Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
KELAS XI IA 7
SMA NEGERI 1 PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2008/2009
2
BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban manusia semakin maju. Hal itu dapat kita lihat pada semua
sektor kehidupan. Fleksibilitas juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang semakin banyak. Salah satu jawaban yang mampu untuk
menjawab kebutuhan manusia yang ada adalah Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah teknologi yang
erat kaitannya dengan barang-barang elektronika.
Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah tumpuan utama dalam
menghadapi era globalisasi. Semua urusan dapat dengan mudah dan cepat
diselesaikan dengan adanya TIK. Teknologi Informasi dan Komunikasi
merupakan suatu hal yang amat penting bagi negara-negara yang ada di
dunia, khususnya negara-negara maju. Semua negara maju bersaing untuk
mengembangkan dan berinovasi terus menerus dalam bidang TIK.
Indonesia sebagai negara berkembang sementara ini belum mampu bersaing
dengan negara-negara maju di dunia dalam hal TIK, akan tetapi setidaknya
Indonesia telah menggunakan TIK.
Indonesia saat ini telah mulai mengembangkan Kegiatan Belajar
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Secara ringkas hal itu dapat
diartikan bahwa semua kegiatan belajar didasarkan pada teknologi informasi
dan komunikasi, atau dengan kata lain dalam belajar kita diharapkan mampu
menggunakan TIK secara maksimal untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar. Konsekuensi dari hal tersebut adalah diikutsertakannya TIK
sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan ditingkat SMP dan SMA,
bahkan ditingkat SD. Dengan adanya mapel TIK pada setiap jenjang
pendidikan, diharapkan semua siswa mampu menguasai paling tidak tingkat
dasar dari TIK itu sendiri. Guru sebagai pembimbing juga harus menguasai
TIK dengan lebih baik. Apabila semua komponen yang ada dalam system
pendidikan saling bekerja sama dengan solid bukan tidak mungkin suatu
saat Indonesia akan menjadi negara maju dalam hal TIK.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK
ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke
penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas
ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5)
3
dari waktu siklus ke waktu nyata. Dari kutipan pendapat tadi, jelas
tergambar bahwa apabila pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi benar-benar terwujud maka proses belajar mengajar tidak lagi
dibatasi oleh ruang dan waktu. Kapan saja dan dimana saja kita dapat
belajar. Banyak media yang telah tersedia untuk mewujudkan pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan kominikasi, antara lain : komputer, laptop,
LCD, hotspot area, internet, dll. Tinggal pandai-pandainya kita
memanfaatkan semua perangkat TIK yang ada.
4
mereka adalah orang-orang bernasib mujur yang berekonomi tinggi dan
berpendidikan tinggi. Tentu saja ini akan menyebabkan kesenjangan sosial
di antara masyarakat jika dibiarkan terlalu lama.
Masalah utama akhirnya jatuh pada generasi muda. Generasi muda
adalah penerima tongkat estafet dalam usaha untuk memajukan negara.
Sudah barang tentu mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi era
globalisasi. Jika tidak, bangsa ini akan selalu terpuruk dan hanya menjadi
negara konsumen, bukan sebagai produsen.
5
BAB II
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
6
7. Tersedianya fasilitas direktori alumni dan sekolah,
8. Tersedianya fasilitas kerjasama,
9. Memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-
Learning),
10. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi,
11. Menciptakan generasi penerus yang unggul dalam bidang TIK.
A. SEKOLAH
Banyak sekolah sudah mulai menampilkan fasilitas TIK sebagai nilai
jual. Hal-hal pendukung yang diperlukan untuk terwujudnya KBM
berbasis TIK yaitu:
B. GURU
Guru kelas sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan siswa
mempunyai peran penting dalam pengintegrasian TIK. Guru kelas bisa
7
menjadi contoh langsung atau role model bagi penggunaan perangkat
TIK di sekolah. Inisiatif guru kelas untuk sering-sering berkonsultasi
dengan guru TIK juga diperlukan. Dengan demikian guru TIK bisa
membantu mewujudkan apa keinginan dari guru kelas dalam kaitannya
dengan integrasi TIK ke dalam KBM. Selain itu, Guru TIK selayaknya
mempunyai jam khusus setelah pulang sekolah secara rutin untuk
melatih keterampilan serta menjadi teman dialog untuk semua guru
kelas.
Untuk menciptakan proses integrasi TIK di dalam pembelajaran,
maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9
(sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas
prinsip-prinsip:
8
kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving,
pengambilan keputusan, dll.).
Dengan terwujudnya kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi
informasi dan komunikasi, peran guru dan siswa dalam pembelajaran
akan berubah. Peran guru akan berubah dari: (1) sebagai penyampai
pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala
jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator,
navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan
mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak
memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap
siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam
pembelajaran akan mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima
informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi
menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai
aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif
dengan siswa lain. Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat
pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat
digambarkan sebagai berikut:
9
(2) Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi siswa dan guru, dan
(3) Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar
mencaqpai standar akademik.
(4) Kesadaran semua warga sekolah akan pentingnya TIK juga harus
dibentuk. Secanggih apapun sarana yang ada, tak akan berarti tanpa hal
tersebut.
Kehadiran TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindari lagi. Oleh
karena itu, diperlukan kesiapan untuk menerima TI, dan kemampuan untuk
memanfaatkanya seoptimal mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TI dalam
pembelajaram secara optimal, diperlukan hal - hal berikut:
10
pembelajaran, termasuk paradigma pernbelajarannya. Apakah
pembelajaran tetap berfokus pada materi dan tenaga pengajar Ataukah
pembelajaran yang diinginkan adalah yang berfokus pada siswa atau
kompetensi? Apakah pembelajaran akan memiliki sifat fleksibel, dari
sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah pembela.jaran
dipersepsikan memerlukan TI? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan isi
pembelajaran yang memamfaatkan TI, sehingga TI dapat dimanfaatkan
dengan optimal.
(2) Realokasi sumber daya - hal ini sangat penting karena dari waktu ke
waktu penerimaan setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat.
Untuk memanfaatkan TI, yang memiliki initial cost yang sangat timggi,
diperlukan keberanian pimpinan Lembaga pendidikan untuk
mereloalokasikan sumber daya sesuai dengan prioritas yang ditentukan.
Alokasi sumberdaya ini dapat dibuat secara bertahap dan sistematis.
(3) Strategi implementasi - Sesuai dengan alokasi sumberdaya yang dibuat
bertahap, maka strategi implementasi pun perlu dilakukan secara
bertahap dan sistematik. Pentahapan ini menjamin bahwa langkah yang
dilakukan tidak terlalu besar sehingga dapat memutarbalikkan tradisi
pembelajaran yang sekarang sudah bcrjalan dan banyak orang sudah
merasa nyaman dengan hal itu. Pentahapan juga dapat memberikan
gambaran tentang keuntungan dari pemanfaatun TI, contoh keberhasilan
pemanfaatan TI yang kemudian dapat dimamfaatkan kepada kasus-kasus
lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan TI
(misalnya, keterampilan tenaga pengajar, siswa)
(4) Infrastruktur - sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya
pemanfaaran TI dalam pembela’jaran. Pemanfaatan TI sangat
bergantung pada kehadiran perangkat keras pendukung, perangkat lunak,
jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat mendukung. Jika salah
satu tidak tersedia, maka pemanfaatan TI tidak akan optimal.
(5) Akses siswa kepada TI - walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan
sistematis dan cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses
terhadap TI, maka pemanfaatan TI akan menjadi beban semata. Jika
memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TI yang dapat
diakses oleh siswa atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa
siswa dapat mengakses TImisalnya melalui penyediaan daftar warnet,
computer and internet rental.
(6) Kesiapan tenaga pengajar - pembelajaran merupakan proses untuk
knowledge prodtion knowleg transmission, dan knowledge application.
11
Sementara itu, TI adalah alat yang dapat mempermudah dan
mempercepat terjadinya proses tersebut. Tenaga pengajar perlu memiliki
sikap dan pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut, sehingga tidak
menjadikan TI sebagai pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu,
persiapan tenaga pengajar dimulai dari tahap penyadaran, sampai tahap
adopsi dan pemanfaatan perlu dilakukan, melalui berbagai cara, seperli
pelatihan, learning by doing, sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar
meliputi computer., and intenet literacy, pengetahuan teknis dan
operasional komputer dan internet, keterarnpilan merancang
pembelajaran berhasis TI keterampilan memproduksi pembelajaran
berbasis TI, serta keterampilan mengintegrasikan TI dalam sistem
pembelajaran secara umum. Institusi pendidikan perlu melakukan
penataan tentang penghargaan bagi tenaga pengajar yang telah mulai
berpartisipasi dalarn pemanfaatan TI, sebagai salah satu bentuk motivasi
ekstemal.
(7) Kendali mutu dan penjaminan mutu - Inisiasi pembelajaran berbasis TI
perlu disikapi sebagai proyek pengembangan kualitas pembelajaran.
Dalam hal ini, perencanaan secara konseptual maupun operasional
merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Pemantauan inisiasi selama
dilaksanakan juga merupakan mekanisme pengendalian mutu yang tidak
dapat dihindarkan , kemudian evaluasi keberhasilan (cost-efftctiveness
dan cost efficiency) menjadi mata rantai akhir untuk menentukan
sejauhmana pembelajaran berbasis TI dapat memberikan hasil yang
optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TI akan
memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, bukannya berkurang atau menyimpang.
12
2.3 HAMBATAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DI INDONESIA
Jika memang TIK dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin
kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang
menyebabkan TIK dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin.
Penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur dan sarana
prasarana telekomunikasi. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga
masih mahal. Kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses
transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat
hukumnya yang mengaturnya. Serta apakah infrastruktur hukum yang
melandasi operasional pendidikan di Indonesia cukup memadai untuk
menampung perkembangan baru berupa penerapan TIK untuk pendidikan
ini.
Ada beberapa hambatan yang juga perlu digaris bawahi berkaitan
dengan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran. Hambatan-hambatan tersebut
diantaranya yaitu 1) penolakan/keengganan untuk berubah (resistancy to
change) khususnya dari policy maker (kepala sekolah dan guru); 2) kesiapan
SDM (ICT literacy dan kompetensi guru); 3) ketersedian fasilitas TIK; 4)
ketersediaan bahan belajar berbasis aneka sumber; dan 5) keberlangsungan
(sustainability) karena keterbatasan dana.
Penolakan atau keengganan untuk berubah, khususnya dari para pembuat
kebijakan sekolah dan guru merupakan hal yang wajar mengingat TIK
masih dapat dikatakan sebagai suatu inovasi (hal baru). Sikap para
pengambil kebijakan atau guru terhadap TIK sebagian besar yang masih
rendah itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan terhadap TIK dan
peran pentingnya bagi pembelajaran. Disamping itu, sikap
keengganan/penolakan inipun didukung oleh karena redahnya melek
teknologi (ICT literacy). Sehingga, kesiapan guru dan kompetensi guru
untuk memanfaatkan TIK dalam pembelajaran menjadi lemah.
Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan
telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah. Penetrasi
komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Untuk itu perlu dipikirkan akses
ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Penggunaan Internet
devices lain seperti Internet TV diharapkan dapat menolong. Sementara itu
tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di
kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet.
13
Isi atau content yang berbahasa Indonesia masih langka. Hal ini
merupakan masalah yang cukup serius. Perlu kita upayakan kegiatan-
kegiatan atau inisiatif untuk memperkaya materi yang ditujukan kepada
siswa Indonesia. Proses ini harus dilakukan secara sadar dan proaktif.
14
Dalam tempo dua tahun, baik angka putus sekolah maupun murid absen
menurun ke titik nol. Nilai ujian-standar murid meningkat hampir 3 kali
lebih tinggi dari rata-rata sekolah seantero New Jersey.
Apabila kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi informasi dan
komunikasi tingkat tinggi semacam ini dapat diterapkan di Indonesia, tentu
Indonesia akan menjadi negara yang sangat maju dalam bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Namun untuk saat ini, Indonesia masih dalam
perjalanan untuk menggapainya.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat
melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut
siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau
ketinggalan zaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya
proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan
komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan
20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in
the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan
perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti
ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb.
Termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi
kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan
disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind
Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di
era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas
seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di
mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di
depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber
classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan
aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola
belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif
melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan
melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet
untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan
melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan
individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh
pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum
dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak
dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga
memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju
15
berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam
situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai
dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
16
Dari sisi seorang Guru, dunia teknologi informasi merupakan dunia yang
sullit dicerna karena keterbatasan kemampuan. Beliau-beliau ada sebelum
perkembangan internet segila ini. Ditambah rutinitas sehari-hari dalam
sekolah tentunya menjadi semakin sulit untuk sekedar berinteraksi melalui
internet. Sementara realita-nya, dunia saat ini tidak bisa lepas dari internet.
Sungguh posisinya yang sangat sulit bagi seorang Guru pada dewasa ini.
Permasalahan kurikulum yang masih belum final (selalu gonta-ganti), Gaji
guru yang relatif masih rendah. Deraan ekonomi mengharuskan seorang
Guru harus berfikir dua kali dalam mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
Rasanya tidak adil bila kita semua menuntut beliau-beliau untuk berlaku
sebagaimana mestinya secara proporsional.
Sementara kebijakan-kebijakan pendidikan indonesia selalu terkait
dengan partai politik. Dunia pendidikan hanyalah isu yang dijadikan senjata
partai politik dalam meraih tujuan golongannya. Tidak terpikir sedikitpun
dari mereka bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan indonesia secara
menyeluruh.
Sekarang sudah menjadi benang kusut yang entah dimulai dari mana
untuk mengurainya. Bila kita mengharap kualitas pendidikan menjadi lebih
baik, tentu sarana dan prasarana pendidikan juga harus yang memadai.
Demikian pula para guru yang jelas-jelas bekerja untuk mencipta generasi
bangsa kedepan, begitu sulitkah untuk mensejahterakan hidupnya mengingat
kredibilitas mereka adalah bentuk kedepan indonesia.
Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini
adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah
Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE
merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah
membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK
tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui
web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh,
mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran
Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat
diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan
mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat
DVD.
17
BAB III
SARAN DAN KESIMPULAN
3.1 SARAN
3.2 KESIMPULAN
Suatu negara akan maju dalam segala aspek ekonomi, social, budaya,
maupun pertahanan dan keamanan dengan penopang pendidikan yang
bermutu. Zaman semakin maju dan berkembang, sehingga pendidikan
berbasis TIK ini merupakan solusi cerdas untuk menciptakan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas bagi bangsa. Untuk membangun system
pendidikan ini memang perlu waktu, maka pemerintah dan masyarakat harus
saling sinkron untuk membangun fondasi pendidikan ini secara bertahap dan
pasti agar tidak ada kendala di suatu hari.
18
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://gurukreatif.wordpress.com
http://nasya.site90.com
http://polres.multiply.com
http://sudirmansmansa.wordpress.com
19