You are on page 1of 1

Analysis Morality in Democracy and Human Rights

Mengapa Aung San Suu Kyi tidak merespon konflik Arakan Rohingya ? kebangkitan
gerakan oposisi nasional oleh Aung San Suu Kyi dan partainya LND pada akhirnya
menggambarkan adanya perubahan signifikan terhadap sistem pemerintahan
Myanmar yang dipimpin oleh Junta Militer, secara singkat bisa dilihat bahwa
Pemerintahan Myanmar mencoba untuk memberikan kesempatan kepada sipil untuk
masuk dalam roda pemerintahan sebagai indikasi bahwa nilai demokrasi dan human
rights mulai diambil sebagai salah satu trend positif dalam negara Myanmar. Namun
dalam kasus pembunuhan Etnis Rohingya oleh Etnis Arakan, indikasi terhadap
promosi Demokrasi dan perlindungan terhadap Human Rights justru tidak muncul.
Sikap diam Aung Sann Suu Kyi menjadi polemik terhadap penyelesaian konflik etnis
tersebut, yang sebenarnya dihadapi pula oleh mereka.

Negara ini memang telah mengalami banyak masalah unifikasi sejak merdeka. Etnis-
etnis minoritas, yang sejak awal memang sudah tersisihkan dalam politik dan
pembangunan, menuntut otonomi yang lebih luas. Struktur politik dan akses ekonomi
didominasi etnis Burma yang jumlahnya 70 persen. Adapun etnis minoritas yang
populasinya terbanyak di daerah pegunungan dan perbatasan, baik India, Banglades,
China, Laos, maupun Thailand menjadi masyarakat kelas dua. Paling kurang ada 137
etnik minoritas di Myanmar.
Masalah ini jadi beban yang sulit diurai bagi etnis Rohingnya dan gerakan persamaan
hak dari etnis-etnis minoritas di Myanmar. Sejak negara itu merdeka, kompromi
tertinggi dengan etnis minoritas adalah pemberian federalisme bagi minoritas yang
menduduki wilayah luas. Akan tetapi, federalisme palsu itu tidak berbuah
kesejahteraan dan kemakmuran karena sama sekali tanpa dukungan pemerintah pusat.
Itulah sebabnya gerakan pemberontakan bersenjata di kalangan minoritas marak sejak
1950-an.
Akan tetapi, karena dari segi jumlah etnis bertikai Rohingya (Muslim) kalah
dibandingkan Arakan (Buddha), realitas konflik itu terpotret sebagai pembantaian
minoritas Muslim oleh negara mayoritas Buddha. Di tambah Pemerintah Myanmar
seperti membiarkan pembantaian itu, bahkan sementara jadi sekutu bagi etnis Arakan.
Ada kesadaran nasional: Rohingya bukan asli Myanmar dan harus kembali ke tanah
leluhurnya.

You might also like