Disusun Oleh : Bayu Randi Irawan (Mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan FE UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA) Email : bayurandi13@gmail.com Pembimbing : Tony S. Chendrawan, ST.,SE.,M.Si Dr.H.M., Kuswantoro, Drs., M.Si
Abstract This study aimed to test the influence of BI Rate and Inflation on Saving in The Period 2002-2012. Analytical techniques used were linear regression, while hypothesis test used t - test and F - test with significance level of 5%. The classical assumptions test used in this study include normality, multicollinearity, heteroscedasticity and autocorrelation test. The research prove that BI Rate had a negative effect and significant to Saving. Meanwhile, Inflation had a positive effect and not significant to Saving. Keywords : Saving, BI Rate, Inflation Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini diseluruh belahan dunia baik di Negara maju maupun di Negara yang sedang berkembang aktivitas manusia yang berhubungan dengan tabungan sangatlah penting, adanya tabungan maka dana tersebut tidaklah hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pengusaha untuk membiayai investasinya. Dengan adanya aktivitas tabungan maka penabung akan mendapatkan bunga atas tabungannya sedangkan pengusaha juga akan bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan diperoleh dari investasi lebih besar dari yang dibayarkannya. Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi misalnya apabila tabungan meningkat maka pengeluaran investasi juga meningkat adalah sebagai akibat bekerja mekanisme bunga. Dalam perekonomian suatu negara, tabungan merupakan indikator yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan memiliki dana yang cukup besar. Kondisi dunia perbankan di indonesia telah mengalami banyak perubahan waktu ke wakti yang telah banyak mengalami perubahan. Selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor rill dalam perekonomian politik, sosial, pertahanan, hukum dan keamanan. Pada saat krisis moneter melanda negeri indonesia berdampak pada kondisi secara umum tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdeprisiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, suku bunga bank indonesia yang tinggi, menurunnya minat menabung masyarakat di indonesia, merupakan beberapa akibat krisis ekonomi tersebut. Akhirnya lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil. Di indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional mencakup investasi domestik, sumber dana yang bersumber dari tabungan dan pinjaman luar negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana pinjaman luar negeri, maka diperlukan dana tabungan yang lebih tinggi sebagai sumber dana yang utama. Menurut mudrajat kuncoro (2002:155) dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan produk simpanan yang dimiliki oleh Bank. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga yang dikeluarkan oleh Bank yang penuetoran dan penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku masing-masing Bank. Tabel Tabungan No. Tahun Tabungan (Miliyar Rupiah) Pertumbuhannya 1 2008 495.980 - 2 2009 610.703 23,13% 3 2010 728.902 19,35% 4 2011 893.699 22,6% 5 2012 1.071.485 19,89% Sumber data : Bank Indonesia (olahan) Dari tabel tersebut menunjukan bahwa tabungan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah tabungan. Tetapi pada pertumbungannya mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun, pada tahun 2009 adalah pertumbuhan paling tinggi dan pada tahun 2010 adalah pertumbuhan paling rendah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tabungan, antara lain suku bunga, keadaan ekonomi nasional, tingkat inflasi, dll. Selain faktor tersebut, perilaku masyarakat untuk minat menabung akan memberi pengaruh terhadap pergerakan tingkat tabungan. Faktor tingkat suku bunga tampaknya juga mempunyai pengaruh terhadap mobilitas dana masyarakat melalui tabungan domestik. Sejak deregulasi perbankan tahun 1983 dimana perbankan diberi kebebasan dalam menentukan tingkat bunga menyebabkan tingkat bunga deposito dan tabungan cenderung lebih tinggi. Dengan kondisi seperti ini para pelaku ekonomi akan mempertimbangkan penempatan portofolio-nya pada komponen-komponen tabungan dan deposito. Akhirnya semua ini akan menyebabkan peningkatan pada tabungan masyarakat. Tingkat suku bunga memegang salah satu peran penting dalam perekonomian indonesia. Hal ini dilatar belakangi bahwa di indonesia, Tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang yang terjadi dalam pasar uang. Tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu seperti halnya dengan barang-barang lain. Apabila dana yang ditawarkan kreditur lebih kecil dari dana yang diminta debitur, maka tingkat suku bunga cenderung naik, demikian pula sebaliknya. Menurut bank Indonesia dalam tanun laporan 1997/1998 bahwa suku bunga mengalami kenaikan tajam seiring dengan langkah pengetahuan moneter yang dilakukan oleh bank Indonesia. Sejalan dengan itu, suku bunga tabungan naik tajam menjadi 36,54% pada akhir 1997 dibandingkan 16,47% pada tahun sebelumnya. (Buku Laporan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik) Penelitian yang dilakukan samavati, adilov dan dilts (2013) menunjukan bahwa suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan di amerika serikat Selain suku bunga, inflasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat tabungan. Inflasi selalu ada dimana pun merupakan fenomena moneter jika hal ini terjadi proses tingkat harga yang meningkat terus menerus dan cepat ( Mishkin, 2009:367). Inflasi dapat mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan, jika muncul ekspektasi tingkat return yang lebih rendah dibanding tingkat inflasi. Penelitian yang dilakukan salman shaikh dan ehsan sheik (2013) menunjukan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan di pakistan. Secara umum tabungan mencakup beberapa hal yang mempengaruhinya, mungkin antara lain yang berkaitan dengan tema penelitian ini adalah suku bunga dan inflas. Berdasarkan dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti judul FAKTOR- FAKTOR YANG MENPENGARUHI TABUNGAN Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap tabungan? 2. Bagaimana pengaruh antara tingkat inflasi terhadap tabungan? 3. Bagaimana pengaruh antara tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap tabungan? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap tabungan. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara tingkat inflasi terhadap tabungan. 3. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap tabungan. Tinjauan pustaka 1.1. Tabungan 1.1.1. Pengertian Seperti yang telah dijelaskan diatas simpanan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dapat dipersamakan daengan itu. Pengertian dan penarikan hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk menarik uang yang disimpan direkening tabungan antara satu bank dengan bank lainnya berbeda, tergantung dari bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan nasabah, apabila nasabah penyimpanan uang di bank maka nasabah tersebut secara otomatis menyetujui perjanjian tersebut. Simurangkir (2004: 11) menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan dana pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat yang ditentukan antara bank dan nasabah. Sedangkan menurut Kunarjo (2003: 320) tabungan adalah jumlah yang disisihkan seorang individu dari pendapatannya untuk tujuan investasi. Atau menurut teori ekonomi, pendapatan yang tidak dikonsumsi. Biasanya semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan semakin makmur suatu negara, semakin tinggi pula tingkat tabungan masyarakatnya. Sadono Sukirno (2004: 103) menyatakan bahwa tabungan merupakan pendapatan rumah tangga yang disimpan dilembaga keuangan dan tidak digunakan untuk membeli barang. Sedangkan menurut Taswan (2010: 178) tabunga merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang penarikan hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dapat dipersamakan daengan itu. Syrat-syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikan hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikan tidak boleh melebihi saldo nominal tertentu. Ismail (2010: 25) menyatakan bahwa tabungan merupakan dana pihak ketiga yang dapat ditarik sesuai perjanjian antara bank dan nasabah pemegang rekening tabungan. Tabungan meskipun merupakan dana simpanan yang dapat ditarik setiap saat, akan tetapi pengendapannya relatif lebih stabil dibanding dana yang berasal dari giro. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yanglebih disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lainnya dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan rekening tabungan ini biasannya menggunakan cash card atau ATM, dan debt card (Sri Susilo, 2004: 64). Sedangkan menurut statistik ekonomi keuangan indonesia (2011) tabungan adalah simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak ketiga, yang penarikan hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Wikipedia bahasa indonesia menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapt ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
1.1.2. Penentuan tabungan a. Teori klasik Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari suku bunga, bahwa semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga tergantung atau merupakan fungsi fari tingkat bunga, semakin tinggi bunga keinginan untuk melakukan invetasi semakin kecil. Alasannya, seseorang pengusahan akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar. Semakin rendah tingkat bunga, pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dan (cost of capital) juga semakin kecil (Sekti Wibowo Listyoadi, 2005). b. Teori keynes Dalam teori keynesian bahwa tingkan bunga tidaklah ditentukan oleh interaksi tabungan dan oleh investasi di pasar modal, akan tetapi tingkat bunga merupakan fenomena moneter, artinya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (pendapatan domestik) sepanjang uang itu mempengaruhi bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan berinvestasi sektor perusahaan karena investsi sendiri sangat sensitif terhadap tingkat bunga. Tabungan sendiri menurut mereka tidaklah ditentukan oleh tingakt bunga, namun lebih ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan akan semakin tinggi pula tabungan yang dilakukan sektor rumah tangga (Vanirtis dalam Sekti Wibisini Listyoadi,2005).
1.1.3. Penentu faktor-faktor lainnya Sadono Sukirno (2004: 119-121) menjelaskan ada fktor-faktor lain yang menentukan tabungan selain dari pandangan klasik dan keynes diatas diantaranya: a) Kekayaan yang telah terkumpul Sebagai akibatnya dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak akibat usaha dimasa lau, maka seseorang berhasil mempunyai kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan, mereka akan lebih bertekad untuk menabung. Untuk memperoleh kekayaan yang lebih banyak dimasa yang akan datang atau untuk memenuhi kebutuhan dimasa depan keluarganya seperti membeli rumah, membiayai pendidikan anak atau membuat tabungan untuk persiapan di hari tua b) Sikap berhemat Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan belanja. Ada masyarakat yang tidak suka belanja berlebihan-lebihan dan lebih mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti iti APC dan MPCnya adalah lebih rendah. Tetapi ada pula masyarkat yang mempunyai kecendrungan menkonsumsi yang tinggi yang berati APC dan MPCnya adalah tinggi. c) Keadaan perekonomian Dalam perekonomian yang tembuh dangan teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat berkecendrungan melakukan pengeluaran yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecendrungan belanja lebih banyk pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan kegiatan perekonomian yang lambat perkembanganannya, tingkat pengangguran menunjukan tendensi meningkat dan sikap masyarakat dalam mengguanakan uang dan pendapat menjadi makin berhati-hati.
2.2 Teori Tingkat Suku Bunga 2.2.1. Suku Bunga Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: a. Bunga Simpanan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. b. Bunga Pinjaman Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai cotoh bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik da demikian pula sebaliknya. Edward dan Khan (1985), mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga tcrbagi alas 2 (dua) faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan Ekspektasi Inflasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga luar negeri dan tingkat Ekspektasi perubahan nilai tukar valuta asing. Seperti halnya dalam setiap analisis keseimbangan ekonomi, pembicaraan mengenai keseimbangan di pasar uang juga akan melibatkan unsur utamanya, yaitu permintaan dan penawaran uang. Bila mekanisme pasar dapat berjalan tanpa hambatan maka pada prinsipnya keseimbangan di pasar uang dapat terjadi, dan merupakan wujud kekuatan tarik menarik antara permintaan dan penawaran uang.
2.2.2. Fungsi Suku Bunga Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah : a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan- perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
2.2.3. Tipe-tipe Suku Bunga Ada 2 tipe suku bunga, yaitu : 1. Real interest rate Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi. Real rate = Nominal rate Rate of inflation 2. Nominal interest rate. Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikantingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan. Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu : a. State rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung beban bunga b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate untuk jumlah periode pertahun dan jumlah pokok yang benar-benar dipinjam c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga syarat : jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, pada awal tahun, kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga. Definisi pertama, stated rate, mendasarkan tingkat bunga pada jangka waktu kontrak. Definisi kedua, annual pecentage rate, menyesuaikan jangka waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen tingkat bunga. Sedangkan definisi ketiga, yield, membuat penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung tingkat bunga ekuivalen dengan satu standar yang ditentukan secara jelas. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Bunga mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan 2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah: a. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. b. Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. c. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita, tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. d. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-faktor yang lain. e. Target keuntungan yang diharapkan. f. Reputasi perusahaan. g. Kualitas jaminan. h. Daya saing produk. 2.2.5. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Jumlah Tabungan Bunga adalah penghasilan, seperti layaknya orang bekerja maka penghasilan yang mereka peroleh disebut dengan upah dan gaji, para pemegang saham menerima penghasilan yang disebut deviden, pemegang hak cipta memperoleh penghasilan yang disebut sebagai royalty, dan banyak jenis penghasilan lainnya yang diperoleh dengan cara yang berbeda- beda. Demikian juga halnya dengan bunga, bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tesebut untuk menutupi kekurangannya. Dan dari banyaknya orang yang menabung membuat pihak bank pun akan mendapatkan pendapatan dengan cara memberikan pinjaman kepada nasabah dari dana tabungan tersebut. Bank menggunakan tingkat suku bunga yang tinggi untuk menarik nasabah, dengan banyaknya nasabah maka jumlah tabungan pun akan meningkat. Jadi, Besar atau kecilnya jumlah tabungan sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank kepada nasabah. Analisis ekonomi terdapat dua pandangan yang berbeda tentang faktor penting yang menentukan jumlah tabungan dalam masyarakat. Pandangan tradisional, yaitu pandangan ahli-ahli ekonomi ekonomi yang digolongkan sebagai ahli ekonomi klasik (ahli-ahli ekonomi yang hidup di akhir abad kedelapan belas sehingga permulaan abad kedua puluh), berkeyakinan bahwa jumlah tabungan yang dilakukan masyarakat ditentukan oleh suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin besar jumlah tabungan yang akan dilakukan masyarakat. Menurut pandangan modern, yaitu pandangan sebuah masa klasik, tabungan tergantung kepada pendapatan nasional (pendapatan seluruh penduduk dalam perekonomian). Sesuai dengan pernyataan Rimsky K. Judisseno (2005:81) yang menyatakan bahwa : bahwa fluktuasi bunga dapat mempengaruhi perilaku penabung seperti penjelasan berikut pada waktu tingkat bunga cukup tinggi,maka jumlah tabungan secara agregat meningkat dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk dana yang siap dipinjamkan. Dan dipertegas oleh Malayu Hasibuan (2006:18) bahwa :bunga merupakan hal penting bagi suatu bank dalam penarikan tabungan dan penyaluran kredinya. Penarikan tabungan dan pemberian kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya yang harus dibayarkan kepada penabung. 2.3.1. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga barang dan jasa secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Nilai uang mengalami penurunan secara tajam sebanding dengan kenaikan harga tersebut. Sedangkan deflasi yaitu keadaan di mana harga-harga barang dan jasa terus menurun dengan tajam. Keduanya dapat mengancam dan merusak stabilitas perekonomian suatu negara. Menurut Tajul Khalwary (2000 ; 6-9) Inflasi dan deflasi diukur dari keseluruhan harga-harga barang maupun jasa, jadi bersifat aggregatif. Menurut Noripin (1998 ; 25) Kenaikan yang hanya terjadi sekali saja meskipun dengan persentase yang cukup besar bukan merupakan inflasi. Menurut Sadono Sukirno (2004 ; 333) Inflasi juga diartikan sebagai kenaikan harga-harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasaran. Dengan kata lain terlalu banyak uang yang memburu barang yang jumlahnya terbatas. Menurut Noripin (1998 ; 27) Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain: (a) Inflasi merayap (creeping inflation) biasanya ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil dan jangka waktu yang relatif lama. (b) Inflasi menengah (glopping inflation) biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau triple digit). Kenaikan harga berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta bersifat akselerasi, harga minggu/ bulan ini lebih tinggi dari minggu/ bulan lalu. (c) Inflasi tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang paling parah, harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat sudah tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam, perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Tingkat inflasi ialah perubahan persentase dalam seluruh tingkat hargaharga barang dan jasa yang bervariasi sepanjang waktu dan antar negara. Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, sedangkan harga yaitu nilai dimana uang dapat dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa. Indikator yang sering dipakai untuk mengukur tingkat inflasi ialah indeks harga konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. IHK ialah suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen.
2.3.2. Teori Inflasi Secara garis besar ada tiga teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu antara lain: 1. Teori Kuantitas Uang Teori ini menyoroti aspek-aspek dalam proses inflasi seperti: (a) Jumlah uang yang beredar, inflasi bisa terjadi jika ada penambahan volume uang yang beredar. Inflasi yang terjadi karena kegagalan panen, hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. (b) Psikologi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan harga (expectation). Walaupun jumlah uang beredar bertambah namun masyarakat masih belum menduga bahwa harga-harga akan naik, maka pertambahan uang hanya akan menambah simpanan atau uang kas/ tunai mereka, tetapi jika masyarakat sudah menduga bahwa harga-harga barang akan naik maka mereka cenderung akan membelanjakan uangnya karena khawatir jika uang disimpan terus nilainya akan merosot. Jadi inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat di masa mendatang 2. Teori Keynes Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat memiliki keinginan hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi ini ialah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari yang bisa disediakan masyarakat tersebut. Keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (inflationary gap). 3. Teori Strukturalis Teori inflasi yang didasarkan pada pengalaman negaranegara di Amerika latin. Teori ini memberikan ketegaran (rigidities) dari struktur perekonomian negara-negara berkembang. Ada dua ketegaran utama dalam perekonomian yang bisa menimbulkan inflasi seperti: a) Ketegaran yang berupa ketidak-elastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibandingkan dengan sektor-sektor lain. b) Ketegaran yang berkaitan dengan ketidak-elastisan dari supply atau produksi bahan makanan dalam negeri. Namun dalam kenyataannya proses inflasi yang disebabkan karena ketidak-elastisan penerimaan ekspor dan ketidakelastisan produksi dalam negeri jarang terjadi sendiri-sendiri, melainkan bersama-sama bahkan sering kali memperkuat satu sama lain. 2.3.3. Cara-cara Mengatasi Inflasi Cara mengatasi inflasi pada dasarnya harus diarahkan pada faktor-faktor yang menyebabkan perubahan harga-harga menjadi naik atau dengan kata lain nilai uang menjadi turun. Dalam hal ini ada beberapa kebijakan (policy) yang dapat ditempuh antara lain: 1. Kebijakan Moneter (Monetary Policy) Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan menggunakan pengubah jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat bunga (interest rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat dan mengurangi ketidak- stabilan perekonomian.12 Kebijakan moneter dilaksanakan oleh bank sentral untuk menggurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan cash reserve ratio/ cash ratio/ persentase likuiditas/ giro wajib minimum, menjual surat- surat berharga (open market operation) dan menaikkan tingkat bunga kredit. Untuk mencegah laju inflasi maka pemerintah dan bank sentral harus bekerjasama dengan menjamin bahwa uang cadangan yang tersedia pada sistem perbankan tidak berlebihan, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang.14 2. Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy) Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi instrumen fiskal. Kebijakan fiskal dapat dibedakan kedalam kebijakan fiskal aktif (discretonary fiscal policy), yaitu pemerintah melakukan perubahan tingkat pajak/ program pengeluaran, sedankan kebijakan fiskal pasif (nondiscreationary fiscal policy), yaitu kecenderungan membelanjakan marginal dan pendapatan nasional.15 Kebijakan fiskal dapat dilakukan dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan pajak dan pemerintah melakukan pinjaman kepada masyarakat. Apabila pemerintah melaksanakan kebijakan tersebut maka pemerintah telah campur tangan dalam perekonomian. Apabila suatu perekonomian mengalami inflationary gap atau deflationary gap maka pemerintah akan menaikkan atau menurunkan tingkat pendapatan nasional. 3. Kebijakan Non Moneter dan Non Fiskal Kebijakan untuk mengatasi inflasi diluar dari kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan meningkatkan hasil produksi (production approach), kebijakan upah/ gaji, pengawasan harga barang dan distribusinya dan kombinasi dari berbagai cara. 2.3.4. Hubungan Inflasi Dengan Tabungan Menurut Milton Friedman inflasi akan terus terjadi karena hal tersebut merupakan fenomena moneter. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa pertumbuhan dalam kuantitas uang adalah determinan dalam tingkat inflasi, tetapi teori ini hanya bersifat empiris bukan teoritis (uang dan harga). Teori kuantitas dan persamaan fisher sama-sama menyatakan bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga nominal. Kenaikan pertumbuhan uang sebesar satu persen menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi. Sedangkan Kenaikan satu persen tingkat inflasi menyebabkan kenaikan satu persen tingkat bunga nominal yang disebut efek fisher (fisher effect). Beberapa ahli ekonom menyebutkan bahwa nilai uang mendatang lebih rendah dibanding masa sekarang. Maka jika terjadi kenaikan inflasi, nilai uang turun sangat tajam. Perpekstif masyarakat untuk menabung akan menurun, sehingga akan mempengaruhi penghimpunan dana bank dari masyarakat (tabungan).
2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008), dengan judul Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Bank Devisa di Indonesia (Periode Triwulan I 2003- Triwulan III 2008).53 Sumber data penelitian ini adalah data sekunder. Analisis yang dipakai adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya secara simultan Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Bank Devisa di Indonesia. Sedangkan R square sebesar 19,2% sehingga pengaruhnya sangat lemah.
Sekti wibowo listyoadi (2005) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengarui tabungan perbankan di bank indonesia (pendekatan error correction model) variabel suku bunga nominal, agriculture share, financial depnt yang berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek, sedangkan pendapatan peerkapita tidak berpenaruh signifikan. Dalam jangka panjang variabel berpengaruh signifikan yaitu suku bunga nominal, agriculture share dan pendapatan perkapita.
Poppy maneskhas (2009) meneliti tentang analisis pengarug PDRB, suku bunga dan tingkat inflasi terhadap simpanan masyarakat pada bank-bank umum di sumatra utara dengan menggunakan analisis regersi dengan OLS. Dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel PDRB, tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi berpengarug positif terhadap jumlah simpanan masyarakat pada bank-bank umum di sumatra utara. 2.5 Krangka Pemikiran Masalah Naik terusnya tabungan dari tahun ke tahun Stabilnya suku bunga bank indonesia Tidak stabilnya inflasi
Identifikasi masalah Berapa besar pengaruh suku bunga bank indonesia terhadap tabungan Berapa besar pengaruh inflasi terhadap tabungan Berapa besar pengaruh inflasi dan suku bunga bank indonesia terhadap tabungan Variabel Y (Tabungan) X1 (Suku bunga) X2 (Inflasi) Jurnal (Hedayeh Samavati, Nodir Adilov, David A. Dilts : 2013) (Salman Ahmed Shaikh dan Ehsan A. Sheikh : 2013) (Samuel Igbatayo dan Andrew O. Agbada : 2012) ( Pradeep Agrawal dan Pravakar Sahoo : 2012) Teori Nopirin Marshall Mishkin
Fungsi : S= f (SBI, Inf) Regresi : S= 0 + 1SBI + 2Inf + Judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Paradigma Suku Bunga (X1) Teori Marshall
Inflasi (X2) Teori friedman.
2.6 Hipotesi Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara atau dugaan saja. Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran obyektif tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan di Indonesia tahun 2002 sampai 2012. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengemukakan bahwa hipotesis sebagai berikut : Ha 1 : Terdapat pengaruh suku bunga BI Rate terhadap Tabungan Ha 2 : Terdapat pengaruh inflasi terhadap Tabungan Ha 3 : Terdapat pengaruh suku bunga BI Rate dan Inflasi terhadap Tabungan
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tabungan. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut ketentuan yang disepakati. Data Tabungan diperoleh langsung dari Bank Indonesia www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir tahun selama periode pengamatan antara tahun 2002-2012. Variabel Independen Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Suku Bunga adalah kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia. Pada penelitian ini harga minyak dunia yang digunakan adalah standar West Texas Intermediate. Data suku bunga yang diperoleh lansung dari Bank Indonesia www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir tahun selama periode pengamatan antara tahun 2002-2012 2) Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan mekanisme pasar yang disebab kan beberapa faktor. Data inflasi yang diperoleh lansung dari Bank Indonesia www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir tahun selama periode pengamatan antara tahun 2002-2012 Operasional variabel Variabel Definisi Skala Indikator Lambang Tabungan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut ketentuan yang disepakati Rasio Rp S Suku Bunga kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia Rasio % SBI Inflasi Kenaikan dalam tingkat harga umum dengan menggunakan IHK Rasio % INF Sumber : Olahan Peneliti Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:61). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:62) Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Tabungan (Y). tabungan perbankan yang ada di Bank Indonesia. Berdasarkan data yang tersedia di internet untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, tersedia data dari tahun 2002 tahun 2012 Sampel Penelitian Teknik sampling yang probability digunakan adalah non sampling dengan jenis purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditentukan (Joko Sulistyo,2012). Data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah data Tabungan, Suku Bunga dan Inflasi, yang dibatasi pada data penutupan tiap akhir-akhir tahun selama periode antara tahun 2002-2012. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai macam sumber. Pengambilan data Tabungan dilakukan di Bank Indonesia. Selain itu pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku- buku pustaka yang mendukung proses penelitian ini. Metode Analisis Data 1. Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi merupakan suatu alat statistik yang digunakan untuk mengetahui atau memprediksi besarnya variabel respons berdasarkan variabel prediktor.Analisis regresi dapat menghadapi beberapa masalah serius oleh karena itu, peneliti harus melakukan beberapa pengujian untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Pengujian tersebut antara lain: uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas (Sulistyo, 2002:146). a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal (Sulistyo, 2010:50). Menurut Gujarati (2003), asumsi normalitas gangguan penting sekali, sebab uji eksistensi model (uji F) maupun uji validitas pengaruh variabel independen (uji t), dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal ini. Untuk menguji hal tersebut dapat dipergunakan metode grafis Normal P-P Plot dari standartdized residual cumulative probability, dengan identifikasi apabila sebarannya berada disekitar garis normal, maka asumsi kenormalan dapat dipenuhi. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntung sepanjang waktu, berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data urut waktu atau time series karena gangguan pada seseorang atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terhadap gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW test). Uji ini hanya digunakan untuk korelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (Konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lain diantara variabel bebas. Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan secara umum diperlihatkan dalam tabel berikut Tabel Durbin-Watson (D-W) Dw Kesimpulan Kurang dari 1,34(<dl) Ada autokorelasi 1,34 1,85 (dl du) Tanpa kesimpulan 1,85 2.15(du 4-du) Tidak ada autokorelasi 2,15 2.66 (4-du 4-dl) Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,66 (>4-dl) Ada autokorelasi Sumber : Jalan Pintas Menguasai SPSS 10.0, Sulaiman Wahid 2002. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah asumsi yang menyatakan bahwa residu atau deviasi dari garis yang paling tepat muncul secara random sesuai dengan besarnya variabel-variabel independen. Bila kesalahan yang terjadi tidak acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu variabel independen atau lebih, berarti adanya heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas mempengaruhi kesalahan baku koefisien sehingga memberikan indikasi yang salah dan menyebabkan koefisien determinasi menunjukkan daya menjelaskan yang terlampau besar (Arsyad, 1996:198). Heteroskedastisitas dapat dihilangkan dengan menggunakan logaritma dari variabel penjelas yang menyebabkan terjadinya heteroskedastisitas tersebut atau dengan menggunakan regresi dengan sistem kuadrat terkecil tertimbang (weighted least square). Untuk menjalankan regresi jenis ini, pertama harus membagi semua variabel terikat dan variabel bebas yang menyebabkan terjadinya heteroskedastisitas dan menjalankan regresi terhadap variabel yang sudah ditransformasikan tersebut (Salvatore, 2001:170). d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas. Akibat bagi model regresi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variable independent, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang salah juga akan semakin besar. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi adalah sebagai berikut: a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tingga, tetapi secara individual variabel-variabel indenpenden banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Menganalisis matrik korelasi variable-variabel bebas. Jika antar variable bebas ada korelasi yang cukup tinggi ( umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas c. Mutikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, VIF ( Variance Inflation Factor ). Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi, maka menunjukkan adanya kolinearitas yag tinggi. Multikol terjadi bila nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,1. 2. Uji F Menurut Salvatore (2001:167) uji F digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variasi dari semua variabel bebas (X) menerangkan proporsi yang signifikan dari variasi pada variabel terikat (Y). Hipotesis untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut: H0: Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha: Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah H0 ditolak atau gagal ditolak maka perlu dibandingkan antara nilai F- statistik dan nilai F-kritis dari tabel distribusi F. Tolak H0, jika F-statistik > F-kritis Menurut Salvatore (2001:168) nilai statistik F dapat dirumuskan sebagai berikut: F = / () / ()
3. Uji t Uji statisik t adalah uji statistik yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2001:97). Hipotesis untuk melakukan uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut: H0: Variabel independen X tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha: Variabel independen X berpengaruh terhadap variabel dependen. Keputusan pengujiannya adalah sebagai berikut (Priyatno, 2010:69): H0 diterima jika t tabel < t hitung < t tabel H0 ditolak jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel Berdasarkan teori yang ada sebelumnya, maka hipotesis untuk masingmasing variabel independen adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan tingkat suku bunga H01: 1 0 Ha1: 1 < 0 2. Hipotesis yang berkaitan dengan perubahan tingkat inflasi H02: 2 0 H02: 2 < 0 4. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) R dikenal dengan coefficient of determination atau coefficient of explanation. R mengukur proporsi dari variasi total varabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas atau variabel penjelas dalam regresi (Salvatore, 2001:166). Nilai R adalah di antara 0 dan 1 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Kuncoro, 2001:100). Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R 2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R 2 adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R 2 adj) berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression) Model yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah model regresi linier berganda atau multiple regression untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan. Model regresi berganda yaitu regresi yang pada saat variabel yang dicari untuk dijelaskan di hipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas atau variabel penjelas (Salvatore, 2001:164). Dengan rumus sebagai berikut: Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + Dimana: Y = Tabungan 0 = Konstanta X1 = Suku Bunga X2 = Inflasi 1,2 = Koefisien Regresi = standar error Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik dapat diukur dari nilai statistik t (uji t), nilai statistik F (uji F), dan koefisien determinasi (Kuncoro, 2001:97).
Analisis Data Dan Pembahasan Hasil Penelitian Dependent Variable: TABUNGAN Method: Least Squares Date: 06/07/14 Time: 12:42 Sample: 2002 2012 Included observations: 11
R-squared 0.650085 Mean dependent var 508256.9 Adjusted R-squared 0.562606 S.D. dependent var 287206.2 S.E. of regression 189946.0 Akaike info criterion 27.37387 Sum squared resid 2.89E+11 Schwarz criterion 27.48239 Log likelihood -147.5563 F-statistic 7.431344 Durbin-Watson stat 1.197594 Prob(F-statistic) 0.014992
Asumsi klasik Uji multiikolinearitas Bila R 2 diantara 0,50 sampai 0,77, maka tidak terdapat multikolinearitas. Pada penelitian ini menunjukan R 2 sebesar 0,65. Maka dinyatakan tidak terdapat multikolinearitas Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah terjadi korelasi antar variabel independen. Melihat ada tidaknya autokorelasi digunakan angka Durbin Watson (DW). Hasil uji yang telah dilakukan menunjukan bahwa nilai DW sebesar 1.197 angka ini berada di bawah 2. Bila durbin-watson diantara -2 sampai 2, maka tidak terdapat autokorelasi. Kesimpulan dari uji ini menyatakan bahwa tidak autokorelasi antar variabel independen.
Uji Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan nampak seperti nampak pada tabel diatas menun jukkan bahwa F-statatistic tersebut mempunyai nilai probability di atas 0,05. Hal ini berarti tidak signifikan sehingga dinyatakan tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji F Uji F digunakan untuk menguji signifikan pengaruh suku bunga BI Rate dan Inflasi trehadap Tabungan secara bersama-sama. Hasil selengkapnya uji F dengan program Eviews nampak seperti pada tabel diatas Perhitungan dengan Eviews sebesar 7.43 dengan tingkat Probability sebesar 0.014 lebih kecil dari 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Uji t Uji t merupakan pengujian signifikansi pengaruh suku bunga BI Rate dan Inflasi trehadap Tabungan secara parsial. Berdasarkan uji regresi yang telahdilakukan diperoleh kesimpulan berikut: b suku bunga BI Rate mempunyai tingkat probability sebesar 0.015< 0,05 berarti Ho berhasil ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa suku bunga BI Rate berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tabungan a. Tingkat inflasi mempunyai nilasi signifikansi tingkat probability sebesar 0.2134> 0,05 berarti Ho tidak berhasil ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tabungan Koefisien Determinasi (R2) Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan variabel independen yaitu: suku bunga BI Rate dan inflasi terhadap tabungan dalam bentuk prosentase. Hasil perhitungan selengkapnya nampak pada tabel diatas. Nilai koefesien derterminasi (R 2 ) sebesar 0.650085 berarti diketahui bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap varibel dependen sebesar 65% sedangkan sisanya (100% - 65% ) = 35 % dipengaruhi oleh faktor- faktor lain diluar variabel independen. Analisis regresi linier berganda Berdasarkan analisis perhitungan menggunakan eviews 5 dihasilkan model regresi linier berganda yang berkaitan dengan pangaruh suku bunga BI Rate dan Inflasi terhadap Tabungan sebagai berikut: Y = 1462233 -146754.3 X1 + 37606.30 X2 + Kesimpulan White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.377919 Probability 0.817287 Obs*R-squared 2.213678 Probability 0.696526
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Tingkat Suku Bunga BI rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Tabungan artinya apabila terjadi peningkatan Tingkat Suku Bunga BI rate maka akan diikuti penurunan Tabungan begitu pula sebaliknya. Koefisien regresi untuk Tingkat Suku Bunga BI rate adalah sebesar -146754,3 artinya Tingkat Suku Bunga BI rate mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Tabungan sebesar -146754,3 Inflasi tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Tabungan, artinya apabila terjadi peningkatan Inflasi maka akan diikuti dengan penurunan Tabungan begitu pula sebaliknya. Koefisien regresi untuk Inflasi adalah sebesar 37606,30 artinya Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Tabungan sebesar 37606,30. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Suku Bunga BI rate dan Inflasi, Tabungan. Nilai koefisien determinasi 0,65 artinya persentase sumbangan pengaruh Tingkat Suku Bunga BI rate dan Inflasi terhadap Tabungan sebesar 65%. Saran Bagi masyarakat yang akan melakukan menabung di bank hendaknya memperhatikan faktor-faktor makroekonomi seperti Tingkat Suku Bunga BI rate terhadap pergerakan Tabungan. Pemerintah sebaiknya berusaha menjaga stabilitas perekonomian untuk menghindari fluktuasi faktor-faktor makroekonomi seperti Tingkat Suku Bunga BI rate dan Inflasi yang dapat mempengaruhi pergerakan Tabungan yang juga berimbas pada peningkatkan minat menabung di bank. Daftar Pustaka Bank Indonesia. Laporan Tahunan, Berbagai Edisi. Badan Pusat Statistik. Statistik Ekonomi Dan Keuangan Indonesia, Berbagai Edisi. Hedayeh Samavati, Nodir Adilov Dan David A. Dilts, 2013, Empirical Analysis Of The Saving Rate In The United States Louranco, 2011, Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Konsumen Skripsi S1. Institute Of Business Dili Timor Leste. Marshall, Alfred. 1895. Principles Of Ecomonic, New York Mishkin, Frederic S. 2008. The Economics Of Money, Banking And Financial Market, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta. Pradeep Agrawal Dan Pravakar Sahoo, 2012, Savings And Growth In Bangladesh Purba, Jhon Polman, 2008 Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengarui Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara. Salman Ahmed Shaikh Dan Ehsan A. Sheikh, 2013, Macroeconomic Determinants Of Savings In Pakistan Samuel Igbatayo Dan Andrew O. Agbada, 2012, Inflation, Savings And Output In Nigeria: A Var Approach Sofyan, Muhammad, 2011, Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar (M2) Dan Inflasi Terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. www.wikipedia.com