You are on page 1of 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat pesat sehingga persaingan profesionalisme kerja juga semakin
meningkat.Kemampuan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam memecahkan masalah menjadi hal yang sangat penting dalam memasuki
dunia kerja nantinya. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai kalangan intelektual
dituntut untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas baik berupa ide
maupun solusi terhadap berbagai permasalahan yang ada. Hal ini yang menjadi
pertimbangan bagi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran menerapkan salah satu bentuk sarana belajar secara umum dilapangan
serta melatih keterampilan profesi yang dimiliki mahasiswa selama mengikuti
Kuliah Kerja Profesi (KKP).
Kuliah Kerja Profesi (KKP) mahasiswa program Agroteknologi adalah suatu
proses pendidikan kerja yang ditempuh di instansi tertentu guna memperoleh
pengalaman kerja. Dengan kata lain, KKP bagi para mahasiswa merupakan wadah
untuk belajar, bekerja sebagai persiapan sebelum memasuki dunia kerja. KKP
juga merupakan salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
mengintegrasikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan yang dapat menciptakan sumber
daya manusia yang kompeten, mempunyai keterampilan dan keahlian dalam
menghadapi dunia kerja dan hidup bermasyarakat. Untuk menciptakan tujuan
tersebut tentunya ada dukungan dari semua pihak seperti industri yang berperan
membantu perguruan tinggi menciptakan SDM yang terampil, serta penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Magang bagi mahasiswa Agroteknologi adalah merupakan proses pelatihan
diri, dan langkah awal menimba pengalaman ditingkat lapangan (operasional),
integrasi materi yang diperoleh ditingkat perkuliahan dengan kondisi nyata di
tingkat lapangan akan menjadi landasan pokok dalam meningkatkan analisis
secara kreatif dan kritis, termasuk mencari inovasi baru upaya pemecahan
permasalahan yang diperoleh dalam kegiatan magang.
Indonesia adalah negara agraris dengan sektor pertanian yang sangat vital,
termasuk sektor perkebunan. Salah satu perkebunan terbesar adalah perkebunan
tebu menghasilkan gula yang memegang peranan sangat besar dalam
perekonomian Negara. Pasar gula dunia kini sedang dalam proses menuju
keseimbangan baru. Keseimbangan baru tersebut dapat menjadi momentum bagi
kejayaan kembali industri gula Indonesia. Untuk mewujudkan impian tersebut,
Indonesia harus mampu mengatasi berbagai masalah klasiknya yaitu pada tingkat
2

usaha tani, bahan yang tidak termanfaatkan secara optimum bersumber dari porsi
tanaman keprasan yang tinggi (70 %), penggunaan input yang belum optimal, dan
pada sistem produksi dan transportasi. Sedangkan pada tingkat pabrik, bersumber
pada mesin yang sudah tua, dan kondisi oprasional yang belum sesuai dengan
standar oprasional yang ditetapkan.
Kuliah Kerja Profesi ini dilaksanakan di PT PG RAJAWALI II UNIT PG
SINDANGLAUT, CIREBON-JAWA BARAT dengan topik BUDIDAYA
TEBU PT PG RAJAWALI II UNIT PG SINDANGLAUT, CIREBON-
JAWA BARAT yang meliputi aspek pra panen hingga pasca panen.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini adalah sebagai
berikut :
a. Secara umum : Kuliah Kerja Profesi adalah suatu kegiatan pendidikan yang
dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi, memecahkan masalah dalam perusahaan, terampil
menggunakan alat dalam suasana kerja sebenarnya serta dapat mengelola
suatu usaha.
b. Secara khusus :
1. Memahami kemudian mampu melaksanakan praktek-praktek budidaya
tebu (pengolahan tanah, pembibitan, pemeliharaan, penanganan panen dan
pasca panen dll.) dan manajemen usaha pertanian atau agribisnis di PT PG
RAJAWALI II UNIT PG SINDANGLAUT, CIREBON-JAWA BARAT.
2. Membandingkan dan menerapkan teori-teori yang sudah didapat di
perkuliahan dengan keadaan lapangan sehingga memperoleh pengalaman
kerja sesuai dengan bidang profesi yang dipelajarinya.
3. Melatih kemampuan mahasiswa dalam mengamati, menganalisa,
menyimpulkan, dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di
suatu industri berdasarkan disiplin ilmu yang telah dipelajari.
4. Melatih mahasiswa agar dapat beradaptasi dan memperoleh pengalaman
kerja dalam dunia industri.
5. Mempererat kerja sama antara Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
dengan PT. RAJAWALI II UNIT PG. SINDANGLAUT sehingga terjalin
hubungan yang baik.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini dilaksanakan terhitung sejak tanggal 3
Januari sampai dengan 31 Januari 2012 di PT PG RAJAWALI II UNIT PG
SINDANGLAUT, CIREBON-JAWA BARAT.


3

1.4 Aspek Kajian
Aspek yang dipelajari selama kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) adalah
sebagai berikut :
a. Aspek umum
Aspek umum yang dikaji adalah sejarah dan perkembangan perusahaan,
letak geografis, struktur organisasi, serta ketenagakerjaan yang ada.
b. Aspek Khusus
Aspek khusus yang dikaji adalah mempelajari aspek budidaya dan
pengolahan tebu.
1.5 Metode yang digunakan
Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini menggunakan metode sebagai
berikut :
a. Pengamatan Langsung
Mengamati langsung aspek-aspek budidaya dan pengolahan.
b. Wawancara
Dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan dan
berhubungan dengan aspek yang dipelajari yang dilakukan dengan pihak-
pihak terkait dengan topik yang ada.
c. Praktik Langsung
Dilakukan dengan ikut terlibat dan membantu setiap aktivitas yang
dilakukan oleh industri, dimaksudkan untuk melatih kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan ilmu yang dipelajari.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur sebanyak-
banyaknya yang berkaitan dengan kegiatan, baik yang berasal dari studi
pustaka maupun data dan informasi yang diperoleh dari industri.
4

BAB II
KEADAAN UMUM TEMPAT KULIAH KERJA PROFESI
2.1 Sejarah Singkat
2.1.1 Pabrik Gula Sindanglaut
Pabrik Gula Sindanglaut didirikan pada tahun 1896 oleh pemerintah
Belanda yang bernama N.V. N.I.L.M. (NV Nederlands Indisshe Landbaws
Maatschappij) yaitu perusahaan Belanda yang bergerak dalam bidang
perkebunan. Pada masa itu sebagaian besar bahkan hampir semua perusahaan-
perusahaan yang ada di Indonesia termasuk perkebunan gula dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan swasta berkebangsaan Belanda. Pada tanggal 10
Desember 1957 semua perusahaan-perusahaan Belanda diambil alih oleh
Pemerintah Republik Indonesia termasuk Pabrik Gula Sindanglaut, sesuai
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1959 bahwa semua perusahaan-perusahaan
diserahkan kepada Perusahaan Negara Baru (PN-Baru).
Pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 159 tanggal 26
april 1961 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara Kesatuan Jawa Barat VI
(PPN JABAR VI), dan merupakan suatu badan hukum yang dipimpin oleh Kuasa
Direksi, sedangkan Kuasa Direksinya adalah BPUPPN. PPN Jabar VI
berkedudukan di Bandung, maka terbentuklah Kantor PPN Gula Jabar VI di
Cirebon. Peraturan Pemerintah No. 14 tanggal 13 April 1968 semua PG dilebur
menjadi Perusahaan Negara (PN) yang ada di Cirebon yang berdasarkan hukum.
Pada tanggal 1 Mei 1981 dengan surat Akte Notaris G.H. Lumbang
Tombing, status Perusahaan Negara XIV (PNP XIV) berubah menjadi Perseroan
Terbatas Perkebunan XIV (PTP XIV), yang dipimpin Direksi (Direktur).
Kemudian tahun 1989 yang semula PTP XIV di bawah naungan Departemen
Pertanian beralih menjadi di bawah naungan Manajemen PT. Prajawali Nusindo
anak perusahaan dari Departemen Keuangan dengan nama BUMN PT
PERKEBUNAN XIV (PERSERO). Sesuai surat Menteri Keuangan RI No. S-
386/1996 tanggal 5 Agustus 1996 dan hasil keputusan RUPS PT. PERKEBUNAN
XIV (Persero) yang dituangkan dalam Akte Notaris nomor 94 tanggal 18 Agustus
1996 namanya berubah menjadi PG Rajawali II unit Pabrik Gula Sindanglaut, dan
pada tanggal 2 Januari 1998 Administratur diubah menjadi General Manager
sesuai Surat PT. Rajawali Nusantara Indonesia No. 16/HRGA/I98 tanggal 13
Januari 1998. PG Rajawali II membawahi enam Pabrik Gula dan satu Pabrik
Spirtus dan Alkohol.
Pabrik Gula Sindanglaut merupakan salah satu unit usaha di bawah
pengelolaan PT PG Rajawali II yang berkedudukan di Cirebon. PG Sindanglaut
sendiri berlokasi di desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten
5

Cirebon. Pasokan tebu PG Sindanglaut berasal dari 2 sumber yaitu Tebu Rakyat
(TR) dan Tebu Sendiri (TS), dengan total luas areal yang tersedia 2.900 hektar
sedangkan lahan yang tersedia terbagi menjadi 3 kabupaten, yaitu :
Lahan Historis di Cirebon : 1.900 hektar
Pengembangan di Kuningan : 350 hektar
Eks. Kadipaten, Majalengka : 650 hektar
Usaha untuk meningkatkan jumlah areal terus dilaksanakan untuk
mencapai target 3.100 hektar untuk musim tanam 2011/2012. Kapasitas giling
(include) yang dimiliki oleh PG Sindanglaut adalah 1.800 TCD (Ton Cane per
Day), dengan hari giling optimal 160 hari giling, sehingga jumlah pasokan tebu
yang dibutuhkan untuk memenuhi hari giling dan kapasitas pabrik adalah
288.000 ton.
2.1.2 Profil Bagian Tanaman
Bagian tanaman menyediakan tebu yang akan diproses menjadi gula dan
tetes. PG Sindang laut melakukan penanaman tebu dengan cara kerjasama usaha
dengan petani pemilik lahan. Kerjasama ini dibedakan menjadi pola kerjasama
usaha TRI KSU, TR KMB, dan TRM. TRI KSU merupakan pola kerjasama yang
pengelolaannya diserahkan kepada pabrik gula. TRI KMB adalah pola kemitraan
yang pengelolaannya diserahkan kepada petani dengan diberikan pinjaman dana
KKPE ( Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) dan petani mendapat bimbingan
teknis dari PG. Tebu Rakyat Mandiri (TRM) pengelolaannya dilakukan oleh
petani sendiri tanpa ada campur tangan dari PG.
Bagian Tanaman dipimpin oleh Kepala Bagian Tanaman yang
membawahi Sinder Kebun Kepala (SKK), Bina Sarana Tani (BST), Tebang
Angkut (TA), dan Mekanisasi. Bagian Tanaman di PG Sindanglaut terbagi
menjadi 2 Rayon dan setiap Rayon dipimpin oleh seorang SKK, Setiap SKK
membawahi beberapa SKW (Sinder Kebun Wilayah) dan setiap SKW dibantu
oleh mandor kebun, mandor pupuk, dan juru tulis kebun. Setiap SKW
bertanggung jawab terhadap kegiatan di kebun dan anggaran kebun (Kebun Tebu
Giling) dalam suatu wilayah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Kepala Bagian Tanaman dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. SKW sebagai
manager kebun, bertugas untuk mengelola kebun yang menjadi kewenangannya
meliputi penyediaan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, pengaturan drainase, taksasi produksi, penggunaan biaya sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan). Selain itu SKW bertanggungjawab atas pelaksanaan monitoring,
kontrol pekerjaan kebun, perencanaan kebutuhan bibit, termasuk menyelesaikan
6

permasalahan dalam bidangnya yang mengarah pada pencapaian sasaran dan
target produksi KTG.
Bagian mekanisasi bertanggung jawab dalam mendukung kinerja bagian
lapangan yang meliputi pengadaan alat-alat berat untuk mengolah tanah, drainase
kebun dan tebang angkut. BST bertanggungjawab atas segala macam sarana dan
prasarana produksi masing-masing wilayah dalam upaya pencapaian target,
misalnya pengadaan pupuk, herbisida, parasit Trichogramma spp, dan analisis
kelayakan lahan. BST menentukan kebun-kebun yang akan ditebang setiap
harinya berdasarkan analisis pendahuluan. Analisis pendahuluan ini bertujuan
untuk mengetahui 10 macam data (T-score), yaitu : masa tanam, selisih HK (Hasil
Kemurnian) atas dan HK bawah, selisih rendemen atas dan rendemen bawah,
rendemen rata-rata, FK (Faktor Kemasakan), KDT (Koefisien Daya Tahan), KP
(Koefisiensi Peningkatan), persentase serangan penyakit, kondisi tanaman, dan
layout kebun.
Bagian tebang angkut bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan
penebangan tebu oleh tenaga kerja tebang yang sudah dikontrak selama masa
giling, dan sekaligus pengangkutan tebu ke pabrik dengan menggunakan lori atau
truk. Bagian Tebang Angkut dipimpin oleh Kepala Tebang Angkut yang dibantu
oleh beberapa sinder tebang, setiap sinder tebang membawahi satu wilayah kebun
yang dibantu oleh beberapa mandor tebang. Pembayaran upah tenaga kerja tebang
angkut dilakukan setiap sore hari berdasarkan hasil timbangan muatan hari
sebelumnya.
2.2 Gambaran Umum
PT PG Sindanglaut secara administratif terletak di Desa Cipeujeuh Wetan,
Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Jarak PT PG
Sindanglaut dari pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon adalah 30 km, sedangkan
jarak dari pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat adalah 135 km. Di Kecamatan
Lemahabang tempat PT PG Sindanglaut berada, ketinggian tempat adalah 14
mdpl dengan jenis tanah grumosol.

7

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi
Kuliah Kerja Profesi dilaksanakan dari tanggal 3 Januari 2012
sampai 31 Januari 2012 yang berlokasi di Pabrik Gula Sindanglaut yang
merupakan bagian dari RNI Group (terlampir, lampiran 2). PG. Sindanglaut
berlokasi di Kabupaten Cirebon dan terbagi menjadi 8 Wilayah kebun tebu
yang masing-masing dikeplai oleh Sinder Kebun.
Kegiatan kuliah kerja profesi meliputi budidaya tanaman tebu dan
pengolahan tebu menjadi gula. Budidaya tebu meliputi penyediaan bibit,
pengolahan tanah, penanaman bibit, perawatan, pengendalian hama penyakit
sampai penebangan serta pengangkutannya. Pengolahan tebu menjadi gula
di pabrik dimulai dengan persiapan tebu yang diangkut dari kebun, tebu
yang akan diproduksi menjadi gula tidak boleh didiamkan lebih dari 24 jam,
apabila hal ini terjadi maka rendemen dari tebu akan berkurang.
3.2 Produksi Tebu PG Sindanglaut
Tanaman tebu (Saccharum officinarum
L) adalah satu anggota familia rumput-rumputan
(Graminae) yang merupakan tanaman asli
tropika basah, namun masih dapat tumbuh baik
dan berkembang di daerah subtropika, pada
berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga
ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut (dpl).

Klasifikasi tanaman tebu
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.

Usaha budidaya tebu di Indonesia dilakukan pada lahan sawah
berpengairan dan tadah hujan serta pada lahan kering/tegalan dengan rasio
Gambar 1. Tanaman tebu
umur 6 bulan
8

65% pada lahan tegalan dan 35% pada lahan sawah. Sampai saat ini
daerah/wilayah pengembangan tebu masih terfokus di Pulau Jawa yakni di
Provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta dan Jawa Barat yang
diusahakan di lahan sawah dan tegalan. Sedangkan usaha tani tebu pada
lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa seperti di Provinsi
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan
Gorontalo.
Salah satu tempat yang memproduksi gula adalah PT PG
Sindanglaut. Tebu memiliki banyak varietas , akan tetapi varietas tebu yang
ditanam di Pabrik Gula Sindanglaut adalah R579 atau Bulu Lawang (BL)
yang batangnya dan berwarna merah dan PA198 yang batang tebunya
berwarna putih.
Budidaya tebu di Pabrik Gula Sindanglaut dilakukan pada bulan
Juli sampai Juni tahun berikutnya, selama budidaya tersebut dilakukan
berbagai macam kegiatan untuk menghasilkan tebu yang Manis Bersih dan
Segar (MBS). Budidaya tebu terdiri dalam 2 jenis, yaitu budidaya tebu baru
atau Plant Cane dan budidaya tebu keprasan atau Ratoon Cane.
3.2.1 Budidaya Tebu Plant Cane(PC)
Budidaya tebu awal atau Plant Cane adalah budidaya tebu yang
dilakuakan pada lahan yang sebelumnya tidak ditanami komoditas tebu dan
lahan bekas pertanaman tebu TRIS II yang telah menurun produktivitasnya.
a. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan merupakan langkah awal dalam budidaya tebu,
sebelum melakukan pembukaan lahan harus dilakukan penentuan lokasi
penanaman tebu dan pengukuran luas lahan, hal ini dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian lahan tersebut dengan lingkungan tumbuh tanaman
tebu. Langkah selanjutnya setelah dilakukan penentuan lokasi adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan lahan
Lahan yang akan menggunakan bukaan sistem mekanis harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Bersih dari sampah, rumput tinggi dan sangkrah tebu.
- Tidak berbatu dan topografi tanah tidak terlalu curam
- Tidak basah
- Luasan tidak terlalu kecil sehingga tersedia tempat untuk manuver
traktor.
2. Bajak I
- Fungsi : Memotong tanah, membalik tanah dan membunuh
perakaran tanaman penggangu.
9

- Kedalaman olah : 30 cm
- Unit traktor : Traktor 110 150 HP
- Implemen : Discplough ( Bajak piring ) ukuran 30 inci.
- Kapasitas olah : 0,2 0,25 ha/jam.
3. Bajak II
- Fungsi : Memperkecil bongkahan tanah setelah bajak I
- Kedalaman olah : 25 30 cm
- Unit traktor : Traktor 110 HP
- Implemen : Disc plough ( Bajak piring ) ukuran 30 inci.
- Kapasitas olah : 0,25 0,3 ha/jam
4. Kair
- Fungsi : Membuat alur tanam/jolangan
- Kedalaman olah : 20 25 cm
- Unit traktor : Traktor 110 HP
- Implemen : Furrower (Kairan) 3 mata
- Kapasitas olah : 0,4 0,45 ha/jam.

5. Pembuatan Got
Got berfungsi untuk saluran pemasukan air, membuang kelebihan
air (drainase) dan mempermudah proses pertukaran oksigen ke dalam
tanah (aerasi) sehingga akar tebu dapat bernafas untuk dapat menyerap
zat hara dari dalam tanah. Pada prinsipnya pembuatan got dalam sistem
bukaan lahan makanis adalah sama dengan sistem bukaan reynoso.
b. Pembibitan
Bibit merupakan bagian penting dalam budidaya tanaman, begitu
juga pada budidaya tebu. Bibit yang berkualitas akan menghasilkan tebu yang
memiliki produktivitas dan rendemen yang tinggi. Langkah-langkah untuk
menyiapkan bibit yang berkualitas adalah sebagai berikut:
1. Persiapan bibit
Bibit merupakan salah satu faktor yang penting dalam
penyelenggaraan tebu giling. Bibit yang kurang baik bisa menyebabkan
turunnya produktivitas tebu. Bibit yang digunakan untuk tanaman tebu
adalah :
Gambar 2. Jenis-jenis implement Traktor
10

- Bibit bagal, berasal dari KBD ( Kebun Bibit Datar ) yang ber umur 6-
8 bulan, sebelum ditanam, setiap bibit dipotong-potong menjadi 2-3
mata/potong ( 30 cm).
- Bibit pucuk/topstek, berasal dari tebu giling yang diambil pucuknya.
2. Persiapan dan Tanam
Untuk bukaan sistem reynoso, maka harus dibuat terlebih dahulu
kasuran yang dikerjakan sesudah tanah dikeringkan di atas guludan selama
15 hari hingga menjadi kering.tanah kering tersebut diturunkan dari atas
guludan dengan cangkul hingga setebal 15 cm dan sebelumnya apabila ada
rumput dirambas terlebih dahulu sampai bersih. Kemudian bibit ditanam.
Jumlah penggunaan bibit bibit per jolang adalah 22 28 bagal. Di
tiap ujung jolang yang berbatasan dengan got ditanam sebanyak 2 bagal
untuk cadangan ( bahan sulaman ) bila ada bibit yang tidak tumbuh.
c. Pemeliharaan
1. Siram
Untuk dapat hidup tanaman tebu
membutuhkan air. Siram untuk tanaman
yang masih muda lebih sering diberikan
daripada yang dewasa, tetapi siraman
untuk yang sudah dewasa jumlah airnya
jauh lebih banyak meskipun
pemberiaannya lebih jarang dibanding
pada tanaman muda.
2. Sulaman
Sulaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam dan sebelum
pemberian pupuk. Sulaman dapat menggunakan bibit cadangan yang
ditanam pada ujung tiap jolang atau menggunakan bibit dederan yang
sengaja ditanam di tepi jalan kontrol.
3. Pengendalian gulma
Gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman tebu merupakan saingan bagi
tanaman tebu untuk memperoleh air,
unsur hara dan sinar matahari.Oleh
sebab itu kebun harus diusahakan bersih
dari rerumputan. Penyiangan bisa
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan rambas maupun dengan cara
kimiawi yaitu dengan herbisida.
Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya.
Gulma-gulma dominan yang menjadi pesaing kuat yang berakibat
Gambar 3. Mesin Pompa
Gambar 4. Pengendalian gulma
11

merugikan terdiri atas gulma daun lebar dan merambat, gulma daun sempit
dan teki-tekian. Gulma daun lebar dan merambat terdiri atas Cleome
ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata, Amaranthus dubius, Spigelia
anthelmia, Commelina elegans, Mikania micrantha dan Momordica
charantia. Gulma daun sempit tediri atas Digitaria ciliaris, Echinochloa
colonum, Eleusine indica, Dactylocta aegyptium dan Brachiaria distachya
sedangkan gulma golongan teki adalah Cyperus rotundus.
Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi
pengendalian secara kimia, mekanis dan manual. Untuk sistem reynoso,
pengendalian lebih dominan dilakukan secara manual.Sementara itu di
lahan kering lebih umum pengendalian gulma secara kimia yang
dibedakan menjadi tiga yaitu pre emergence (pra tumbuh), late pre
emergence (awal tumbuh) dan post emergence (setelah tumbuh).
Tabel 6 jenis dan dosis herbisida
Waktu Aplikasi Herbisida Bahan Aktif Dosis
Post Emergence I Aqotrin
Sidamin
Gramoxone
Sanvit
Ametrin
2,4 D Amin
Paraguat
Surfactan
2,00 lt/ha
0,75 lt/ha
0,50 lt/ha
0,50 lt/ha
Post Emergence II Gramoxone Paraquat 2,50 lt/ha
Sumber: Aplikasi herbisida di kebun Kali Gawe, 2012
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali
dalam satu kali pertanaman, yaitu:
- Pupuk I : 1-2 minggu setelah tanam dengan
dosis 3 ku ZA, 2 ku TSP
- Pupuk II : 4-6 minggu setelah tanam
dengan dosis 4 ku ZA, 2 ku KCl
5. Pembumbunan / Turun Tanah
Bumbun / turun tanah adalah pekerjaan menimbun pangkal batang
tebu dengan tanah dengan tujuan untuk :
- Memberi tambahan media tanah sebagai sumber zat hara yang baru
bagi tanaman.
- Memperbaiki drainase kebun.
- Memberi tambahan kekuatan bagi tegaknya tanaman.
Tahapan dalam Pembumbunan / Turun Tanah :
- Turun Tanah I
Turun tanah I dilakukan pada umur 4 5 minggu setelah tanam
dengan ketebalan 3 5 cm sekedar menutup bibit dengan cara
menurunkan tanah lembut ( maksimal sebesar isi salak ) dengan
cangkul kecil.
Gambar 5. Pencampuran
pupuk
12

- Turun Tanah II ( Walik Gulud )
Turun tanah II dilakukan pada umur 60 hari setelah tanam
dengan cara tanah guludan dibalik dan tanah lembut diturunkan ke
dalam jolangan sampai kurang lebih 3/4 kedalaman juringan.
- Turun Tanah III
Turun tanah III bertujuan untuk memberi tambahan makanan
pada tebu dan menghentikan tumbuhnya anakan. Turun tanah III
dilakukan pada umur 3-3,5 bulan setelah tanam dengan cara
memasukkan seluruh sisa tanah di atas guludan yang sudah kering ke
dalam jolangan di antara batang tebu sehingga habis dan rapat. Tanah
diusahakan membentuk gundukan supaya air hujan mudah turun ke
klacen lalu menuju got.
- Arugan
Arugan dilakukan apabila tebu sudah beruas antara 56 ruas.
Got malang diisi air (setengah leb) untuk memudahkan pekerjaan.
Tanah matang dipacul dan diletakkan pada larikan tebu kemudian
siram dan injak agar guludan padat dan rata. Tinggi guludan (timbunan
tanah pada pangkal tebu) mencapai 30-35 cm.
6. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Produktivitas dan rendemen tebu dapat berkurang jika hama dan
penyakit tanaman tidak dikendalikan.
- Hama
Jenis hama dominan saat ini di Pulau Jawa dalam budidaya tebu
adalah penggerek batang dan penggerek pucuk. Intensitas serangan
penggerek pucuk berkisar antara 6% - 49% dan penggerek batang
berkisar antara 9 % - 18 %. Jenis penggerek batang bergaris lebih
dominan dibanding penggerek batang berkilat. Sedang distribusi
serangan relatif merata.
Perkembangan tingkat serangan penggerek sangat dipengaruhi
oleh kondisi cuaca khususnya angka curah hujan. Makin tinggi jumlah
hari dan curah hujan maka akan makin tinggi pula intensitas serangan.
Tingkat serangan penggerek akan makin meningkat seiring dengan
pertambahan umur tebu. Tingkat serangan makin meningkat dan
semakin menyebar dengan makin luasnya areal tertanam oleh tebu.
Menurut cara penyerangannya penggerek batang dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu : penggerek ruas dan penggerek tunas.
Penggerek ruas yaitu :C. auricilus Pudg (penggerek berkilat), C.
sacchariphagus Bojer (penggerek bergaris), dan Phragmatocea
13

castanae Hubner (penggerek raksasa) menyebabkan kerusakan ruas-
ruas pada tebu. Sedangkan penggerek tunas yaitu Eucosma schista
ceana Sn (penggerek abu-abu), Chilo infuscatellus (penggerek kuning)
dan Sesamia inferens Wlk (penggerek jambon) menyebabkan kematian
pada tunas tebu-tebu muda.
Kerugian gula akibat serangan C. sacchariphagus hasil
pengamatan di Jawa Barat pada tingkat serangan ruas sebesar 20 %,
penurunan hasil gula dapat mencapai 10 %.Tingkat serangan
penggerek batang di kebun beberapa pabrik gula di Jawa Barat cukup
rendah, dan hanya beberapa kebun tingkat serangannya mencapai 30-
45 %. Selanjutnya tingkat serangan hama penggerek batang
padapertanaman tebu di lampung cenderung meningkat dari 5 % pada
tahun 1998 menjadi 12 % pada tahun 2002.
- Penyakit
Beberapa macam penyakit yang biasa menyerang di wilayah
pabrik gula antara lain penyakit luka api, penyakit pokah bung,
penyakit mozaik, penyakit noda kuning, tetapi yang mendapat
perhatian adalah penyakit Ratoon Stunting Desease (RSD) yang
disebabkan oleh virus. Gejalanya adalah batang tebu menjadi sedikit
lebih pendek dan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang sehat,
bila tanaman tebu dibelah terlihat berwarna jingga atau merah muda
pada bagian bawah buku. Pengendaliannya dapat menggunakan
varietas tahan, alat pemotong dengan desinfektan 10% atau dengan
perlakuan air panas pada bibit dengan suhu air 50
0
C selama 2-3 jam.
Serangan penyakit yang selama ini menyerang ternyata masih dibawah
5%, sehingga tindakan yang banyak dilakukan adalah dengan sanitasi
kebun dan menggunakan varietas tahan.
d. Kletek
Kletek adalah pembuangan daun-daun
kering, tujuan dari dilakukan kletek adalah
sebagai berikut:
- Mempermudah pelaksanaan turun tanah /
arugan.
- Mengurangi kelembaban.
- Mematikan sogolan.
- Mengurangi kerobohan.
- Memperbaiki sirkulasi udara.
Kletek dilakukan sebelum dilakukan arugan dan
dilakukan kembali menurut kebutuhan.
e. Kuras Got
Gambar 6. Kletekan oleh
Sinder Kebun
14

Kuras got (pemeliharaan got) harus dilaksanakan secara teratur sampai
pelaksanaan tebang karena tebu tidak menyukai tergenang oleh air. Got yang
dalam akan mempertinggi rendemen dan tebu tidak akan mudah kering pada
saat menunggu tebangan.
3.2.2 Budidaya Tebu Keprasan / Ratoon Cane(RC)
Tebu termasuk salah satu spesies dari marga Gramineae sehingga tebu
akan menumbuhkan tunas-tunas baru setelah dipotong batangnya. Tunas tebu
baru muncul dari mata-mata tunas yang berada di dongkelan (pangkal tebu
yang berada dalam tanah). Kata keprasan berasal dari kepras yakni
memotong pangkal batang tebu. Tunas tebu baru yang kemudian tumbuh
disebut dengan kata benda keprasan. Dalam bahasa Inggris disebut Ratoon.
Tanaman tebu di Indonesia lebih didominasi tanaman keprasan (Ratoon Cane)
dibandingkan tanaman baru (Plant cane).










a. Persiapan Tanaman Keprasan
- Kebun dibersihkan dari klaras dan sisa-sisa tebangan dengan cara
membakar sampah ( daun kering tebu setelah tebangan ).
- Tunggak / tunggul tebu dikepras dengan cangkul yang tajam.
- Pengeprasan harus dilakukan sesegera mungkin.
b. Penggemburan Tanah / Jugaran
Bertujuan untuk menggemburkan tanah di sekitar perakaran, sekalian
memotong akar lama sehingga akan tumbuh akar baru.
- Dapat dilakukan secara manual dilakukan dengan cara menyangkul
sedalam 15 25 cm memanjang di tepi barisan tanaman atau secara
mekanis dengan menggunakan Chissel.
Ratoon I
Ratoon II
Plant
Bibit Bagal
Gambar 7. Penapang bibit tebu
15

- Kegiatan penggemburan tanah ini tidak boleh dilakukan apabila tanah
bertekstur ringan dan kondisinya kering, karena akan terjadi evaporasi
yang berlebih dan tunas akan mati.
c. Penyulaman
- Penyulaman dilakukan jika kebutuhan air tersedia.
- Apabila dilaksanakan segera setelah kepras maka penyulaman bisa
dilakukan dengan bibit bagal, namun apabila sulaman dilakukan ketika
tebu sudah berumur 1 bulan maka penyulaman dilakukan dengan bibit
dongkelan atau dederan.
- Penyulaman setelah umur 2 bulan sebenarnya tidak dianjurkan karena
akan ternaungi (kalah bersaing mendapatkan sinar matahari) oleh tanaman
yang bukan sulaman yang terlebih dahulu tumbuh.
d. Pembumbunan / Turun Tanah
- Tanaman tebu setelah dilakukan keprasan posisi pangkal tebu tidak terlalu
dalam dibandingkan dengan posisi bibit pada tanaman PC pada saat
ditanam. Oleh karena itu turun tanah hanya dilakukan 2 kali.
- Turun tanah I dilakukan sama seperti halnya turun tanah III pada tanaman
PC.
- Tanah bekas penggemburan tanah yang ada di sepanjang barisan tanaman
dicangkul dan diletakkan pada pangkal batang tebu.
- Turun tanah II dilakukan sama seperti arugan pada tanaman PC.
e. Pekerjaan Lain
Pekerjaan selanjutnya meliputi pemupukan, penyiangan, kuras got
dan kletekan sama dengan yang dilakukan pada tanaman PC.
3.3 Proses Pengolahan Tebu
Secara garis besar proses pengolahan tebu di PG Sindanglaut melalui
beberapa tahapan meliputi: stasiun pendahuluan, stasiun gilingan, stasiun
pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, dan stasiun
penyelesaian.
3.3.1 Stasiun Pendahuluan (Emplacment)
Pada stasiun pendahuluan,tebu-tebu yang telah ditebang pada pagi dan
siang hari akan disimpan pada lori-lori yang berada di emplasment lalu digiling
pada malam harinya.Tebu yang telah ditebang tidak akan tahan terhadap kondisi
lingkungan baik pada keadaan cuaca panas atau pun hujan karena proses
metabolisme tebu tidak semaksimal pada waktu tumbuh dan berkembang
sehingga dapat menurunkan rendemen dan akan mempengaruhi kualias dan
kuantitas gula yang telah melalui proses produksi. Tebu lasahan di kebun, tebu
yang terserang OPT, tebu terbakar hamper dapat dipastikan memiliki rendemen
yang rendah serta jumlah tetes yang tinggi sehingga perolehan gula SHS akan
sangat rendah.
16

3.3.2 Stasiun Gilingan
Proses pemerahan tebu memiliki peranan yang besar terhadap penentuan
rendemen.berkurangnnya rendemen dapat disebabkan oleh enzim yang merusak
gula menjadi galaktosa dan fruktosa. Hal ini dapat terjadi ketika musim kering dan
suhu yang tinggi, adapun penyebab lainnya yaitu serangan dari bakteri
leuconostoc mosenteroids yang menyebabkan gula menjadi dekstran (gula yang
dihasilkan tidak dapat dikristalkan). oleh sebab itu kinerja dari gilingan
merupakan penentu dari gula yang dihasilkan.
Usaha yang diberikan untuk memperkecil kehilangan gula selama proses
pemerahan adalah dengan pemberian air imbibisi dan sanitasi di stasiun gilingan.
Selain itu pada penggilingan I dan II ditambahkan nira imbibisi yang berasal dari
gilingan III dan IV. Pemberian air imbibisi tersebut dilakukan pada ampas yang
akan digiling pada gilingan II, III, IV. Air imbibisi yang digunakan berasal dari
kondensat bersuhu 60-70
o
C, dengan suhu imbibisi yang tinggi diharapkan dapat
memperbanyak hasil ekstraksi di stasiun gilingan. Pemberian air imbibisi harus
secara optimal, apabila kekurangan maka gula belum terekstraksi secara
maksimal, sedangkan jika terlalu banyak maka beban penguapan akan semakin
besar. Besarnya imbibisi yang diberikan sekitar 22-24% tebu atau sekitar 140
150% sabut.
Pengaruh kondisi Kristal terhadap mutu gula produk sangat besar. Maka
dilakukan langkah-langkah perbaikan, yaitu dengan menggunakan bibit masakan
yang baik. Masakan A menggunakan bibit masakan berasal dari gula C. Masakan
C menggunakan bibit yang berasal dari D2. Untuk mendapatkan masakan gula D
yang bermutu baik dapat mennggunakan fodan. Nira kental yang telah mengalami
proses masakan selanjutnya diturunkan ke palung pendingin. Proses pendinginan
ini bertujuan untuk menurunkan temperatur dengan demikian sukrosa yang
terdapat pada larutan jenuh akan menempel pada Kristal yang terlah ada,maka
krisital akan semakin banyak. Masakan dianggap memiliki mutu yang baik
apabila ukuran Kristal seragam atau setidaknya terdapat dua macam kriteria yaitu
bersih dan bebas dari Kristal palsu.
3.3.3 Stasiun Pemurnian
Tujuannya adalah untuk memurnikan nira mentah menjadi nira jernih (nira
encer) dengan cara mengendapkan atau menghilangkan zat-zat padat bukan gula
yang terdapat dalam nira mentah, tanpa merusak kandungan gula yang ada di
dalamnya yaitu sukrosa. Proses ini dilakukan dengan menggunakan zat kimia
seperti sakarat kapur, fosfat, gas sulfit, dan flokulan.
3.3.4 Stasiun Penguapan
Nira encer hasil dari proses pemurnian masih mengandung air sekitar 85%
dan kandungan zat kering terlarut (12 % brix), sehingga untuk mengambil kristal
17

gula di dalamnya harus menguapkan airnya. Tujuan utama dari stasiun penguapan
yaitu untuk menguapkan sebagian air yang terkandung dalam nira encer hingga
didapat nira kental dengan % brix minimal 64 % brix (32
o
Be). Untuk efisiensi/
menghemat uap PG Sindanglaut menggunakan sistem penguapan sistem
quadruple effect (empat badan penguap), dimana 1 kg uap dapat menguapkan 4 kg
air. Terdapat lima buah evaporator yang terdapat di PG. Sindanglaut, tetapi dalam
pengoperasiannya hanya empat buah dengan menggunakan sistem umpan maju,
sedangkan yang lainnya digunakan sebagai cadangan. Hal ini dimaksudkan agar
evaporator dapat digunakan secara kontinyu, apabila evaporator yang lain sedang
dibersihkan (skrap), karena kebersihan pipa juga mempengaruhi proses
perpindahan panas. Adanya kerak yang menempel pada pipa dapat mengurangi
transfer panas dari uap pemanas ke larutan nira.
3.3.5 Stasiun Masakan
Tujuannya adalah untuk memasak nira kental sampai menjadi nira kristal
gula semaksimal mungkin dan menekan kehilangan kadar gula yang terbawa oleh
tetes seminimal mungkin. Prinsip kerja stasiun masakan sama dengan stasiun
penguapan, hanya dalam stasiun masakan nira kental dari stasiun penguapan dan
dipanaskan lebih lanjut hingga terbentuk kristal gula. Proses pemasakan harus
memenuhi persyaratan yaitu gula seragam, tidak terdapat kristal palsu (fase grain),
ukuran kristal yaitu 0.9 1.1 mm, kristal tidak mudah larut, persentase kristal
lebih besar dibandingkan larutan yang melapisi, waktu proses sesingkat mungkin.
3.3.6 Stasiun Putaran
Tujuan dari stasiun putaran adalah memisahkan kristal gula yang terbentuk
dengan larutan induknya (stroop). Untuk memisahkannya digunakan gaya
sentrifugal. Didalam alat putaran terdapat tromol yang dilengkapi saringan pada
dindingnya, sehingga apabila sejumlah masakan dimasukkan di dalamnya, dengan
adanya gaya sentrifugal maka masakan tersebut akan terlempar meninggalkan titik
pusat perputarannya. Semakin besar kristal gula yang terbentuk, maka rongga
yang terbentuk akan besar pula, sehingga akan mempercepat pemisahan kristal
dengan larutannya. Setelah semua larutan induknya terpisah, ternyata dalam
kristal tersebut masih terdapat kotoran yang melekat dan mengering sehingga
untuk membersihkannya dilakukan dengan menyiram air panas, dan untuk
mengeringkan gula maka dilakukan penyeteman uap.
Penyiraman dengan air dan penyeteman dengan uap disebut dengan
pencucian. Pencucian dilakukan secara merata. Tujuan dari pencucian adalah
memisahkan antara kristal dengan stroop/klare, sedangkan pemberian steam
bertujuan untuk membersihkan stroop yang masih menempel. Pemisahan kristal
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecepatan operasi, ukuran dan kerapatan
kristal, viskositas larutan, suhu, dan HK.

18

3.3.7. Stasiun Penyelesaian
Gula yang diputar,selanjutnya diturunkan menuju talang getar dan
kemudian ke talang goyang. Talang goyang merupakan tempat pengeringan
secara alami.Setelah mengalami pengeringan secara alami, kristal gula langsung
turun menuju tangga Yacob untuk diangkat menuju saringan gula dan sugar been.
Tangga yacob berfungsi untuk menaikkan gula dari talang goyang menuju
saringan. Saringan berfungsi untuk memisahkan antara gula krikilan dengan gula
produk.
Pada stasiun penyelesaian, jika masih terdapat gula yang masih basah dan
telah terlanjur terbawa melalui talang goyang, maka untuk sementara dimasukkan
dahulu ke dalam karung, kemudian dikembalikan ke talang goyang untuk
didampur kembali dengan gula kering,agar produksi tidak basah, sedangkan gula
yang masih basah dan berwarna merah kecoklatan,akan dilebur kembali dengan
alat pelebur gula dan kemudian dilakukan proses putaran kembali agar
mendapatkan hasil gula yang diinginkan. Kondisi saringan harus dikontrol secara
optimal, karena apabila terjadi kerusakan atau terdapat robekan maka harus
segaran diganti agar tidak terjadi pencampuran antara gula krikil, gula halus, dan
gula produk.
19

BAB IV
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Praktik kerja lapangan merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara terintegrasi antara pendidikan , praktik lapangan dan kegiatan sosialisasi
antara tenaga ahli dengan masyarakat yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
yang semaksimal mungkin dengan adanya sinkronisasi antara beberapa aspek
tersebut diharapkan akan tercapai hasil yang diharapkan.
PT PG Sidanglaut merupakan salah satu pabrik gula di Indonesia.
Pengolahan tebu menjadi gula kristal PG Sindanglaut merupakan hasil dari
beberapa kegiatan dan proses yang melibatkan aspek pendidikan, sosial dan
budaya yang terpadu yang diawali dengan kegiatan budidaya tanaman tebu :
1. Pengadaan bibit berkualitas
2. Pengolahan tanah (bajak I, bajak II, dan kairan)
3. Pemeliharaan tanaman (penyiangan atau rambasan, penyiraman atau
penggenangan, pemupukan, pengelupasan daun kering pada tebu
(kletekan), pengendalian OPT (hama, penyakit dan gulma).
4. Pembumbunan (turun tanah I-III, arug)
5. Kuras got
6. Analisis pendahuluan (penenentuan kemasakan tebu)
7. Tebang dan angkut
Kegiatan budidaya tersebut ditujukan agar tebu yang ditanam memiliki
kriteria Rendemen tinggi lebih dari 7 %, tinggi tanaman 3 meter sehingga pada
akhir proses yaitu gula SHS (sugar high superior), Tebu yang berkualitas akan
menghasilkan gula yang memiliki kuantitas dan kualitas yang diinginkan oleh
pasar tergantung proses pengolahan yang terstandarisasi , higienis, dan
multidisplin.
Pengolahan tebu menjadi gula melibatkan proses pasca panen yang
terpadu dengan tujuan menjaga kualitas batang tebu tetap terjaga. Setelah tebang,
perlakuan yang diberikan pada tebu yang akan diolah (terjaga kualitasnya sejak
tebu di tebang : bebas penggerek, bebas sogol atau anakan yang tidak diharapkan,
sangkrah atau daun tebu yang telah mengering), lalu proses angkut dengan
perlakuan yang tepat sehingga tidak merusak rendemen tebu, serta pengamatan
kondisi cuaca dan lahan sehingga dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan
yang dapat menghambat proses tebang angkut, karena lamanya pengolahan
merupakan salah satu faktor pembatas untuk mendapatkan tebu Manis Bersih
Segar. Proses metabolisme tebu terus berlangsung setelah ditebang sehingga
memicu respirasi dan transpirasi yang diakibatkan oleh luka tebangan , maka
semakin banyak dan besarnya luka akan mempercepat proses pengubahan gula
menjadi alkohol.
20

Gula SHS (sugar high superior) dihasilkan dari hasil proses sentrifugasi
hasil masakan A sedangkan hasil gula C dan D merupakan hasil sentrifugasi
masakan C dan D.Pada hasil masakan A menghasilkan klare dan pada masakan C
dan D menghasilkan stroop yang digunakan sebagai bibit kristal untuk membantu
pembentukan gula kristal pada proses kristalisasi.
Dalam proses produksi gula PG Sindanglaut menghasilkan beberapa hasil
samping dan limbah industri. Produk samping tersebut antara lain ampas (bahan
bakar boiler), blotong, molases, dan abu ketel.sedangkan limbah yang dihasilkan
berupa gas yang dikeluarkan melalui cerobong asap , sedangkan limbah cair di
salurkan ke kolam-kolam penampungan limbah cair (ipal).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisa di lapangan maka penulis dapat memberikan
saran sebagai berikut:
1. Pabrik Gula Sindanglaut perlu memperbaharui sarana dan prasarana
yang ada untuk menunjang produksi tebu, sehingga produksi tebu
dapat meningkat.
2. Meningkatkan profesionalisme sebagai penentu keberhasilan dalam
upaya untuk meningkatan produksi tebu.
3. Intensifiaksi perlu dilakukan untuk menjaga produksi dengan luas
lahan yang semakin berkurang.
4. Pengurangan penggunaan pupuk dan herbisida kimia yang dapat
merugikan keberlanjutan pertanian.
5. Peningkatan keselamatan pekerja dapat menambah motivasi para
pekerja untuk meningkatkan produksi tebu.

21

DAFTAR PUSTAKA

Achadian, Etik M. 2011. Pembiakan Masal Trichogramma spp. Musuh Alami
Hama Penggerek Pucuk dan Batang Tebu di Indonesia. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan
Achadian, Etik M. dkk. 2011. Hama dan Penyakit Tebu. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan
Anonim. 2011. Budidaya Tebu. PT PG Rajawali II Unit PG. Sindanglaut. Cirebon
Cahyono H. 2001. Laporan Praktik Kerja Lapangan. PT PG Rajawali II Unit PG.
Sindanglaut. Cirebon
Juanda, Bareth. 2011. Aspek Keteknikan dan Penanganan Limbah Pada Proses
Produksi Gula. IPB. Bogor
Salam, Ramdhani. 2012. Pemanfaatan Handtractor. PT PG Rajawali II. Cirebon
Sudiatso S. 1981. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Bogor
Trinurasih, Siti. 2011. Aspek Keteknikan Pada Proses Pengolahan Tebu Menjadi
Gula di PT PG Rajawali II Unit PG Sindanglaut. IPB. Bogor.

22

LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PG Rajawali II

Direktur Utama
DEWAN KOMISARIS
Direktur Produksi Direktur Keuangan
Kepala SPI
Kepala Bidang
Teknik &
Teknologi
Kepala Bidang
Tanaman
Kepala Bidang
Akuntansi &
Keuangan
Kepala Bidang
SDM, Umum &
Legal
Kepala Biro
Perencanaan &
Evaluasi
Kabag
Operasional
Kabag Non-
Operasional
Kabag
Teknik
Kabag
Teknologi
Kabag
Perlengkapan
Kabag PG.
HGU
Kabag PG. TR
Kabag
Akuntansi
Kabag
Keuangan
Kabag
Teknologi
Informasi
Kabag SDM
Kabag Umum
& Legal
Kabag Riset &
Evaluasi
Kabag
Perencanaan
&Pengembang
-an
Apotek
Nusindo
Farma
GM PG
Jatitujuh
GM PG
Subang
GM PG
Tersana Baru
GM PG
Sindanglaut
GM PG
Karangsuwung
Kepala PSA
Palimanan
Direktur
PT. IBP
Ka. Unit R&D
23

Lampiran 2. Jadwal faktual Kegiatan Kuliah Kerja Profesi
Hari/
tanggal
Kegiatan
Selasa,
03-01-2012
Pertemuan dengan kepala BST dalam rangka perkenalan dan
pemberitahuan kegiatan yang akan dilaksanakan
Hasil:
Pak Giri (Kepala Bina Sarana Tani) memperkenalkan seputar
PG Sindanglaut.
Memberi tugas kepada kami untuk memperdalam mekanisasi
yang ada di PG Sindanglaut dalam 2 hari kedepan.
Penjelasan mekanisasi PG Sindanglaut oleh Bapak Sendani yang
menjabat sebagai Kepala Seksi Mekanisasi.

Bersama Pak Sendani (kiri)
Kepala Mekanisasi
Dalam mekanisasi terdapat 3 sub bidang yaitu :
Pengawas mekanik traktor lapangan
Mandor traktor
Mandor pompa
Kegiatan yang dilakukan mekanisasi (traktor) dalam pertanaman
adalah :
Pengolahan tanah dan pemeliharaan tanah (9 unit)
Traktor tarikan (12 unit)
Beberapa implement dalam pengolahan tanah dan pemeliharaan
tanaman:
Discplough : untuk membajak tanah
Kairan : untuk membuat saluran air
Chissel : untuk memotong akar dan menggemburkan tanah
Yang menjadi pertimbangan dalam menyewa lahan dan penentuan
harga sewa :
Sarana irigasi : tersedia atau tidaknya air yang cukup
Sarana transportasi : jauh atau dekat dengan jalan raya
Sarana keamanan : aman atau tidak daerah tersebut
Kendala mekanisasi PG Sindang Laut:
Unit terbatas dan sudah tua.
Pada lahan basah terdapat got yang dalam sehingga sulit dalam
pengolahan.
Rabu
04-01-2012
Penjelasan pompa air oleh mandor pompa ( Pak Sanusi)
Mesin pompa merupakan alat yang digunakan untuk membantu
melakukan pengairan di lahan tebu mulai dari penanaman sampai
panen.
Pemeliharaan mesin dilakukan setiap mesin setelah digunakan
dengan cara mengecek setiap jenis alat sehingga mengetahui mana
alat yang akan diperbaiki. Pengairan rutin dilakukan setiap hari
sampai tebu berumur 3-4 bulan dengan genangan sesaat karena air
24

langsung meresap kedalam tanah.
Kerusakan mesin pompa yang sering terjadi di lapangan:
Wadah oli yang bocor
Kehabisan bahan bakar
Mesin tidak menyedot air yang menyebabkan mesin sangat
panas.

Penjelasan mengenai pengendalian hayati hama tebu
menggunakan Trichogramma J apanicumoleh Pak Halim
Hasil :
Pengendalian hayati merupakan pengendalian OPT dengan
menggunakan makhluk hidup untuk menekan tingkat populasinya.
Bahan yang digunakan untuk perbanyakan :
Jagung 3 kg
Beras 2 kg
Bahan tersebut dicampur dan dimasukkan ke wadah untuk
perkembangan induk. Induk yang sudah ada dikembangbiakkan
dengan cara mencampur sebanyak 250 ekor/wadah. Pada hari
berikutnya akan didapat telur-telur muda kemudian dilakukan
produksi telur siap menetas untuk ditempelkan pada daun tebu ketiga
di lapangan dengan jarak pasang 10 langkah dan umur tebu 1,5 bulan.
Pemasangan dilakukan setiap 3 hari sekali. Keefektifan teknik
pengendalian ini menurut pemasang hanya bisa menekan serangan
penggerek pucuk dan penggerek batang sebesar 10 % dari 100 %
populasi yang ada sehingga masih dibutuhkan pengendalian kimia
untuk menekannya.
Kamis,
05-01-2012
Aplikasi pemasangan pias pada pertanaman tebu TRIS II di
daerah Kaligawe
Hasil :
Pias adalah telur Trichogramma spp. yang sebelumnya diberi
perekat. Pemasangan pias dilakukan di lapangan dengan cara :
Memotong pias sepanjang 6 cm dengan 3 cm untuk telur dan 3
cm untuk staples
Menyiapkan stapler beserta isinya untuk menempelkan pias
pada daun tebu
Menuju ke lahan tebu yang baru berumur 2 minggu
Melakukan penempelan pias dengan stapler yaitu dengan cara
berjalan sepuluh langkah dari tanaman pinggir kemudian
menempelkan pias di daun ketiga dari pucuk dan menghadap
kebawah agar tidak terkena air hujan.
Memasang pias setiap sepuluh langkah
Satu hari kemudian telur akan menetas dan setelah seminggu
akan menginokulasi hama yang berupa penggerek pucuk
Pengaplikasian dilakukan kembali setelah 2 bulan

Pengamatan Tricogramma sp di ruangan pembiakan
Hasil :
Induk-induk yang telah menetas di media pembiakan dan berada
di setitar ruangan tangkap kemudian dikumpulkan ke dalam wadah
25

tempat reproduksi sehingga didapatkan telur yang akan dipasang pada
kertas pias untuk dipasang pada daun tebu di kawasan lahan PG.
Jumat
06-01-2012
Senam bersama dengan karyawan pabrik PG Sindang Laut.
Hasil :
Senam pagi bersama karyawan pabrik untuk menjaga kebugaran para
karyawan. Senam pagi ini rutin dilaksanakan setiap hari jumat
dilapangan pabrik PG Sindang Laut.

Panen imago Tricogramma sp di tempat pembiakan
Hasil :
Menangkap imago Tricogramma sp menggunakan botol kecil untuk
bereproduksi massal sehingga terlur dapat diaplikasikan di lapangan.
Sabtu
07-01-2012
Panen imago Trichogramma spp di ruang pembiakan
kut membantu menangkap imago Trichogramma sp dengan
menggunakan botol penangkap. Kemudian ikut membantu memanen
telur lalu menjemurnya setelah ditempelkan pada kertas dan
menyimpannya. Mengetahui stok media jagung dan beras yang
disimpan untuk mengganti media yang sudah terpakai selama 2 bulan.
Senin
09-01-2012
Pemasangan pias pada pertanaman tebu umur 6 bulan di daerah
Gempol, Majalengka
Hasil :
Pemasangan pias pada lahan tebu berumur 6 bulan untuk
mengurangi serangan penggerek pucuk dan batang dalam luasan 6 ha
oleh 7 orang dengan jarak pasang 10 langkah di bawah daun lalu di
staples.
Selasa
10-01-2012
Pembuatan dan pembersihan tempat penyimpanan media untuk
perbanyakan Trichogramma sp. Juga melakukan panen Imago
hasil pembiakan
Hasil :
Wadah (drum) sudah dicuci dengan air sampai bersih kemudian
wadah sudah dijemur hingga kering. Kemudian sudah membuat
lubang aerasi menggunakan pipa paralon dengan panjang 88 cm yang
dilubangi menggunakan kawat. Kemudian hasil penangkapan ngengat
hasil biakan langsung dimasukkan ke dalam tabung peneluran.
Rabu,
11-01-2012
Penjelasan mengenai jenis dan cara aplikasi herbisida di lahan
milik PG Sindanglaut seluas 2 hekter.
Hasil :
Lahan yang diaplikasikan herbisida merupakan lahan percobaan
yang dipergunakan sebagai tempat pengembangan berbagai teknologi
baru yang berguna bagi peningkatan hasil budidaya tebu.Herbisida
yang di aplikasikan merupakan herbisida sistemik yang telah
diaplikasikan 1 minggu sebelumnya.Lahan tersebut juga dipergunakan
sebagai pengambilan sampel perhitungan rendemen sebelum panen.

Kamis,
12-01-2012
Pemasangan pias di wilayah Sindanglaut, daerah belgedug
Karang Suwung
Hasil :
Pias sudah terpasang pada lahan 10 ha dengan jarak pemasangan
setiap 10 langkah pada bagian bawah daun tebu ketiga menggunakan
straples.
26

Jumat,
13-01-2012
Senam bersama karyawan pabrik, Pembuatan wadah
penyimpanan media jagung dan beras sebagai media
perbanyakan Trichogramma sp dan pelatihan Herbisida
Sabtu,
14-01-2012
Sharing kegiatan dengan pembimbing lapangan setelah
penyelesaian pengerjaan penutup drum penyimpanan media
perbanyakan Trichogramma sp
Hasil :
-Penutup drum digunakan untuk mengupayakan keadaan media tetap
terjaga dan bersih dari kotoran,
-Hasil sharing ke pembimbing lapangan didapat bahwa ada penjelasan
oleh pembimbing mengenai:
Teknis pertanaman tebu di lapangan
Teknis pupuk dan pemupukan
Pengenalan secara umum alat-alat dalam pabrikasi
Analisis usaha tani tebu
Penjelasan istilah yang dipakai
pada hari Senin, 15 Januari 2012 dilaporkan kembali tentang uraian
mengenai budidaya tebu yang telah diberikan.
Senin
16-01-2012
Monitoring kegiatan pengkletekan tebu di wilayah Dukuh rukem
Hasil :
Kebun tebu di wilayah Dukuh rukem seluas 10 ha dengan umur
tanaman 7 bulan berupa Tris II varietas R-579. Tanah tersebut
merupakan tanah bengkok dengan sewa lahan 6 juta/ha.
Selasa,
17-01-2012
Penjelasan dan praktik pemupukan dan pembersihan gulma
(ngarambas) di lapangan (kebun Warud Sawo), serta penjelasan
budidaya tebu oleh pembimbing lapangan
Hasil :
Kebun di Warud Sawo seluas 5 ha yang dipegang oleh Pak
Yono selaku mandor kebun. Umur tanaman 6 bulan dan ada sebagian
kecil yang berumur 2 bulan. Pupuk yang digunakan dalam pemupukan
ini adalah ZA, Poska, ZK plus dengan perbandingan (ku) 2:2:1. Cara
mengaplikasikan pupuk tersebut yaitu dengan menabur menggunakan
contang (ukuran gram) dalam 1 jolang sebanyak 12 cuntang.
kegiatan pencampuran pupuk
Rabu,
18-01-2012
Penjelasan pencampuran pupuk KMA/KSU dan mengamati hasil
penyemprotan hasil beberapa campuran herbisida.
Hasil :
P1= pupuk pertama : ZA + TSP dengan perbandingan 3:2 (ku)
P2= pupuk kedua : ZA + KCl + Urea dengan perbandingan
4:2:1 (ku)
Pupuk yang tersedia untuk wilayah Bakung Selatan dengan 1 ha
Hasil pengamatan herbisida di kebun Kaligawe :
Perlakuan 1 : Gromoxone + Amegrass dengan bandingan 5:1
Perlakuan 2 : Gromoxone + Amegrass dengan bandingan 1:1
Perlakuan 3 : Gromoxone + Sanfit
Perlakuan 4 : Gromoxone saja
27

Kamis,
19-01-2012

Pengenalan proses pembuatan tebu menjadi gula beserta
pengenalan mesin dan cara kerjanya
Hasil :
Bagian-bagian dalam pabrik gula :
Stasiun ketel (boiler) : untuk menyediakan bahan bakar.
Stasiun listrik central : untuk untuk kegiatan dan penerangan
pabrikasi, penerangan mess pegawai dan masyarakat.
Stasiun gilingan : penggilingan tebu dari batangan menjadi
nira kotor ( Brix).
Stasiun Pemurnian : memurnikan dari nira kotor menjadi nira
murni (pol) dengan tambahan kapur tohor, belerang
menghasilkan limbah berupa tetes, blotong, ampas.
Stasiun penguapan : memisahkan antara nira dengan air sekitar
70 % air menguap dan nira menjadi nira kental.
Stasiun masakan : pengkristalan nira menjadi gula dalam
bentuk GKP (Gula Kristal Putih) yang kemudian didinginkan.
Stasiun puteran : pemecahan kristal gula yang berukuran besar
menjadi kristal gula yang lebih halus
Stasiun penyelesaian dan pengemasan : untuk pengepakan gula
dan penampungan limbah tetes, blotong, dan ampas.
Gudang penyimpanan : untuk menyimpan gula yang sudah
dikemas
Unit pengolahan limbah : untuk mengurangi senyawa-senyawa
berbahaya yang terdapat pada limbah cair hasil pengolahan
agar menjadi lebih aman.
Jumat,
20-01-2012
Senam sehat dan penjelasan kegiatan tebang angkut dalam
kegiatan panen tebu
Hasil :
Jumlah penebang yang dibutuhkan dalam penebangan tebu 3200
orang pekerja kontrak yang dibagi menjadi 8 wilayah yang berasal
dari berbagai daerah mulai dari majalengka, Jawa Barat sampai
wilayah Wonosobo, Jawa Tengah. Pekerja dikontrak pada bulan maret
kemudian mulai bekerja pada amal Juni sampai akhir September.
Alat untuk mengangkut hasil tebangan berupa 60 truk kontrakan
kapasitas 7-10 ton dan lori sebanyak 410 buah dengan kapasitas
persatuan 6 ton yang ditambah 4 mesin diesel pendorong lori. Truk
digunakan untuk mengangkut hasil tebangan di lapangan menuju
emplasmen pada siang hari dan memindahkan ke lori untuk stok giling
pada malam hari.
Setiap mandor tebang diharuskan mengusahakan tebu tebangan
menjadi tebu yang MBS (Manis , Bersih , dan Segar) yaitu :
Manis : Kandungan gula baik
Bersih : dari gulma, sogol, daun kering, dan kletek
Segar : batang tidak terbakar
Jenis-jenis penebangan :
Sistem tebangan 4 : 2 yaitu sistem tebang yang menggunakan
aturan bahwa 4 jolang pertama untuk peletakan tebu hasil
tebangan dan 2 jolang berikutnya untuk peletakan sangkrah.
Sistem gulung tikar : sistem penebangan yang dimulai dari
28

yang paling jauh dengan membuat jalan di bagian tengah agar
jika terjadi musim hujan lahan yang belum ditimbang yang
dekat dengan jalan.
Sabtu,
21-01-2012
Pemaparan Analisis Usaha Tani Tebu
Senin,
23-01-2012
Libur Imlek
Selasa,
24-01-2012

Penjelasan gudang penyimpanan gula PG. Sindanglaut,serta
proses pengangkutan gula kedalam truk pendistribusian
Hasil :
Kapasitas gudang 90.000 ton. Gudang ini digunakan untuk
menyimpan gula hasil produksi sebelum ke bandar gula. Gudang
digunakan menyimpan gula PG serta menyimpan gula milik petani
yang belum dijual. Petani diharuskan membayar sewa gudang setiap
bulannya.

Rabu,
25-01-2012

Praktek taksasi kebun Dukuh Rukem dengan luasan 5 Ha
Hasil :
Alat yang digunakan untuk taksasi yaitu meteran dari
bambu.Pelaksanaannya dengan melakukan perjalanan secara zig zag.
Taksasi merupakan kegiatan pengambilan sampel meliputi
pengukuran dan perhitungan tebu di lapangan untuk menentukan
produksi dan produktivitas tebu sebelum tebu dipanen. Kegiatan ini di
lakukan di kebun Dukuh Rukem dengan bimbingan Pak Ramdhani
salam, SP.
Kamis,
26-01-2012
Penangkapan imago Tricogramma spp. dan Pengerjaan laporan
KKP
Jumat,
27-01-2012
Senam aerobic Sindanglaut Sehat dan pengamatan Stasiun cuaca
( Curah Hujan ).
Hasil :
Stasiun cuaca merupakan stasiun pengamatan curah hujan harian
yang berfungsi untuk menentukan pengadaan air untuk tebu dan
pembuatan got. Alat yang digunakan berupa 1 buah gelas ukur 20
mm, 1 buah. Pengukuran curah hujan dilakukan setiap 1 24 jam
yaitu jika dilakukan pengamatan mulai pukul 7 pagi maka hari
berikutnya juga pada pukul 7. Data curah hujan yang diamati berupa
bulan, mm / hari, dan hari hujan / bulan sehingga akan didapat besaran
curah hujan dalam satu tahun yang akan mempengaruhi produksi tebu.

1 2 3
(1)Stasiun Curah Hujan, (2)Gelas ukur, (3)Pengambilan sampel data curah hujan
Sabtu,
28-01-2012
Pembuatan alat ukur taksasi (mistar bambu) dan pengenalan
gudang penyimpanan pupuk dan pestisida.
Hasil :
Taksasi merupakan perkiraan produksi dan produktivitas tebu
sebelum tebu ditebang. Biasanya taksasi dilakukan pada bulan
Desember dan bulan Maret pada umur tebu 4 bulan dan 7 bulan. Alat
yang digunakan dalam taksasi adalah meteran dari bambu dengan
29

panjang 2 meter dan dalam pengukuranya mulai pangkal batang
sampai 5 cm di bawah capit urang.
Gudang pupuk dan pestisida berfungsi menyediakan kebutuhan
pupuk anorganik dan pestisida selama satu kali produksi dengan daya
tampung 9000 ton. Pupuk yang disediakan berupa pupuk NPK, ZA,
KCl, ZK+, dan Phonska. Herbisida yang ada berupa Gramoxone ,
Sidamin, Akotrin, Paraxone dan perekat Sanvit.
Senin,
30-01-2012
Pengkapan Trichogramma spp. dan Pengerjaan Laporan KKP
Selasa,
31-01-2012
Penangkapan Imago dan pengisian media baru untuk
perkembangbiakan telur Trichogramma spp.

You might also like