You are on page 1of 26

1.

Pendahuluan
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali
telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir.
1
Kerontokan rambut adalah hal yang pernah dialami hampir semua orang, tetapi bila
kerontokan rambut tersebut berlangsung lama dan menyebabkan alopesia atau kebotakan
akan menimbulkan masalah. Banyak hal yang dapat menyebabkan kerontokan rambut, pada
umumnya rambut rontok berhubungan dengan penyakit sistemik atau internal, diet yang
buruk, penyakit tiroid, atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Kata alopecia berasal dari Yunani alopex, artinya rubah yang menderita penyakit
kulit sehingga kehilangan sebagian bulunya.
Menurut mekanisme terjadinya, alopesia dapat terjadi dengan atau tanpa disertai
pembentukan parut (sikatrikal dan non sikatrikal). Kelompok alopesia non sikatrikal antara
lain meluputi alopesia androgenik, alopesia areata, alopesia yang berhubungan dengan proses
sistemik, serta alopesia traumatik.
2
Diantara alopesia-alopesia tersebut, alopesia areata
merupakan jenis yang sering dijumpai.
3
Alopesia areata adalah peradangan yang kronis, berulang dari rambut terminal, yang
ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan rambut pada scalp dan atau kulit
yang berambut terminal lainnya. Lesi pada umumnya berbentuk bulat atau lonjong dengan
batas tegas, permukaan licin tanpa adanya tanda-tanda atropi, skuamasi maupun sikatriks.
2

Alopesia androgenik (male pattern alopecia) adalah kebotakan progresif umum yang
terjadi akibat pengaruh faktor predisposisi genetik dan androgen terhadap folikel rambut.
Meskipun pola kebotakan pada perempuan berbeda dengan laki-laki, namun female pattern
alopecia juga sering disebut alopesia androgenik karena karakteristik kebotakan yang sama
pada kedua kelompok gender yaitu ditandai dengan pemendekan fase anagen, pemanjangan
fase telogen, dan pengecilan folikel rambut yang mengakibatkan batang rambut tumbuh
semakin menipis pada setiap siklus. Kebotakan biasa dimulai pada usia 20-an atau awal usia
30-an dengan pola yang khas yaitu dimulai dari rambut bagian frontal dan vertex sehingga
garis rambut tampak mundur, menyisakan rambut di bagian parietal saja. Sedangkan pada
perempuan, pola kebotakan lebih diffuse dan dimulai dari puncak kepala.
2

Alopesia androgenik pada perempuan lebih sedikit terjadi dibandingkan pada laki-
lakitetapi menunjukkan memiliki kesamaan pada usia terjadinya. Sama halnya dengan laki
laki alopesia muncul setelah masa pubertas dan akan terus berlanjut seiring dengan
bertambahnya usia. Alopesia androgenik dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita
meskipun sebenarnya merupakan hal yang lazim terjadi dan bukan merupakan penyakit
serius bila dilihat dari sudut pandang medis. Penderita alopesia androgenik sering mengalami
psikologis seperti frustasi dan kehilangan rasa percaya diri terutama pada perempuan. Tidak
ada terapi yang efektif untuk menghambat progesivitas dari alopesia andogenik, meskipun
pengobatan tetap bisa dilakukan, batang rambut tidak dapat tumbuh selebat dan setebal dulu.
2


2. Epidemiologi

Dari epidemiologi bahwa prevalensi alopesia androgenik mencapai 25 % pada usia 25
tahun. Persentase meingkat sejalan dengan kenaikan usia. Angka kejadian pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki adalah 1:3. Alopesia biasanya dimulai setelah memasuki
masa puberitas dan meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar 80 % laki-laki mengalami
alopesia pada usia 70 tahun, dan 50 % diantaranya menunjukkan alopesia Norwood-hamilton
tipe VI/VII. Dari studi epidemiologi alopesia androgenik lebih sering terjadi pada orang asia
dibandingkan kaukasia, dan jarang juga ditemukan pada orang afrika.
2

Pada alopesia androgenik, kebotakan biasa dimulai pada usia 20-an atau awal usia 30-
an dengan pola yang khas yaitu dimulai dari rambut bagian frontal dan vertex sehingga garis
rambut tampak mundur, menyisakan rambut di bagian parietal saja. Sedangkan pada
perempuan, pola kebotakan lebih diffuse dan dimulai dari puncak kepala.
2

Pada usia sekitar 30 tahun sekitar 2-5% perempuan Kaukasia mengalami penipisan
rambut dan mencapai 40 % pada usia 70 tahun. Pada beberapa literatur menyebutkan hal ini
berhubungan dengan terjadinya perubahan post menopause.
2

Pada alopesia areata, laporan perbandingan insidens alopesia areata sama banyak
antara pria dan wanita. Pada usia dewasa muda (< 25 tahun) ; anak-anak lebih sering terkena
alopesia areata, tetapi dapat juga terjadi pada semua usia.
2,3
Di Unit Penyakit Kulit dan
Kelamin RSCM Jakarta,dalam pengamatan selama 3 tahun (1983 1985) penderita rata-
ratasebanyak 20 orang pertahun dengan perbandingan pria dan wanita 6 : 4.Umur termuda
yang pernah dicatat adalah 6 tahun, dan yang tertua 59 tahun. Resiko untuk terkena alopesia
areata selama masa hidup adalah 1,7%.
3. Etiopatogenesis
Siklus rambut normal
Rambut manusia normal dapat diklasifikasikan dalam siklus fase pertumbuhan
rambut. Anagen merupakan fase pertumbuhan rambut, catagen merupakan fase transisi dari
tumbuh ke tahap istirahat, dan telogen merupakan fase rambut istirahat. Periode antara
hilangnya rambut telogen dan pertumbuhan rambut anagen baru telah disebut sebagai
kenogen.
4

Gambar 1. Siklus rambut normal
Fase anagen rambut tumbuh selama sekitar 3 tahun (1000 hari) dengan berkisar antara
2 dan 6 tahun. Sel-sel matriks folikel tumbuh, berproliferasi dan menjadi keratin membentuk
rambut. Matriks menghasilkan batang rambut, menggabungkan zat yang mungkin berguna
dalam analisis medis atau forensik. Fase katagen rambut berada dalam fase transisi,
berlangsung 1 atau 2 minggu, di mana semua aktivitas pertumbuhan berhenti dengan formasi
akhir dari fase telogen. Banyak sel apoptosis yang hadir dalam selubung akar luar rambut
dalam fase katagen akibat proses involusi. Fase telogen adalah rambut istirahat , fase ini
berlangsung selama 3-5 bulan (sekitar 100 hari) sebelum rambut rontok.
4





























Kerontokan rambut difus
Sebuah gangguan siklus rambut normal mengarah ke kebotakan. Hal ini mungkin
karena perubahan sirkulasi hormon, obat-obatan, penyakit kulit inflamasi dan "stres" dari
berbagai jenis.
4
Telogen effluvium terjadi jika semua rambut masuk ke dalam peristirahatan fase
secara bersama-sama, paling sering setelah melahirkan atau penyakit berat. Dua atau
tiga bulan kemudian rambut anagen baru menggantikan fase istirahat (telogen)
sehingga membuat kerontokan rambut dari kulit kepala tetapi sementara. Stres jenis
apa pun seperti penyakit akut atau operasi menyebabkan kerontokan rambut yang
sejenis.
4
Postfebrile alopecia terjadi ketika demam melebihi 39
o
C terutama dengan episode
berulang. Telah dilaporkan dalam berbagai penyakit menular, termasuk influenza,
malaria, dan brucellosis.

Faktor makanan seperti kekurangan zat besi dan hypoproteinaemia mungkin
memainkan peran , tapi jarang menyebabkan alopecia difus.

Gizi buruk dengan
kekurangan protein menyebabkan dystrophi dengan penurunan laju pertumbuhan
rambut.

Dalam malnutrisi atau kwashiorkor kronis, menyebabkan warna merah /
coklat penasaran yang mungkin karena defisiensi zat besi.
4
Kongenital alopecia mungkin terjadi pada beberapa sindrom keturunan.

Anagen effluvium terjadi ketika perkembangan normal rambut dan folikel yang
terganggu menyebabkan pertumbuhan rambut yang tidak adekuat. Akibatnya rambut
akan rontok lebih awal dari biasanya sementara masih dalam fase anagen.
4
Endokrin merupakan faktor penyebab terjadinya difus alopecia mencakup
hypotiroidisme dan hipertiroidisme, hypopituitarism, dan diabetes mellitus. Dalam
hipotiroidisme rambut yang menipis dan rapuh, sedangkan di hypopituitarism rambut
lebih halus dan lembut tapi tidak tumbuh memadai.
4
Obat sistemik seperti obat sitotoksik, antikoagulan, imunosupresan , dan beberapa
obat-obat antitiroid mungkin menyebabkan alopecia difus, biasanya seperti proses
"anagen effluvium" seperti yang disebutkan atas.
4
Penyakit inflamasi pada kulit yang luas dapat dikaitkan dengan rambut rontok ,
misalnya dalam eritroderma karena psoriasis atau dermatitis yang berat.
4


Focal Alopecia
Tidak adanya folikel rambut adalah tanda fisik yang penting karena menunjukkan :
Adanya suatu proses inflamasi yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
Bahwa ada atau tidak ada pemulihan yang besar rambut pertumbuhan.
Adanya peradangan tidak selalu menghasilkan ditandai eritema dalam penyakit lichen
planus dan lupus erythematosus, perubahan inflamasi sering kronis. Sistemik lupus
eritematosus mempunyai daerah peradangan yang lama dan meninggalkan sisa
jaringan parut. Scleroderma terlokalisasi (morphoea) juga menyebabkan alopecia,
sering dengan linear atropi lesi "en coup de sabre".
4

Tinea capitis dapat dikaitkan dengan alopecia dengan adanya kerak dan rambut rapuh.
Trauma juga dapat menyebabkan jaringan parut alopecia.
4


Pola kebotakan
Pola Kebotakan Pria
Pola alopesia pada pria atau pola alopesia androgenik pada pria muncul saat remaja,
dekade 20, atau pada awal umur 30 dengan kerontokan rambut yang bertahap, umumnya dari
vertex dan regio frontotemporal. Proses ini mulai kapan saja setelah pubertas, dan muncul
kumis atau rambut keriting dapat merupakan tanda awal dari munculnya pola kebotakan pria.
Pada garis rambut anterior akan rontok pada setiap sisi, ini disebut Geheimratswinkeln
("gambaran profesor"), dan akhirnya dahi akan semakin tinggi. Akhirnya, seluruh kepala
bagian atas akan menjadi botak.
5
Beberapa pola dari kerontokan rambut ini akan terjadi, tetapi kebanyakan pola akan
mengacu pada kerontokan pada sisi biparietal dengan disertai kerontokan rambut bagian
vertex. Kerontokan rambut pada setiap orang berbeda-beda. kerontokan rambut secara tiba-
tiba dapat terjadi pada dekade 20 tahun dan berjalan sangat lambat. Folikel rambut akan
memproduksi rambut yang lebih halus dan lebih tipis di setiap siklus sel sampai fase terminal
dan akan digantikan dengan rambut vellus (miniaturiasasi). Selama evolusi dari proses,
batang rambut akan bervariasi diameternya. Regio parietal dan oksipital biasanya terhindar
dari miniaturisasi.
5
Pola kebotakan wanita
Perempuan umumnya memiliki rambut rontok menyebar di seluruh apikal kulit kepala
dengan bagian yang lebih luas di daerah anterior.
Penyebabnya diyakini menjadi predisposisi genetik dengan respon berlebihan
terhadap androgen . Kedua wanita dan pria dengan pola alopecia memiliki tingkat lebih tinggi
dari 5 - -reduktase dan reseptor androgen dalam folikel rambut frontal dibandingkan dengan
tingkat dalam folikel oksipital. Ada juga bukti yang menunjukkan hirarki sensitivitas
androgen dalam unit folikel.
5

4. Klasifikasi

Alopesia nonsikatrikal: tidak tampak peradangan jaringan, scarring, ataupun atrofi
pada kulit secara klinis
Alopesia sikatrikal: tampak tanda-tanda kerusakan jaringan seperti inflamasi, atrofi,
dan scarring yang jelas.
2


Tipe-tipe alopesia:
Alopesia universalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada pada tubuh
Alopesia totalis: kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala
Alopesia areata: kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan berbatas tegas,
umumnya terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat juga mengenai daerah berambut
lainnya.
1


Klasifikasi alopecia (ICD 10)
Alopesia: kehilangan rambut global
Kegagalan pertumbuhan folikel rambur: contoh, hypohidrotic ectodermal dysplasia
Kelainan batang rambut:
o Kelainan batang rambut dengan kerusakan rambut: trichorrhrxis nodosa,
trichoschisis, pili torti, trichorrhexis invaginata (rambut bamboo), monilethrix.
o Kelainan batang rambut dengan rambut yang tidak bias diatur: uncombable
hair syndrome, wolly hair.
Kelainan pada siklus folikel rambut: sindrom anagen pendek, effluvium telogen akut,
effluvium telogen kronik, effluvium anagen.
Alopecia areata
kebotakan nonscarring, penurunan produksi: kebotakan berpola
Kebotakan traumatic: pressure alopecia, trichotilomania, traction alopecia, tinea
capitis.
Kelainan batang rambut primer atau didapat: kelainan apada siklus )alopecia areata,
sifilis); kelainan kulit kepala dengan kerontokan rambut fokal (pithyriasis amiantaea,
psoriasis kulit kepala atau dermatitis seboroik yang berat)
Alopecia sikatrikal (penghancuran pada folikel rambut):
o Alopesia sikatrikal primer (SLE, lichen planopilaris.
o Alopesia sikatrikal sekunder (kelainan pertumbuhan atau herediter)
o Alopesia sikatrikal congenital.
2


5. Diagnosis
ALOPESIA NONSIKATRIKAL
Pattern hair loss (kebotakan berpola).
Kebotakan berpola merupakan tipe kebotakan yang paling umum dan progresif.
Kebotakan ini timbul akibat kombinasi antara predisposisi genetic dan kerja androgen
pada folikel rambut di kulit kepala. Kebotakan berpola ini diklasifikasikan oleh
Hamilton (laki-laki)
- Tipe I : rambut masih penuh
- Tipe II : tampak pengurangan rambut pada kedua bagian temporal; pada tipe I
dan II belum terlihat alopesia
- Tipe III : border line
- Tipe IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal, disertai pengurangan
rambut bagian midfrontal.
- Tipe V : tipe IV yang menjadi lebih berat.
- Tipe VI : seluruh kelainan menjadi satu.
- Tipe VII : alopesia luas dibatasi pita rambut jarang.
- Tipe VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian vertex.
1

Sedangkan kebotakan pada wanita diklasifikasikan oleh Ludwig.

Gejala Klinis :
Kebanyakan pasien mengeluhkan penipisan rambut secara perlahan-lahan atau
kebotakan. Pada laki-laki, terdapat kemunduran dari batas rambut anterior, terutama
di daerah parietal, yang menghasilkan resesi berbentuk huruf M. kemudian, bercak-
bercak kebotakan mungkin dapat timbul di vertex. Sedangkan pada wanita, kebotakan
di daerah parietal dan temporal umumnya bukan merupakan keluhan utama, dan
kebotakan mengikuti gambar di atas.
2

Tampilan kosmetik dari kebotakan sangat mengganggu pada beberapa individu. Pada
wanita, manifestasi dari kelebihan androgen dapat tampak mengakibatkan jerawat,
hirsutism, menstruasi yang ireguler, dan virilisasi. Akan tetapi kebanyakan wanita
dengan kebotakan berpola ini memiliki endrokin yang normal.
2

Pada kulit kepala tampak normal. Pada kebotakan berpola yang lanjut, kulit kepala
tampak mulus dan berkilau; orifisium dari folikel rambut sukar dilihat dengan mata
telanjang.
2

Rambut pada kebotakan berpola menjadi lebih tipis secara tekstur. Seiring dengan
waktu rambut menjadi rambut vellus dan atrofi menjadi sempurna. Pada laki-laki
tampak kebotakan di bagian frontotemporal dan vertex. Kebalikan dengan rambut di
kepala, laki-laki dengan kebotakan berpola yang parah mungkin memiliki
pertumbuhan yang berlebih pada rambut di daerah pubis, axilla, dada, dan janggut.
2

Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan anamnesis, pola dari kebotakan, dan insidensi
kebotakan berpola dalam keluarga. Biopsy kulit mungkin diperlukan pada beberapa
kasus.
2


Alopecia Areata (AA).
Kebotakan setempat dengan bentuk bulat atau oval tanpa tanda inflamasi yang jelas.
Paling sering terjadi di kulit kepala.
2

Gejala Klinis :
Durasi dari kebotakan dapat berkisar antara minggu sampai bulan. Bercak AA dapat
stabil dan sering menunjukkan pertumbuhan kembali secara spomtan dalam periode
beberapa bulan; bercak AA baru dapat timbul di saat bercak yang lain mulai hilang.
Bercak AA ini dapat soliter maupun multiple. Individu biasanya khawatir dengan
kebotakan dan dapat berlanjut. AA dapat disertai dengan autoimun tiroiditis, sindrom
Down.
Kulit kepala biasanya normal, mungkin juga dapat ditemukan sedikit eritema pada
daerah kebotakan.
Pada rambut ditemukan bercak kebotakan berbentuk bulat, dapat soliter dapat juga
multiple. Bercak-bercak yang multiple dapat saling tumpang tindih. Pada kulit kepala
masih tampak orifisium dari folikel rambut. Tampak rambut berbentuk tanda seru
(exclamation mark hair) yaitu rambut dengan bagian distal lebih lebar dibandingkan
dengan rambut bagian proksimal, terlihat pada batak bercak kebotakan. AA yang
difus dapat sulit dibedakan dengan kebotakan berpola, effluvium telogen, dan
kebotakan yang dikarenakan penyakit tiroid. Rambut yang tumbuh kembali biasanya
tipis, dan sering berwarna putih atau abu-abu.
2

Tempat yang paling sering terkena adalah kulit kepala, tetapi AA dapat muncul pada
semua tempat yang berambut (janggut, alis, bulu mata, maupun pubis). AA dibagi
menjadi:
- Alopecia Areata (AA): area kebotakan soliter maupun multiple
- AA totalis (AAT): kebotakan total dari rambut terminal di kepala
- AA universalis (AAU): kebotakan total dari semua rambut terminal di tubuh dan
kepala.
- Ophiasis: kebotakan berbentuk seperti pita pada perifer kulit kepala.
Lekukan pada bagian distal kuku (hammered brass) dapat terlhat pada pasien dengan
AA.
Remisi spontan dapat terjadi pada AA, namun jarang terjadi pada AAT atau AAU.
2

Effluvium Telogen.
Effluvium telogen (ET) adalah peningkatan kerontokan rambut normal sementara dari
folikel rambut kepala. ET mengakibatkan peningkatan jumlah rambut yang rontok per
hari dan apabila parah dapat menimbulkan penipisan rambut kepala secara difus.
2

Gejala Klinis:
Pasien datang dengan keluhan bertambahnya jumlah rambut yang rontok dan dapat
disertai dengan penipisan rambut pada berbagai derajat. Kebanyakan individu
khawatir dan takut menjadi botak.
Pada kulit kepala tidak ditemukan adanya kelainan. Kerontokan pada rambut bersifat
difus, dan penarikan rambut secara perlahan dapat mencabut beberapa helai rambut.
Apabila kerontokan rambut sangat parah sampai dapat mengakibatkan penipisan
rambut, maka penipisan terjadi secara merata.
Stimulus yang menyebabkan ET juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari kuku,
menghasilkan garis Beau.
2

Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, tes penarikan rambut, dan biopsy bila
memungkinkan untuk menyingkirkan penyebab-penyebab lainnya.
2

Effluvium Anagen (EA).
Effluvium anagen (EA) adalah kerontokan rambut yang disebabkan oleh radiasi
ataupun chemoterapi.
Gejala Klinis :
Bagian kulit lain tampak normal. Kebotakan rambut kepala tampak merata dan
ekstensif. Kebotakan juga terjadi di alis mata, janggut, rambut tubuh. Rambut dapat
tumbuh kembali apabil chemotherapy dan radiasi dihentikan. Pertumbuhan rambut
kembali ini tergantung dari jenis obat dan dosis yang digunakan; dapat menghasilkan
kerusakan folikel rambut sehinggan kebotakan menjadi irreversible.
2


ALOPESIA SIKATRIKAL
Alopesia sikatrikal primer timbul akibat kerusakan pada stem sel folikel rambut oleh
karena:
- Imflamasi (biasanya noninfeksius)
- Infeksi: contoh: kerion tinea kapitis, necrotizing herpes zoster.
- Proses patologi lainnya: bekas operasi, neoplasma primer maupun metastasis.
Manifestasinya berupa penddataran dari folikel rambut dengan distribusi fokal
ataupun merata, biasanya di kulit kepala atau di daerah janggut. Hasil akhirnya adalah
penggantian orifisium dari folikel rambut dengan jaringan fibrosa. Bekas luka (scar)
bersifat irreversible, dan terapi tidaklah efektif.
2




Chronic Cutaneous (Discoid) Lupus Erythematosus (CCLE)
CCLE dapatmuncul tanpa manifestasi atau serologi lain dari lupus erythematosus
(LE). Gejala klinisnya berupa plak eritematous, dapat bervariasi dalam jumlah, dan
dapat berkonfluensi. Tampak atrofi pada pasien lanjut usia. Sedangkan pada pasien
LE tampak kulit kepala eritematous difus dengan penipisan rambut. Pada
dermatopathology sama dengan LE.
2


Lichen Planopilaris (LPP)
LPP dapat timbul tanpa atau bersama dengan lichen planus (LP) di kulit ataupun
mukosa. Paling sering mengenai wanita usia pertengahan. Manifestasi pada kulit
kepala berupa eritema perifolikuler dengan atau tanpa hyperkeratosis. Terjadi
perubahan warna keunguan pada kulit kepala. Scarring timbul akibat inflamasi yang
berkelanjutan. Pada beberapa kasus, tidak ditemukan inflamasi folikuler dan skuama,
hanya ditemukan daerah dengan alopesia sikatrikal, yang disebut sebagai tapak kaki
di salju, atau pseudopelade. Distribusi tersering adalah di kulit kepala bagian parietal;
namun juga dapat menyerang bagian lain yang berambut seperti axilla. Gejala klinis
lainnya adalah nyeri di bagian kulit kepala. Variasinya berupa
- Sindrom Graham-like: lesi mirip LP ditambah dengan lesi keratosis folikularis di
daerah alopesia.
- Frontal fibrosing alopecia: terjadi kemunduran batas rambut di daerah
frontotemporal dan kebotakan pada alis pada wanita postmenopause dengan
eritema folikuler.
- Perifollicular erythema dan folicullar keratosis: alopesia sikatrikal progresif yang
terbatas pada daerah dengan kebotakan berpola (pattern hair loss).
2


Pseudopelade Brocq
Merupakan stage terakhir dari semua alopesia sikatrikal noninflamasi dan beberapa
kelainan inflamasi. Pelade adalah istilah yang digunakan untuk alopesia areata.
Pseudopelade mengisyaratkan bahwa kelainan yang ditemukan mirip dengan AA.
Gambaran lesi pada awalnya samar, licin, berwarna kulit atau pink, berbentuk
irregular tanpa adanya hyperkeratosis folikuler atau inflamasi perifolikel.
Dermatopathologynya mirip dengan LPP.
2


Central Centrifugal Scarring Alopecia (CCSA)
Biasanya terjadi pada wanita berkulit hitam. Hubungan CCSA dengan penggunaan
bahan kimia, pemanasan rambut, atau tekanan kronik pada rambut masih belum jelas,
tetapi sebaiknya dihindarkan. CCSA merupakan alopesia progresif lambat yang
dimulai dari vertex dan berkembang secara sentrifugal. Pada dermatopathologynya
ditemukan deskuamasi premature dari selubung akar dalam yang akan menyebar ke
selubung akar luar rambut, infiltrate mononuclear terutama pada bagian isthmus, dan
kehilangan epitel folikuler dan digantikan oleh jaringan ikat.
2


Alopecia Mucinosa (Follicular Mucinosis)
Alopesia musinosa berupa alopesia dengan lesi eritematous (papul, plak, atau
skuama), timbul terutama pada kulit kepala dan/atau wajah. Dermatopathologynya
tampak musin yang berlebih, infiltrasi lymphohistiocytic perifolicullar tanpa fibrosis
lamellar.
2


Folliculitis Decalvans
Folicullitis decalvans ditandai dengan folikulitis pustule yang berujung kebotakan.
Rambut yang tersisa berkumpul, berasal dari satu orifisium folikel. Sering terjadi
infeksi dari S. aureus. Entah S. aureus merupakan penyebab atau merupakan infeksi
sekunder masih belum jelas. Dermatopathologynya tampak acute supurative
folliculitis.
2


Dissecting Folliculitis
Dissectisng folliculitis paling sering terjadi pada laki-laki berkulit hitam. Pada
awalnya terdapat nodul-nodul inflamasi, terutama pada daerah occiput, yang
berkembang ke daerah lain. Dermatopathologynya berupa penyumbatan folikel atau
suppurative follicular/perifollicular abscess dengan infiltrate campuran sel-sel
inflamasi. Pada tahap lanjut dapat terbentuk granulasi, dan terbentuk scarring.
2


Folliculitis Keloidalis Nuchae
Folliculitis keloidalis nuchae paling sering terjadi pada pria kulit hitam. Biasanya
muncul pada kulit kepala bagian occipital dan bagian belakang leher, dimulai dengan
erupsi popular kronik atau erupsi pustular. Dapat berbentuk hanya papul-papul
fibrotic kecil sampai keloid hipertrofi.
2


Pseudofolliculitis Barbae
Penyakit ini biasanya terjadi pada pria berkulit hitam yang bercukur. Psudofulliculitis
Barbae behubungan dengan folikel rambut yang melengkung. Rambut yang tercukur
beretraksi ke dalam, tumbuh, dan menembus dinding folikel (tipe transfollicular) atau
menembus kulit sekitarnya (tipe extrafollicular) yang mengakibatkan reaksi benda
asing.
2


Acne Necrotica
Acne Necrotica berupa papul dengan dasar folikel eritematous yang gatal atau nyeri
dengan nekrosis di tengahnya, berkrusta, dan sesudah sembuh tampak bekas luka
yang mencekung ke bawah. Lesi biasanya mucul pada kulit kepala anterior, dahi,
hidung, dan kadang-kadang badan. Dermatopatholgynya berbentuk lymphocytic
necrotizing folliculitis.
2


Erosive Pustular Dermatosis dari kulit kepala
Penyakit ini biasanya menyerang orang tua, terutama wanita, walaupun dilaporkan
ada juga kasus yang menyerang anak-anak. Manifestasinya berupa plak-plak krusta
basah di kulit kepala di atas erosi eksudatif dan pustule, yang berakibat pada alopesia
sikatrikal. Dapat diakibatkan oleh trauma pada awalnya.
2

6. Pemeriksaan Laboratorium.
Trichogram. Untuk menentukan jumlah rambut anagen dan telogen dan dibuat
dengan menarik 50 helai rambut atau lebih dari kulit kepala dengan menggunakan
neddleholder dan menghitung jumlah rambut
- Anagen: rambut yang sedang tumbuh dengan selubung rambut yang
panjang
- Telogen: rambut pada fase istirahat dengan selubung dalam rambut dan
memiliki bagian terbesar di bagian akarnya
Normalnya, sekitar 80-90% rambut berada dalam fase anagen.
2

Dermatopathology. Digunakan untuk melihat jaringan kulit dan adneksanya baik
yang normal maupun yang abnormal pada level mikroskopik. Dermatopathology
sering dilakukan untuk menentukan diagosis pasti dari berbegai macam penyakit
kulit.
Pemeriksaan hormone. Pada wanita dengan kebotakan dan bukti peningkatan
androgen (menstruasi ireguler, infertilitas, hiesutism, jerawat kistik yang parah,
virilisasi), tentukan kadar testosterone (total dan bebas), dehydroepiandrosterone
(DHEA) dan prolaktin.
2
Normalnya kadar testosterone pada laki-laki adalah 300-
1.000 ng/dL, sedangkan pada wanita sekitar 15-70 ng/dL.
Pemeriksaan lain. Penyebab lain penipisan rambut yang dapat diobati harus
disingkirkan dengan pemeriksaan TSH, T4, kadar besi serum, kadar feritin serum,
dan/atau TIBC, darah rutin, RPR, dan ANA.
- ANA. Dilakukan untuk menyingkirkan SLE
- Rapid Plasma Reagin (RPR) untuk menyingkirkan sifilis sekunder
- TSH dan T4. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit tiroid (hipertiroid
dan hipotiroid).
- Serum Fe, Feritin, dan TIBC. Dilakukan untuk menyingkirkan anemia
sebagai penyebab alopesia.
Preparat KOH. Untuk menyingkirkan tinea kapitis.
Penarikan rambut (hair pull). Dilakukan penarikan pada rambut kulit kepala,
normalnya tiga sampai lima rambut dapat tercabut, lebih dari itu menandakan
adanya patologi.


7. Diagnosis Banding
Alopesian Areata
Kebotakan setempat dengan bentuk bulat atau oval tanpa tanda inflamasi yang
jelas. Paling sering terjadi di kulit kepala.
Gejala Klinis :
Durasi dari kebotakan dapat berkisar antara minggu sampai bulan. Bercak AA
dapat stabil dan sering menunjukkan pertumbuhan kembali secara spomtan dalam
periode beberapa bulan; bercak AA baru dapat timbul di saat bercak yang lain mulai
hilang. Bercak AA ini dapat soliter maupun multiple. Individu biasanya khawatir
dengan kebotakan dan dapat berlanjut. AA dapat disertai dengan autoimun tiroiditis,
sindrom Down.
Kulit kepala biasanya normal, mungkin juga dapat ditemukan sedikit eritema
pada daerah kebotakan. Pada rambut ditemukan bercak kebotakan berbentuk bulat,
dapat soliter dapat juga multiple. Bercak-bercak yang multiple dapat saling tumpang
tindih. Pada kulit kepala masih tampak orifisium dari folikel rambut. Tampak rambut
berbentuk tanda seru (exclamation mark hair) yaitu rambut dengan bagian distal lebih
lebar dibandingkan dengan rambut bagian proksimal, terlihat pada batak bercak
kebotakan. AA yang difus dapat sulit dibedakan dengan kebotakan berpola, effluvium
telogen, dan kebotakan yang dikarenakan penyakit tiroid. Rambut yang tumbuh
kembali biasanya tipis, dan sering berwarna putih atau abu-abu.

Tinea Kapitis
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang
disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton. Sinonim : Ringworm of the
scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans.


Grey patch ringworm.

Gambar 5. Grey patch ringworm
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh
genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak anak. Penyakit mulai dengan
papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak
yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna
rambut menjadi abu abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas
dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut
di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia
setempat.
4,6

Tempat tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat
dalam klinik tidak menunjukkan batas batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada
rambut yang sakit melampaui batas batas grey tersebut. Pada kasus kasus tanpa
keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis (
RIPPON, 1974 ). Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii
biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali sekali dapat terbentuk
kerion.
5,6





Telogen Effluvium

Gambar 8. Telogen effluvium

Telogen effluvium adalah bentuk alopesia yang ditandai dengan kerontokan
rambut secara difus yang dapat terjadi secara akut maupun kronis. Kondisi ini
mengenai 35-50% rambut dan menyebabkan 300 rambut telogen rontok tiap harinya.
Telogen effluvium dapat disebabkan oleh proses metabolik, stress hormonal atau
karena obat. Secara umum, kondisi ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 6 bulan.
Tanda dan gejala Telogen Effluvium yang mungkin timbul:
Kerontokan rambut pada kulit kepala yang tiba-tiba
Penipisan rambut
Rasa sakit pada kulit kepala
Gejala dari telogen effluvium akut mapupun kronis adalah kerotokan rambut
yang lebih banyak dari biasanya. Pasien biasa mengeluh rambut nya rontok dengan
cepat dan banyak selain itu pasien juga biasa mengeluh rambut yang masih ada
semakin menipis.
Telogen effluvium akut adalah kerontokan rambut yang terjadi kurang dari 6
bulan. Pasien datang dengan keluhan tiba tiba kehilangan banyak rambut dalam waktu
yang cepat. Dari anamnesis didapatkan stress metabolik maupun sres fisiologis 1-6
bulan sebelum keluhan rambut rontok muncul. Stress fisiologis yang dapat memicu
trejadi nya telogen effluvium antara lain sakit demam, luka berat, perubahan pada
diet, hamil dan persalinan, penggunaan obat baru, imunisasi. Dermatitis seboroik,
psoriasis dan penyakit papulosquamous lain pada kulit kepala dapat menyebakan
telogen effluvium.
Telogen effluvium kronis adalah kerontokan rambut yang terjadi lebih dari 6
bulan. Dengan onset yang pelan pelan sehingga sulit diketahui kapan mulainya
muncul gejala. Karena kerontokan rambut yang terjadi lama biasa nya pasien
mengeluh rambut menipis , berkurang ketebalannya dan umur rambut nya memendek.

Tricotilomania


Gambar 9. Kepala pasien Tricotilomania

Rambut merupakan suatu struktur solid yang terdiri atas sel yang memiliki
keratinisasi padat, berasal dari folikel epidermal yang tumbuh ke dalam dermis.
Salah satu dari bentuk kelainan rambut adalah alopesia, yakni hilangnya rambut dari
kulit.
1,2

Trichotillomania (trichotillosis) adalah suatu bentuk alopesia neurosis yang
ditandai oleh dorongan abnormal untuk mencabut rambut. Bagian yang terlibat
umumnya regio frontal kulit kepala, alis, bulu mata, dan jenggot. Area rambut yang
hilang bisa berbentuk linier ataupun berupa bentuk yang aneh. Prevalensinya
berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-rata 10 sampai 13 tahun. Penyakit
ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa dan
anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak laki-laki. Penyakit ini biasanya
dilatarbelakangi oleh stres psikososial baik dalam keluarga maupun
lingkungannya.
3,5


Gejala Trikotilomania :
Orang dengan trikotilomania biasanya senang menarik-narik rambutnya, tetapi tidak
menggunakan jari melainkan alat seperti pinset, kuas dan sisir. Perilaku mereka ini
menyebabkan kebotakan di kepala atau area lain dari tubuhnya. Alis atau bulu mata
mereka juga terlihat jarang atau tidak ada sama sekali. Selain itu, pada kasus
tertentu ada yang menjadi senang memainkan rambut dan mengunyah rambut
sambil menggosok-gosokkan rambut ke bibir atau wajahnya.
Pada rambut penderita trikotilomania, kita bisa menemukan helai-helai rambut lama
yang rusak dengan ujung tumpul dan pertumbuhan-pertumbuhan rambut baru
dengan ujung runcing. Helai-helai rambut terlihat patah atau sangat tidak rata
(biasanya di poros kepala). Individu dengan trikotilomania juga biasanya merasa
kelainan mereka ini memalukan sehingga sangat privat dan cenderung menutup-
nutupi hal ini. Inilah yang menyebabkan orang-orang dengan trikotilomania
menggunakan topi, bulu mata palsu, pensil alis, juga rambut palsu untuk
mengurangi perhatian pada bagian tubuh mereka yang mengalami kebotakan.

8. Penatalaksanaan
Rambut rontok atau alopecia merupaka penyakit yang tidak mengancam jiwa dan
lebih bersifat kosmetik sehingga kebanyak penderita tidak mencari solusi atau berobat
untuk penyakit ini. Terdapat berbagai macam terapi yang efektif untuk mengurangi atau
menghentikan masalah rambut rontok atau alopecia. Terapi alopecia hingga kini hanya
menstimulasi separa pertumbuhan rambut dan terapi untuk pertumbuhan penuh masih
belum ditemukan hingga saat ini. Alopecia bersifat progresif tanpa terapi dengan derajat
progesif yang bervariasi
.1

Non Medika Mentosa
Camouflage dan Rambut Palsu (Wig)
Bagi Alopecia sedang, dianjurkan terapi Camouflage yaitu dengan cara
mewarnakan kulit epala dengan warna yang sama dengan rambut atau meletakkan fiber
kecil ke bagian yang rontok yang melekat dengan cara elektrostatik pada kulit kepala.
Selain itu, penatalaksanaan alopecia sedang yang murah adalah dengan penggunaan Wig
(rambut palsu). Terdapat 2 macam wig yaitu yang diperbuat dari fiber sintetik atau natural
yang diperbuat dari rambut asli. Wig yang natural tampak lebih asli dan mudah dirawat
namun lebih mahal berbanding fiber sintetik.
7
Medika Mentosa
Obat yang digunakan untuk terapi alopecia antaranya adalah Finasteride oral,
Minoxidil topikal dan Antiandrogens. Terapi alopecia pada wanita adalah pemberial oral
antiandrogen, topikal minoxidil atau kombinasi keduanya. Pemberian antiandrogen tidak
dianjurkan pada laki-laki dan bersifat teratigen sehingga tidak dianjurkan juga pada
wanita hamil.
Finasteride
Peningkatan dehydrotestosteron(DHT) atau folikel rambut yang kecil antara
penyebab alopecia dan ini dapat dicegah dengan pemberian Finasteride secara oral
dengan dosis 1mg/hari. Cara kerja Finasteride adalah menginhibisi enzim 5-reduktase
tipe II yang mana enzim ini ditemukan banyak di folikel rambut.
8
Finasterid tidak
dianjurkan untuk wanita hamil karena bersifat teratogenik. Kesannya biasanya sudah
terlihat setelah 3 bulan pemakaian dengan berkurangnya rambut yang rontok, setelah 6
bulan akan terjadi proses pertumbuhan semula terminal hair. Jika obat diberhentikan,
rambut yang baru tumbuh itu akan jatuh lagi dalam waktu 12 bulan sehingga Finasterid
harus di makan berterusan untuk hasil yang baik. Ada di laporkan 2% pasien laki-laki
yang mengambil Finasteride mengalami gangguan ereksi dan libido berkurang namun
bersifat reversibile apabila obat diberhentikan.
9

Minoxidil
Minoxidil adalah obat topikal yang meningkatkan size folikuler,menebalkan hair
shaft dan menstimulasi dan perpanjang fase anagen rambut dan ini membantu
mengurangkan rmabut rontok dan membantu pertumbuhan rambut baru. Minoxidil dapat
digunakan pada laki-laki dan perempuan dan sama seperti Finasteride, Minoxidil harus
digunakan berterusan dan jika berhenti, rambut yang tumbuh dengan bantuan obat ini
akan rontok. Minoxidil ada dalam dua sediaan yaitu Minoxidil 2% solution dan Minoxidil
5% solution. Penggunaan obat topikal ini harus berhati-hati karena ditakutkan terjadinya
dermatitis kontak iritan maupun allergi atau pertumbuhan rambut ditempat-tempat lain
sehingga harus diedukasikan ke pasien untuk mencuci tangan setelah menggunakan obat
ini.
9
Antiandrogens
Antiandrogen hanya dianjurkan untuk pasien wanita, antara yang digunakan
adalah cyproterone acetate, spironolactone dan flutamide.
Spironolakton adalah steroid sintetik dan secara struktur berhubung dengan
aldosteron yang menghambat kompetitif pada reseptor androgen. Dosis anjuran adalah
100-300mg/hari. Efek samping dari obati ni adalah gangguan menstruasi, perdarahan post
menopausal dan pembesaran payudara. Spironolaktone tidak dianjurkan pemberian pada
wanita hamil.
7

Cyproteron asetat adalah androgen receptor bloker dan mempunyai efek
antigonadotrophic. Dosis anjuran tidak ada yang pasti namun biasanya diberikan 50-
100mg/hari untuk 10 hari pertama siklus mentruasi. Bagi pasien yang sudah menopause
dapat digunakan berterusan dan dapat digabungkan dengan estrogen. Efek sampingnya
merupakan peningkatan berat badan, berkurangnya libido, depresi dan nausea.
7

Flutamide adala non-steroid antiandrogen yang bekerja menginhibit uptake
androgen dengan menghambat binding site androgen pada jaringan. Terdapat studi
membuktikan penggunaan Flutamide lebih superior dari cyproterone acetate dan
finasteride pada androgenic alopecia, namun efeknya yang hepatotoxic menhalang
penggunaan luas obat ini.
7

Terapi Bedah
Prinsip terapi bedah pada alopecia adalah redistribusi folikel rambut dari bagian
berambut ke bagian yang tidak berambut pada kulit kepala. Redistribusi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tehnik autograf atau flaps atau gabungan keduanya.
Tehnik implantasi fiber artifisial tidak dianjurkan malah tidak diterima pada setengah
negara karena resiko infeksi dan reaksi benda asing. 1Selain tehnik graf ini, terapi bedah
yang lain adalah Hair Transplantation yang semakin berkembang sekarang dengan cara
mengambil folikel rambut pada bagian yang kurang peka terhadap androgen seperti
perifer occipital dan bagian parietal yang berambut dan di transplant kan ke bagian yang
tidak berambut.
8

Alopecia Arata biasanya di biarkan tanpa sebarang terapi karena remisi spontan
penyakit ini berlaku pada 80% penderita dalam jangka waktu yang singkat yaitu 1 tahun.
Terapi lain dengan obatan gagal pada pasien alopecia arata sehingga penderita
kebanyakan memilih untuk tidak di terapi dengan obatan atau bedah tapi lebih memilih
terapi non-medika mentosa yaitu dengan pemakaian wig.
10
Selain itu, terdapat berbagai obatan diluar yang dapat memberikan efek alopecia
pada penderita sehingga obat ini dapat dielakan penggunaanya. Obat yang dapat
memberikan efek alopecia ada seperti di Tabel 4.














Tabel 4. Obat-obat yang dapat menyebabkan alopesia
9. Pencegahan
Menghindari penggunaan bahan kimia pada rambut
Menghindari pemanasan rambut
Menjaga kebersihan rambut
Teratur menggunakan shampo
Hindari stress
Hindari kebiasaan mencabut-cabut rambut

10. Prognosis
Prognosis alopecia secara garis besarnya adalah baik karena tidak tidak
mengancam jiwa namun berbeda mengikut tipe alopecia. Alopecia areata prognosisnya
kurang baik jika awitannya pada usia dini dan biasanya ditandai dengan timbul penyakit
atopik lain juga. Prognosis pada kelainan alopecia bawaan sangat bervariasi dan tidak
dapat dijangka dan berbeda pada tiap penderita. Pada lichen planus, jika ditemukan lesi
berbentuk bulla atau planopilaris biasanya penderita akan mengalami alopecia permanent.


























DAFTAR PUSTAKA
1. Lily. Soepardiman. Kelainan rambut. Dalam : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta; FKUI. h.301-308. 2009.
2. Wolff,K., Johnson,R.A. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill Company, 2009.
3. Putra Imam Budi. Alopesia Areata. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2008.
4. Buxton, P.K. Abc of dermatology. 4th ed. London: BMJ Publishing Group,
2003.p.51.
5. James,W.D., Berger,T.G., Elston,D.M., editors. Andrews Disease of The Skin
Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: WB Saunders Company, 2006.
6. Wan C. Trichotillomania. Chonbuk National University. Korea. 2009. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/117365 .Access : Aug 31, 2009
7. Chamberlain SR, Odlaug BL, Boulougouris V, Fineberg NA, Grant
JE. Trichotillomania: neurobiology and treatment. Neurosci Biobehav Rev. Jun 2009;
33(6):831-42.
8. Tony B, Stephen B, Neil C, Christopher G, Rooks Textbook of Dermatology 8th ed,
Wiley-Blackwell; 2010 ; chapter 66.
9. Klaus F, Richard A.J, Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology
6th ed, McGraw Hill, 2009; hal 970.
10. Laurence B, Keith P, Donald B, Iain B, Gooman & Gilmans, Manual of
Pharmacology and Therapeutic, Mc Graw Hill, 2008 ; hal. 1093-94
11. A.G Messenger, J.McKillp et all, British Association of Dermatologist Guidelines for
the management of alopecia 2012, British Journal of Dermatology, Department of
Dermatology, Royal Hallamshire Hospital, Sheffield s10JF,UK, 2012.
12. Rebora, A. Pathogenesis of Androgenetic Alopecia. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 15097964, University of Genoa Italy, 2004
May; 50(5):777-9.
13. Burns,T. Rooks Textbook of Dermatology, 7 th edition. Chapter 56. London:
Blackwell Publishing. 2008.

You might also like