You are on page 1of 3

Gigi Molar sulung yang tidak erupsi yang berada inferior dari premolar:

Laporan Kasus
Abstrak
Impaksi gigi sulung merupakan temuan yang langka saat perkembangan gigi sulung.
Beberapa faktor berperan dalam impaksi gigi sulung. Laporan kasus ini menunjukkan
diagnosis dan perawatan anak berusia 10 tahun yang tampak dengan impaksi molar dua
bawah sulung. Gigi ini terletak inferior dari premolar dua bersama dengan odontoma yang
berada superior dari gigi premolar. Perawatan terdiri dari pencabutan bedah gigi sulung
impaksi dan odontoma serta pemasangan penahan ruang lingual arch pasif. Pemeriksaan
secara periodik diindikasikan untuk follow-up. Disarankan intervensi lebih awal untuk
menangani kerusakan orofasial dan untuk menghindari masalah lebih lanjut.
Kata kunci: Gigi Molar Sulung, Impaksi Gigi, Impaksi Penuh
PENDAHULUAN
Erupsi gigi digambarkan sebagai pergerakan gigi dari posisi normalnya dalam prosesus
alveolar ke posisi fungsionalnya di rongga mulut. Proses ini diikuti dengan beberapa
perubahan jaringan, seperti resorpsi dan aposisi tulang alveolar serta perkembangan akar dan
periodonsium.
Dalam beberap kasus, anomali dalam kejadian fisiologis ini dapat menyebabkan impaksi gigi.
Impaksi dapat berupa impaksi primer, yang berarti gigi tidak pernah erupsi, atau impaksi
sekunder, yang berarti bahwa gigi impaksi kembali setelah erupsi. Faktor lokal yang berperan
dalam impaksi gigi sulung meliputi odontoma, ankylosis, gigi permanen yang tidak tumbuh
sejak lahir, kelainan membran periodontal, trauma, cedera ligamen periodontal, erupsi molar
satu permanen sebelum waktunya, kurangnya kekuatan erupsi atau kombinasi beberapa
faktor ini.
Ankylosis mungkin memiliki peran penting dalam etiopatogenesis impaksi. Namun, pada
beberapa kasus, penyebab impaksi gigi tidak diketahui atau mungkin memiliki dasar genetik.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa erupsi terhenti dapat berhubungan dengan gangguan
lokal pada membran periodontal dari sistem RANK-PANKL-OPG.
Walaupun insidensi impaksi gigi sulung dianggap langka, premolar yang impaksi dan tidak
erupsi merupakan temuan yang umum pada anak-anak. Diantara semua gigi sulung molar dua
bawah sulung memiliki insidensi tertinggi impaksi sebagian atau ankylosis. Molar sulung
yang tidak erupsi dapat menyebabkan masalah pada lengkung gigi seperti kehilangan ruang,
tipping gigi tetangga, supra erupsi gigi antagonis, dan kegagalan erupsi gigi permanen yang
berada di bawah gigi sulung. Impaksi penuh dianggap sebagai kejadian yang sangat langka
dengan sangat sedikit kasus yan/g ditunjukkan dalam literatur. Diagnosa gagal erupsi gigi
sulung diberikan jika gigi yang tidak erupsi tersebut ditutupi oleh mukosa utuh dan radiografi
menunjukkan bahwa gigi sangat tertanam dalam tulang rahang. Tujuan laporan ini yaitu
menunjukkan kasus impaksi molar dua sulung yang berada inferior dari gigi permanen
penggantinya.
LAPORAN KASUS
Anak berusia 10 tahun dirujuk ke Klinik Gigi Anak di Dental School of Shiraz University of
Medical Sciences, Iran dengan keluhan tidak adanya satu gigi di sisi kiri rahang bawahnya.
Riwayat tidak menunjukkan adanya penyebab keturunan.
Tidak ada gejala sindrom yang tampak dan riwayatnya tidak menunjukkan adanya trauma
gigi atau infeksi. Pemeriksaan klinis menunjukkan pertumbuhan normal gigi-geligi kecuali
tidak adanya molar dua bawah sulung. Tidak terdapat bukti adanya pembengkakan jaringan
lunak atau perubahan warna sekitar gigi. Foto radiografi panoramik menunjukkan
pertumbuhan gigi normal di semua kuadran kecuali sisi kiri rahang bawah. Ini menunjukkan
dua gigi tidak erupsi yang sedang bertumbuh; yaitu molar dua bawah sulung dan premolar
dua (Gambar 1). Gigi molar sulung berada di sebelah kiri premolar dua dan mandibula.
Tampak batas radioopak yang jelas dekat daerah koronal gigi premolar. Berdasarkan
informasi ini, direncanakan pencabutan bedah molar dua sulung yang tidak erupsi dan massa
radioopak untuk memfasilitasi erupsi premolar dua (Gambar 2).
Histopatologi massa yang dieksisi menyatakannya sebagai lesi odontoma. Lingual arch pasif
diletakkan pada rahang bawah sebagai space maintainer (Gambar 3). Pasien diminta datang
setiap enam bulan untuk evaluasi follow-up premolar dua yang tertahan dan temuan lain di
masa akan datang serta untuk perawatan ortodontik berikutnya. Foto panoramik follow-up
menunjukkan adanya jalur erupsi premolar dua setelah 13 bulan (Gambar 4). Setelah 23
bulan, piranti space regainer coil spring diinsersikan untuk tipping distal gigi molar satu
permanen karena mengganggu dalam follow-up pasien. Setelah 31 bulan, gigi telah erupsi di
posisi normalnya (Gambar 5).
DISKUSI
Infra-oklusi parah molar sulung telah diamati relatif jarang terjadi pada anak yang hanya
mengenai 2,5 8,3%. Lebih lanjut, kasus impaksi molar sulung yang berada inferior dari
premolar penggantinya dilaporkan hanya pada satu kasus saja. Posisi abnormal premolar dua
disebabkan oleh ankylosis lebih awal molar dua sulung. Penelitian embriologi menunjukkan
bahwa tunas gigi premolar permanen bertumbuh di daerah palatal rahang atas dan daerah
lingual rahang bawah dalam hubungannya dengan enamel organ gigi sulung. Dalam kondisi
normal, tunas gigi permanen berada dekat permukaan oklusal molar sulung. Kemudian tunas
ini berubah posisi berpindah ke arah akar molar sulung. Pada kasus ini premolar dua dapat
bertumbuh di posisi superior dan lateral dari mahkota molar dua sulung yang impaksi, seperti
pada kasus yang dilaporkan oleh Borsatto, dkk. Kjaer, dkk memperkirakan bahwa terhentinya
erupsi ini terjadi sebelum usia 3 tahun saat tahap awal tunas gigi permanen berada lateral dari
molar sulung yang terhenti erupsinya. Peneliti lain menyatakan bahwa tidak erupsinya molar
dua sulung dapat diakibatkan karena pertumbuhan abnormal benih gigi molar sulung atau
malposisi sudut premolar dua sebelum usia satu tahun. Sakai dkk, melaporkan kegagalan
erupsi satu gigi molar satu sulung kanan bawah pada anak usia 5 tahun. Dua kasus impaksi
penuh molar atas sulung ditunjukkan oleh Gunduz, dkk. Seperti yang dibayangkan bahwa
gigi sulung tidak erupsi yang mengalami ankylosis akan sangat tertutup dengan tulang
alveolar saat pertumbuhan. Walaupun ekstraksi molar sulung yang infraoklusi harus dihindari
karena resorpsi dan eksfoliasi paling sering terjadi dalam waktu normal, tetap disarankan
untuk ekstraksi molar sulung yang tidak erupsi. Hal ini untuk memungkinkan erupsi normal
gigi, untuk mencegah gigi yang tidak erupsi menghalangi pertumbuhan premolar, dan
menghindari resiko pembentukan kista. Pilihan perawatan untuk impaksi premolar meliputi
ekstraksi gigi sulung dan follow-up pasien tanpa perawatan, tapi dengan pengawasan proses
erupsi. Strategi perawatan lain yaitu pembukaan atau reposisi bedah dengan atau tanpa traksi
ortodontik dan pencabutan bedah gigi premolar.
Gambar 1. Foto panoramik menunjukkan impaksi penuh molar dua sulung kiri bawah.
Premolar dua yang sedang bertumbuh dan odontoma berada oklusal dari mahkota gigi sulung
yang tidak erupsi
Gambar 2. Foto panoramik setelah ekstraksi bedah impaksi molar dua sulung kiri bawah dan
odontoma
Gambar 3. Lingual arch pasif tampak oklusal
Gambar 4. Foto panoramik menunjukkan jalur erupsi premolar dua setelah 13 bulan
Gambar 5. Gigi premolar dua telah erupsi penuh

You might also like