME, dimana pembelajaran diawali kehidupan nyata siswa yang
selalu ditemui dalam kehidupan siswa dengan menggunakan obyek langsung yang
menarik.

D. Minat
a. Pengertian Minat
Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap
suatu keinginan. Sedangkan arti minat menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh
sebagai berikut:
1) Menurut Slamito, minat adalah suatu perasaan cenderung lebih cenderung atau
suka kepada sesuatu hak atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.
2) Mahfud Shalahuddin, mengemukakan minat secara sederhana, minat adalah
perhatian yang mengandung unsur- unsur perasaan.

Dari pemaparan menganai definisi- deinisi minat diatas dapat disimpulkan
bahwa, minat adalah gejala psikis yang muncul dalam diri seseorang dan
direalisasikan dengan perasaan senang dan menimbulkan perhatian yang khusus
terhadap sasaran, sehingga seseorang cenderung berupaya untuk mencapai sasaran
tersebut. Jadi untuk melihat reaksi dari gejala psikis tersebut dapat di pastikan dari
sikap, prilaku, atau motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam beraktifitas.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Siswa Belajar
Minat yang muncul dalam pikologis siswa merupakan sebuah gejala, sehingga
munculnya minat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi
penyebabnya. Faktor tersebut diantaraya; (a). Faktor Individu dan (b). Faktor Sosial.
1) Faktor individu
Merupakan pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara alami, misalnya
diakibatkan karena ; kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan sifat pribadi.
2) Faktor sosial
Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya diakibatkan
karena ; kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan dan motivasi sosial.
c. Peran Minat Siswa Dalam Belajar
Minat mempunyai peranan penting bila dikaitkan dalam lembaga dan
kurikulum pembelajarannya, karena minat mempunyai kecenderungan pada siswa
untuk aktif dan respon terhadap sasarannya.
Teori tersebut dikemukakan oleh Winarno Surakhman (1980), apabila
seseorang telah memutuskan minatnya pada suatu nilai maka bagian- bagian lain
disekitar atau diluar pergantiannya akan menjadi kabur dan tidak dihiraukan, karena
minat itulah yang mengendalikan seseorang dari bidang- bidang lain mengarah pada
bidang tertentu. Pernyataan tersebut bila dikaitkan dengan minat belajar muatan
lokal budidaya perikanan, maka minat siswa belajar menjadi inti dari keberhasilan
dalam pengembangan kurikulum pendidikan, karena selain kesanggupan sekolah
dalam membuat sebuah program, masih diperlukan ketersediaan dari target (siswa).
Peran minat sangat besar jika dikaitkan dalam pelaksanaan pembelajaran,
karena dengan adanya minat siswa untuk belajar, proses pembelajaran akan dapat
efektif. Jika murid telah berminat dalam kegiatan belajar mengajar, maka hampir
dapat dipastikan proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan hasil belajar
juga optimal.
(mathedu-unila.blogspot.com)

E. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
.Definisi prestasi belajar Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu
prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio,
2005: 467) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.
Menurut Djamarah (1994:19) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah
dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu.
Ada lagi yang loebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap
pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia.
Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi
yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian
pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang
menyangkut pengetahuan atau kecakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah
hasil penilaian.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ridwan (ridwan 202.wordpress.com) menjelaskan untuk mencapai prestasi
belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain ; faktor yang terdapat dalam
diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi,
bakat, minat dan motivasi.
1. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.




2. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya
dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-
kesanggupan tertentu.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai
beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa sayang.
4. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang
anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan
keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan
dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
2. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang
baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat.
3. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

F. Materi Perbandingan
a. Menjelaskan arti perbandingan


Lingkaran biru ada 2 dari 5 ditulis

. Dapat juga dikatakan lingkaran biru


berbanding semua adalah 2 berbanding 5, ditulis 2:5.
Jadi,

mempunyai nilai sama dengan 2:5. Semua ada 5, terdiri atas yang biru 2,
yang hitam 3. Dapat dikatakan yang biru berbanding yang hitam sebagai 2:3.
Ditulis biru : merah = 2:3.
b. Pecahan sebagai Perbandingan
Perbandingan dari Dua Hal
Pecahan

, artinya pembilang 2 dan penyebutnya 5 sehingga perbandingan


pembilang dan penyebu adalah 2 : 5, ditulis: pembilang : penyebut = 2 : 5.
Perbandingan dari Tiga Hal
Kelereng A=3 butir, kelereng B=4 butir, dan kelereng C=5 butir.
Perbandingan kelereng A terhadap kelereng B ialah

.
Perbandingan kelereng A terhadap kelereng C ialah

.
Perbandingan kelereng A terhadap kelereng B ialah

.
Dapat dituliskan


Perhatikan, A : B = 3: 4
B : C = 4 : 5
Jadi, kelereng A : B : C = 3 : 4 : 5





BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang fenomena yang muncul
selama proses pembelajaran berlangsung,yaitu situasi kelas dan tingkah laku selama
proses pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:3) bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
yang terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Pemilihan jenis PTK
karena permasalahan yang diteliti berawal dari permasalahan yang terjadi di kelas.
Selain itu peneliti terlibat langsung dan sudah merupakan tugas peneliti sebagai
pendidik yang harus selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan.

B. Subyek, tempat, dan waktu penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Karangduren 02 Kecamatan
Pakisaji Kabupaten Malang. jumlah siswa pada penelitian ini adalah 25 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April di kelas V SDN Karangduren 02
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang dengan penerapan RME. peneliti mengambil
lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga
memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian
yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

C. Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian adalah data keaktifan siswa dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan selama selama proses pembelajaran berlangsung
serta data tes tertulis pada akhir penelitian. Untuk melihat keaktifan siswa di kelas
penulis menyajikan rencana pembelajaran yang terkait dengan materi perbandingan.
Selain itu, soal akan diberikan ke siswa juga dibuat oleh penulis. Soal ini berbentuk
uraian yang terdiri dari soal pecahan dalam perbandingan.


D. Instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data
Teknik-teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
penulis untuk mengumpulkan data (arikunto,2010:39). Teknik-teknik pengumpulan
data antara lain adalah tes, angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan dengan
menggunakan tes tertulis secara rinci.

E. Analisis data
Analisis data yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: pengumpulan data,
paparan data, dan penyimpulan data yang telah diperoleh. Analisis data untuk
mengetahui minat dan prestasi belajar siswa tertentu dengan ketuntasan belajar siswa
secara individu dan secara klasikal. Kriteria tingkatan penguasaan minimal dari
pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
analisa prosentase ketuntasan belajar dapat dilihat dari hasil skor tes. Adapun
bentuk analisa prosentase belajar siswa adalah sebagai berikut:
Skor = Skor jawaban benar dari siswa x 100%
Skor maksimal dari soal tes

1) Secara perorangan (individu) siswa dianggap telah tuntas belajar apabila daya
serapnya mencapai 60%.
2) Secara berkelompok (klasikal) dianggap telah tuntas belajar apabila mencapai
85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 60%.
Analisis untuk mengetahui keaktifan siswa ditunjukkan dengan presentasi
keberhasilan.
Tabel 3.1 Penilaian Keaktifan Belajar Siswa Selama Proses Pembelajaran


ASPEK Skor Klasikal
KEAKTIFAN DESKRIPTOR 1 2 3 4
Bertanya Jika ada 6 anak dalam 1 kelas
aktif bertanya
Jika ada 3-5 anak dalam 1 kelas
aktif bertanya
Jika ada 1-2 anak dalam 1 kelas
aktif bertanya
Jika tidak ada yang bertanya


Menjawab Jika ada 9 anak dalam 1 kelas
Pertanyaan menjawab pertanyaan
Jika ada 6-8 anak dalam 1 kelas
menjawab pertanyaan
Jika ada 3-5 anak dalam 1 kelas
menjawab pertanyaan
Jika ada 2 menjawab
pertanyaan
Berdiskusi Jika ada 5 kelompok
berdiskusi dengan baik
Jika ada 3-4 kelompok
berdiskusi dengan baik
Jika ada 3 kelompok
berdiskusi dengan baik
Jika tidak ada kelompok yang
berdiskusi dengan baik
Memperhatikan Jika ada 11 anak
Pelajaran memperhatikan pelajaran dengan
seksama
Jika ada 6-10 anak
memperhatikan pelajaran dengan
seksama
Jika ada 1-5 anak
memperhatikan pelajaran dengan
seksama
Jika tidak ada anak yang
memperhatikan pelajaran dengan
seksama

Indikator aspek keaktifan
1) Bertanya
a) Mengajukan pertanyaan
b) Siswa mau mengemukakan idenya
c) Siswa mau memberikan tanggapan dan saran
2) Menjawab pertanyaan
a) Mengacungkan tangan ketika guru memberi pertanyaan.
b) Menjawab pertanyaan setelah ditunjuk oleh guru
c) Menjawab semua apa yang ditanyakan oleh guru



3) Berdiskusi
a) Siswa aktif dalam berdiskusi dalam kelompok
b) Siswa saling memberi masukan dalam diskusi
c) Siswa mengerjakan tugas kelompok dengan sebaik-baiknya
4) Mengikuti pelajaran
a) Memusatkan perhatian pada tugas yang diberikan oleh guru dengan tidak
melakukan kegiatan lain, seperti memain-mainkan alat tulis dan bercanda
b) Tidak berbicara hal diluar materi pelajaran
c) Mengikuti setiap intruksi yang diberikan oleh guru
Rumus Penilaian Lembar Pengamatan






Keterangan:
NP = Nilai pengamatan
n
1
= Nilai bertanya
n
2
= Nilai menjawab pertanyaan
n
3
= Nilai berdiskusi
n
4
= Nilai memperhatikan pelajaran
Skor Lembar Pengamatan
Penilaian keaktifan apabila dikonversikan kedalam bentuk penilaian kuantitatif
dengan menggunakan skala persen, yaitu:
Tabel 3.2 skor lembar pengamatan
Nilai dengan Prosentase Keaktifan Taraf Keberhasilan Nilai dengan
Huruf Siswa Keaktifan Siswa Angka
A 76% - 100% Sangat Baik 4
B 50% - 75% Baik 3
C 25% - 49% Cukup 2
D 0% - 24% Kurang 1


NP =
+++

X 100


Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran peneliti dibantu oleh minimal 1
orang observer dari teman sejawat yang akan memberi penilaian terhadap keaktifan
siswa sehingga skor yang diperoleh dihitung dengan menjumlahkan hasil data
pengamatan dari observer tersebut.

F. Prosedur Penelitian
Rencana penelitian yang digunakan peneliti adalah rencana penelitian model
Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2010) dilakukan dengan menggunakan
model spiral/siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah penting yaitu: (1)
perencanaan/planning, (2) tindakan/acting, pengamatan (observing) dan (4)
refleksi/reflecting. Setiap siklus akan saling berhubungan hingga masalah pada
penelitian terpecahkan. Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Taggart
digambarkan sebagai berikut.



















Gambar 3.3

Perencanaan
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Siklus I
?
Siklus II

Rancangan PTK yang akan digunakan oleh peneliti mengacu pada PTK yang
digambarkan oleh Kemmis dan Taggart sesuai gambar diatas, yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Siklus I
a. Perencanaan /planning
Pada tahap ini yang dilaksanakan peneliti adalah membuat (1) membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran yang berisikan langkah-langkah pembelajaran dengan
model RME. (2) membuat lembar masalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan perbandingan (3)membuat soal tes yang akan diadakan pada
akhir penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa dan (4) membuat kelompok
yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan, akademis, jenis kelamin,
maupun ras.(5) memberikan penjelasan kepada siswa mengenai teknik
pembelajaran RME.

b. Tindakan/acting
Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan siswa dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat yaitu peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas dan menjadi fasilitator selama pembelajaran . Pada tahap
tindakan ini peneliti merencanakan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x
45 menit untuk setiap pertemuan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan sebagai berikut:
Kompetensi
dasar/indikator
Kegiatan pembelajaran
Kompetensi Dasar:
Menggunakan pecahan
dalam masalah
perbandingan dan skala



Indikator:
- Menjelaskan arti
perbandingan


Pertemuan ke 1
Kegiatan awal
1. Guru melakukan tanya jawab untuk
mengetahui tingkat pengetahuan siswa
tentang pecahan
2. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran tentang perbandingan
3. Guru Menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
4.




Kegiatan inti
1. Siswa diberi permasalahan berupa soal
cerita dan diminta menyelesaikan
permasalahan tersebut.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 orang
3. Guru memberikan lembar kegiatan untuk
dikerjakan secara berkelompok. Guru selalu
memberikan arahan selam kelompok
melakukan kegiatan.
4. Memberi penguatan hasil kerja siswa
5. Masing-masing perwakilan kelompok
mempresentasikan jawaban
kelompoknya.
6. Memberi kesempatan siswa untuk
menanyakan materi yang belum
dimengerti
Kegiatan Akhir
1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi
yang telah di pelajari
2. Siswa di beri evaluasi
3. Refleksi

Kompetensi dasar;
Menggunakan pecahan
dalam masalah
perbandingan dan skala

Indikator :
- Menentukan
hasil operasi
hitung
menggunakan
perbandingan
Pertemuan ke II
Kegiatan awal
1. Apersepsi : Menggali pengetahuan siswa
tentang materi minggu lalu
2. Siswa mendengarakan kegiatan dan
tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan
Kegiatan inti
1. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang heterogen
2. Siswa mengerjakan lembar kerja

dari dua hal kelompok
3. Siswa bersama guru membahas hasil
kerja kelompok
4. Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
5. Siswa diberi kesempatan bertanya materi
yang belum dimengerti
Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru menyimpulkan
pembelajaran perbandingan
2. Siswa diberi evaluasi
3. refleksi

c. Pengamatan/observing
Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan penelitian serta
tindakan yang dilakukan peneliti. Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung (dari awal hingga akhir pembelajaran). Hal-hal yang
diamati telah disediakan pada lembar pengamatan,

d. Refleksi/reflecting
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa telah atau belum
terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan
pada pertemuan berikutnya.

siklus II
Pelaksanaan tindaka siklus II ini direncanakan setelah siklus I diadakan.
a. Penyusunan rencanaTindakan II
Rencana tindakan II disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama
siklus I diadakan




b. Pemberian tindakan II
Tindakan II ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada
siklus I. Diharapkan pada akhir tindakan II, permasalahan guru dan siswa dapat
diatasi
c. Pengamatan/observing
Pada waktu guru mengajar, anggota peneliti yang lain membuat catatan
sebagaimana pada siklus I
d. Refleksi/reflecting
Pada akhir tindakan II dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan
yang telah dilakukan.
























DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.2010. Penelitian Tindakan Kelas.cetakan edisi ke sepuluh. Bumi Aksara
Dahar, Ratna Wilis. 1998. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud
Damyati dan Mujiono.2002. Belajar dan Pembelajaran.jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, syaiful Bahri.1994.Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.Surabaya:
Usaha Nasional
Kamdi, Waras.dkk.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Malang: Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas negeri Malang Bekerjasama
dengan UM Press.
Prayogi, Ade Candra.2007.Pembelajaran Matematika Realistik RME. (online),
(http://adecandraprayogi.blogspot.com/2007/12) pembelajaran-matematika-realistik-
rme-html. Diakses tanggal 9 April 2011.
Raharjo, Marsudi .2001. Pecahan : Bahan Penataran Guru SD. Yogyakarta:PPPG
Matematika.
Ridwan.2008.ketercapaian prestasi belajar.(online),(http://ridwan 202.
Wordpress.com/2008/05/03)ketercapaian-prestasi-belajar-51k-cached. Diakses
tanggal 16 April 2011-04-22
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstantasi Keadaan
Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas jakarta.
Soenajo,RJ. 2008. Matematika 5. Surabaya. Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Surya, HM.dkk. 2000. Kapita Selekta Kependidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Unila-mathedu .2009 . Pengertian Minat. (online), (http://mathedu-
unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html) Pengertian- Minat-html. Diakses
tanggal 16 April 2011.
Van den Heuvel-Panhuizen. 2000. RME work in Progress. (online),
(http://www.fi.uu.nl/en/indexpulicaties.html). Diakses tanggal 16 April 2010.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

You might also like