You are on page 1of 22

Referat

ABORTUS INFEKSIOSA







Oleh
Aysa Hadibah 0618011047


PRECEPTOR
dr. Idris HS, Sp.OG







SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
FEBRUARI 2012


ii



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus dengan judul Abortus Infeksiosa ini ditulis dalam rangka
menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung/RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek bulan Februari 2012.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Taufiqurrahman Rahim, Sp.OG(K) selaku kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD
Dr. Hi. Abdul Moeloek
2. dr. Idris HS, Sp.OG selaku preceptor yang telah banyak membantu dalam
penyusunan referat ini
3. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ini, yang tidak disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk ini penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.



Bandar Lampung, Februari 2012


Penulis

iii



DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2
2.1 Definisi........................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi.................................................................................................. 2
2.3 Etiologi........................................................................................................... 3
2.4 Patogenesis..................................................................................................... 4
2.5 Klasifikasi....................................................................................................... 7
2.6 Kriteria Diagnosis......................................................................................... 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 12
2.8 Penatalaksanaan............................................................................................... 12
2.9 Komplikasi....................................................................................................... 15
BAB III. KESIMPULAN ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

1



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genital. Kejadian
ini merupakan salah satu komplikasi dari tindakan abortus yang paling sering
terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. Diperkirakan
frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Lebih dari separuh atau 57%
wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24%
dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun. Penyebab abortus
dipengaruhi oleh faktor janin, faktor maternal ataupun faktor eksternal. Untuk
penatalaksanaan abortus, disesusaikan dengan diagnosisnya.

Abortus Infeksiosus perlu segera mendapat pengelolaan yang adekuat kerena dapat
menjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga
peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis) dan dapat jatuh ke dalam syok
septik.

Kami memilih kasus ini, karena insidensi dari abortus di Indonesia masih sangat
tinggi. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang
terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai tenaga medis perlu
untuk lebih mengerti kasus ini sehingga dapat memberikan edukasi yang tepat pada
wanita usia 18-29 tahun yang paling banyak mengalami abortus, khususnya abortus
infeksiosus.


2



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. (terakhir, WHO/FIGO
1998 : 22 minggu) Penghentian kehamilan pada usia janin di atas itu tidak lagi
disebut aborsi, tetapi infantisida, atau pembunuhan bayi, yang di negara mana pun
pasti dilarang.

Sedangkan Aborsi tidak aman didefinisikan sebagai terminasi (penghentian)
kehamilan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih atau di tempat yang tidak
memenuhi standar minimal medis, atau keduanya (WHO, 2000). Atau suatu
prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga dengan ketrampilan yang kurang
memadai atau dilakukan di lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan
atau keduanya.
Abortus Infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.

2.2 Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus
buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga
karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan,
sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah
19 tahun. Insidensi abortus menurut umur :




3
Tabel 2.1 Insidensi abortus menurut umur
No. Usia Jumlah %
1 Dibawah 15 tahun 14.200 0.9
2 15-17 tahun 154.500 9.9
3 18-19 tahun 224.000 14.4
4 20-24 tahun 527.700 33.9
5 25-29 tahun 334.900 21.5
6 30-34 tahun 188.500 12.1
7 35-39 tahun 90.400 5.8
8 40 tahun keatas 23.800 1.5

Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi.
Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan
memilih membunuh anaknya sendiri.
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur,
kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang
sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga, maka kasus ini
jarang dilaporkan. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar
2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri, khususnya di Amerika
dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control
(CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan
bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika, yaitu hampir 2
juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang
manapun dalam sejarah negara itu. WHO memperkirakan dari 200 juta kehamilan
per tahun, sekitar 38%(75 juta) merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD).
Sebanyak dua per tiga perempuan di dunia yang mengalami KTD (50 juta) akan
berakhir dengan aborsi disengaja (induced abortion), di mana 60% (30 juta)
diantaranya dilakukan secara aman dengan bantuan tenaga professional yang
terlatih, sedangkan sisanya 40% (20 juta) dilakukan secara tidak aman oleh tenaga
yang tidak berkompeten di tempat-tempat yang tidak memenuhi persyaratan medis.


4
Menurut estimasi WHO sekurangnya 78.000 (estimasi lain menyebutkan sebanyak
150.000 200.000) perempuan setiap tahunnya meninggal karena komplikasi
akibat aborsi yang tidak aman.


2.3 Etiologi
a. Faktor janin
1) Faktor genetik
a) Paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik
b) Kelainan telur, blighted ovum, kerusakan embrio
c) Embrio dgn kelainan lokal
d) Kelainan pada plasenta
Endometritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
2) Faktor maternal
a) Kelainan anatomis ibu
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian
abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks,
kongenital dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Lingkungan di
endometrium disekitar tempat implansasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
b) Infeksi
Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain
Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria
monocytogenes dan Toxoplasma gondii.
b. Faktor Endokrin
Hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron.

5
c. Penyakit kronis yang melemahkan, misalnya penyakit tuberkulosis atau
karsinomatosis, namun keadaan ini jarang menyebabkan abortus; sebaliknya
pasien meninggal dunia karena penyakit ini tanpa melahirkan. Penyakit kronis
lain (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis).
d. Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisiensi salah satu / semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
e. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan
antibodi cardiolipin. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi
antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan
histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.
f. Psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional
dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan.
1) Faktor eksternal
a) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin UK 9 minggu pertama dapat merusak janin,
dan pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kematian.
b) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dll.
c) Bahan kimia lain (arsen & benzena)

2.4 Patogenesis
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Saat
kantung gestasi terbuka, biasanya ditemukan cairan di sekitar janin yang maserasi

6
atau tidak ditemukan janin ( disebut Blighted Ovum ). Pada kehamilan di bawah 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum
menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah
masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.
Hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium menyebabkan banyak terjadi perdarahan.

Bila terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua, janin mungkin mengalami
maserasi, dimana tulang tengkorak kolaps, distensi abdomen, dengan cairan
bercampur darah dan degenerasi organ dalam. Kulit menjadi melepuh dan
terkelupas. Dapat juga ditemukan cairan amnion terabsorbsi sehingga terjadi
kompresi janin.


Infeksi yang terjadi pada abortus infeksiosus biasanya disebabkan karena tindakan
aborsi yang tidak aman, karena kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis. Jika
jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu
terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah
oleh cairan seperti darah. Karena sisa jaringan biasanya menyebabkan perdarahan.
Mekanisme perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan
menyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah
pada lapisan dalam rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.

Mediator-mediator yang berperan dalam terjadinya infeksi dan sepsis antara lain,
TNF-, interleukin 1-6, PAF, leukotriene, tromboxane A2, kinin, trombin, MDF
dan -endorfin. Peranan Struktur organisme patogen dan juga aktivasi endotel
pembuluh darah.

7

Gambar 2.1 Bagan proses terjadinya abortus

2.5 Klasifikasi
a. Menurut jenisnya
1) Abortus spontan
Merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan secara alamiah tanpa
intervensi luar. Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau
miscarriage.


8
2) Abortus buatan
Merupakan tindakan pengakhiran kehamilan sebelum umur 20 minggu akibat
intervensi tertentu.
i. Abortus provokatus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas
indikasi medik.
ii. Abortus provokatus kriminalis adalah abortus buatan yang dilakukan
tanpa indikasi medik.
Terminasi untuk masalah ini adalah pengguran, aborsi, atau abortus
provokatus.
b. Menurut derajatnya
1) Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan pervaginam atau
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu,
ostium msih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan/uterus
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Dalam keadaan ini kehamilan masil
mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2) Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar atau adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat dan ostium uteri telah terbuka terjadi
perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, akan tetapi hasil
konsepsimasih daam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus
sedang berlangsung dn akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3) Abortus inkompletus
Merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal di dalam kavum uteri.
4) Abortus kompletus
Merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
5) Missed abortion
Kematian embrio atau fetus/janin sebelum kehamilan 20 minggu, tetapi
konsepsi seluruhnya tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Hal ini
dapat bermanifestasi berupa kehamilan anembriogenik (kantung kehamilan

9
kosong atau blighted ovum) atau kehamilan fetus sebelum usia kehamilan 20
minggu.
6) Abortus habitualis
Merupakan keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau
lebih.
7) Abortus infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada genital, adanya penyebaran kuman atau
toksin ke dalam sirkulasi atau kavum peritoneum yang dapat menimbulkan
septikemi, sepsis atau peritonitis.
8) Abortus septik
Abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat
terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplit
dan lebih sering pada abortus buatan kriminalis. Infeksi pada abortus
infeksiosus terbatas pada desidua, sedangkan pada abortus septik, infeksi
menyebar ke miometrium, tuba, parametrium. Jika infeksi menyebar lebih
jauh lagi, dapat terjadi peritonitis dan sepsis bahkan syok.
Diagnosis :
a) Tanda infeksi alat genital :
- Panas, takikardi
- Perdarahan pervaginam berbau
- Uterus membesar, lembek, nyeri tekan
- Leukositosis
b) Tanda sepsis
- Demam tinggi, menggigil
- Tekanan darah menurun


10
















Gambar 2.2 gambaran uterus saat terjadi abortus

2.6 Kriteria Diagnosis
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Abortus

Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain
Abortus
iminens
Sedikit-sedang
warna merah
dan cepat
berhenti
Tertutup Sesuai dengan
usia kehamilan
- PP test (+)
- Kram perut bawah
- Uterus lunak
- Mules sedikit atau tidak
sama sekali
- USG : Produk kehamilan
dalam batas normal
Abortus
insipiens
Sedang-banyak,
warna merah,
dengan
gumpalan
Terbuka
dan teraba
ketuban
Sesuai atau
lebih kecil
- PP test (+)
- Kram perut bawah
- Uterus lunak
- Hasil konsepsi masih

11
banyak berada dalam kavum
uteri
Abortus
inkomplit
Sedang-banyak,
warna merah,
disertai
gumpalan darah
dan jaringan
konsepsi, sering
menyebabkan
syok
Terbuka Lebih kecil
dari usia
kehamlan
- PP test (+)
- Kram perut bawah
- Uterus lunak
- Keluar jaringan, tapi
masih ada sisa jaringan
yang tertinggal dalam
uterus

Abortus
komplit
Sedikit atau
tidak ada,
warna merah
Lunak
(terbuka
atau
tertutup)
Lebih kecil
dari usia
kehamilan
- PP test (+)
- Sedikit atau tidak ada
kram
- Keluar massa kehamilan
- Uterus kenyal
Missed
abortion
Sedikit, warna
kehitaman
Agak
kenyal
dan
tertutup
Lebih kecil
dari usia
kehamilan
- Menghilang sebagian
gejala kehamilan
- Uterus tidak
Membesar
- USG : Hasil konsepsi
masih dalam uterus
namun tak ada tanda
kelangsungan
hidupnya
Abortus
Infeksiosa
(abortus
septic)
Bisa banyak
atau sediki
(tergantung sisa
jaringan),
berbau
Lunak
(terbuka
atau
tertutup)
Sesuai atau
lebih besar
masa
kehamilan
Tanda infeksi genitalia:
- Panas
- Takikardi
- Nyeri tekan
- Leukositosis
Tanda sepsis
- Demam , mengigil
- Penurunan tekanan darah

12
- Peritonitis syok

2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diperlukan pada abortus infeksiosus
a. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah terdapat sisa jaringan.
b. Pemeriksaan laboratorium khususnya darah lengkap untuk mengetahui
adanya leukositosis dan penurunan kadar Haemoglobin akibat perdarahan.

2.8 Penatalaksaan
Penatalaksanaan dikelompokan berdasarkan jenis abortus yang terjadi

Tabel 2.3 Penanganan Abortus
No. Jenis abortus Penatalaksanaan
1. Abortus imminens Istirahat baring menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsangan mekanis
Pertimbangkan infeksi antibiotika,
AKDR ekstraksi AKDR, defisiensi
hormonal (didrogesteron, alilestenol)
2. Abortus insipiens,
inkomplit dan missed
abortion
Bila kehamilan < 12 minggu
pengosongan uterus segera dengan kuret
vakum atau cunam ovum disusul
kuretase
Bila usia kehamilan > 16 minggu
evakuasi dilakukan dengan cara dilatasi
dan kuretase
3. Abortus komplit Bila kondisi baik, cukup beri tablet
ergometrin 3 x 1 mg/hari untuk 3 hari
Bila penderita anemia sulfas ferrosus
600 mg/hari selama 2 minggu atau
transfusi

13
Bila infeksi antibiotic
4. Abortus habitualis Perbaiki keadaan umum
Pemberian makanan bergizi
Istirahat banyak
Larangan coitus dan olahraga
Sesuai dengan etiologi : terapi infeksi,
kelainan endokrin, intervensi
immunologi, perbaikan keadaan anatomi,
donor oocyte dan sperma, konseling
psikologi
Jika penyebabnya serviks inkompetensi
dan saat hamil maka pengecilan serviks
dengan operasi menurut casa Shirodkar
dan Mac Donald (usia kehamilan 12
minggu)
5. Abortus terapeutik

Terminasi suatu kehamilan atas indikasi
ibu. Jika pengakhiran kehamilan tdk
segera mengancam keselamatan ibu
atau kecacatan yg berat janin.
6. Abortus Infeksiosa Pemberian cairan yang hilang dengan NS
atau RL melalui infus dan berikan
antibiotik (ampicillin 4x 1 gram dan
metronidazol 500 mg)
Kuretase
Jika ada riwayat abortus kriminalis, beri
ATS dan TT
7. Abortus sepsis Terapi suportif tergantung keadaan
umum pasien
Kultur dan tes sensitivitas sebelum
antibiotik diberikan
Antibiotik standart : ampicillin 3 x 1

14
gram IV/hari selama 3-5 hari, gentamisin
2 x 80 mg, Metronidazol 3 x 500 mg
Kuretase dilakuikan bila temperatr tubuh
normal kembali
Jika ada riwayat abortus kriminalis, beri
ATS dan TT

Tabel 2.4 : Kombinasi antibiotik untuk abortus infeksiosa
Kombinasi antibiotik Dosis oral Catatan
Ampisilin & metrodinazol 3x1 g oral & 3x500 mg Berspektrum luas dan
mencakup untuk
gonorrhoea dan bakteri
anaerob
Tetrasiklin dan klindamisin 4x500 mg & 2x300 mg Baik untuk klamidia,
gonorrhoea dan
bakteriodes fragilis
Trimethoprim &
sulfametoksazol
160 mg & 800 mg Spektrum cukup luas dan
harganya relatif murah


Pengeluaran jaringan pada abortus :
Setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat
dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90
o
untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa
masuk.
4.. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.

Hal-hal yang perlu diperhatikan bila kuretase pada abortus infeksiosus dan abortus
sepsis adalah tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6
jam setelah antibiotika adekuat diberikan, dan saat tindakan uterus dilindungi dengan

15
uterotonika. Antibiotika dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberi respon harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.






Gambar 2.3 Pengeluaran jaringan pada abortus


Pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum melakukan kuretase antara lain
pemeriksaan USG kembali, mengukur tekanan darah dan kadar Hb, pemeriksaan
sistem pernafasan dan memastikan perdarahan. Hal ini untuk memastikan pasien
dalam kondisi baik untuk tindakan.




Gambar. 2.4 Dilatasi dan kuretase




16
2.9 Komplikasi
Komplikasi terapi kuretase pada abortus infeksiosus sama kemungkinannya seperti
komplikasi kuretase pada umumnya,antara lain :

a. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke
rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab
itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal
tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan.
Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar
dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah
perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa
itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum,
nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut
bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya
dilakukan laparatomi percobaan dengan segera

b. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium
uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang
memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka
panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.

c. Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil
konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok,
karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di
beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada
suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.



17
d. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan
transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan
vagina.

e. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang
ditimbulkan antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin
tidak bisa terjadi kehamilan lagi.

f. Lain lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik
adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam
pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja
jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan
komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain
panas, rasa eneg, muntah, dan diare.
Bila abortus infeksiosus ini tidak segera mendapat penanganan yang adekuat
dapat menimbulkan syok septik dan kematian pada ibu.

18

19



DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2007. Abortus inkomplit. www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit.
(Accesed : 8
th
Januari 2012)
Anonim. 2008. Statistik Aborsi. http://forum.aborsi.org/. (Accesed : 8
th
Februari
2012)
Anonim. 2008. Abortus. www.rofiqahmad.wordpress.com. (Accesed : 10
th
August
2011)
Anonim. 2008. Gugur Kandungan. www. wikipedia.org/wiki/gugurkandungan.
(Accesed : 6
th
August 2011)
Anonim. 2011. Kuretase. http://galleries-askeb.blogspot.com/2011/05/makalah-
kuretase.html. (Accesed : 6
th
August 2011)
Cuningham, M. G., et al. 2005. Abortion. Williams Obstetrics. Section 3. 22
nd
Ed.
McGraw Hill Company. New York. Pp: 231 52
Hanifa W, dkk. 1999. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Ilmu Kebidanan. Edisi
2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal : 302 1
Sarwono P. 2010. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Ilmu Kebidanan Edisi 4.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal: 473
Sulaiman S, dkk. 2005. Kelainan Lama Kehamilan Obstetri Patologi. Penerbit EGC.
Jakarta. Hal 1 9
Yasin S. 2006. Penanganan Kebidanan Abortus Inkomplit. www.siaksoft.net.
(Accesed : 10
th
indria a-Februari 2011)
Yosef. 1996. Perdarahan Selama Kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran, nomor:
112, Jakarta. Hal 32 5

You might also like