You are on page 1of 23

PENILAIAN PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah: Perencanaan sistem
pembelajaran
Dosen pengampu: Ust.amir Mahrudin M.Pd.I










Oleh:
1. M.MANAHILUL IRFAN
2. DEDI
3. SUNARYA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-HIDAYAH KOTA BOGOR
2013 M/1434
2


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan
ampunan kepada-nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami
dan kejelekan amal perbuatan kami. Barang siapa yang Allah beri petunjuk maka
tidak ada yang dapat menyesatkannya,dan barang siapa yang Allah sesatkan,
maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.kami bersaksi tidak ada ilah
yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu
baginya,dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu
alaihiwasallam adalah hamba dan rasulnya.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama
Islam.(Qs.Ali-Imron:102)
Alhamdulillah kami dapat menyusun Makalah dengan tema"Penilaian
pembelajaran Walaupun kami sadari masih banyak kekurangan yang belum
bisa kami tutupi dalam pembuatannya. Dengan adanya makalah ini mudah-
mudahan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan terutama penyusun
dan semoga makalah ini dapat menjadi pelengkap nilai dalam mata kuliah
Perencanaan sistem pembelajaran.
Saran dan masukan sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik di masa yang
akan datang. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Amin.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Bogor, Juni 2013
Penyusun
3


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 02
DAFTAR ISI ................................................................................................... 03
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 04
A. Latar belakang ........................................................................................... 04
B. Rumusan masalah...................................................................................... 05
C. Tujuan ....................................................................................................... 05

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 06

A. Definisi Penilaian kelas ................................................................................... 06

B. Manfaat dan tujuan penilaian kelas ................................................................. 06

C. Fungsi penilaian kelas ..................................................................................... 08

D. Prinsip penilaian ............................................................................................. 09

E. Jenis dan sistem penilaian ............................................................................... 10

F. Alat penilaian .................................................................................................. 11

G. Hakikat dan prinsip penilaian ......................................................................... 14

H. Ruang lingkup dan teknik penilaian ................................................................ 16

BAB III PENUTUP......................................................................................... 22
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA



4


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyempurnaan kurikulum adalah salah satu upaya peningkatan mutu
pendidikan. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan pembelajaran,
dari yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada siswa, serta orientasi
penilaian dari yang berorientasi diskriminasi siswa kepada yang berorientasi
diferensiasi siswa. Keseluruhan perubahan itu akan menentukan hasil
pendidikan. Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah, terutama yang
berkaitan dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Penilaian tersebut mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang
diterapkan guru dalam proses pembelajaran.
Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi
yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu
menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang
digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan
dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat
yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa. Hasil evaluasi
pelaksanaan Kurikulum menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan di kelas
kurang mampu memperlihatkan tuntutan hasil belajar siswa, yaitu:
1. mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri secara lisan dan
tertulis;
2. mengekspresi gagasan, khususnya dalam bentuk gambar, grafik, diagram, atau
simbol lainnya;
3. mengembangkan keterampilan fungsional sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan fisik, sosial, dan budaya;
4. menggunakan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) sebagai sumberdan
media belajar
5


5. membuat laporan penelitian dan membuat sinopsis; dan
6. mengembangkan kemampuan bereksporasi dan mengaktualisasi diri.
B. Rumusan Masalah
Untuk membatasi makalah ini, pembahasan yaitu meliputi antara lain :
1. Pengertian Penilaian
2. Manfaat Penilaian
3. Fungsi Penilaian
4. Prinsip penilaian berbasis kompetensi
5. Teknik dan Prosedur Penilaian
6. Aspek penilaian
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengkaji lebih mendalam tentang pengertian penilaian.
2. Memberikan informasi seputar penilaian kelas












6


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas merupakam tugas guru berkaitan dengan pengambilan keputusantentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik. Keputusan tersebut berhubungan
dengan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melaui sejumlah bukti
yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui
berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (perpormance), penilaian sikap, penilaian
tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui
kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (porto folio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun non formal diadakan dalam suasana
yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang
dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan
untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki
peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi
oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.

B. MANFAAT DAN TUJUAN PENILAIAN KELAS

1. Manfaat penilaian
a) Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalm proses pencapaian kompetensi.
b) Untuk mengetahui kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik sehingga dapat dilkukan pengayaan dan remedial.
c) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan
sumber belajar yang digunakan.
d) Untuk masukan guru guna merancang kegiatan belajar.
e) Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan.

7


2. Tujuan Penilaian
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya
untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan,
diagnosis, dan prediksi.
1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan
kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain.
Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan
dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk
grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga
lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta
didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang
boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi
penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah
tertentu.
3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai
kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar
yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu
remidiasi atau pengayaan.
6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan
berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah
tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
8


Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam
penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau
tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses
pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam
kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance),
penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa
(portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian
adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar
peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun
dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

C. FUNGSI PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas berfungsi sebagai berikut
a. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk
pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan/penempatan
murid.
c. Menemukan kesulitan belajar dan memungkinkanprestasi yang bisa dikembangkan
peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah
seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung
guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.




9


D. PRINSIP PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI
Agar penilaian berbasis kompetensi dapat berlangsung dengan semestinya maka guru dan
sekolah serta semua guru kelompok mata pelajaran menyusun sejumlah criteria penilaian
yang sesuai dengan setiap jenis kekhususan yang ada di sekolah yang bersangkutan.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.(PPRI no 19 tahun 2005, psl 1 ayat 17). Dalam
criteria penilaian hendaknya memnuhi criteria

1) Validitas

Validitas berarti menilai apa yang seharusnya diniai dan alat penilaian yang digunakan sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapaidan isinya mencakup semua kompetensi yang
terwakili secara proporsional.

2) Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang
reliable (ajeg/dapat dipercaya) memungkinkan perbandingan yng reliabel dan menjamin
konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliable jika hasil yang
diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakuakan lagi dengan kondisi yang relatif
sama.

3) Terfokus pada kompetensi

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus
pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi
(pengetahuan). Kompetensi-kompetensi itu diukur dengan membandingkan kemampuan
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran/pelatihan. Kemampuan mengembangkan kepekaan
rasa untuk mendeteksi, mensikapi suatu kondisi tertentu dengan kemampuan merespon yang
berkembang semakin baik dari waktu ke waktu. Dalam hal-hal tertentu seperti kompetensi
menggunakan alat peraga atau alat praktek pada kekhususan tertentu pada suatu eksperimen
harus dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam ketaatan mengikuti prosedur
penggunaan alat, larangan dan suruhan yang harus ditaati saat mengoperasikan peralatan
untuk bereksperimen serta aturan-aturan ain yang menyertainya.
10



4) Keseluruhan/komprehensif

Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai
beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik dalam mengembangkan sikap yang
tergambar dalam standar kompetensi lulusan, sehingga tergamabr profil kemampuan peserta
didik. Aspek kreativitas siswa seperti mengembangkan alternative pengukuran dengan alat-
alat lainnya termasuk dalam criteria penilaian.

5) Objektivitas

Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif dan adil. Pemahaman penilaian harus adil.
Yang dimaskud dengan adil disini adalah adil terhadap semua siswa tanpa membedakan latar
belakang social ekonomi, budaya, bahasa, dan gender (kelamin). Untuk itu, disamping harus
adil, juga menyesuaiakan dengan karakteristik kekhususan, jenjang dan usia siswanya. Pada
penilaian yang menggunakan pola pengamatan hendaknya dilakukan dengan tegas, jujur,
terukur, menerapkan criteria yang jelas dalam pemnbuatan keputusan atau pemberian angka
(Skor). Kriteria disusun berdasarkan kesepakatan para guru mata pelajaran.

6) Mendidik

Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan
meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik khususnya dalam mendidik siswa
berpikir, berbuat dan berprilaku ilmiah. Disamping itu penilaian harus memberikan
sumbangan yang positif terhadap pencapaian belajar siswa, artinya, hasil penilaian harus
dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi siswa yang berhasil atau sebagai pemberian
motivasi bagi siswa yang kurang/belum berhasil.


E. JENIS DAN SISTEM PENILAIAN
Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu penilaian formatif,
penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakasnakan pada akhir program belajar-
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan
11


demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan
penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi
pelaksanaanya.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu
akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil
yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh
para siswa. Penilaian ini berorieantasi kepad produk, bukan kepada proses.
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-
kelemahan siswa serta factor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan
bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus-kasus,
dll. Soal-soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang
dihadapi oleh para siswa.
Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, mislanya
ujian saringan masuk kelembaga pendidikan tertentu.
Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditunjukkan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan
belajar seperti yang diprogramkan ebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.
Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk
menghadapai program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

F. ALAT PENILAIAN
Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non tes. Tes mencakup: tertulis, lisan, atau
perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto folio. Penggunaan bentuk alat
penilaian disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peserta didik. Tes ini ada yang
diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban
secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).







12



1) Tes uraian
Tes uraian, yang dalam literature disebut juga essay examination, merupakan alat
penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan
yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alas an, dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hl mengekspresikan
gagasannya memlalui bahasa tulisan. Dalam hal ini inilah kekuatan ataukelebihan tes
essai dari alat penilaian lainnya. Sungguh pun demikian, dejak tahun 1960-an bentuk tes
ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes
objektif sangat populer dan digunakan oleh hamper semua guru mulai tingkat SD sampai
di pergururan tinggi.
Ada semacam kecendrungan di kalangan para pendidik dan guru untuk kembali
menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di perguruan tinggi,
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a. Adanya gejala menurunya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi
yang salah satu di antaranya berkenaan dengan tes objektif.
b. Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat
penggunaan objektif yang berlebihan
c. Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbisa dengan tes objektif yang
memungkinkan mereka main tebak karena terbiasa dengan tes objektif yang
memungkinkan mereka main tebak jawaban manakala menghadapi kesulitan dalam
menjawabnya. Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uraian di
perguruan tinggi akhir-akhir ini dengan harapan dapat meningkatkan kembali
kualitas pendidikan di perguruan tinggi.
Harus diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes
objektif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan menalar di kalangan mahasiswa
dan siswa. Hal ini ialah karena melalui tes ini para mahasiswa dapat mengungkapkan
aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis-sintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun
secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah
(problem solving), mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan
gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian ini
antara lain adalah:
13


a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
c) Dapat melatih kemampuan berpikir tertaur atau penalaran, yakni berpikir logis,
analitis, dan sistematis;
d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
e) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan
waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:
a) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua
bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan
banayak hal melalui sejumlah pertanyaan;
b) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanayakan, dalam membuat pertanyaan,
maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang
menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya.
c) Tes ini biasanya kurang reliael, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya
memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya
relative besar.

2) Tes objektif
Soal-soal objektif banayak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan
antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya
menilai jawaban yang diberikan. Soal-soal objektif ini di kenal ada beberapa bentuk,
yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Kecualai bentuk
jawaban singkat, dalam soal-soal bentuk objektif telah tersedia kemungkinan-
kemungkinan jawaban (options) yang dapat dipilih.

a. Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk
kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya dalam bentuk kata, bilangan, kalimat,
atau simbol dan jawabannyahanya dapat dinilai benar atau salah.
Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk
pertanyaan tidak lengkap.
Contoh:
1. Berapakah luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6cm?
Luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6 cm adalah
14


Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan
dengan istilah terminology, fakta, prinsip, metode, prosedur, penafsiran data yang
sederhana.

Contoh:
Pengetahuan tentang istilah:
Sikap untuk memperoleh keuntungan semaksimal mengkin dengan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya disebut prinsip..
Pengetahuan tentang prinsip:
Jika temperature gas dalam keadaan tetap, sementara tekanan dinaikkan, apakah yang akan
terjadi dengan volumenya?............
G. HAKIKAT DAN PRINSIP PENILAIAN
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis
kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk
mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau
pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar
peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata
pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata
pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat
satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran.
Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan
penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah
ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara
15


tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian
juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Penilaian dalam KTSP menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai
peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Apabila
peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus
pada mata pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar, ia harus
mengikuti program remedial/perbaikan sehingga mencapai kompetensi minimal yang
ditetapkan. Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi.
Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu
atau sekelompok peserta didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan
latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga
merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi
peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai
dengan kemampuannya.
Ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan, kegiatan penilaian
merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik
profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang
dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik.
Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan. Ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaian
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu
pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. menurut aturan tertentu (Guilford,
1982). Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi
observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu
standar.
Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat
kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif
hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat
baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi
16


peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan
kegiatanpenilaian.
Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang
biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik.
Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian
belajar peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah
fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix, 1991).
Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan penilaian
tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik
metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian
untuk peserta didik dapat berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal
untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat
berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah,
dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan
belajar.
I. RUANG LINGKUP DAN TEKNIK PENILAIAN
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1)
domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika matematika),
(2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan
kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap
sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi
kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-
matematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya
sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk
domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan
17


kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang
termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses
belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain
kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran,
yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang
terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani,
keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi
pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran
agama dan kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan
proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan
kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta
bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak
hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga
termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam
paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan
cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang
direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif, namun terkadang
penilaian afektif dan psikomotorik suka di abaikan.

1. Teknik Penilaian
Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI) Untuk
satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal dan
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan
pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara
pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur
18


dan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik
untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur
ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak
terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan tersebut,
penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk dapat mengukur dan memberikan
informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui
kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara
komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai.
Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan,
inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antarteman yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
a. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau
salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Tes
tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis
berupa pilihan dan/atau isian.Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi
pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya
berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes
yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik
dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.Tes praktik
(kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan
perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai
macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
b. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap
peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan
19


kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik
secara formal maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai
penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
c. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di
laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.
d. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang diorganisasikan untuk men tahui minat,perkembangan prestasi,
dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui
perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karya-karya atau
tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi
untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan
karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya
dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian
portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang
dinilai sedikit.
e. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu
tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian
projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
f.menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan,
pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
g. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang
dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap
objek psikologis.
20


h. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang
berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan
secara deskriptif.
i. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri,
setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara
jujur.
j. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal
secara jujur.
Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan memberikan informasi
yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta didik. Karena pembelajaran
pada KTSP meliputi kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur, maka penilaianpun harus dilaksanakan seperti itu. Tabel
berikut menyajikan contoh penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran melalui
kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.

2. Aspek Penilaian
Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi
yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kemampuan kognitif
adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri
atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat
pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada
tingkat pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas
pertanyaan dengan kata-katanya sendiri. Misalnya, menjelaskan suatu prinsip atau
konsep. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan
21


konsep dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta
untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada
tingkat sintesis, peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis,
atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta
didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan
termasuk di dalamnya melakukan judgement (pertimbangan) terhadap hasil analisis
untuk membuat keputusan.Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif
(adaptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi
berkesinambungan (nondiscursivecommunication) (Harrow, 1972). Gerak adaptif
terdiri atas keterampilan adaptif sederhana (simple adaptive skill), keterampilan
adaptif gabungan (compound adaptive skill), dan keterampilan adaptif komplek
(complex adaptive skill). Keterampilan komunikasi berkesinambungan mencakup
gerak ekspresif (expressive movement) dan gerak interpretatif (interpretative
movement). Keterampilan adaptif sederhana dapat dilatihkan dalam berbagai mata
pelajaran, seperti bentuk keterampilan menggunakan peralatan laboratorium IPA.
Keterampilan adaptif gabungan, keterampilan adaptif komplek, dan keterampilan
komunikasi berkesinambungan baik gerak ekspresif maupun gerak interpretatif dapat
dilatihkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan. Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau
nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui
angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik
berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan
memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus. Dalam
laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan yang umumnya
merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek
psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitandengan kondisi afektif peserta
didik terhadap mata pelajaran tertentu.



22



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melaui sejumlah bukti yang
menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti
penilaian unjuk kerja (perpormance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil
test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya
peserta didik (porto folio), dan penilaian diri.


B. Saran

Demikian materi makalah pengelolaan kelas yang dapat kami suguhkan,
semoga dengan uraian sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami selaku
penyusun dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ust.amir Mahrudin M.Pd.I, Dosen
mata kuliah Materi Perencanaan sistem pembelajaran.
yang telah memberikan tugas makalah sehingga penyusun mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatu penilaian pembelajaran.
Semoga dengan ini kita semua dapat meningkatkan kualitas ilmu kita secara
maksimal sehingga kita menjadi hamba Alloh yang bermanfaat dengan ijin-Nya.
Kami sadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam isi makalah ini, dan
kami mohon koreksinya kembali akan kekurangan dari makalah yang kami buat ini
agar dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang, karena sesuai dengan sebuah
peribahasa Tak ada gading yang tak retak.

23


DAFTAR PUSTAKA

1. Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan
Penilaian;Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat
PendidikanMenengah Umum.
2. Rasyid, Harun dan Mansur, (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : PT.
Wacana Prima
3. Sudjana, nana, 2009, penilaian hasil proses belajar mengajar, Bandung: Pt
remaja rosdakarya

You might also like