You are on page 1of 8

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayah_Nya kami mampu menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu. Makalah dengan
judul Filum Platyhelminthes disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata Pelajaran
BIOLOGI serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai Filum
Platyhelminthes
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman dan para
anggota kelompok yang telah membantu pada pembuatan Makalah ini. Semoga makalah ini
dapat membawa manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi yang membaca Makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini kami susun masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar Makalah
ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.


Penulis

2

1. KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1
2. DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
3. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 3
4. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 3
5. PERMASALAHAN / RUMUSAN MASALAH ........................................................... 3
6. TUJUAN PENULISAN MAKALAH ............................................................................ 3
7. BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
8. PENGERTIAN PLATYHELMINTHES ........................................................................ 4
9. CIRI PLATYHELMINTHES ........................................................................................ 4
10. BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 8
11. PERANAN PALTYHELMINTHES BAGI KEHIDUPAN MANUSIA ..................... 8
12. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 8

3

BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang Masalah
Istilah cacing sering digunakan untuk pengertian hewan kecil bertubuh memeanjang dan tidak
mampnyai kaki, memang, dulupun para ahli hewan menganggap bahwa semua cacing memiliki
persamaan-persamaan yang khas sehingga mereka menggolongkanya kedalam satu filum
vermes. Vermes (kata vermes berasala dari bahasa latin yang artinya cacing), ujung posterior
(ujung belakan, ekor), permukaan dorsal (perut) permukaan ventral (permukaan bawah perut),
sedangkan tubuhnya dibagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri yang sama, dengan kata lain
tubuh cacing itu simetrs bilateral. Sekarang para ahli sepakat bahwa cacing- cacing tidak dapat
digolongkan dalam satu filum karna ada ada tiga filum yaitu; Plathyhelmites, Nermathelminthes
dan Annelida
Dalam penulisan makalah ini, penyusun hanya mengambila satu filum yang akan diuraikan
diuraikan dalam pembuatan maklah ini yang berjudul PLATYHELMINTHES, karena
kebanyakan Platyhelminthes hidup sebagai parasit, umumnya dapat merugikan manusia.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud Platyhelminthes?
2. Apa 3yste-ciri Filum Platyhelminthes?
3. Apa klasifikasi dari filum Plathelminthes?
4. Bagaimana peranan Platyhelminthes bagi kehidupan manusia?

1. C. Tujuan Penulisan
2. Untuk Mengetahui Pengertian Platyhelminthes
3. Untuk Mengetahui Pengertian filum Platyhelminthes
4. Untuk Mengetahui Pengertian klasifikasi dari filum Plathelminthes
5. Untuk Mengetahui Pengertian peranan Platyhelminthes bagi kehidupan manusia

4

BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Pengertian Platyhelminthes
Platyhelminthes besal dari bahasa yunani yaitu platy yang berarti pipih dan helminth yang berarti
cacing, dengan demikian platyhelminthes secara keseluruhan dapat dapat diartikan sebagai
cacing pipih.
Hewan-hewan yang termasuk kedalam filum ini sudah memiliki alat-alat yang sederhana, seperti
faring yang bersifat muscular, alat-alat pengeluaran (oragan ekskretorius) alat-alat kelamin
(organ genetalis) dan lain-lain, namun demikian paltyhelminthes memiliki 4ystem
gastrovasikuler seperti yang terdapat pada coelontereta dengan hanya memiliki satu muara, yaitu
mulut yang sekaligus sebagai Anus.
Tubuh platyhelminthes terdiri dari tiga lapisan jaringan, oleh karena itu hewan-hewan yang
terdapat dalam filum ini juga di kelompokan sebagai hewan triploblastik, ketiga jaringan yang
terdapat pada pltyhelminthes yaitu ektodermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah) dan
endodermis (lapisan dalam).
Pada cacing pipih (platyhelminthes) mulai terlihat sefalisasi (cephalisasi) yaitu adanya
pemusatan sel-sel saraf dibangun di depan (anterior) tubuhnya, planaria merupakan contoh yang
sangat baik karena sel-sel sarafnya terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion kepala atau otak
primitive. Dari ganglion kepala terdapat dua talisaraf yang memanjang kebelakang tubuhnya
membentuk seperti tangga, karena itu disebut saraf tangga tali.
Filum Platyhelminthes
c. Ciri Umum
a. Pengertian
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes =
cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih.Tubuh pipih dorsoventral tidak berbuku-
buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior.
Lapisan tubuh tersusun dari 3 lapis (triploblastik aselomata) yaitu 4ystem4m yang
akan berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot
otot dan beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat
pencernaan makanan.

Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas;
dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya
dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Cacing kait adalah parasit eksternal atau
internal dari Kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda..

b. Struktur Tubuh
Semua anggota filum ini berbentuk simetri bilateral dan memiliki bagian kepala.
Sudah memiliki tiga lapisan tubuh; 4ystem4m, mesoderm dan endoderm. Tipe rongga
tubuhnya termasuk acoelomata berbetuk kantung dengan satu lubang. Lapisan
5

mesoderm memunculkan otot dam organ perkembangbiakan. Hewan dewasa yang
hidup bebas telah memiliki otot, serabut saraf dan organ pencernaan tapi belum
memiliki alat pernafasan dan 5ystem peredaran darah.

Cacing pipih seperti planaria memiliki percabangan rongga gastrovascular sebagai tempat
pencernaan ekstraseluler juga sebagai tempat mendistribusikan sari makanan ke seluruh bagian
tubuh. Pertukaran gas melalui difusi lewat kulit. Platyhelminthes telah memiliki 5ystem
pengeluaran yang juga berfungsi sebagai 5ystem osmo-regulasi.

Cacing pipih memiliki 5ystem saraf tangga-tali yang tersusun dari pasangan-pasangan ganglion
yang membentuk otak dihunungkan lewat sel-sel saraf menuju sel-sel sensori di lapisan tubuh
Filum Platyhelminthes yang parasit seperti cacing kait dan cacing pita dicirikan dengan
modifikasi berikut;

~ hilangnya bagian kepala membentuk bantalan kepala berkait dan berpenghisap untuk
melekatkan diri pada inang.

~ Perkembangan ekstensif dari 5ystem reproduksi bertepatan dengan hilangnya 5ystem-sistem
lain.

~ Hilangnya perkembangan 5ystem saraf dan gastrovaskular yang baik

~ Mengembangkan 5ystem kulit yang melindungi mereka dari cairan pencernaan inang.

2. Klasifikasi

Filum Platyhelminthes ini dibagi menjadi tiga kelas yaitu Turbelaria, Trematoda, dan Cestoda.

a. Turbellaria
Kelas Turbellaria termasuk planaria air tawar seperti Dugesia yang 5ystem makan organism kecil
atau tetap sebagai makhluk kecil. Kepala planaria berbentuk ujung panah, dengan tambahan
sisinya sebagai pengindera makanan atau keberadaan organism lain.

Cacing pipih mempunyai dua bintik mata yang peka cahaya, memiliki pigmen sehingga Nampak
seperti mata bersilangan. Adanya tiga lapisan otot membuatnya dapat melakukan berbagai gerak.
6


Sel kelenjar mengeluarkan material 6ystem untuk hewan ini dapat meluncur. Memiliki sel api
sebagai 6ystem ekskresi yang terdiri dari serangkaian kana-kanal yang saling berhubungan di
sepanjang kedua sisi longitudinal tubuhnya.

Sel api adalah sel berbentuk gelembung berisi seberkas silia dan terdapat lubang di bagian tengah
gelembung itu. Sel api ini berfungsi baik untuk ekskresi maupun pengaturan osmosis.

Planaria bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi tubuh yang mampu menumbuhkan
individu baru, maupun seksual bersifat hermaphrodit.

b. Trematoda

Kelas Trematoda termasuk cacing kait (flukes) baik dalam darah, hati maupun paru-paru.



Cacing kait tidak memiliki kepala, namun memiliki mulut penghisap. Sistem pencernaan, 6ystem
saraf dan 6ystem pembuangan yang kurang tapi 6ystem reproduksinya berkembang baik walau
hermaphrodit.

7


c. Cestoda

Kelas Cestoda terdiri dari cacing pita. Bagian scolex memiliki pangait dan pengisap yang
memungkinkannya menempel pada dinding usus inang. Di bawah skolex terdapat leher yang
pendek dan tali panjang proglottid, dimana setiap proglottid berisi satu set penuh organ kelamin
jantan dan betina dan stuktur lainnya.


Seteleh terjadi pembuahan, proglottid menjadi sekantung telur masak, lalu putus dan keluar
bersama feses. Jika telur ini tertelan oleh babi atau sapi, larvanya menjadi sistiserkus di dalam
otot inang. Jika manusia memakan daging babi atau sapi yang terinfeksi yang tidak dimasak
sempurna, maka manusia akan terinfeksi cacung ini.

8

BAB III
PENUTUP
Peranan paltyhelminthes bagi kehidupan manusia
Karena kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada umunya filum ini akan
merugikan manusia, selain manusia, ada pula cacing pita inag domba dan anjing, dulu amat
banyak orang-orang cina, jepang dan korea yang menderita karena penyakit parasit, clonorchis,
disamping belum berkembang ilmu kesehatan, maka mereka juga suka makan ikan mentah atau
setengah matang.
Usaha-usaha untuk mencegah infeksi cacing pita pada manusia dan pada inag lain biasanya
dengan memutuskan daur cacing pita, baik dengan cara mencegah jangan sampai inang perantara
terkena infeksi maupun dengan jalan mencegah jangan sampai inag sendiri terkjena infeksi,
selain itu juga pembuangan tinja manusia perlu diatur menurut syarat-syarat kesehatan sehingga
tidak memungkinkan heksakan yang keluar bersama tinja-tinja itu sampai tertelan babi,
sementara itu semua daging babi, sapid an ikan yang mungkin mengandung sisteserkus harus
dimask sebaik-baiknya oleh manusia.

DAFTAR PSUTAKA
http://biologi208.blogspot.com/2013/02/filum-platyhelminthes.html
http://prestasiherfen.blogspot.com/2010/04/filum-platyhelminthes.html

You might also like