You are on page 1of 7

LAPORAN REFLEKSI KASUS

MEROKOK HINGGA AKHIR HAYAT



Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia










Disusun Oleh :

Melati
09711293

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014



Page 2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN REFLEKSI KASUS
MEROKOK HINGGA AKHIR HAYAT






Disusun Oleh:
Melati (09711293)




Telah disetujui dan disahkan oleh :





Dokter Penguji Dokter Pembimbing Fakultas



drg. Punik Mumpuni W., M.Kes dr. H.P. Luthfi Ghazali, M.Kes



Page 3

FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
_________________________________________________________________

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Bp. W
Umur : 53 Tahun

Berdasarkan hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang dilakukan di desa
Pakunden Kecamatan Ngluwar, kebiasaan merokok menjadi perilaku tidak sehat
yang banyak terjadi di masyarakat setelah perilaku BABS (Buang Air Besar
Sembarangan). Saat dilakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di balai
desa, masyarakat aktif menyampaikan pendapatnya dan saat membahas masalah
merokok, banyak bapak-bapak yang mengakui bahwa merokok itu memang sudah
menjadi kebiasaan orang-orang desa. Merokok juga sudah menjadi pemandangan
biasa untuk anak-anak karena orang tua mereka juga merokok. Sudah biasa
melihat anak-anak merokok, bahkan banyak yang sudah mulai belajar dan ikut-
ikutan merokok sejak masih duduk di sekolah dasar.
Bapak W, salah satu kepala dusun di desa Pakunden mengatakan bahwa
dirinya mulai belajar merokok saat kelas 2 SD, kemudian aktif merokok sejak
kelas 5 SD. Banyak bapak-bapak lain yang ikut bercerita mengenai kebiasaan
merokok mereka. Namun disaat yang sama, diakui oleh bapak S bahwa bila ingin
dibandingkan dengan teman-teman yang lain, ia memiliki kebiasaan menghisap
rokok dengan jumlah yang lebih besar. Bila teman-temannya habis sekitar 2
bungkus sehari, ia mampu menghabiskan 3-4 bungkus sehari.
Bapak W menyampaikan bahwa ia dan warga sudah pernah mendapatkan
penyuluhan mengenai rokok ataupun bagaimana cara agar berhenti merokok.
Namun ia dan teman-teman merasa dengan memakan permen untuk mengurangi
rasa pahit, itu tidak seutuhnya benar. Mereka merasa tidak ada perubahan rasa
dimulut, dan tetap saja ingin merokok. Tidak hanya karena tips-tips yang
diberikan tidak memiliki efek yang berarti, bapak W mengakui jikalau beliau
mencoba berhenti merokok, beliau akan langsung sakit dan darah tinggi. Saat


Page 4

merokok lagi, tekanan darahnya akan kembali normal. Itulah yang membuat
beliau semakin tidak yakin untuk berhenti merokok. Pada kesempatan lain, dokter
muda melakukan wawancara lagi dengan bapak W, ia mengatakan bahwa
sebenarnya banyak bapak-bapak disini yang ingin berhenti merokok.
Namun mereka belum mengetahui bagaimana cara yang benar, mereka
sudah sering mendapatkan informasi mengenai bahaya merokok bagi diri sendiri
maupun orang lain tapi sejauh ini mereka tidak pernah mengalami sakit yang
berat. Sehingga bapak W tidak merasa rokok itu berbahaya. Meski kadang ada
rasa ingin berhenti namun diakui ini hanya difikiran saja, tidak benar-benar
berniat terlebih lagi keluarga tidak ada yang melarang, teman-teman sekelilingnya
juga tidak ada yang berhenti merokok. Terlebih lagi saat rapat atau berkumpul,
semuanya merokok, Ya bagaimana yah mbak, sulit lah. Gengsi kalo ga merokok,
malah di ejek-ejek mba, kata Bapak W.
Pada kasus ini, dapat dilihat bahwa bagi seorang perokok yang sudah
mengetahui efek buruk dari rokok, baik untuk dirinya sendiri maupun orang
disekitarnya, namun ia masih belum mau untuk menghentikan kebiasaan
buruknya tersebut. Tetapi dikarenakan faktor sosial seperti pengaruh lingkungan
sulit sekali dihindari maka ia lebih memilih untuk tidak berhenti merokok.
Baginya merokok bersama teman-teman dan dihargai jauh lebih penting dari
kesehatan. Jika dilihat dari sisi sosial budaya hal ini merupakan sesuatu yang
wajar, dikarenakan seseorang akan merasa berharga dan berarti bila
keberadaannya dapat diterima dalam suatu perkumpulan atau suatu kelompok
sosial. Sehingga ia akan melakukan hal-hal yang dianggap wajar oleh kelompok
tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori dari Azwar S. (2005) mengenai faktor yang
membentuk sikap diri terhadap sesuatu seperti faktor pengaruh orang lain yang
dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap
pendapat, seseorang yang tidak ingin dikecewakan dan seseorang yang berarti
khusus serta banyak mempengaruhi pembentukan sikap. Inilah yang menjadi
salah satu motivasi karena adanya keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.


Page 5

Selain pengaruh sosial, pengaruh kebudayaan juga melatarbelakangi sikap
merokok ini. Bapak W, hidup dan besar dalam budaya merokok sehingga
berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa kita sadari, kebudayaan
telah mempengaruhi sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap setiap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan juga telah
memberi corak pengalaman individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakatnya.
Jika ditinjau dari sudut pandang Islam, merokok merupakan suatu
perbuatan yang sia-sia dan diharamkan karena berbahaya bagi kesehatan. Seperti
yang tertulis dalam hadits riwayat Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan
Atturmudzi yaitu Tidak boleh melakukan atau menggunakan sesuatu yang
berbahaya atau membahayakan.

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kehancuran, dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al
Baqarah: 195). Berdasarkan ayat tersebut, manusia diperintahkan oleh Allah
untuk membelanjakan harta yang dimiliki di jalanNya. Sedangkan menggunakan
uang yang dimiliki untuk membeli rokok tidak termasuk di jalan Allah. Selain itu
tertulis pada ayat tersebut janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam
kehancuran padahal didalam rokok terdapat racun-racun yang dapat membuat
tubuh terserang berbagai macam penyakit sehingga dapat mengantarkan pada
kehancuran bahkan kematian.
Selain itu, didalam QS. An-Nisa ayat 29, terdapat larangan mengenai
Jangan membunuh diri sendiri.


Page 6


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu sendiri; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. Membunuh disini juga mencakup membunuh orang lain,jadi
membunuh orang lain. Kaitannya dengan rokok adalah merokok itu sama dengan
membunuh diri sendiri dan orang-orang didekatnya yang terpapar asap rokok
secara perlahan. Hal ini disebabkan oleh racun-racun yang terkandung didalam
rokok dan mematikan.






Page 7

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 20005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
H. Zaini Dahlan (penerjemah),1999, Quran Karim dan Terjemahan Artinya, UII
Press, Yogyakarta
Anonim., 2012. Hukum Merokok. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014
http://blog.re.or.id/hukum-merokok.html
Al- Quran

Umpan balik dari pembimbing






.,...
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda



----------------------------------- -------------------------------
-

You might also like