You are on page 1of 27

Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 1

INFERTILITAS PADA PRIA DENGAN


GANGGUAN FUNGSI SPERMA

A. Latar Belakang
Infertilitas adalah masalah paling sensitif bagi setiap pasangan.
Infertilitas dapat terjadi baik wanita maupun pria di seluruh dunia.
Infertilitas atau ketidaksuburan menjadi salah satu faktor yang
membuat pasangan suami istri kesulitan untuk mendapatkan
kehamilan. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 2010, sebanyak 25% dari pasangan suami istri tidak berhasil
memiliki keturunan dalam kurun waktu setahun pasca menikah.
Selama ini wanita kerap dipersalahkan jika suatu pasangan
suami istri belum juga dikaruniai anak. Padahal, infertilitas pada pria
menyumbang 30-40% pada ketidaksuburan pasangan suami istri.
Menurut penelitian yang dilakukan Lim dan Ratnam, faktor penyebab
yang berasal dari suami sebesar 33%, sedangkan hasil penelitian
WHO menyebutkan infertilitas yang disebabkan oleh pria adalah
sebesar 40%.
Berbagai kelainan mulai dari ketidakseimbangan hormon,
kelainan struktur, kelainan genetik hingga masalah psikologis diketahui
bisa menyebabkan infertilitas pada pria. Tetapi yang paling banyak
terjadi dikarenakan gangguan yang berhubungan dengan kondisi
spermatozoa yang menurun secara kualitas dan kuantitas. Sekitar tiga-
perempat dari masalah ketidaksuburan pada pria disebabkan oleh
malfungsi dalam proses produksi sperma, dengan jumlah sperma yang
sedikit atau masalah motilitas sperma.
Studi terbaru menunjukkan bahwa 80 Persen pasangan dengan
masalah infertilitas memiliki kualitas sperma yang buruk. Dalam
penelitian tersebut, Profesor Sheena melibatkan 239 orang yang
mengalami masalah infertilitas. Hasilnya menunjukkan bahwa 80
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 2

persen pasangan dengan infertilitas memiliki kerusakan DNA sperma
yang parah.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Anderson, et al (2009) di
Amerika Serikat menyebutkan bahwa 18,1% dari laki-laki yang
mencari bantuan untuk memiliki anak adalah terkait sperma atau
cairan air mani dan verikokel.
Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sperma maka perlu
dilakukan analisis semen. Perubahan salah satu parameter semen
dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Suatu penelitian yang
dilakukan oleh Milardi, dkk (2011) di klinik iinfertilitas RS Universitas A.
Gemelli Italy, menyebutkan bahwa anlisis semen normal hanya
ditemukan pada 158 pasien dan 295 pasien menunjukkan perubahan
setidaknya satu parameter semen.
Penurunan kualitas dan jumlah sperma di dunia, menurut
penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet, sudah terlihat
mulai tahun 1930-an. Perubahan gaya hidup, tingginya tingkat polusi,
dan stres diduga berpengaruh pada kesehatan sperma. Untuk itu
dalam kesempatan ini akan dibahas mengenai infertilitas pada pria
terkait dengan kelainan sperma.

B. Kajian Pustaka
1. Alat Reproduksi Pria
Pria memiliki serangkaian alat reproduksi. Alat reproduksi
pria dibedakan menjadi dua, yaitu alat kelamin bagian luar dan
alat kelamin bagian dalam. Alat kelamin bagian luar terdiri atas
penis dan skrotum. Di dalam skrotum terdapat testis yang
merupakan alat kelamin bagian dalam dan tidak tampak dari luar.
Perhatikan sistem reproduksi pria pada Gambar 1.
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 3


Gambar 1. Sistem Reproduksi Pria

Penis berfungsi sebagai alat koitus (persetubuhan). Pada
alat ini terdapat saluran ejakulasi yang berperan menyemprotkan
semen hingga masuk dalam uretra dan disalurkan ke luar. Saluran
uretra juga berfungsi menyalurkan urine dan dikeluarkan melalui
lubang kecil di ujung penis. Pada saat ejakulasi, otot yang
terdapat pada tempat keluarnya urine menutup sehingga urine
tidak keluar bersama semen.
Skrotum merupakan kulit luar pembungkus testis. Skrotum
berfungsi menjaga temperatur testis saat pembentukan sperma.
Apabila temperatur terlalu tinggi, skrotum akan mengendor dan
apabila temperatur menurun, skrotum mengerut. Di dalam testis
terdapat saluran halus yang merupakan tempat pembentukan
sperma, disebut tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus
tersusun dari jaringan epitelium dan jaringan ikat. Di dalam
jaringan epitelium terdapat sel induk spermatozoa (spermatogen)
dan sel sertoli. Sel sertoli berfungsi memberi nutrisi pada sperma.
Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisial yang
menghasilkan hormon testosteron dan hormon kelamin jantan
lainnya.
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 4


Gambar 2. Struktur Testis

Pada penampang lintang testis akan tampak daerah yang
bersekat-sekat. Ruang di antara sekat disebut lobulus. Setiap
lobulus berisi kumpulan tubulus seminiferus yang berbelit-belit.
Apabila dibentangkan panjang belitan tubulus seminiferus
mencapai 1 km. Seluruh tubulus seminiferus menyatu membentuk
vasa efferensia. Dari vasa efferensia muncul tubulus yang
memanjang hingga 6 m disebut epididimis. Epididimis merupakan
tempat penyimpanan sperma selama lebih kurang 18 jam. Dari
epididimis, sperma menuju vesikula seminalis melalui vas
deferens. Salah satu ujung vas deferens berakhir pada kelenjar
prostat. Saluran ini bersatu di belakang kandung kemih
membentuk duktus ejakulatorius pendek dan berakhir di uretra.
Uretra merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi dan
terdapat dalam penis. Saluran ini berfungsi sebagai alat
pengeluaran urine dan sebagai saluran kelamin (yaitu saluran
semen dari kantong mani). Duktus ejakulatorius juga berhubungan
dengan kelenjar prostat yang menghasilkan cairan encer seperti
susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 5

keasaman residu urine di uretra. Cairan ini langsung bermuara ke
uretra.

2. Proses Pembentukan Sperma
Pembentukan sperma berlangsung di dalam testis. Proses
pembentukan atau pemasakan sperma ini disebut
spermatogenesis. Dalam proses pembentukan sperma tidak lepas
dari peran hormon-hormon seksual.
Spermatogenesis berawal dari sel spermatogonia yang
terdapat pada dinding tubulus seminiferus. Setiap spermatogonia
yang mengandung 23 pasang kromosom, mengalami pembelahan
mitosis menghasilkan spermatosit primer yang juga mengandung
23 pasang kromosom. Spermatosit primer ini kemudian
mengalami pembelahan meiosis pertama menghasilkan 2
spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian tiap spermatosit
sekunder membelah lagi secara meiosis (meiosis kedua)
menghasilkan 2 spermatid yang juga haploid. Spermatid kemudian
berdiferensiasi menjadi sperma yang telah masak. Sperma ini
bersifat haploid. Perhatikan Gambar 3.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 6


Gambar 3. Tahap Spermatogenesis

Sperma yang telah masak mempunyai sifat motil, karena
sperma dilengkapi mikrotubulus. Sperma yang matang ini
mempunyai tiga bagian, yaitu bagian kepala, bagian tengah (mid
piece), dan bagian ekor. Perhatikan Gambar 4 dan gambar 5.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 7


Gambar 4. Kumpulan Sperma
Bagian kepala mengandung inti sel (nukleus) yang haploid
dan bagian ujungnya mengandung akrosom yang berisi enzim
hialuronidase dan proteinase yang berperan membantu
menembus lapisan yang melindungi sel telur.

Gambar 5. Struktur Sperma
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 8

Bagian tengah mengandung mitokondria yang berperan
dalam pembentukan energi yang digunakan untuk pergerakan
ekor sperma. Bagian ekor, sebagai alat gerak sperma agar dapat
mencapai ovum.
Produksi sperma dipengaruhi hormon Follicle Stimulating
Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH). Produksi sperma
bersamaan dengan produksi hormon testosteron. Hormon inilah
yang mengendalikan produksi FSH dan LH. Perhatikan Tabel 1
tentang jenis-jenis hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.





















Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 9

Tabel 1. Hormon yang Dihasilkan Oleh Kelenjar Endokrin
Kelenjar Endokrin
dan Hormon-Hormon
yang Dihasilkan
Jaringan
yang Dituju
Fungsi

Hipotalamus
-Hormon
gonadotropin
Hipofisis
anterior
Merangsang pengeluaran FSH
(Follicle Stimulating Hormone),LH
(LuteinizingHormone), dan hormon
tumbuh (GrowthHormone).

Hipofisis anterior
a) FSH Testis Merangsang sel-sel sertoli pada
tubulus seminiferus pada testis
untuk mengubah sel-sel spermatid
menjadi sperma (proses
spermatogenesis).

b) LH Testis Merangsang sel-sel leydig (sel-sel
interstisiil) untuk menghasilkan
testosteron.

c) Hormon tumbuh

Testis Memacu agar memulai pembelahan
spermatogonia.
Testis
- Testosteron Seluruh
tubuh
- Pada janin merangsang
perkembangan organ seks
primer.
- Masa pubertas mempengaruhi
pertumbuhan alat reproduksi
dan ciri-ciri kelamin
sekunder(suara, kejantanan,
pertumbuhan rambut, dan
kematangan seksual).
- Dewasa berperan dalam
memelihara ciri-ciri kelamin
sekunder dan mendorong
terjadinya spermatogenesis.

Seorang pria mulai memproduksi sperma apabila testisnya
telah menghasilkan hormon testosteron. Hormon inilah yang akan
memacu testis untuk memproduksi sperma. Dimulainya produksi
hormon testosteron menandakan pria tersebut mengalami
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 10

pubertas. Pubertas ditandai dengan munculnya ciri-ciri sekunder
pada pria. Seperti pada wajah tumbuh kumis, jambang, tumbuh
rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin. Otot-otot tubuh lebih
kekar, dan suara terdengar lebih berat karena jakun mulai tumbuh.
Selain fisik, pubertas juga mempengaruhi psikologi seorang pria.
Secara psikologis seorang pria menunjukkan sifat-sifat maskulin,
diantaranya mempunyai kecenderungan untuk melindungi,
cenderung berpikir logis, tidak mengedepankan perasaan,
cenderung cuek, dan cenderung diam dan menarik diri dari
lingkungan apabila sedang menghadapi masalah.
Secara biologis seorang pria yang telah puber akan
mengalami "mimpi basah". Mimpi basah dapat terjadi karena pria
memproduksi sperma setiap harinya. Sperma ini tidak harus selalu
dikeluarkan, sebagian sperma akan diserap oleh tubuh dan
dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair, dan kotoran
padat. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut
ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui penis. Ejakulasi terjadi
secara alami (tidak disadari oleh remaja pria) melalui mimpi
basah.

3. Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri
yang telah kawin satu tahun atau lebih (WHO 2 tahun) dan telah
melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat tanpa
memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh kehamilan atau
keturunan. Dari pengertian infertil ini terdapat tiga faktor yang
harus memenuhi persyaratan yaitu lama berusaha, adanya
hubungan seksual secara teratur dan adekuat, serta tidak
memakai kontrasepsi.
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 11

Secara gasris besar infertilitas dapat di bagi dua yaitu
infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Dikatakan infertilitas
primer apabila suatu pasangan dimana isteri belum hamil walau
telah berusaha selama satu tahun atau lebih dengan hubungan
seksual yang teratur dan adekuat tanpa kontrasepsi. Sedangkan
infertilitas sekunder, bila suatu pasangan dimana sebelumnya
isteri telah hamil, tetapi kemudian tidak hamil lagi walaupun telah
berusaha untuk memperoleh kehamilan selama satu tahun atau
lebih dan pasangan tersebut telah melakukan hubungan seksual
secara teratur dah adekuat tanpa kontrasepsi. Pada infertilitas
sekunder ini sebagian telah mempunyai. anak, tapi ada keinginan
untuk menambah anak, baik karena anaknya masih satu atau
karena jenis kelamin yang diinginkan belum didapatkan dan
sebagian lagi memang istri telah pernah hamil mungkin anak yang
lahir meninggal atau mengalami keguguran dan sebagainya.

C. Pembahasan
Keseburan pria ditentukan oleh bagus tidaknya kualitas sperma
yang dimiliki. Agar bisa mendapatkan keturunan, sperma yang
merupakan bibit harus normal sehingga dapat bertemu dengan ovum
yang merupakan bibit betina. Sebaliknya, jika ada kelainan jumlah,
gerak, dan/atau bentuk, itu berarti sperma tidak normal dan pria yang
bersangkutan dikatakan mengalami gangguan kesuburan.
Mayoritas ketidaksuburan atau infetilitas pria disebabkan oleh
gangguan fungsi organ reproduksi, sehingga sperma tidak memenuhi
kriteria semen pria. Kriteria semen pada pria menurut WHO. Jika
kriteria sperma sesuai dengan kriteria WHO tersebut, maka
kesuburan pria yang bersangkutan dikatakan baik. Berikut kriteria
semen menurun WHO:
a. Volume
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 12

Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen
dalam satu kali ejakulasi. Secara konsisten mengeluarkan kurang
dari 1,5 cc (hypospermia) atau lebih dari 5,5 cc (hyperspermia)
dikatakan abnormal. Volume lebih sedikit biasanya terjadi bila
sangat sering berejakulasi, volume yang lebih banyak terjadi
setelah lama berpuasa.
b. Konsentrasi Sperma
Pria subur memiliki konsentrasi sperma di atas 20 juta per
cc atau 40 juta secara keseluruhan. Jumlah di bawah 20 juta/cc
dikatakan konsentrasi sperma rendah dan di bawah 10 juta/cc
digolongkan sangat rendah. Istilah kedokteran untuk konsentrasi
sperma rendah adalah oligospermia. Bila sama sekali tidak ada
sperma disebut azoospermia. Semen pria yang tidak memiliki
sperma secara kasat mata terlihat sama dengan semen pria
lainnya, hanya pengamatan melalui mikroskoplah yang dapat
membedakannya.
c. Morfologi Sperma
Sperma yang sehat mempunyai satu kepala sperma
berbentuk bukat telur, berbadan satu dan mempunyai satu ekor
panjang untuk berenang menuju sel telur. Sedangkan sperma
disebut cacat bila ukuran kepala sperma terlalu besar (giant),
terlalu kecil/kerdil (micro-sperm), berkepala ganda, berbadan
ganda dan berekor ganda. Kepala sperma yang runcing, penyok
dan bertonjolan juga termasuk dalam sperma cacat. Hanya
sperma yang bentuknya sempurna yang disebut normal. Pria
normal memproduksi paling tidak 30% sperma berbentuk normal.
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 13


Sperma berbentuk tidak sempurna atau cacat seperti dia
atas, tidak dapat berenang dan tidak dapat membuahi sel telur.
Sperma yang demikian ini akan dihadang oleh cairan vagina dan
dikeluarkan bersama dengan cairan semen.
d. Motilitas (Pergerakan) Sperma
Sperma terdiri dari dua jenis, yaitu yang dapat berenang
maju dan yang tidak. Hanya sperma yang dapat berenang maju
dengan cepatlah yang dapat mencapai sel telur. Sperma yang
tidak bergerak tidak ada gunanya. Menurut WHO, motilitas
sperma digolongkan dalam empat tingkatan:
i. Kelas a: sperma yang berenang maju dengan cepat dalam
garis lurus seperti peluru kendali.
ii. Kelas b: sperma yang berenang maju tetapi dalam garis
melengkung atau bergelombang, atau dalam garis lurus tetapi
lambat.
iii. Kelas c: sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak
melaju.
iv. Kelas d: sperma yang tidak bergerak sama sekali.
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 14


Sperma kelas c dan d adalah sperma yang buruk. Pria yang
subur memproduksi paling tidak 50% sperma kelas a dan b. Bila
proporsinya kurang dari itu, kemungkinan akan sulit memiliki anak.
Motilitas sperma juga dapat terkendala bila sperma saling
berhimpitan secara kelompok sehinga menyulitkan gerakan mereka
menuju ke sel telur.

Untuk mengetahui kelaina pada sperma perlu dilakukan
pemeriksaan sperma. Pemeriksaan sperma adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengukur jumlah dan kualitas semen dan sperma
pada pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara
keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria
saat ejakulasi disebut semen, sedangkan makhluk kecil yang
berenang-renang di dalam semen disebut sperma.
Analisa sperma mencakup sejumlah pemeriksaan (seperti
volume, warna, bau, konsistensi, dan sebagainya) dari semen/cairan
sperma dan karakteristik morfologi/kemampuan fungsional dari
konstituen spermatozoa. Kualitas pengumpulan spesimen sangat
diperlukan dalam melakukan analisa sperma.
Persiapan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah
tidak melakukan aktivitas seksual yang menyebabkan ejakulasi dalam
2-5 hari sebelum tes. Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam 2
jam sejak pengumpulan sampel. Semakin cepat diperiksa, hasilnya
semakin akurat.
Pemeriksaan sperma penting untuk mengevaluasi fertilitas
seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan apakah
permasalahannya karena gangguan produksi sperma atau kualitas
sperma yang menyebabkan infertilitas. Selain untuk pemeriksaan
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 15

kesuburan, tes ini juga bisa dilakukan setelah vasektomi untuk
memastikan bahwa tidak ada sperma dalam semen.
Dari hasil pemeriksaan sperma tersebut, akan didapatkan
beberapa istilah sebagai berikut:
i. Normoszoospermia yaitu karakteristik sperma normal
ii. Oigozoospermia yaitu konsentrasi sperma kurang dari 20 juta per
ml
iii. Asthenozoospermia yaitu jumlah sperma yang masih hidup dan
bergerak aktif dalam 1 jam setelah ejakulasi kurang dari 50%
iv. Teratozoospermia yaitu jumlah sperma dengan morfologi normal
kurang dari 30%
v. Oligoasthenoteratozoospermia yaitu kelainan campuran dari 3
variabel yang telah disebutkan sebelumnya
vi. Azoospermia yaitu tidak adanya sperma pada semen
vii. Aspermia yaitu sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

Dari istilah-istiah di atas, hanya normozoospermia yang tidak
perlu penanganan lebih lanjut, kecuali jika ada faktor imunologis dan
infeksi. Hasil pemeriksaan sperma akan menentukan pemeriksaan
lanjutan atau tindakan andrologis selanjutnya untuk memperbaiki
tingkat kesuburan. Namun sebaiknya analisis sperma yang kedua
terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan tindakan lebih lanjut.



Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
sperma.
a. Riwayat penyakit sistemik
Salah satu penyakit sistemik yang dapat mengganggu
tingkat kesuburan bahkan dapat menyebabkan
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 16

ketidaksuburan pada pria adalah diabetes mellitus pria. Pria
yang menderita diabetes dapat merusak DNA yang
terkandung dalam sperma yang berakibat pada tingkat
kesuburan pria. hasil penelitian yang dilakukan Pusat
Penelitian dan Jaslok Hospital, India. menunjukkan diabetes
secara signifikan mengurangi jumlah sperma dan
mempengaruhi pergerakan dan penampilan sperma.
b. Riwayat infeksi dan penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual dapat membuat testis pria
mengalami peradangan. Infeksi menular seksual seperti
clamidia dan gonorhea bisa menyebabkan gangguan
kesuburan pada pria. Pria yang terinfeksi klamidia seringkali
mengeluarkan cairan seperti susu dari uretra. Jumlahnya tidak
selalu banyak, biasanya setelah bangun pagi. Gejala lain
adalah buang air kecil yang menyakitkan. Sekitar 1/4 pria
yang terinfeksi tidak memiliki gejala infeksi klamidia.
Sementara itu, dia dapat menularkan infeksi ke pasangannya
tanpa disadari.
c. Riwayat pembedahan organ genitalia
Pembedahan yang berisiko mengurangi kesuburan pria
salah satunya adalah operasi prostat. Operasi prostat dapat
merusak otot sphincter yang biasanya menutup leher kandung
kemih. Akibatnya, air mani akan mengambil jalan pintas ke
dalam kandung kemih, dan dibuang bersama air seni.
Sedangkan verikokel mempengaruhi kesuburan pria karena
merupakan keadaan abnormal pada kantung pembungkus
testis (skrotum), di mana terjadi pembesaran atau pelebaran
pembuluh darah balik (vena) yang memengaruhi proses
pembentukan dan kualitas sperma.
d. Trauma / benturan pada skrotum (testis)
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 17

Trauma fisik yang mengenai buah zakar dapat
menimbulkan keradangan yang antara lain menimbulkan rasa
sakit dan pembengkakan. Kalau ini terjadi, salah satu akibat
buruknya adalah kerusakan bagian yang memproduksi
sperma. Akibat lebih lanjut terjadi gangguan kesuburan.
e. Riwayat disfungsi ereksi
Riwayat memiliki disfungsi ereksi, walaupun sudah
diatasi juga tetap akan memicu terjadinya depresi, diamana
hal ini tidak baik untuk kehidupan seksualnya di masa
mendatang.
f. Faktor risiko: life style (rokok, alkohol, obat-obatan), paparan
radiasi, zat kimia dan panas di tempat kerja.
Merokok dapat menambah risiko kemandulan dan
disfungsi ereksi pada pria. Nikotin membuat darah mengental
sehingga tidak bisa beredar dengan lancar, termasuk di
pembuluh darah alat kelamin. Akibatnya, muncul gangguan
seksual seperti ejakulasi dini, ereksi tidak sempurna, bahkan
impotensi. Alkohol dalam jumlah besar dapat menurunkan
kadar hormon testoteron sehingga mengganggu produksi
sperma. Sama halnya dengan rokok dan alkohol, radiasi akan
memberikan efek negatif terhadap konsentrasi dan kualitas
sperma. Selain itu sperma yang terkena pengaruh radiasi
akan memiliki gerakan berenang yang kurang baik yang akan
mengurangi kesempatan untuk pembuahan. Beberapa jenis
obat juga bisa mempengaruhi tingkat kesuburan. Obat-obatan
seperti antibiotika, pereda rasa sakit, obat penenang, dan obat
hormonal dapat menurunkan tingkat kesuburan pria.



Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 18



Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur
(ovum) dengan inti sel sperma membentuk makhluk hidup baru yang
disebut dengan zigot. Fertilisasi dapat terjadi apabila istri maupun
suami memenuh kriteria fertil dan jika salah satu bermasalah atau
tidak subur, maka proses fertilisasi untuk menghasilkan keturunan pun
terganggu, sehingga dapat terjadi infertilitas. Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan fertilitas, bukan hanya bagi perempuan tetapi pria pun
penting melakukan pemeriksaan fertilitas untuk menilai tingkat
kesuburannya.
Untuk menilai kesuburan pria, maka perlu dilakukakn
pemeriksaan fertilitas oleh spesialis urologi tetapi Pada banyak kasus,
pemeriksaan kesuburan dapat dilakukan oleh ahli obstentri/ginekologi
atau seorang dokter keluarga. Pemeriksaan fertilitas sangat penting
untuk menilai dan mengevaluasi ada atau tidaknya gangguan fertilitas
dari seorang pria serta untuk menentukan terapi yang tepat bila
ditemukan adanya gangguan. Adapun tahap-tahap pemeriksaan
fertilitas meliputi wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang

1. Wawancara
Tahap awal merupakan wawancara untuk pengumpulan
data-data pasien. Saat wawancara dokter akan menanyakan
beberapa hal berikut ini:
g. Kebiasaan seksual / sanggama.
Kebiasaan senggama juga penting dipertanyakan,
karena semakin jarang melakukan senggama maka peluang
untuk menghasilkan keturunan juga semakin berkurang.
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 19

Selain itu pria yang jarang melakukan hubungan seks akan
sulit mengontrol proses ejakulasi.
h. Kemampuan ereksi, penetrasi dan ejakulasi
Kemampuan ereksi, penetrasi dan ejakulasi juga tidak
kalah pentingnya. Ereksi yang keras, dilanjutkan dengan
penetrasi kedalam vagina hingga akhirnya mengalami
ejakulasi pada titik klimaks merupakan penentu utama
kesuburan pria.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bagi pria dalam pemeriksaan fertilitas
meliputi pemeriksaan keadaan fisik secara umum dan
pemeriksaan keadaan alat-alat reproduksi. Pemeriksaan keadaan
fisik secara umum seperti tinggi badan, berat badan, sebaran
rambut dan lain-lain. Sedangkan pemeriksaan keadaan alat-alat
reproduksi berupa pemeriksaan penis, buah zakar (skrotum),
testis, epididimis, prostate, saluran sperma, dan kelenjar Cowper.
Pemeriksaan fisik diperlukan jika memang tidak ada kondisi
medis yang nampak. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada
ruangan yang hangat, untuk mencegah refleks kremaster yang
berlebihan. Namun, tidak semuanya dapat dipalpasi dengan
mudah. Pasien juga harus diperiksa apakah seks sekundernya
berkembang sesuai dengan usianya, apakah terjadi ginekomastia
atau hirsutism. Juga perlu diperhatikan apakah terdapat bekas
luka pada abdomen atau pangkal paha, diskolorisasi skrotum,
testikel yang tidak simetris, dan likasi maupun ukuran meatus
penis. Pemeriksaan fisik juga dapat menemukan regresi tanda
seks sekunder seperti hilangnya rambut dan kemungkinan
hilangnya massa otot. Pasien yang menggunakan steroid dapat
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 20

memiliki otot rangka yang hipertrofi, jerawat, ginekomastia dan
striae yang disertai atrofi testikular.
Palpasi sangat penting pada pemeriksaan fisik. Tonus otot
tunica dartos dapat menentukan ukuran skrotum. Pemeriksaan
disarankan dilakukan pada ruangan yang hangat karena pada
lingkungan yang dingin, otot tunica dartos dapat menyebabkan
skrotum berkontraksi. Skrotum harus dipalpasi secara teliti dan
menyeluruh serta dikonfirmasi seluruh strukturnya termasuk
ukuran dan konsistensinya. Indurasi epididimis kemungkinan
dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik. Pasien juga mungkin
memiliki testikel yang teraba pada kanalis inguinalis, tidak bisa
digerakkan ke skrotum atau bahkan tidak dapat dipalpasi sama
sekali. Pemeriksaan fisik dapat menemukan pula ketiadaan vas
deferens baik unilateral maupun bilateral atau cela yang dapat
diraba pada vas deferens. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilengkapi
dengan pemeriksaan rekta jika ada keluhan ejakulasi.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostik infertilitas pada pria
dapat meliputi: pemeriksaan laboratorium, seperti kadar FSH, LH,
prolaktin, androgen (testosteron), dan pemeriksaan analisa
sperma.
a. Pemeriksaan LH
Pemeriksaan luteinizing hormone (LH) merupakan
pengukuran kadar LH, yaitu suatu hormon yang berperan
dalam proses reproduksi. LH disebut juga gonadotropin,
dihasilkan oleh sel-sel gonad yang berada pada kelenjar
pituitari di dasar otak dan pengeluaran hormon ini dirangsang
oleh gonadotropin releasing hormone (GnRH). LH pada pada
pria berfungsi untuk merangsang testis dalam mensintesis
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 21

hormon steroid dan merangsang produksi testosteron pada
sel Leydig. Manfaat pemeriksaan LH adalah untuk
mengevaluasi infertilitas dan diagnosis gangguan gonad atau
pituitari.

b. Pemeriksaan FSH
Pemeriksaan folicle stimulating hormone (FSH)
merupakan pengukuran kadar FSH, yaitu suatu hormon yang
berperan dalam reproduksi. FSH disebut juga gonadotropin,
dihasilkan oleh sel-sel gonad yang berada pada kelenjar
pituitari di dasar otak dan pengeluaran hormon ini dirangsang
oleh gonadotropin releasing hormone (GnRH). FSH pada pria
berfungsi untuk merangsang aktivitas di tubulus seminiferus
seperti spermatogenesis, merangsang sekresi estrogen pada
sel sertoli dan memperkuat efek luteinizing hormone (LH)
dalam merangsang sel Leydig. Manfaatnya juga untuk
mengevaluasi infertilitas dan diagnosis gangguan gonad atau
pituitari.
c. Pemeriksaan Prolaktin
Pemeriksaan prolaktin merupakan pengukuran kadar
hormon prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi pada pria dapat
mempengaruhi sekresi hormon seks yang berakibat
terganggunya spermatogenesis atau impotensi. Adapun
manfaat sama dengan pemeriksaan LH dan FSH yaitu untuk
mengevaluasi infertilitas dan diagnosis gangguan gonad atau
pituitari.
d. Pemeriksaan Testosteron
Pemeriksaan testosteron merupakan pengukuran kadar
hormon testosteron yang paling penting dalam proses
repoduksi dan pada pria dihasilkan oleh sel Leydig (testis).
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 22

Fungsi testosteron yaitu mempengaruhi perkembangan sifat-
sifat seks sekunder pria, memberikan feedback negatif melalui
pituitari dan hipotalamus sehingga menghasilkan penurunan
sekresi luteinizing hormone (LH) dan menjaga fungsi kelenjar
prostat serta vesikel seminalis.
Manfaat pemeriksaan testosteron adalah evaluasi
fungsi gonad dan adrenal, mengetahui penyebab pubertas dini
pada pria, diagnosis hipogonadisme, hipopituarisme, sindrom
Klinifelter dan impoten, indikator fungsi sekresi LH dan sel
Leydig.
e. Pemeriksaan Analisa Sperma
A. Upaya Meningkatkan Kesuburan Pria
Untuk meningkatkan kesuburan pada pria, ada beberapa upaya
yang harus dicermati agar tingkat kesuburan pria dapat terjaga
dengan baik. Adapun upaya-upaya tersebut antara lain:
1. Tambah Asupan Vitamin C
Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan sperma
menggumpal. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
suplemen vitamin C setiap hari, ternyata mampu meningkatkan
kesuburan di kalangan pria perokok. Menurut Larry Lipschultz,
M.D., dosen urologi di Baylor College of Medicine di Houston,
vitamin C adalah antioksidan yang membuat membran-membran
sel stabil yang sangat bagus untuk sperma.
2. Redakan Stress
Menurut Dr. Moskowitz, meskipun dokter belum mengetahui
kebenaran adanya stres yang berlebihan dapat mengurangi
hitungan sperma, namun dengan mempraktikkan teknik-teknik
meredakan stres, terbukti sangat berguna dalam menngkatkan
kualitas sperma.
3. Usahakan Gairah Memuncak
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 23

Menurut Niels H. Lauersen, M.D., Ph.D., salah seorang
pendiri New York Society of Reproductive Medicine di New York
City, pria yang sangat terangsang ketika sedang bersenggama
akan memancarkan semen lebih banyak dan menghasilkan
sperma lebih kuat. Oleh karena itu, usahakan agar percumbuan
atau foreplay bersama pasangan berlangsung sekurang-
kurangnya 20 menit.
4. Mengatur Jadwal Seks
Menurut Dr. Lauersen, hindari hubungan intim selama 2-5
kali sebelum istri mengalami ovulasi. Hal ni akan meningkatkan
hitungan sperma dan persentase sperma sehat yang akan suami
pancarkan bisa lebih tinggi.
5. Memakai Celana Boxer
Meskipun mungkin tidak seefektif yang diyakini oleh
sebagian orang, mengganti celana dalam ketat dengan celana
boxer atau celana kolor mungkin dapat menaikkan hitungan
sperma. Pasalnya, testis akan lebih sejuk.
6. Menurunkan Berat Badan
Dr. John Briffa mengemukakan bahwa orang yang kelebihan
berat badan, maka lemak dalam tubuhnya dapat membungkus
testis dan menaikkan temperatur di daerah tersebut sehingga
dapat membunuh sperma di dalamnya.
7. Turunkan Suhu Mandi Sauna
Menurut Wolfram Nolten, M.D., profesor ahli endrokrinologi
di University of Wiisconsin Madison Center for Health Studies,
duduk di kamar mandi sauna atau dalam air hangat, maupun
mandi air hangat biasa pada suhu lebih dari temperatur tubuh
untuk periode yang terlalu lama dapat menurunkan produksi
sperma. Oleh karena itu, jangan menghabiskan waktu lebih dari
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 24

15 menit sehari di bak hangat atau sauna, dan usahakan agar
suhunya tidak lebih dari 36,5
o
C.
8. Hindari Penggunaan Pelumas
Menurut Dr. Nolten, jeli atau bahan pelumas lain bisa
digunakan sebagai pelumas untuk melancarkan hubungan intim,
tetapi bahan ini juga dapat mengurangi kelincahan sperma,
terlebih bila mengandung spermmisida (pembasmi sperma).
9. Berhenti Merokok
Merokok tampaknya mempunyai kaitan dengan lamban dan
rendahnya hitungan sperma. Penelitian menemukan bahwa
keguguran meningkat 64% apabila kedua pasangan merokok,
bahkan meskipun pria saja yang merokok. Oleh karena itu,
kurangi dan berhentilah merokok agar kesuburan organ
reproduksi tidak terganggu.
10. Konsumsi Makanan yang Dapat Meningkatkan Kesuburan
Produksi sperama juga erat kaitannya dengan makanan.
Beberapa makanan yang bisa meningkatkan kesuburan dan
meningkatkan jumlah sperma pria antara lain daging, ikan,
kacang-kacangan, bayam, brokoli, kankung, tauge, tiram, telur,
dan susu.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Syarat fertilitas pada pria yaitu testil minimal satu yang dapat
menghasilkan sperma normal, saluran epididimis dan vas
deferens yang patent/normal, memiliki kemampuan ereksi dan
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 25

penetrasi ke dalam vagina, ejakulasi adekuat, dan kualitas
sperma baik.
2. Pemeriksaan fertilitas pada pria meliputi 3 tahap yaitu wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
3. Upaya meningkatkan kesuburan pria dapat dilakukan dengan
menambah asupan vitamin C, meredakan stres, mengusahakan
gairah seks memuncak, mengatur jadwal seks, memakai celana
boxer, menurunkan berat badan, menurunkan suhu mandi sauna,
menghindari penggunaan pelumas, berhenti merokok, dan
mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kesuburan.

B. Saran
Bagi setiap pria sebaiknya sebelum melangkah ke jenjang
pernikahan sebaiknya melakukan pemeriksaan fertilitas untuk
mengetahui tingkat kesuburan, sehingga jika ditemukan adanya
gangguan dapat ditangani lebih dini. Dengan demikian diharapkan
setelah menikah mampu memenuhi syarat-syarat kesuburan dan
dapat menghasilkan keturunan.






DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. 2012. Mengatasi Infertilitas (Kemandulan) Sejak Dini.
Jogjakarta: Flashbooks.

Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 26

Gordon JD, Dimattina M. 2011. 100 Tanya-jawab Mengenai Infertilitas.
Edisi Kedua. Jakarta: Indeks.

Hapfner W, Schust DJ. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.

Marimbi, Hanum. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Verawaty SN, Rahayu L. 2011. Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual
Pria. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Yarnadi. 2013. Infertiitas pad Pria. Diakses dari
http://familiamedika.net/group-keluarga-reproduksi/infertilitas-pada-
pria.html#.US2T-vIj6LQ pada tanggal 27 Februari 2013.

Sini, Ivan. 2011. Masalah Ketidaksuburan pada Pria. Diakses dari
http://www.drivansini.com/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=64:masalah-ketidak-suburan-pada-
pria&catid=11:infertilitas&Itemid=36 pada tanggal 27 Februari 2013.

Anonim. 2012. Pria: Penyebab Penurunan Kualitas Sperma pada Pria.
Diakses dari http://aidanmai.blogspot.com/2012/04/pria-penyebab-
penurunan-kualitas-sperma.html pada tanggal 27 Februari 2013.

Febrida, Melly. 2013. Diabetes Kurangi Jumlah Sperma. Diakses dari
http://cyberman.cbn.net.id/cbprtl/common/stofriend.aspx?x=Quirkies&
y=cyberman|0|0|7|666 pada tanggal 1 Maret 2013.

Anonim. 2011. Pemeriksaan Kesuburan (Fertilitas) pada Pria dan Wanita.
Diakses dari http://www.medicinesia.com/kedokteran-
Penilaian Tingkat Kesuburan pada Pria Page 27

klinis/reproduksi/pemeriksaan-kesuburan-fertilitas-pada-pria-dan-
wanita/ pada tanggal 25 Februari 2013.

You might also like