You are on page 1of 14

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA)
a. Pengertian
1) Kontrasepsi
Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara
untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat
atau obat-obatan. Keluarga Berencana adalah suatu usaha
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).
2) Kontrasepsi Suntikan DMPA (Depo Medroksi Progresteron
Asetat)
Adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang hanya hormon
progesteron di suntikkan secara intra muskuler ke dalam tubuh
wanita secara (periodik) setiap 3 bulan sekali (Syarifudin, 2006).
b. Keuntungan dan Kerugian
1) Keuntungan
a) Sangat efektif dengan angka kegagalan 0,7 % dan efektifitas
99,6%.
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang, karena ovulasi tidak
akan terjadi setelah 14 minggu penyuntikan.
7
8
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami - istri.
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
f) Sedikit efek samping.
g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
menopause.
i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
j) Menurunkan kejadian penyakit ilmiah payudara.
k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
2) Kerugian
a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
(1) Siklus haid yang memendek dan memanjang.
(2) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
(3) Perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak
(spotting).
(4) Tidak haid sarna sckali (aminorhea ).
b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan).
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
9
d) Permasalahan berat badan merupakan efek-samping suntikan
berikut.
e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan Infeksi
menular seksual, Hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan kelainan pada organ genetalia, melainkan karena
belum habisnya pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan.
h) Terjadi perubahan lipid serum pada penggunaan jangka
panjang.
i) Pada penggunanan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
j) Pada penggunanan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
dan dapat menimbulkan sakit kepala, nervousitas dan jerawat.
(Syaifudin, 2006)
c. Mekanisme Kerja
1) Mencegah Ovulasi
Kadar FSH dan LH menurunkan dan tidak terjadi sentakan LH
(LH surger). Respon kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-
releas-ing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi
kesan proses terjadi hipotalamus dikelenjar hypophyse. Ini berbeda
10
dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek
langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi
suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endrometrium menjadi dangkal dan
astrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma
menjadi oedematous. Dengan pemakai jangka lama, endrometrium
bisa menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan
atau hanya didapatkan sedikit jaringan bila dilakukan biopsi.
Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi
normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.
2) Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
3) Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi.
4) Menghambat tranfortasi gamet oleh tuba
5) Membuat endrometrium menjadi kurang baik atau layak untuk
implantasi dari ovum yang telah dibuhai.
( Syarifudin, 2006)
d. Efek Samping / Komplikasi
1) Gangguan siklus haid / menstruasi.
Misalnya : haid yang tidak teratur, perdarahan bercak spooting
antar masa haid dan kadang kala amenore.
2) Perubahan berat badan
Kenaikan berat badan (biasanya tidak lebih dari 1 - 2 kg).
11
3) Jerawat
Ada riwayat sebelum atau sesudah KB.
4) Rambut rontok
Hal semacam ini tidak berbahaya, tak perlu dihentikan.
5) Depresi Faktor-faktor yang berpengaruh pada keluarga, misalnya :
kuangan atau sosial. Yang dapat menyebabkan nyeri kepala /
migrain sakit kepala lebih sedikit, dan adanya gangguan
penglihatan.
6) Mual dan muntah
Pastikan tidak terdapat hamil. Hal ini biasa dan akan hilang dengan
sendirinya dalam waktu dekat.
(DinKes Prop. Jateng, 2004)
e. Indikasi
1) Perempuan usia reproduksi.
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3) Perempuan yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan
memiliki efektifitas tinggi.
4) Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Perempuan setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Perempuan setelah abortus atau keguguran.
7) Perempuan yang telah banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi.
12
8) Perempuan perokok.
9) Perempuan yang tidak dapat memakai kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
10) Perempuan yang tekanan darah < 180 sampai 110 mmHg dengan
masalah gangguan pembekuan darah atau perempuan dengan
anemia bulan sabit.
11) Perempuan yang menggunakan obat untuk epilepsi (fenitorin dan
barbiturate) atau obat tuberculosis (rifampisin).
12) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
13) Perempuan yang anemia defisiensi besi.
14) Perempuan mendekati usia menapouse yang tidak mau atau tidak
boleh menggunakan pil kontrasepsi kembali ( Syaifudin, 2004).
f. Kontra Indikasi
1) Kehamilan atau dicurigai hamil.
2) Karsinoma payudara.
3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4) Perubahan abnormal uterus.
5) Karsinoma traktus genetalia.
6) Diabetes mellitus dengan komplikasi.
(Syarifudin, 2003)
13
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat perilaku pelayana kesehatan
Gambaran umum faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perilaku
pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
a. Definisi perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar
Notoatmodjo (2005). Sedangkan menurut Skinner (1938) dalam
perilaku adalah hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
tanggapan (respon) dari respons.
Perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1) Perubahan alamiah (natural change)
Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan
ekonomi, maka anggota anggota masyarakat didalamnya
mengalami perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi
sebagian orang lain akan lambat menerima atau perubahan
tersebut.
2) Perubahan rencana (planned change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subyek.
14
3) Ketersediaan untuk berubah (readiness to change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program program
pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi
adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi.
Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2003) menjelaskan bahwa
perilaku pelayanan kesehatan itu dilatar belakangi atau dipengaruhi
oleh 3 faktor pokok yaitu :
1) Faktor Predisposisi (predisposis factor)
Faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi, nilai, umur, pendidikan dan paritas.
2) Faktor Pendukung (enabling factor)
Faktor pendukung yang meliputi ketersediaan sumber atau fasilitas.
3) Faktor Penguat (reinforcing factor)
Sikap dan pelayanan tenaga kesehatan, dukungan suami dan
perilaku tokoh masyarakat.
b. Karakteristik, dukungan suami dan pelayanan tenaga kesehatan yang
berkaitan dengan penggunaan KB suntik (DMPA) :
1) Umur/ usia
Menurut BKKBN (2004), usia subur adalah dimana seorang
wanita mulai mendapat menstruasi pertama kali artinya adalah
sudah terjadi ovulasi sampai dengan menopouse (tidak dapat
menghasilkan sel telur) umumnya usia subur di Indonesia berkisar
antara 15 49 tahun. Klien yang menjadi akseptor KB sebagian
15
besar berusia muda (umur 16 35 tahun). KB suntik (DMPA)
merupakan alat kontrasepsi yang tepat digunakan pada klien usia
16 35 tahun (Prawirohardjo, 2003).
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon
lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan lebih rendah
atau sedang. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang sangat
berpengaruh juga terhadap peningkatan derajat kesehatan. Oleh
karena sikap masyarakat yang belum terbuka dengan hal hal atau
inovasi baru (Notoatmodjo, 2005).
3) Paritas
Paritas adalah keadaan wanita sehubungan dengan kelahiran anak
yang bisa hidup. KB suntik (DMPA) sangat cocok digunakan pada
pasangan usia subur yang ingin menjarangkan kehamilannya atau
pada pasangan yang sudah mempunyai anak dengan jumlah yang
sesuai dengan keinginan PUS tersebut.
4) Tingkat ekonomi
Pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat
kontrasepsi termasuk salah satu diantaranya KB suntik (DMPA)
dan yang menjadi pertimbangan adalah biaya. Menurut Azwar
dalam Istarti (2000), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh latar
16
belakang ekonomi, bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan
semakin mudah dalam memilih pelayanan kesehatan begitu juga
sebaliknya.
5) Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu
melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
perabaan Notoatmodjo (2003). Untuk menjadi akseptor KB
hendaknya para akseptor mengetahui tentang alat kontrasepsi yang
akan dipakai.
6) Sikap
Sikap merupakan reaksi/ respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus/ obyek (Notoatmodjo, 2003).
7) Nilai nilai budaya
Semua masyarakat menganggap bahwa kesehatan adalah penting.
Tetapi anggapan tersebut tidak menduduki jabatan yang sama
tinggi pada setiap individu dan masyarakat. Hal ini karena
pengaruh nilai nilai yang ada di masyarakat (Herawati, 2001).
8) Pelayanan tenaga kesehatan
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan masyarakat oleh karena itu KB yang bermutu
yang dapat diukur dan dapat ditentukan standar pelayananya dan
dapat tercapai serta menambah frekuensinya meliputi : Kondisi alat
17
atau obat kontrasepsi yaitu ketersediaan alat kontrasepsi dan sarana
prasaranan pelayanan kontrasepsi, Pelayanan dan kompetensi
teknik pelayanan kontrasepsi dan komunikasi, Standar pelayanan
kontrasepsi terdiri dari pemilihan kontrasepsi, informasi yang
diberikan dan interaksi petugas dengan klien, kemampuan teknis,
kesinambungan pelayanan dan rangkaian program dan
pendokumentasian pelayanan (syaifudin, 2006)
9) Dukungan suami
Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang
kekuasaan dalam pengambilan keputusan apakah istri akan
menggunakan kontrasepsi suntik atau tidak. Karena suami
dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dalam rumah tangga
dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin tidak menyetujui
pasangan untuk menjadi akseptor KB suntik karena mereka belum
mengetaui dengan jelas cara kerja berbagai alat kontrasepsi yang
ditawarkan dan suami akan kawatir tentang kesehatan istrinya.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa suami mempunyai pengaruh
besar terhadap penggunaan kontrasepsi yang digunakan oleh
istrinya. Dalam hal ini pendapat suami mengenai KB cukup kuat
pengaruhnya dalam penggunaan metode kontrasepsi untuk istrinya,
khususnya dalam pemilihan kontrasepsi dan menjadi peserta KB
(Effendi, 2003).
18
10) Perilaku tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat merupakan seorang yang tinggal di suatu daerah
dimana orang tersebut sangat dipercaya dan disegani oleh
masyarakat setempat, sehingga sangat berperan dalam keadaan
sosial dan budaya terutama yang berhubungan dengan kesehatan
didaerah tersebut.
19
B. Kerangka Teori
Karakteristik, dukungan suami dan pelayanan tenaga kesehatan pada
akseptor KB suntik (DMPA) :
Gambar. 2.1. Kerangka Teori
(LawrenceGreendalam Notoatmodjo, 2003)
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Nilai nilai budaya
Umur
Pendidikan
Paritas
Faktor pendukung
Ketersediaan sumber daya fasilitas
kesehatan
Faktor penguat :
Perilaku tokoh masyarakat
Dukungan suami
Pelayanan tenaga
kesehatan
Pemilihan alat
kontrasepsi
suntik (DMPA)
20
C. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini,penelitian hanya memilih umur, paritas, pendidikan,
dukungan suami, dan pelayanan tenaga kesehatan sebagai faktor yang
mempengaruhi akseptor memilih KB suntik (DMPA) karena berdasarkan
syarat syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi menurut
Hartanto (2003) dan berdasarkan survey langsung yang menemukan banyak
akseptor datang dengan diantara suami, dimana hal ini merupakan suatu
bentuk dukungan suami terhadap akseptor KB suntik (DMPA).
Gambar. 2.2. Kerangka Konsep
Pemilihan alat
kontrasepsi
suntik (DMPA)
Pendidikan
Paritas
Umur
Dukungan suami
Pelayanan tenaga
kesehatan

You might also like