You are on page 1of 8

Etika Berbahasa: Tinjauan Sosiolinguistik

I. Pendahuluan
Bahasa merupakan perkataan-perkataan yang digunakan sebagai alat komunikasi
untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Sebagai alat komunikasi, bahasa
tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu yang disesuaikan dengan situasi dan
komunikan yang menggunakannya. Peribahasa mengatakan bahasa menunjukan
bangsa, hal ini secara tidak langsung mengatakan bahwa perilaku berbahasa
seseorang dapat dijadikan tolak ukur keberadaban suatu bangsa. Tidaklah salah
jika pepatah mengatakan bahasa adalah cerminan pribadi seseorang, karena
melalui tutur kata kita dapat menilai pribadi seseorang. Tutur kata yang baik,
lemah lembut, sopan-santun, orang akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang
baik dan berbudi sebaliknya apabila perkataan seseorang buruk maka citraan
buruklah yang akan melekat kepada pribadi orang tersebut. Kenapa demikian?
Karena bahasa juga dapat menjadi alat kekerasan erbal yang terwujud dalam
tutur kata seperti memaki, mem!itnah, menghasut, menghina, dan lain
sebagainya. "al itu akan berdampak negati! terhadap perilaku seseorang seperti
permusuhan, perkelahian, aksi anarkisme, prookasi dan sebagainya.
#alam hal ini pemerintah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan
dimasukannya pelajaran bahasa santun dalam pelajaran bahasa indonesia dan
bahasa daerah. Selain itu, pelajaran agama juga mempunyai peranan yang sangat
ital dalam membentuk pribadi siswa yang santun dan beretika.
$amun semua upaya tersebut belum memberikan hasil yang optimal karena kita
masih menemukan perilaku-perilaku yang bertentangan dengan etika berbahasa
santun. Bahkan perilaku tersebut pertontonkan oleh semua lapisan masyarakat
baik dari kaum papa sampai kaum elite sekalipun.
%ronisnya di era re!ormasi semakin banyak saja terjadi pelanggaran terhadap
penggunaan bahasa yang santun. #alam aksi demonstrasi tak jarang terlontar
kata-kata yang kasar dan tak santun. &emang masyarakat mempunyai hak untuk
mengungkapkan aspirasinya namun alangkah baiknya jika dilakukan dengan
damai tanpa menimbulkan kericuhan atau bentrok dengan aparat. Begitu pula
dengan para pemimpin. Sebagai tauladan yang memiliki pengaruh besar bagi
bangsa ini hendaknya menjunjung etika berbahasa yang santun.
Setiap agama termasuk agama %slam mengajarkan umatnya untuk berbahasa
santun, seperti tidak berbohong, mencela dan men!itnah. Bahkan balasan bagi
mereka yang tidak mengindahkannya pun tertuang dalam masing-masing ajaran
agama. Sebagai contoh dalam hadist riwayat $abi &uhammad saw disebutkan
agar kita menjaga tangan dan lisan. "al ini sesuai dengan pepatah lama yang
menyebutkan bahwa lidah'lisan lebih tajam dari sebilah pedang. Perkataan'lisan
harus dijaga, karena jika salah berbicara maka rasa sakit yang disebabkan akan
berbekas dalam waktu lama.
II. Etika berbahasa
Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa
dan masyarakat penuturnya. %lmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap
ariasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
(ariasi dalam kajian ini merupakan masalah pokok yang dipengaruhi atau
mempengaruhi perbedaan aspek sosiokultural dalam masyarakat. Suwito )*+,-.
/0 mengatakan, bahwa sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam
hubungannya dengan pemakaiannya di dalam masyarakat. "al ini berarti bahwa
sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan
sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan
tertentu.
Penutur dan bahasa selalu dihubungkan dengan kegiatan di dalam masyarakat,
atau dengan kata lain, bahasa tidak dipandang sebagai gejala indiidu, tetapi
juga merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakai bahasa
tidak hanya ditentukan oleh !aktor-!aktor linguistik, tetapi juga oleh !aktor-
!aktor nonlinguistik, yaitu !aktor-!aktor sosial. 1aktor-!aktor sosial yang dapat
mempengaruhi pemakaian bahasa misalnya status sosial, tingkat pendidikan,
umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. #i samping itu
pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh !aktor-!aktor situasional, yaitu siapa
berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai
masalah apa )Suwito, *+,-. -0. Pada dasarnya dalam suatu masyarakat bahasa
terdapat beberapa kelompok masyarakat yang menggunakan ragam bahasa
tertentu untuk berinteraksi.
2tika berasal dari kata 3ethikos3, berarti 3timbul dari kebiasaan3 adalah
cabang utama !ilsa!at yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. 2tika mencakup analisis dan tanggungn
jawab. 2tika sangat berperan dalam berinteraksi, terlebih lagi kita tinggal di
negara belahan timur yang identik dengan keramah-tamahannya.
4da banyak etika, adab dan sopan santun dalam berbicara yang diketahui
dan dianut oleh masyarakat. Salah satu acuan yang dapat kita pedomani adalah
adab berbicara di etnis Sunda yang disebut dengan undak usuk bahasa yang
digunakan dalam komunikasi sesama pengguna bahasa. 5ndak-usuk tersebut
meliputi *0 bahasa halus. yaitu bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan
orang tua atau orang yang lebih tua /0 bahasa loma. yaitu bahasa kasar yaitu
bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan sesama'setara )usia0 dan -0
bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan yang lebih muda. Ketiga
tingkatan itu merupakan tatanan yang tidak bisa diabaikan begitu saja karena
didalamnya terdapat sebuah nilai norma yang mengikat. #alam bahasa &inang
di Sumatera Barat yang dikenal dengan 3kato nan ampek3 yaitu adab berbicara
dibedakan atas empat )ampek0 jenis lawan bicara. 4mpek kato tersebut meliputi
*0 kato mandaki, kata dan adab yang digunakan ketika berbicara dengan orang
yang lebih tua atau dituakan dan lebih dihormati karena jabatan atau
kedudukannya. /0 kato mandata, yaitu kata dan adab yang diguna ketika
berbicara dengan teman sebaya atau rekan kerja. -0 kato malereng, yaitu kata
dan adab yang digunakan ketika berbicara dengan orang yang memiliki
hubungan kerabat keluarga. 60 kato manurun, yaitu kata dan adab yang gunakan
ketika berbicara dengan orang yang lebih muda atau kepada bawahan.
Begitupun dalam bahasa 7awa, secara garis besar, bahasa 7awa dibagi dalam tiga
tingkatan besar. Ngoko )tingkatan terendah0, Madya )tingkat menengah08 dan
Kromo )tingkat tertinggi0. %tu pun masih bisa dibagi lagi dalam dalam sub
tingkatan. Andhap )rendah'kasar08 dan Inggil )tinggi'halus0.
#i dalam ajaran %slam pun telah dijelaskan dengan gamblang, seperti
dalam surat 4n-$isa ayat **6 yang berbunyi 9Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang
menyuruh )manusia0 memberi sedekah atau berbuat ma:ru!, atau mengadakan
perdamaian diantara manusia9. #engan demikian hendaknya pembicaran
dilakukan dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula
terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat di!ahami oleh semua orang dan tidak
dibuat-buat serta tidak ambiguitas.
Sejalan dengan itu, ;.S. 4l ;alam <=,>. *?-**0, 9#an janganlah kamu
ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi menghina. @ang banyak mencela,
yang kian kemari menghambur !itnah9. "adis $abi saw. yang diriwayatkan oleh
%mam Bukhari yang berbunyi, 9Arang yang beriman kepada 4llah dan hari
kiamat, hendaknya berkata baik jika tidak bisa lebih baik diam9. #alam hadis
lain $abi saw mengatakan 9Arang yang disebut &uslim adalah orang yang bisa
menjaga tangannya dan lisannya.
#i dalam bahasa %ndonesia kita kenal dengan eufemisme yaitu gaya
bahasa pelembut dengan cara menggantikan kata-kata dengan kata lain yang
lebih sesuai dan tidak menyinggung perasaan. Bontonya seperti dalam kalimat 3
#imana tempat kencingnya?3 diganti dengan 3#imana kamar kecilnya?3 Kata
9tempat kencing9)dalam bahasa sehari-hari biasa juga disebut toilet0 tidak cocok
jika akan digunakan untuk percakapan yang sopan. Kata kamar kecil dapat
menggantikannya. Kata kamar kecil ini konotasinya lebih sopan daripada kata
tempat kencing. 7adi dalam eufemisme terjadi pergantian nilai rasa dalam
percakapan dari kurang sopan menjadi lebih sopan. Bahkan beberapa waktu
yang lalu santer membicarakan kasus bail out bank century, ada anggota #PC
yang notebene terhormat sering menggunakan intonasi yang tinggi sehingga
terkesan saling mencaki-maki satu sama lainnya, lebih-lebih lagi dengan apa
yang dilakukan oleh Cuhut Sitompul dan Dayus Eumbuun dalam perang mulut
menggunakan kata-kata yang tidak pantas )kasar0 sehingga memberi kesan
buruk bagi masyarakat. Bahkan, baru-baru ini ada politisi dari partai #emokrat
menyebut partai Dolkar dan partai Keadilan Sejahtera sebagai ikan Salmon
dalam tubuh koalisi pendukung pemerintah, yakni intelektual kagetan asal
ngomong. Seakan tidak mau kalah ketua #PP PKS, $asir #jamil balas
menyerang dengan menyebut partai #emokrat sebagai ikan Piranha, yakni
pikiran, hati dan bicara suka beda. Perseteruan ini secara tidak langsung
menampakkan keperibadian mereka yang sesungguhnya yang terkesan egois dan
urakan.
Pada awal tahun *+=?-an Pak Cosihan 4nwar memperkenalkan
kata34nda3 untuk menggantikan kata3kamu3 yang sudah dianggap tidak sopan
digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua atau lebih dihormati. Perlahan
tapi pasti kata 3anda3 berterima dimasyarakat, hal itu terlihat dari !rekuensi
pemakaiannya, baik dalam percakapan maupun dalam surat menyurat. $amun,
disadari atau tidak disadari kata3anda3 terkesan kurang tepat bila digunakan
untuk menyapa orang lebih tua atau atasan. Kata3bapak3 atau 3ibu3 lebih tepat
digunakan sebagai kata ganti orang kedua untuk menyapa atasan atau orang
yang lebih tua.
4njuran diatas juga relean dengan pepatah lama yang mengatakan bahwa lidah itu tak
bertulang. Eidah itu memang lunak, oleh karena itu orang yang lemah pun bisa bersilat
lidah. Eidah itu lebih tajam dari pedang. 7ika luka tersayat oleh pedang tidaklah susah
untuk mengobatinya tetapi kalau luka hati tersayat oleh kata-kata, hendak kemana kita
mencari penawarnya.
Begitupun dengan ungkapan mulutmu harimaumu--segala perkataan yang terlanjur kita
keluarkan apabila tidak dipikirkan dahulu akan dapat merugikan diri sendiri. 4palagi
kata-kata itu berisi kebohongan yang dapat menimbulkan !itnah. Peribahasa mengatakan
fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, begitu dahsyatnya kata-kata yang diucapkan
sehingga lebih buruk dari menghilangkan nyawa sekalipun. Berapa banyak
persaudaraaan yang terputus karena tikaman lidah dan gigitan harimau.
Sebagai bangsa yang beradab sudah semestinya kita menjaga perilaku berbahasa baik
dalam situasi !ormal maupun in!ormal yang mampu menciptakan suasana komunikasi
yang baik sehingga mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
III. penutup
Pentingnya berbahasa santun sangatlah jelas. Bahasa santun digunakan sebagai
pencitraan pribadi, jati diri bangsa, dan alat pemersatu. Pendek kata marilah kita
berupaya untuk berbahasa yang santun dan beradab.
Ce!erensi
*. Bhaika, 2laine. *+,/. Eanguage the Social &irror. Cowley. $ewbury "ouse
Publishers, inc.
/. 2dward, 7ohn. *++F. &ultilingualism. $ew @ork. Penguin Books.
-. 1asold, Calph. *+,6. The Sociolinguistics o! Society. AG!ord. Basil Blackwell ltd.
6. 1asold, Calph. *++?. The Sociolinguistics o! Eanguage. AG!ord. Basil Blackwell ltd.
F. "olmes, 7anet. *++/. 4n %ntroduction to Sociolinguistics. Eondon. Eongman Droup
limited.
=. "udson, C.4. *+,?. Sociolinguistics. Bambridge. Bambridge 5niersity Press.
H. "ymes, #ell. *+H-. 1oundations in Sociolinguistics. 4n 2tnographic 4pproach.
Philadephia. 5niersity o! Pennsylania Press.
,. Searle, 7ohn C. *+=/. Speech 4cts, 4n 2ssay in the Philosophy o! Eanguage.
Bambridge. Bambridge 5niersity Press.
+. Comaine, SuIanne. *+,+. Bilingualism. AG!ord. Basil Blackwell ltd.
*?. Jardhaugh, Conald. *+,=. 4n %ntroduction to Sociolinguistics. $ew @ork. Basil
Blackwell.
**. Jeinreich, 5riel. *+H?. Eanguages in Bontact. Paris. &outan K Bo $.(. Publishers,
The "ague.
Sosiolinguistik. *+,=. P.J.7. $ababan. 7akarta. Dramedia
Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. *+,-. #rs. Suwito.
Surakarta.
Ringkasan SHAHIH MUSLIM - Lengkap!
Oleh: Muhammad Nashiruddin al-Albani
Hard cover (1 jilid) Penerbit: Gema Insani
WWW.QUA!TE"E#A$.%&#

You might also like