You are on page 1of 2

2.

Pandangan Filsafat Pancasia Tentang Masyarakat


Nilai nilai yang terkandung dalam filsafat pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, akan terwujud dalam tingkah dan perilaku setiap warga masyarakat bangsa
dan Negara Indonesia sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai. Karena itu
nilai nilai luhur Pancasila tidak pernah tertinggal oleh perkembangan dan kemajuan. Nilai
nilai itulah sebagai ciri kepribadian masyarakat bangsa dan Negara Indonesia.
Aktualisasi nilai filsafat pancasila dalam membangun diformulasikan dalam konsep
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia Indonesia
mulai dari Sabang sampai Merauke yang tinggal di kota, di pedalaman, mendiami pulau pulau
besar dan kecil adalah satu yang diikat oleh nilai nilai Pancasila. Berarti itu secara mutlak dan
tidak dapat terbagi, rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua orang, warga dalam
lingkungan Negara Indonesia. Hakikat rakyat adalah pilar Negara dan yang berdaulat. Perbedaan
yang ada dalam masyarakat adalah sebagai asset untuk membangun kebhinekaan dan kesatuan
langkah dan perbuatan menuju masyarakat adil, makmur dan berdaulat. Adil ialah dipenuhinya
sebagai wajib segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan yang
mecakup hubungan antara Negara dengan warga Negara, hubungan warga Negara dengan
Negara, dan hubungan antar sesama warga Negara (Surajiyo,2008,159).
Di atas dalam penjelasan hakekat masyarakat telah dijelaskan bahwa masyarakat bangsa
dan Negara Indonesia menuju masyarakat madani yang aman, damai, sejahtera, terbuka serta
toleran, adil dan makmur. Berarti masyarakat Indonesia berkembang dengan tetap
memperhatikan dan menghargai masing masing budaya etnis yang ada di masyarakat
mendapatkan kesempatan yang seluas luasnya untuk berkembang. Untuk menghindarkan
masalahetno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi bangsa, Hamdi muluk
mengemukakan program program sebagai berikut:
a. Di dalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negative maka dihindarkan cara
cara pemecahan koersif (militeristik), tetapi dengan menggunakan metode persuasive dan
dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat setempat.
b. Perlu diakui identitas etnis dan arti cultural bukan dalam arti politik. Pengakuan atas
identitas etnis akan menyumbang kepada terwujudnya identitas nasional bangsa Indonesia.
Upaya upaya tersebut harus dilaksanakan secara bijaksana tanpa ada kecurigaan timbulnya
berbagai tindakan yang berbau SARA.
c. Menyadarkan kelompok kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa
berpisah dengan Negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
d. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.


Sesuai dengan keberagaman etnis dan budaya bangsa Indonesia, maka pendidikan adalah
salah satu wahana penting untuk meningkatkan solidaritas dan rasa nasionalisme tinggi bagi
setiap warga Negara, masyarakat bangsa dan Negara. Budaya etis masing masing suku harus
diberi kesempatan yang seluas luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar
mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis saling menghargai dan menghormati bagi
stiap warga Negara.

You might also like