You are on page 1of 11

PENGARUH PRETEND PLAY TERHADAP

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KEMATANGAN SOSIAL


ANAK-ANAK PRASEKOLAH
THE INFLUENCE OF PRETEND PLAY TO
THE LANGUAGE DEVELOPMENT AND SOCIAL MATURITY
OF PRESCHOOL CHILDREN
Moh. Fauziddin
Dosen STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai Riau, Indonesia
Abs!a"
Dunia anak dekat dengan mainan. Permainan anak merupakan stimulasi
yang baik bagi perkembangan anak. Namun tidak semua mainan mampu
memberikan pengaruh bagi perkembangan anak. Penelitian ini mengungkapkan
tentang pengaruh pretend play bagi perkembangan bahasa dan kematangan
sosial pada anak-anak prasekolah.
Pretend play sendiri adalah bentuk permainan yang didalamnya
mengandung unsur berpura-pura. Permainan ini berbeda dengan role play,
karena dalam pretend play selain terdapat sejumlah aturan, digunakan sejumlah
peralatan yang menunjang permainan. Dengan demikian, kalau dalam role play
penekanannya lebih pada peran yang dimainkan, maka dalam pretend play lebih
pada peralatan yang dipakai dan yang menunjang unsur pura-pura yang ada
dalam permainan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen pada 30 siswa taman
kanak-kanak dengan rentang usia 3 sampai tahun, yang terbagi se!ara random
dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Perkembangan bahasa diukur dengan menggunakan "erbal #anguage
De$elopment %!ale &"#D%' dan kematangan sosialnya diukur dengan
menggunakan "ineland %o!ial (aturity %!ale &"%(%'.
%etelah melalui perhitungan t- mat!hing test, kedua kelompok tidak
mengalami perbedaan di awal eksperimen. Dengan menggunakan analisis
)N)") satu jalan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signi*ikan
dalam perkembangan bahasa dan tidak ada perbedaaan yang signi*ikan dalam
kematangan sosial.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pretend play mempengaruhi
perkembangan bahasa anak dan tidak memberikan pengaruh pada kematangan
sosial anak.
Key Words + Pretend Play, Perkembangan ,ahasa, -ematangan %osial
Penelitian Dosen PGPAUD STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai Riau Page 82
PENDAHULUAN
Dunia anak tidak dapat
dipisahkan dengan bermain. Bermain
sendiri sering diartikan sebagai suatu
aktivitas sambil lalu dan dianggap
tidak mempunyai manaat yang
banyak. Di samping itu banyak orang
tua yang menganggap bermain hanya
menghabiskan biaya sa!a, mambikin
ruangan kantor dan membuat ribut.
"rang tua lebih memperhatikan pada
kegiatan # kegiatan serius yang harus
dilakukan oleh anak yaitu a$ara #
a$ara les, kursus dan menger!akan
peker!aan rumah, sehingga akibatnya
makin banyak orang tua yang kurang
menyadari pentingnya bermain bagi
putra # putrinya.
"rang tua karena harus
banyak melakukan kegitan an di luar
rumah, seringkali memberikan
permainan yang lebih memokuskan
pada perkembangan kognisi anak,
karena siat permainan tersebut lebih
memokuskan pada perkembangan
kognisi maka tidak membutuhkan
interaksi dengan teman lain, tidak
mengotori ruangan, dan membuat
anak tenang karena dipaksa berpikir.
Permainan tersebut misalnya !enis
pemainan elektronik $ideo game,
$ega, ninetendo, play station, game
wat!h dan !enis # !enis permainan
lain yang dapat di download dari
internet.
Di samping itu di kota # kota
besar banyak sekali bermun$ulan
perumahan # perumahan.
Kebanyakan rumah # rumah yang
ada dalam perumahan memiliki
pagar, sehingga interaksi antar
penghuni kurang intensi seperti
yang ada di desa ataupun rumah di
kampung. %kibat dari keadaan yang
demikian ini, anak # anak di kota
besar yang tinggal dalam perumahan
seperti itu, akan !arang berinteraksi
dengan teman # temannyaatau
melakukan bermain se$ara
kelompok. %khirnya permainan
individual yang kebanyakan hanya
lebih menyentuh aspek kognisi akan
men!adi pilihan anak.
Perkembangan anak yang
optimal tidak dapat di$apai apabila
anak hanya diberi rangsangan yang
meningkatkan satu aspek sa!a. %nak
akan berkembang se$ara optimal
apabila diberi rangsangan pada
kognisi dan aeksinya. %lasannya
apabila seorang anak terlalu sering
dirangsang kognisinya dan aeksinya
tidak, maka anak akan terbiasa
menganalisis apa yang dihadapinya
dengan menggunakan pikiran sa!a
tanpa perasaan atau kognisi sa!a
tanpa aeksi. Dengan demikian
permainan yang sebaiknya diberikan
kepada anak adalah permainan yang
dapat mengembangkan dua aspek
tersebut.
&enurut Smith '()*+,, Smart
- Smart '()+.,, dan Sa!ono '()+*,
pada tahap perkembangan usia /01
tahun, yaitu usia anak persekolahan,
bermain akan memberikan
kesempatan pada anak untuk
mengekspresikan antasi dan bakat.
%nak # anak dapat menggunakan
benda # benda atau situasi untuk
mengeskpresikan antasi melalui
bahasa dan tingkah laku yang
berbeda. Dengan demikian apabila
anak diarahkan tidak hanya pada
perkembangan aktor kognisi sa!a
melainkan !uga pada aktor aeksi,
maka anak akan berkembang se$ara
optimal.
Keadaan optimal tersebut di
atas dapat sebagai dasar adanya
keseimbangan dalam perkembangan
anak. &enurut 2urlo$k '.333,,
apabila anak mengalami
keseimbangan pada aspek # aspek
perkembangannya, maka dia akan
dapat melalaui masa # masa
+/
berikutnya tanpa harus melalui
4sesuatu yang sulit5 atau mengalami
ketidak # seimbngan. Selan!utnya
masih menurut 2urlo$k, pemaianan
yang dapat menimbulkan pengaruh
terhadap penyesuaian pribadi dan
sosial sangat penting bagi
perkembangan anak.
Sementara itu, kenyataan
yang ada saat ini banyak
bermun$ulan permainan elektronik
yang bersiat individual, sehingga
tidak mengembangkan pola
interaksional dengan teman sebaya
ataupun kurang dapat
mengembangkan penyesuaian
pribadi dan sosial anak.
&enurut 2urlo$k '.333,,
salah satu bentuk permainan yang
dapat meningkatkan perkembangan
kognisi dan aeksi, adalah pretend
play. 2al ini disebabkan karena
dalam pretend play anak diharuskan
bermain dengan menggunakan
bahasa sebagai pengantar dan
menga!arkan anak untuk bermain
peran, sehingga permainan tersebut
akan merangsang aspek kognisi dan
aspek aeksi.
Se$ara luas pengertian
pretend play adalah bentuk
permainan akti anak # anak, yang di
tampilkan melalui perilaku dan
bahasa yang !elas, serta berhubungan
dengan materi atau situasi yang
seolah # olah hal itu mempunyai
atribut sama dengan yang sebenarnya
'2urlo$k,.333,. Suasana yang
sebenarnya, misalnya 6 sebuah
rumah, sebuah toko, atau tempat
praktek doter. Di samping itu &$7all
dkk. 'dalam &ussen, ()++, !uga
menyatakan bahwa dalam pretend
play anak berusaha mengambil
peranan orang lain, misalnya peran
orang tua, dokter, pen!ual, dan
sebagainya.
Dalam pretend play
perkembangan aeksi anak dapat
dilihat dari kemampuan anak dalam
menangkap keinginan teman
bermain, dalam memainkan peran,
serta dalam mengekspresikan emosi
sesuai keadaan yang ada.
Perkembangan aeksi anak akan
nampak se$ara keseluruhan dalam
kematangan sosial dan !uga di saat
anak mengekspresikan emosinya
dalam situasi sosial atau dalam
situasi 5 pura # pura5. Dengan
demikian, sesuai dengan yang
dilakukan dalam pretend play, maka
anak akan bela!ar melatih emosinya
dalam hal ini aeksinya anak ketika
menghadapi situasi soaial yang ada.
Ketrampilan # ketrampilan dalam
menghadapi situasi sosial akan lebih
membuat anak berkembang aspek
aeksinya, dan akan nampak dalam
kematangan sosial.
Dalam pretend play,
perkembangan kognisi dapat dilihat
dalam kemampuan menangkap
makna kata # kata yang diu$apkan
oleh teman bermain yaitu
perkembangan pebendaharaan kata
yang ada serta $ara mengekspresikan
se$ara nonverbal. Selan!utnya,
mengingat perkembangan bahasa
dapat digunakan sebagai indikator
perkembangan kognisi, maka dengan
adanya penambahan perbendaharaan
kata berarti ter!adi peningkatan
dalam kognisi.
Perkembangan anak masa
prasekolah sendiri mempunyai $iri #
$iri yang khas bagi kelompok masa
tersebut. Perkembangan yang
men$olok pada masa prasekolah
adalah perkembangan sosial dan
perkembangan kogniti, walaupun
tidak menutup kemungkinan
bekembangnya kepribadian, emosi
dan lain sebagainya '&ussen dkk.,
+8
()+89 Peterson, ()+)9 &onks dkk.,
.33/, Santro$k, .338,.
Perkembangan sosial anak
masa prasekolah ditandai oleh
meluasnya lingkungan sosial. %nak
melepaskan diri dari keluarga dan
makin mendekatkan diri pada orang
lain di samping anggota keluarga.
Kontak yang ter!adi dengan teman
sebaya makin intensi dan anak #
anak saling mempengaruhi satu
dengan yang lain. 2al tersebut dapat
digunakan sebagai sarana anak untuk
bela!ar sosial melalui kehidupan
teman ataupun bala!ar peran apabila
dapat bermain bersama.
Saling mempengaruhi di
antara anak prasekolah, men!adikan
terbentuknya aturan # aturan yang
diberlakukan dalam kelompok dan
terben tuk pula pengertian tentang
siapa yang berkuasa dan siapa yang
tidak, siapa yang selalu memimpin
dan siapa yang selalu mengalah.
Karakteristik anak yang terlalu
dominan akan merugikan teman #
temannya yang selalu mengalah.
Dengan demikian perlu adanya alat
agar anak tidak merasa didominasi
yaitu permainan !enis kelompok
'Smart - Smart, ()+.,. 2al ini
disebabkan permainan !enis
kelompok akan men!adikan anak
prasekolah mengetahui aturan #
aturan yang harus dilakukan dalam
kelompok, sehingga apabila ter!adi
ada anggota kelompok yang selalu
dominan pada saat tertentu akan
dikritik oleh temannya. Pola yang
demikian akan mengakibatkan anak
berinterakasi se$ara timbal balik
tanpa ada yang selalu dominan.
Dengan kata lain prmainan akan
dapat men!adi lat sosialisasi yaitu
proses anak bela!ar mengenai
standar, nilai dan sikap yang
diharapkan kebudayaan atau
lingkungan masyarakat mereka
'&ussen, ()+8,
Perkembangan kogniti anak
masa prasekolah ditandai dengan
kategorisasi # kategorisasi baik
untuk diri sendiri maupun untuk
masyarakat. Terdorong rasa ingin
tahu tentang sesuatu yang berada di
sekelilingnya serta keinginan untuk
membuat kategori # kategori yang
ada di sekelilingnya, maka mun$ul
pemahaman anak terhadap bahasa
sebagai alat untuk menandai kategori
# kategori tersebut 'Rubin dkk,
()+/,.
Permainan ada pada setiap
tingkat usia manusia, namun
demikian permainan seringkali
dianggap sebagai suatu bagian yang
bersiat alamiah bagi seorang anak.
:ambaran seorang anak akan
terlintas apabila melihat sebuah
permainan. Tentunya tak berlebihan
apabila dikatakan bahwa dunia anak
adalah dunia bermain '7ohen, ())/9
Smart - Smart, ()+.9 Peterson,
()+)9 &onks dkk., .33/9 2urlo$k,
())/,.
Berdasarkan $iri
perkembangan sosial anak
prasekolah, maka ada ke$enderungan
anak prasekolah untuk
mengembangkan interaksi pada lebih
banyak teman. &engingat hal
tersebut, maka menurut Rubin dkk.,
'()+/, bahwa sebaiknya permainan
anak ketika masa prasekolah lebih
mengarah pada pretend play dengan
bentuk permainan sosial daripada
permainan solitair.
Penampakan aktivitas anak
memainkan pretend play makin
tinggi ketika anak berumur /08
tahun. 2al ini ditun!ang oleh
pendapat Shat; dkk., 'dalam 7ohen
())/, bahwa pada usia / tahun, anak
se$ara khusus mrnggunakan
mentalnya untuk bermimpi,
+1
mengingat, berpikir dan berpura #
pura. <ellman '()+1, dalam 7ohen
())/,, berpendapat bahwa pada usia
8 tahun anak sadar bahwa apa yang
merupakan pura # pura itu adalah
sesuatu yang ada dalam kenyataan.
=ungsi pretend play bagi
anak prasekolah akan men!embatani
hubungan sosial anak dengan teman
di sekolahnya. Selain itu pretend
play bagi anak prasekolah !uga
berungsi untuk mengembangkan
bahasa anak yaitu mengembangkan
!umlah perbendaharaan anak yaitu
mengembangkan !umlah
perbendaharaan kata dan kalimat
anak 'Rubin dkk, ()+/9 =ein, ()+),
7ohen ,())/,.
Smith '()*+, !uga
menyatakan bahwa pada usia /
tahun, anak menun!ukkan kesadaran
yang lebih besar pada kepura0
puraannya dan $enderung untuk
meniru orang lainse$ara menyeluruh.
&ereka men!adi ayah dan ibu dengan
segala perilaku dan !uga kadang
atribut yang dikenakan oleh orang
yang lebih dewasa.
Di sisi lain, menurut teori
perkembangan, maka anak
prasekolah berkembang melalui
proses pengalaman dan kematangan
'2urlo$k,.333,. Berdasarkan
ungkapan tersebut, maka
7ohen'())/, menyatakan bahwa
semakin sedikit permainan, maka
semakin sedikit pula pengalaman
anak. Dengan demikian apabila anak
tidak mendapatkan pengalaman
malaui bermain, maka terdapat
kekurangan dalam proses
berkembang pada anak prasekolah.
Disamping itu pretend play
mengharuskan anak untuk akti
menerima respon dari teman yang
lain dan mengontrol peran yang dia
mainkan. Kondisi yang demikian ini
akan menyebabkan anak mengetahui
kategori sosial dan peran sosial serta
dapat mengontrol diri, sehingga anak
dapat mengarahkan diri pada
kematangan.
&ussen '()+3, menyatakan
bahwa perkembangan bahasa anak
usia prasekolah dapat dikategorikan
sebagai berikut. Pada usia anak /
tahun, perbendaharaan katanya
sekitar (333 kata dan sekitar +3>
diu$apkan dengan !elas bahkan untuk
yang masih asing. Tata bahasa yang
lebih komplekspun dapat diu$apkan,
walaupun dalam pengu$apan tidak
sama persis dengan yang biasa
diu$apkan oleh orang dewasa dan
!uga masih sering ter!adi kesalahan.
7iri lainnya bahwa anak sudah dapat
mengatakan kata0kata yang
menggambarkan waktu yang akan
datang, misalnya 5nanti aku sekolah5
9 kalau sudah besar aku mau !adi
dokter dan sebagainya.
Pada usia anak 8 tahun
bahasanya berkembang dengan baik.
Kalimat lebih pan!ang dan lebih
kompleks, dapat mengatakan dua ide
dalam satu kalimat. &isalnya 5
angga mau makan dan akau nggak
mau5. Perbedaan yang ter!adi dengan
bahasa orang dewasa adalah terletak
dalam gaya pengu$apan sa!a. Dengan
demikian bahasa anak prasekolah
mulai men!adi lebih kompleks dari
sebelumnya. %nak sudah mulai dapat
mengatakan 5di sini5 dan 5 di sana5 ,
!uga kata0kata5!arang5 atau 5
kadang0kadang5 serta telah dapat
menggunakan kata benda dan kata
ker!a sebagaimana mestinya.
?enis permainan sangatlah
banyak dan masing0masing memiliki
ungsi dan tu!uan tertentu. &enurut
para ahli yang telah dikemukakan di
depan, permaianan yang baik adalah
permainan yang merangsang
kognisis,aeksi dan psikomotor.
Dalam !enis pretend play anak
+@
diransgsang untuk memainkan peran
dan merespon peran teman. Pada
saay yang bersamaan , anak
berkomunikasi dengan menggunakan
bahsa sebagai pengantar. Dengan
demikian apabil pretend play
diberikan pada anak prasekolah,
maka dengan sendirinya akan
mengembangkan kemampuan bahsa
dan kematangan sosialnya. Perlakuan
pretend play se$ara berkala akan
memper$epat anak berkembang
kemampuan bahsa dan bahasa
sosialnya, mengingat akibat dari
pemberian pretend play tidak akan
nampak hanya dengan satu kali
pemberian.
Kapan seorang anak telah
dapat dikatakan melakukan pretend
playA &enurut &$7une0Bi$oli$h
'dalam 2ope0:ra,())/9 dan 7ohen,
())/, terdapat beberapa tahapan
perkembangan dalam pretend play.
Tahap0tahap tersebut adalah sebagai
berikut.
Taha# $% Po&a P!asi'bo&is
Tidak melakukan pretend play. %nak
menun!ukkan pemahaman terhadap
penggunaan ob!ek dan bentuk ob!ek.
Siat dari ob!ek lebih dianggap
sebagai stimulus yang serius oleh
anak daripada sebagai alat permainan
Taha# (% Po&a Si'bo&is Unu" Di!i
Dalam melakukan pretend play anak
sudah dapat melihat keterkaitan
langsung antara mainan dengan
dirinya. %nak siap untuk bermain
dan menampakkan kesadaran bahwa
permainan itu hanya pura0pura.
Taha# )% P*!'ainan Si'bo&is
B*!#o&a Tun++a&
%nak mengembangkan permainan
dalam kondisi di luar aktivitasnya
sendiri, yaitu anak mulai memainkan
peran atau aktivitas orang ataupun
ob!ek lainC
Taha# ,% P*!'ainan Si'bo&is
Ko'binasi
Dalam kondisi ini anak dapat
melakukan pola kombinasi tunggal
yaitu memainkan satu pretend play
yang berhubungan dengan beberapa
aktor. %nak dapat pula memainkan
pola kombinasi beragam yaitu
beberapa peran yang berhubungan
satu dengan yang lain dan ada dalam
satu rangkaian.
Taha# -% P*!'ainan Si'bo&is
T*!*n.ana
%nak menun!ukkan pola perilaku
se$ara verbal dan non verbal,
berinteraksi dengan peran dan
aktivitas anak lain se$ara baik.
Berdasarkan tahap0tahap
tersebut di atas terlihat bahwa
pretend play dapat dikategorikan
sebagai permainan individual
maupun permainan kelompok. Stase
30. anak memainkan permainan
se$ara individua, dan pada stase /
dan 8 anak memainkannya se$ara
kelompok.
/ARA PENELITIAN
SUB0EK PENELITIAN
Sub!ek dalam penelitian ini
adalah anak pra sekolah di TK
Pembina Bangkinang kabupaten
Kampar kelas % atau kelas nol ke$il.
Dsia subyek berkisar antara /08
tahun. Bahasa yang digunakan
seharu0hari bahasa Indonesia.
?umlah populasi adalah anak laki0
laki /( orang dan yang perempuan
.* anak. Setelah dilakukan kontrol
sesuai dengan tu!uan dari penelitian,
didapatkan sub!ek penelitian
se!umlah /3 orang anak. Subyek
tersebut dibagi men!adi dua
kelompok yaitu kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen se$ara
random. Pada masing0masing
kelompok terdiri dari anak
perempuan dan laki0laki. Komposisi
+*
pada kelompok kontrol adalah @ anak
laki0laki dan ) anak perempuan.
Sedangkan pada kelompok
eksperimen terdiri dari * anak laki0
laki dan + anak perempuan.
/ARA PENELITIAN
Setelah didapatkan sub!ek
pada masing0masing kelompok (1
anak, maka kemudian pada masing0
masing kelompok dibagi dalam tiga
kelompok, karena perlakuan yang
diberikan mengandung ker!asama
dan tetapi tidak menutup
kemungkinan anak dari kelompok
yang satu akan berpindah ke
kelompok yang lain. Pembagian
kelompok di awal hanya untuk
memberikan kemudahan dalam
pendistribusian alat mainan pretend
play dan memudahkan dalam
observasi untuk merekam data
tambahan.
Eksperimen dilakukan
dengan menggunakan ran$angan
,e*ore-a*ter .ontrol /roup atau
!ontrol group pretest postest design
'Kerlinger,())3,. Subyek pada awal
eksperimen diukur tingkat
perkembangan bahasanya dengan
menggunakan Fanguage Gerbal
Fanguage Development S$ale
'GFDS, dan !uga Gineland So$ial
&aturity S$ale 'GS&S,. Setelah itu
dilakukan group mat!hing yaitu
penyamaan kondisi awal antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Perhitungan yang dilakukan
adalah menghitung perbedaan di
awal test dengan menggunakan t-
mat!hing. Didapatkan hasil t H
03,11. dengan p H 3,1). untuk
kematangan sosialnya dan pada
perkembangan bahasa didapatkan t
H 3,@*8 dengan p H 3,1(.. Dengan
demikian didapatkan kesimpulan
bahwa antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen berada dalam
keadaaan seimbang. Setelah
diketahui keadan dua kelompok
seimbang, baru kemudian dilakukan
eksperimen.
%lat0alat yang digunakan
dalam eksperimen adalah pretend
play yang diambilkan dari ma$am
mainan hospital play. %lat mainan
tersebut terdiri dari ba!u dokter,
peralatan bidang kedokteran seperti
stetoskop, suntik, obat0obatan dsb
'lihat gambar (, dan kemudian
ditambahkan dengan alat mainan
pelengkap yang berupa boneka dan
peralatan rumah tangga seperti
sendok makan, gelas dan $angkir,
dan sebagainya. Selama anak
bermain dilakukan observasi untuk
mendapatkan data tambahan.
Peralata Per!a"a R#!a$ Sa%"t&Do%te
Pelaksanaan eksperimen
dilakukan seminggu / kali dan
dilakukan selama tiga kali dalam satu
bulan. <aktu yang diberikan
leksibel sampai anak menun!ukkan
perilaku pretend play di
kelompoknya, yaitu saat kelompok
anak diamati menun!ukkan perilaku
yang ada pada tahap 8. Tahap
tersebut adalah tahap permainan
simbolis teren$ana yang memiliki
$iri0$iri anak menun!ukkan pola
perilaku se$ara verbal dan non
verbal, berinteraksi dengan peran dan
aktivitas anak lain se$ara baik.
++
Setelah dalam kelompok
tersebut anak melakukan permainan
dalam tahap 8, maka anak dilakukan
pengukuran perkembangan bahasa
dengan menggunakan Fanguage
Gerbal Fanguage Development S$ale
'GFDS, dan !uga Gineland So$ial
&aturity S$ale 'GS&S,. untuk
kematangan sosialnya. Kemudian
hasil hitungannya diperbandingkan
antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen. Pada anak
kelompok kontrol tidak diberikan
mainan pretend play. &ereka diberi
mainan bongkar pasang dan setting
duduknya tetap sendiri, bukan
berkelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2asil pengukuran pada akhir
eksperimen dilakukan dengan anava
satu !alan. 2asil pengukuran dengan
menggunakan SPSS 'Statisti$al
Pa$kage or So$ial S$ien$e,
didapatkan hasil = H /,3+@@ dengan p
H 3,3+)) 'p I 3,31, untuk
kematangan sosial. Dengan demikian
dapat dikatakan tidak ada perbedaan
dalam kematangan sosial antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Sedangkan hasil dari
pengukuran anava ( !alan untuk
perkembangan bahasa didapatkan
hasil sebesar = H (1,..*3 dengan p H
3,3331 'p J 3,31, yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang sangat
signiikan antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen dalam
perkembangan bahasa.
Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa dalam
kematangan sosialnya tidak ter!adi
perbedaan antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen. Tidak
ter!adinya perbedaan tersebut dapat
sa!a dikarenakan beberapa hal yaitu6
Pertama, seleksi sub!ek yang tidak
tepat dan ikut $ampurnya orang tua
dalam memotivasi anak0anak yang
terlepas dari kontrol peneliti.
Kemungkinan kedua, pengalaman
sub!ek. %rtinya sub!ek telah terbiasa
memainkan mainan ini, khususnya
pada kelompok kontrol.
Kemungkinan ketiga adalah
instrument yang kurang tepat karena
deinisi kematangan sosial yang
digunakan kurang mengena.
Selan!utnya kemungkinan yang
keempat adalah kematangan subyek.
Dsia yang digunakan adalah usia
yang memungkinkan anak untuk
berkembang $epat. &asa anak yang
sensiti the !riti!al-periods
hypothesis atau tea!hable moment
ini membuat anak berkembang
se$ara pesat dan berlaku pada semua
anak.
Pada perkembangan bahasa
ter!adi perbedaan yang signiikan.
Perkembangan bahasa ini berkaitan
dengan perkembangan kogniti. 2al
ini se!alan dengan hasil tulisan
Bergen '.33., menun!ukkan bahwa
pretend play memiliki pengaruh
terhadap perkembangan kogniti
anak. Dalam penelitian tersebut
digambarkan bahwa perkembangan
kogniti anak adalah menyangkut
kemampuan dalam peren$anaan,
negosiasi, problem solving dan
pen$apaian tu!uan.
7arruthers '.33., h...10.8),
menyatakan bahwa pretend play
pada anak memiliki dasar
perkembangan kogniti sama dengan
berpikir kreati dan kemampuan
meme$ahkan masalah orang dewasa.
Dalam studi dengan %tru!tural
01uation (odel yang dilakukan
:uo, dkk. '.333,, bahwa stimulasi
kogniti dapat diprediksi melalui
alat0alat maupun interaksi ibu dan
anak, yang akhinya akan
mempengaruhi pada perkembangan
intelektual. Swebel,dkk. '())),
+)
h.///0/8+, dalam penelitiannya
menyatakan bahwa pretend play
akan mempengaruhi perkembangan
ima!inasi anak.
Perkembangan kogniti !uga
terkait dengan kemampuan anak
dalam bahasa. &enurut 2ulle,dkk
'.338,, melalui analisis dengan
%tru!tural 01uation (odel
didapatkan bahwa selain !enis
kelamin maka lingkungan akan
mempengaruhi dalam perolehan
bahasa anak sebesar kurang lebih 18
#*+ >. Demikian !uga analisa yang
dilakukan oleh :arrett,dkk. '())8,
h.(8* #(@/,, bahwa lingkungan
rumah memiliki pengaruh pada
status perkembangan anak yang
berkaitan dengan kemampuan
akademik dengan mediator
kompetensi seorang ibu.
7urran '())), h.8* #11,,
melakukan studi observasional pada
pretend play anak0anak. 2asilnya
menyatakan bahwa pretend play
akan membuat anak
mengembangkan kemampuan
bernarasi, baik ketika mengawali
bermain sampai mengakhiri
permainan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat
ditarik bahwa akibat adanya
perlakuan pretend play se$ara
berkala pada anak prasekolah akan
meningkatkan perkembangan
bahasa anak dan tidak dapat
meningkatkan kematangan
sosialnya. <alaupun kelompok
kontrool tidak dikenai perlakuan
manun ternyata ter!adi peningkatan
pada beberapa sub!ek. Pada anak
prasekolah yang pendiam ndan sulit
berkomunikasi, pretend play banyak
membantu untuk berkomunikasi
karena situasi kelompok yang
mendukung.
Dntuk dapat mengambil
kesimpulan yang lebih meyakinkan
tentang pengertian sebab akibat dari
sebuah perlakukan dalam hal ini
pretend play, maka penelitian perlu
dibuat dalam ruang khusus yang
benar0benar terkontrol dan waktu
yang lebih lama untuk mendeteksi
se$ara pasti bahwa pretend play
dapat memepengaruhi kematang
sosial anak. Pretend play lebih
memungkinkan mengembangkan
bahasa karena permainan ini siat
mainan ini eekti dimainkan
kelompok sehingga memungkinkan
anak berinteraksi.
Bagi para pendidik dan orang
yang terlibat dalam pendidikan dan
pengasuhan anak, perlu memberikan
mainan se$ara seimbang antara
permaianan yang elektronok dengan
pretend play karena dengan
memberikan stimulasi yang demikian
ini anak akan mampu
mengembangkan aspek
perkembangannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bergen, D. '.33.,. The Role o
pretend play in $hildrenKs 7ognitive
Development.
0arly !hildhooad 2esear!h
3 Pra!ti!e, v8 i( pBa, ERI7
7learinghouse on Elementary
- Early 7hildhood Edu$ation
7andida, Peterson '()+),.#ooking
4orward 5hrough 5he #i*e-%pan
De$elopmental
Psy!hology. Bew ?erey 6
Prenti$e 2all, In$.
7arruthers, P. '.33.,. 2uman
7reativity9 Its 7ognitive Basis, its
Evolution, and its
)3
7onne$tions with 7hildhood
Preten$e. 5he ,ritish 6ounal
*or the Philosophy o*
%!ien!e. 73,8. %$ademi$
Resear$h Fibrary. p...1 #
.8).
7ohen, David '())/,. 5he
de$elopment o* Play. Bew Lork
6 Routledge. Se$ond
Edition
7urran, ?.&. '())),. 7onstraints o
pretend play 6 EMpli$it and impli$it
Rules. 6ournal
o* 2esear!h in .hildhood
0du!ation. (8., %$ademi$
Resear$h Fibrary, p. 8*011.
=ein, :.:. '()+), &ind &eaning
and %e$t6 Proposals =or a Teori o
Pretense.,
dalam :rover ?.< 'editor,.
De$elopmental 2e$iew,
Perspe!ti$e in ,eha$ior and
.ognition . Bew Lork6
%$ademi$ Press, In$. ), /810
/@/.
:alvin, K.&., Bylund, 7.F.,
Brommel, B.?. '.338,. 4amily
.ommuni!ation + .ohesion
and .hange. Boston, Pearson
Edu$ation, In$.
:arrett, P., =erron, ?., BgKandu, B.,
Bryant, D. - 2arbin, :. '())8,. %
Stru$tural
&odel or the Developmental
Status o Loung 7hildren.
6ournal o* (arriage and
5he 4amily. 79. :. %$ademi$
Resear$h Fibrary. p. (8* #
(@/.
:uo, :. - 2arris, K.2. '.333,. The
&e$hanims &ediating The Ee$ts o
Povrty on
7hildrenKs Intelle$tual
Development. Demography.
3;,, %$ademi$ Resear$h
Fibrary. p. 8/(088*
2endri$k, ?.'())(,. 5otal #earning +
De$elopmental .urri!ulum *or 5he
<oung
.hild. Bew Lork 6 &a$millan
Publishing 7ompany. Third Edition
2oppe0:ra, S. '())/, Individual
dieren$es in the emergen$e
o pretend Play, dalam
R.7ase - <. Edelstein
'editor , 5he new
stru!turalism in .ogniti$e
De$elkopment. 5heori )nd
2esear!h =n >ndi$idual
Pathways .ontribution
?uman De$elopment. Basel,
Karger, ./.1*0*3.
2ulle, 7. %. G., :oldsmith, 2.2. -
Femery, K.S. '.338,. :eneti$,
Environmental,
and :ender Ee$ts on
Individual Dieren$es in Toddler
EMpressive
Fanguage. 6ournal o* %pee!h,
#anguage and ?earing
2esear!h. ;.., %$ademi$
Resear$h Fibrary. p. )38 0
)(.
2urlo$k, E.B. '.333,.
Perkembangan anak 6ilid >. ?akarta6
penerbit Erlangga
&onks, =.?., Knoers, %.&.P., dan
2aditono, S.R. '.338,. Psikologi
Perkembangan+
Pengantar dalam ,erbagai
,agiannya 'revisi0/,. Logyakarta6
:ad!ah &ada
Dniversity Press.
)(
&ussen, P2., 7onger, ?.?., Kagan, ?.,
- 2uston, %.7. '()++,
Perkembangan dan
-epribadian anak 6ilid > .
'ter!emahan,. ?akarta 6 Penerbit
Erlangga
Papalia, Diane. E., "lds, Sally <. ,
=ieldman, Ruth D., '.33(, ?uman
De$elopment,
+
th
d. Bew Lork6 &$:raw0
2ill.
Rubin, K.2., =ein, :,:. -
Gandenberg, B. '()+/,. Play. In
Paul 2. &ussen 'ed.,,
?andbook o* .hild
Psy!hology.
th
ed. Bew
Lork, ?ohn <iley - Sons.
In$.
Sa!ono, T.I.'()+*,. Peranan )lat
,ermain Dalam Perkembangan
)nak, Dalam
2angsangan Dini @ntuk
Perkembangan )nak. ?akarta
pusat6 Layasan ?ambangan
Kasih.
Santro$k, ?ohn. <. '.338,. .hild
De$elopment. Bew Lork6 &$:raw0
2ill
Smart, &.S. - Smart R.,7. '()+.,
.hildren + de$elopment and
2elationship. Bew
york6 &a$millan Publishung
7o. in$,
Sutton0Smith, B. '()*+,. 7hildren at
play, dalam ?ani$e T. :. - Phillis B.
'Editor,.
/rowing up+ the study o*
.hildren. &anila 6 %ddison0
<eslet Publising 7ompany,
In$. (*10(+(
S$hwebel, D.7. '())),.
Pres$hoolersKpretend Play and
Theory o &ind6 The role
o ?ointly $onstru$ted
preten$e. ,ritish 6ournal o*
De$elopmental Psy!hology.
:;, 333-3A, British
Psy$hologi$al So$iety.
).

You might also like