You are on page 1of 17

BAB 5

DISTRIBUSI TEGANGAN AC DAN DC



Tujuan Pembelajaran :
1. Memahasiswa Mampu Mengerti Apa Yang Dimaksud Distribusi Tegangan Ac dan
Dc.
2. Mahasiswa Mampu Mengerti Kelebihan dan Kelemahan Distribusi Yang
Menggunakan Tegangan AC dan Tegangan DC.

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen, jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui
jaringan
distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan
tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau
500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan
tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi,
dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga
akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV
dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian
dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer.
Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil
tegangan untuk
diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah,
yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke
konsumenkonsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan
bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang
sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara
lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-
perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerahdaerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo
step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik
sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai
tegangan berbeda-beda.
A. Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV)
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan
rendah.

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi
materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo,
LV panel,
pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan
grounding,dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan
SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik secara umum, saluran tenaga Listrik
atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menurut nilai tegangannya:
a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara
titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi.
Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika
langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu
antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)
2. Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-
balik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan
perlengkapannya, dan dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah
(ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap
netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis
horisontal.

b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis
vertikal .

c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu
segitiga (delta).


5. Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua
yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
B. Sistem Distribusi AC
Sistem distribusi AC adalah sistem distribusi dengan tegangan (Alternating
Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik. Arus bolak - balik ( AC ) sendiri
adalah arus yang mengalir dengan polaritas yang selalu berubah - ubah. Dimana
masing masing terminalnya polaritas yang selalu bergantian. Contoh Alternator (
AC generator ), PLN.
a. Tipe Saluran Sistem Distribusi AC
1. Over Head
2. Ground Cable
3. Submarine Cable
b. Sistem Pengkawatan Sistem Distribusi AC
Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa
macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah fasanya, yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt

Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt.
Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN,
menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakai
listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara pemberi pinjaman
atau dalam rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari pembangkit
(generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor listrik) di suplai dari negara
pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC (International
Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan
menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan
lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967
halaman 7 seri 1 tabel 1).
Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar
yang paling sederhana, biasanya digunakan untuk melayani penyalur daya
berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama
dengan sistem distribusi DC dengan tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat dua
alternatif besar tegangan. Sebagai saluran netral disini dihubungkan pada tengah
belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan
personil. Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak
pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk
melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek, yaitu daerah
perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan beban 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan
secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh
dalam bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang).
Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu
diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian
delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini dipakai untuk
melayani beban-beban industri atau perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder
(output) trafo distribusi terhubung star,dimana saluran netral diambil dari titik
bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan
keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar
tegangan.
C. Sistem Distribusi DC
Sistem distribusi DC adalah sistem saluran dengan tegangan DC (Direct
Current) menggunakan sistem tegangan searah. Arus searah ( DC ) sendiri adalah
arus yang mengalir dalam arah yang tetap (konstan). Dimana masing -
masing terminal selalu tetap polaritasnya. Misalkan sebagai kutub (+) selalu
menghasilkan polaritas positif begitu pula sebaliknya.Beberapa contoh sumber arus
searah ( DC ) adalah battery,accu, dynamo.
Jaringan distribusi arus searah (DC) dewasa ini jarang digunakan, walaupun ada
biasanya untuk daerah-daerah tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan
jalan menyearahkan terlebih dahulu arus bolak-balik ke arus searah dengan alat
penyearah Converter, sedangkan untuk merubah kembali dari arus bolak-balik ke arus
searah digunakan alat Inverter.
a. Drop Tegangan

b. Efisiensi


c. Metode Catu Daya










d. Hal-hal yang Kurang Menguntungkan
Untuk kapasitas besar memerlukan pembangkit yang besar rugi-rugi besar
(sikat-sikat dan komutasinya), rugi-rugi mekanik dan listrik.
Sulit membuat generator DC bertegangan tinggi Resiko loncatan bunga api
pada sikat.
Kapasitas besar Demensi Generator juga besar, mempersulit perakitannya.
Sikat dan Komutasi perawatan dan penggantian komponen.
Dianggap Ekonomis jika kapasitas daya maximumnya adalah 5 MW.
D. Keunggulan dan Kelemahan
a. Jaringan Distribusi AC
Keuntungannya
1. Mudah menstransformasikan tegangannya, naik maupun turun.
2. Dapat mengatasi kesulitan dalam menyalurkan tenaga listrik untuk jarak jauh.
3. Dapat langsung digunakan untuk memparalelkan beberapa Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik.
4. Dapat menyalurkan tiga atau empat tegangan dalam satu saluran, karena
menggunakan sistem tiga fasa. Sistem tiga fasa ini mempunyai kelebihan
dibandingkan sistem satu fasa, yaitu :
a) Daya yang disalurkan lebih besar
b) Nilai sesaat konstan
c) Medan magnit putarnya mudah diadakan
Kerugiannya
1. Untuk tegangan tinggi sering terjadi arus pemuatan (charging current).
2. Memerlukan stabilitas tegangan untuk kondisi dan sifat beban yang berubah-ubah.
3. Memerlukan tingkat isolasi yang tinggi untuk tegangan tinggi.
4. Terjadinya efek kulit (skin effect), induktansi, dan kapasitansi untuk tegangan
tinggi.
b. Jaringan Distribusi DC
Keuntungannya
1. Isolasinya lebih sederhana,
2. Daya guna (efisiensi) lebih tinggi, karena faktor dayanya = 1
3. Tidak ada masalah stabilisasi dan perubahan frekuensi untuk penyaluran jarak
jauh. Tidak ada masalah arus pengisian (charging current) untuk tegangan tinggi,
4. Dianggap ekonomis bila jarak penyaluran lebih besar dari 1000 km untuk saluran
udara, dan lebih besar 50 km untuk saluran bawah tanah.
Kerugiannya
1. Pengubahan arus AC ke DC atau kebalikannya menggunakan peralatan Converter
atau Inverter, memerlukan biaya yang tinggi karena peralatan tersebut harganya
mahal.
2. Pada saat beban naik dan jarak penyaluran makin panjang, maka tegangan drop
makin tinggi.
Dari kedua sistem ini yang banyak digunakan dewasa ini adalah
sistem distribusi arus bolak-balik (AC).
E. AC vs DC
Walaupun sistem kelistrikan pertama kali ditemukan dan diterapkan dalam
bentuk arus searah (DC), saat ini hampir semua energi listrik dibangkitkan,
ditransmisikan, dan didistribusikan dalam bentuk arus bolak-balik (AC). Dengan
menggunakan sistem AC, tegangan bisa dinaikkan dan diturunkan dengan mudah
sehingga energi listrik bisa disalurkan melalui saluran transmisi secara efisien dan
didistribusikan ke pelanggan secara aman. Konstruksi generator AC yang lebih
sederhana dibanding generator DC memungkinkan dibuatnya pembangkit listrik
berdaya ratusan MW (juta watt) yang efisien dan murah. Konstruksi motor AC yang
jauh sederhana dan kokoh dibanding motor DC menyebabkan motor AC bisa dipakai
untuk bermacam penerapan termasuk penerapan di daerah eksplosif. Saat ini, sistem
kelistrikan DC hanya dipakai untuk tujuan-tujuan khusus.
Memang sistem AC jauh menguntungkan dibanding sistem DC karena tegangan
bisa dinaikkan dan diturunkan dengan mudah. Akan tetapi dengan sistem AC, semua
generator pembangkit yang terhubung ke sistem harus berputar secara serempak.
Adanya perubahan beban atau perubahan daya keluaran pembangkit skala besar akan
menyebakan tegangan dan frekuensi sistem berubah. Akibatnya, kegagalan di suatu
daerah bisa merembet ke daerah lain. Inilah yang menyebabkan terjadinya beberapa
kali pemadaman total di Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan juga Indonesia. Karena
Indonesia terdiri atas banyak pulau, interkoneksi sulit dilakukan karena memerlukan
kabel bawah laut yang mahal.
Berbeda dengan sistem AC, interkoneksi sistem DC tidak mensyaratkan
frekuensi yang sama pada semua generator. Transmisi daya dengan sistem DC juga
lebih murah dibanding dengan sistem AC. Sebagai gambaran sederhana, transmisi
daya AC memerlukan paling tidak tiga konduktor sedangkan dengan sistem DC
hanya diperlukan satu konduktor. Kabel sistem DC juga lebih sederhana dan murah
dibanding sistem AC. Dengan sistem DC, kegagalan di suatu daerah tidak akan
merembet ke daerah lain sehingga pemadaman total bisa dihindari. Dengan sistem
DC, pembangkit berbasis sel surya serta sel hidrogen yang memang menghasilkan
listrik DC bisa langsung dihubungkan ke jaringan listrik tanpa menggunakan
peralatan antara yang mahal. Pembangkit berbasis tenaga angin, mikrohidro, ombak
laut, dan pasang surut air laut bisa disambungkan ke jaringan dengan mudah jika
sistemnya DC. Karena penghantarnya murah, pembangkit panas bumi dan tenaga air
skala besar yang letaknya jauh dari konsumen menjadi layak untuk dibangun. Dengan
sistem DC, pulau-pulau kecil bisa mendapatkan listrik tanpa membangun PLTD yang
boros dan memerlukan banyak pemeliharaan. Semua potensi energi yang ada di suatu
daerah bisa dimanfaatkan dengan baik jika interkoneksi tersedia. Artinya,
ketergantungan suatu daerah terhadap sumber energi yang berasal dari daerah lain
menjadi berkurang jika tersedia sarana interkoneksi. Selain itu, transmisi DC
tegangan tinggi mempunyai konstruksi yang lebih sederhana dan kurang berbahaya
dibanding transmisi AC. Oleh sebab itu, demo-demo anti SUTET yang sering terjadi
diharapkan akan berkurang jika kita menggunakan sistem DC.
Walaupun interkoneksi dengan sistem DC jauh lebih menguntungkan dibanding
sistem AC, generator pembangkit skala besar tetap lebih murah jika menggunakan
generator AC. Di sisi konsumen, motor AC (konsumen terbesar energi listrik) juga
tetap lebih efisien dibanding motor DC. Oleh sebab itu, pembangkit dan konsumen
akan tetap lebih efisien jika menggunakan sistem AC. Hanya interkoneksi dan kabel
transmisi akan lebih murah jika menggunakan sistem DC. Artinya, kita memerlukan
penyearah (merubah AC menjadi DC) di sisi pembangkit dan memerlukan inverter
(merubah DC menjadi AC) di sisi konsumen. Karena penyearah dan inverter ini
cukup mahal, ada jarak minimum yang menentukan kapan sistem DC lebih ekonomis
dibanding sistem DC. Dari banyak studi, transmisi DC dengan hantaran udara akan
lebih ekonomis dari sistem AC jika jaraknya lebih dari 400 km. Jika menggunakan
kabel bawah tanah atau bawah laut, sistem DC lebih ekonomis dari sistem AC jika
jaraknya lebih dari 40 km.
Sebenarnya, penggunaan sistem DC untuk mengatasi masalah kelistrikan juga
bukanlah barang baru. Transmisi DC pertama kali dibangun tahun 1954 di Swedia
untuk menyambungkan kelistrikan di daratan utama dengan pulau wisata Gotland.
Sumber energi di daratan utama berasal dari PLTA yang ramah lingkungan. Sistem
DC dipakai untuk menyatukan sistem kelistrikan Jepang utara dan selatan yang
berbeda frekuensi. Kabel DC bawah laut dipakai untuk menyambung sistem
kelistrikan di Perancis dan Inggris. Sistem DC dipilih karena Perancis tidak mau
terganggu jika ada gangguan di Inggris, atau sebaliknya. Transmisi DC sepanjang
1600 km dipakai untuk menyalurkan energi dari PLTA yang sangat besar (18 GW) di
Itaipu, Brasil, menuju pusat bebannya. Norwegia mengekspor energi listrik yang
dihasilkan oleh PLTA-nya ke Belanda melalui kabel laut sejauh 460 km. Cina
membangun transmisi DC terbesar di dunia untuk menyalurkan energi yang
dibangkitkan oleh PLTA 24 GW (terbesar di dunia) menuju pusat-pusat industrinya.
Pembangkit-pembangkit besar tenaga angin di beberapa negara Eropa disambungkan
ke sistem kelistrikan nasional dengan menggunakan kabel DC. Philipina membangun
pembangkit panas bumi skala besar, di salah satu pulaunya dan menyalurkannya
menuju pusat beban, Manila, dengan menggunakan kabel DC bawah laut. Para
insinyur listrik di Eropa sedang merencanakan pembangunan pusat pembangkit
energi matahari skala besar di gurun Sahara, Afrika, dan menyalurkannya dengan
kabel DC menuju Eropa. PT. PLN berencana membangun PLTU mulut tambang di
Muara Enim dan menyalurkannya ke pulau Jawa dengan menggunakan sistem DC.
Dengan menggunakan sistem DC, gangguan di pulau Sumatra tidak akan
mengganggu sistem di Jawa, demikian pula sebaliknya. Dengan menggunakan teknik
kendali tertentu, sistem DC juga bisa dirancang untuk memperbaiki kestabilan sistem
kelistrikan secara keseluruhan.

You might also like