You are on page 1of 1

Aplikasi terapi latihan pada seorang pasien merupakan suatu proses yang menuntut adanya

pemeriksaan awal terhadap kebutuhan pasien dan pemeriksaan ulang yang konstan terhadap kondisi
pasien apakah terjadi kemajuan yang jelas atau kemunduran. Hal ini juga menuntut suatu pengetahuan
terhadap kondisi yang dialami oleh pasien, tingkat kesembuhan yang potensial dan komplikasi yang
mungkin timbul. Selain itu, terapis harus secara konstan mengingat anatomi dari bagian yang diobati
dan anatomi seluruh tubuh; reaksi fisiologis tubuh terhadap semua latihan dan mengaplikasikan latihan
tertentu pada suatu saat; dan berdasarkan pada prinsip-prinsip mekanik yang berkaitan dengan latihan
dan/atau teknik yang diaplikasikan.

Tujuan dari terapi latihan adalah pencapaian gerak dan fungsi yang bebas dari gejala-gejala atau
problem.
Untuk melakukan terapi latihan yang efektif terhadap pasien, terapis harus tahu prinsip-prinsip dasar
dan efek-efek latihan terhadap sistem muskuloskeletal, neuromuskular, kardiovaskular dan respirasi.
Selain itu, terapis harus mampu melakukan evaluasi fungsional terhadap pasien dan harus tahu adanya
saling keterkaitan antara anatomi dan kinesiologi dari bagian tubuh yang diterapi, serta memiliki
pemahaman tentang kondisi injury, penyakit atau prosedur bedah dan tingkat kesembuhan yang
potensial, komplikasi, hal-hal yang perlu diperhatikan dan kontraindikasi.

Terapi latihan juga dipengaruhi oleh reaksi psikologis dimana pasien mungkin atau tidak mungkin ingin
memperoleh hasil yang lebih baik. Jika seorang pasien menginginkan perbaikan maka dia akan selalu
mempersilahkan terapis dan sangat banyak melakukan latihan. Jika dia tidak menginginkan perbaikan
mungkin disebabkan karena dia merasa takut atau khawatir. Dia mungkin merasa nyeri dan takut jika
terjadi nyeri yang lebih berat, takut akan penyakitnya atau kecelakaan yang terulang lagi, atau mungkin
memiliki penyakit takut terhadap seluruh pengobatan medis dan rumah sakit.

Ada beberapa peran penting yang harus diikuti oleh terapis. Pertama, setiap pasien harus dikenal
namanya dan diberi salam pada setiap sesi pengobatan. Kedua, rasa takut akan nyeri yang lebih hebat
dapat diatasi dengan latihan teknik fasilitasi dan inhibisi. Dengan cara ini pasien tidak hanya mau
diperiksa kembali tetapi kemungkinan akan berkurang nyeri akibat fasilitasi dan inhibisi. Hal ini karena
dia mengalami relaksasi pada bagian yang nyeri hebat dengan protektif spasme dan juga terasa
berkurang rasa tidak enak.

Ketiga, aktivitasnya harus selalu dimanfaatkan untuk mencapai tujuan akhir. Aktivitas merupakan suatu
tujuan akhir agar pasien dapat bekerja kembali dan melakukan aktivitas kegiatan sehari. Yang paling
penting adalah tujuan awal tercapai sehingga pasien akan percaya diri terhadap terapis yang
mengobatinya.

You might also like