You are on page 1of 10

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.

(Corwin, 2001)
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga
/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap
stimulus.
Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang
mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo, 2000)
Ketidaksadaran adalah kondisi dimana fungsi serebral terdepresi, direntang dari stupor
sampai koma.(brunner dan Suddarth, 2001)
Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang
mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
(Padmosantjojo, 2000)
Koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respons dalam bentuk yang berat,
kondisinya seperti tidur yang dalam di mana pasien tidak dapat bangun dari tidurnya.
(Aru W.Sudoyo,dkk,2007)

Dalam menilai Penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu (Robert priharjo,
2006)
1. Kompos mentis
Kompos mentis adalah sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaaan
sekelilingnya.
2. Apati
Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh
tak acuh.

3. Somnelen
Keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat ibangunkan dengan rangsang nyeri, tetapi tidur
lagi.
4. Delirium
Keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap
orang lain, tempat dan waktu.
5. Soporokoma / Semikoma
Kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri.
6. Koma
Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsang
apapun

B. ETIOLOGI
Penyebab koma adalah : (Aru W.Sudoyo,dkk,2007)
1. Penyebab Intra kranial
Lesi besar pada serebral dan herniasi.
Lubang kranial dipisahkan menjadi kompartemen oleh lipatan dura. Herniasi adalah
pergeseran jaringan otak ke kompartemen yang secara normal.
a. Herniasi transtentorial uncal.
Merupakan impaksi girus temporal media anterior (uncus) ke bagian anterior bukan
tentorial. Jaringan yang bergeser menekan saraf ketiga ketika ia melalui ruang subarachnoid dan
mengakibatkan pembesaran pupil ipsilateral (kemungkinan karena serat para simpatetik fungsi
pupil terletak pada daerah peroperal saraf). Koma yang terjadi merupakan akibat dari tekanan
lateral dari otak tengah yang berbenturan dengan sudut tentorial yang berseberangan karena
pergesseran gyrus parahipokampus.

b. Herniasi transtentorial sentral.
Merupakan gerakan simetik kebawah dari bagian thalamus atau melalui bukan tentorial,
tanda utama adalah pupil miotik dan drowsiness.
Herniasi temporal dan sentral dianggap sebagai penyebab tekanan progresif batang otak
dari atas : pertama otak tengah, kemudian pons dan terakhir medula. Sehingga terjadi tanda
neurologis yang berhubungan dengan tingkat yang terpapar.
Gangguan metabolik
Gangguan metabolik mengakibatkan koma dan mengganggu pengiriman substrat energi
(hipoksia , iskemia, hipoglikemia) atau dengan mengganti eksitabilitas neuron.
Epileptik
Pengeluaran listrik menyeluruh dan berkelanjutan dari korteks berhubungan dengan koma,
walaupun tidak ada aktivitas motor epileptik. Koma yang terjadi setelah kejang, merupakan
tahap postical, yang disebabkan oleh kekurangan persediaan energi atau efek molekul toksik
lokal yang merupakan hasil dari kejang
Infeksi (meningitis, ensafilitis, sepsis)
Infeksi otak atau infeksi berat di luar otak,bisa menyebab kan demam tinggi adanya zat racun
dalam darah dan tekanan darah rendah, yang bisa mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan
koma.
2. Penyebab ekstra kranial.
Farmakologis
Overdosis beberapa obat dan toksin dapat menekan fungsi sistem saraf. Ada pula yang
menyebabkan koma dengan mengganggu nukleus batang otak termasuk RAS dan korteks
serebral.
Kelainan psikis
Malingerin (pura-pura sakit atau terluka) histeria dan kataton (keadaan skizofrenikdimana
penderita tampak dalam keadaan stupor).

MANIFESTASI KLINIS
Menurut Corwin Elizabeth ( 2009 ), manifestasi klinisnya adalah :
1. Perubahan respons pupil
Perubahan pupil penting yang dijumpai pada kerusakan otak adalah pupil pinpoint yang
tampak pada overdosis opiat ( heroin ) serta dilatasi dan fiksasi pupil bilateral yang biasanya
dijumpai pada overdosis barbiturat. Cedera batang otak memperlihatkan fiksasi pupil bilateral
dengan posisi di tengah.
2. Perubahan gerakan mata
Pada cidera batang otak, terjadi gangguan gerakan mata, dan mata terfiksasi dalam posisi
ke depan langsung. Deviasi yang miring dengan satu mata memandang keatas dan satu ke
bawah, menunjukkan cedera kompresif pada batang otak. Gerakan siklik unvolunter normal pada
bola mata ( respons nigtagmus ) sebagai respons terhadap pemberian air es ke telinga
menghilang pada disfungsi korteks dan batang otak.
3. Perubahan pola nafas
a. Kerusakan pada batang otak
Pusat pernafasan di batang otak bagian bawah mengontrol pernafasan berdasarkan
konsentrasi ion hidrogen dalam CSS yang mengelilinginya. Kerusakan batang otak
menyebabkan pola nafas yang tidak teratur dan tidak dapat diperkirakan. Overdosis opiat
merusak pusat pernafasan dan menyebabkan penurunan frekwensi pernafasan secara bertahap
sampai pernafasan terhenti.
b. Kerusakan serebral
Pernafasan cheynes-stokes juga merupakan pernafasan yang didasarkan pada kadar
karbondioksida. Pada kasus ini pusat pernafasan berespons berelebihan terhadap karbondioksida
yang menyebabkan pola nafas tenang meningkat frekwensi dan kedalaman pernafasan kemudian
turun dengan mudah sampai terjadi apnea ( decrescendo breathing ). Pernafasan chynes-stokes
mirip dengan apnea pasca ventilasi, yang dijumpai pada kerusakan hemisfer serebri, dan sering
berkaitan dengan koma metabolik.
4. Perubahan respons motorik dan gerakan
Respons motorik abnormal meliputi tidak sesuainya atau tidak adanya gerakan sebagai
respons terhadap stimulus nyeri, refleks batang otak seperti respons mengisap dan menggengam
terjadi apabila pusat otak yang lebih tinggi rusak.
5. Disfasia
Disfasia adalah gangguan pemahamaan atau pembentukan bahasa. Afasia adalah
kehilangan total pemahaman atau pembenyukaan bahasa. Disfasia biasanya disebabkan oleh
hipoksia serebral yang sering berkaitan dengan stroke, tetapi dapat juga disebabkan oleh trauma
atau infeksi. Kerusakan otak yang menyebabkan disfasia biasanya mengenai hemisfer serebri
kiri.
6. Disfasia broca
Disfasia broca terjadi akibat kerusakan area broca di lobus frontalis. Individu yang
mengalami disfasia broca memahami bahasa, tetapi kemampuanya untuk mengekspresikan kata
secaara bermakna dalam bentuk tulisan atau lisan terganggu. Hal ini disebut disfasia ekspresif.
7. Disfasia wernicke
Disfasia wernicke terjadi akibat kerusakan area wernicke di lobus temporalis kiri. Pada
disfasia wernicke, ekspresi bahasa secara verbal utuh, tetapi pemahaman bermakna terhadap kata
yang diucapkan atau tertulis terganggu. Hal ini disebut disfasia reseptif.
8. Agnosia
Agnosia adalah kegagalan mengenali obyek karena ketidaknyamanan memahami
stimulus sensorik yang datang. Agnosia dapat berupa visual, pendengaran, taktil, atau berkaitan
dengan pengucapan atau penciuman. Agnosia terjadi akibat kerusakan pada area sensorik primer
atau asosiatif tertentu di korteks serebral.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Corwin Elizabeth ( 2009 ) kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi
dan waktu di setiap lingkungan. Agar sadar penuh diperlukan sistem aktivasi retikular yang utuh,
dalam keadaan berfungsinya pusat otak yang lebih tinggi di korteks serebri. Hubungan melalui
talamus juga harus utuh.
Menurut Brunner dan Suddarth (2001) Ruang kranial yang kaku berisi jaringan otak
(1400 g),darah (75 ml), dan cairan serebrospinalis (75 ml),volume dan tekanan .pada ketiga
komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan.adanya peningkatan salah satu
dari komponen ini menyebabkan perubahan pada volume yang lain. Keadaan patologis seperti
lesi,epileptik,stroke,infeksi dan bedah intrakranial dapat mengubah hubungan antara volume
intrakranial dan tekanan.sehingga dapat menyebab kan gangguan pada batang otak /
diensefalon.ketika terjadi gangguan kompensasi intracronial gagal dan terjadi peningkatan
tekanan intrakranial (TIK)
Peningkatan TIK secara singnifikan dapat menurunkan aliran darah dan menyebabkan
iskemia. Bila terjadi iskemia komplet dan lebih dari 3 sampai 5 menit, otak akan menderita
kerusakan yang tidak dapat di perbaiki. Hal ini terjadi di sebabkan oleh penurunan perfusi
serebral yang mempengaruhi perubahan keadaan sel dan mengakibatkan hipoksia serebral.
Pada fase-fase ini menunjukkan perubahan status mental dan tanda tanda vital
bradikardi, tekanan denyut nadi melebar dan perubahan pernafasan.
Perubahan kesadaran biasanya dimulai dengan gangguan fungsi diensefalon yang
ditandai dengan kebuntuan, kebingungan, letargi dan akhirnya stupor ketika individu menjadi
sulit terganggu. Penurunan kesadaran yang berkelanjutan terjadi pada disfungsi otak tengan dan
ditandai dengan semakin dalamnya keadaan stupor. Akhirnya dapat terjadi disfungsi medula dan
pons yang menyebabkan koma. Penurunan progresif kesadaran ini digambarkan sebagai
perkembangan rostal-kaudal.

E. PATHWAY(terlampir)

F. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddart ( 2001 ) komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien
tidak sadar meliputi gangguan pernafasan, pneumonia, dekubitus, dan aspirasi.
1. Gagal pernafasan dapat terjadi dengan cepat setelah pasien tidak sadar.jika pasien tidak dapat
bernafas sendiri, beri dukungan perawatan dengan memulai pemberian ventilasi adekuat.
2. Pneumonia umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan ventilator atau mereka yang tidak
dapat untuk mempertahankan jalan nafas.
3. Pasien tidak sadar tidak mampu untuk bergerak atau membalikkan tubuh, hal ini menyebabkan
dalam tetap pada posisi yang terbatas. Keadaan ini menyebabkan pasien mengalami dekubitus,
yang akan mengalami infeksi dan merupakan sumber sepsis.
4. Aspirasi isi lambung atau makanan dapat terjadi yang mencetuskan terjadinya pneumonia atau
sumbatan jalan nafas

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Prioritas pertama tindakan terhadap pasien tidak sadar adalah memberikan dan
mempertahankan jalan nafas paten. Pasien dapat di intubasi melalui hidung atau mulut, atau
dilakukan trakeostomi. Sampai ditetapkan pasien mampu bernafas sendiri, maka mesin ventilator
digunakan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.Pemasangan kateter intavena
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan pemberian makanan dilakukan
dengan selang makanan atau selang gastrostomi. Status sirkulasi pasien (tekanan darah, frekuensi
jantung) dipantau untuk mengetahui perfusi tubuh yang adekuat dan perfusi otak dapat
dipertahankan.
(Brunner dan Suddarth, 2001)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab penurunan
kesadaran yaitu :
1. Laboratorium darah
Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah (BUN), osmolalitas,
kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah
(BGA).

2. CT Scan
Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak
3. PET (Positron Emission Tomography)
Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor otak
4. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.
5. MRI
Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.
6. Angiografi serebral
Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi arteriovena.
7. Ekoensefalography
Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang disebabkan hematoma
subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral yang luas dan neoplasma.
8. EEG (elektroensefalography)
Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses, jaringan parut otak,
infeksi otak
9. EMG (Elektromiography)
Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit lain.

Pemeriksaan Diagnostik
Uji laboratorium digunakan untuk mengidentifikasi penyebab kesadaran yang mencakup tes
glukosa darah, elektrolit, amonia serum, nitrogen urea darah (BUN), osmolalitas, kalsium, masa
pembekuan, kandungan keton serum, alkohol, obat-obatan dan analisa gas darah arteri.(brunner
dan suddarth, 2001)

6. Menilai reflek-reflek patologis :
a. Reflek Babinsky
Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda yang runcing maka
timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki dan jari-jarinya ke daerah plantar
b. Reflek Kremaster :
Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian dalam (medial)
paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi M.kremaster homolateral yang berakibat
tertariknya atau mengerutnya testis.
Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan traktus corticulspinal
Uji syaraf kranial :
c. NI.N. Olfaktorius
Hidung diperiksa dengan bau bauhan seperti tembakau, wangi-wangian, yang diminta agar
pasien menyebutkannya dengan mata tertutup.
d. N.II. N. Opticus
Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan optotipe snalen yang
dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan dengan kemampuan membaca jelas
deretan huruf-huruf yang ada.
e. N.III/ Okulomotoris. N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN
Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata kesegala arah , diameter
pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi
f. N.V. Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik,
Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang bawah serta
goresan kapas dan mata tertutup.
Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus muskulusmasketer saat
diperintahkan untuk gerak menggigit
g. N.VII/ Fasialis fungsi motorik N.VII diperiksa kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi,
mencucurkan bibir, tersentum, meringis (memperlihatkan gigi depan) bersiul, menggembungkan
pipi. Fungsi sensorik diperiksa rasa pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula ,
garam , asam)
h. N.VIII/ Vestibulo acusticus
Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach dengan garputala.
i. N.IX/ Glosofaringeus, N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah atau deviasi dan kemampuan
menelan pasien.
j. N.XI / Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan (kontraksi
M.trapezius) dan gerakan kepala
k. N.XII/ Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus, gerakan
lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam.

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and
documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan
tahun 1993)
Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, 1996 )
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarths textbook of medical surgical nursing. 8
th
Edition.
Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

You might also like