You are on page 1of 98

BAKTERIOLOGI I

Morfologi, Karakteristik
Pertumbuhan dan Faktor
Verulensi Bakteri Penyebab
Infeksi
Kuliah
Tropical Medicine
Selasa 2 September 2014
BAKTERIOLOGI:
Gram Positif dan Gram Negatif
Oleh
Dr
Hans Christian Joachim Gram

Perbedaan sifat BerdasarkanB Pewarnaan Gram
Komponen/Sifat Gram + Gram -
Dinding sel
- lapisan peptiglikan
- kadar lipid
Toksin yg dibentuk
Sifat tahan asam
Resistensi alkali
Peka terhadap yodium
Resisten telurit
Kepekaan thd penisilin
Kepekaan thp streptms

Lebih tebal
1-4%
Eksotoksin
Ada thn asam
Tidak larut
Lebih peka
Lebih tahan
Lebih peka
Tdk peka

Lebih tipis
11-22%
Endotoksin
Tdk ada
Larut
Kurang peka
Lebih peka
Kurang peka
Peka
Bacterial Infection
Dinding Gram + dan Gram -

Bakteri Gram positif dan Gram Negatif
Gram-positive cocci Standar Kompetensi
Staphylococcal and streptococcal infections
Superficial infections, including folliculitis, hidradenitis suppurativa, carbuncle. 4

Osteomyelitis 3A
Staphylococcal pneumonia 4
Staphylococcal bacteremia 2

Streptococcal infection
Rheumatic fever 3A
Sinusitis, otitis media, mastoiditis, pertonsilar abscess THT 2

Rheumatic heart disease 2

Gram-negative cocci
Meningococcal infection (neuro)
Meningitis (neuro) 2
Nasopharyngitis 4

Gonococcal infections
Gonorrhea 4

Gram-negative bacilli
Urinary tract infection (UTI) 4
Typhoid fever 4
Dysentry bacilli 4
Cholera 4
Pertussis 4
Plague (Pes) 1
Chancroid 3A

Mycobacterial diseases
Tuberculosis kutis 4
Leprosy 4
Lepra reaction 3A
Sistem Respirasi
No Masalah Area Kompetensi
1 Influenza 4A
2 Pertusis 4A
3 SARS 3B
4 Flu Burung 3B
5 Pneumonia, Bronkopneumonia 4A
6 Tuberkulosis Paru tanpa Komplikasi 4A
7 Tuberkulosis dengan HIV 3A
8 Multi Drug Resistant (MDR) TB 2
Sistem Gatrointestinal, Hepatobilier dan Pankreas
No Masalah Area Kompetensi
9 Hepatitis A 4A
10 Hepatitis B 3A
11 Hepatitis C 2
12 Disentri Basiler, disentri amuba 4A
Sistem Ginjal dan Saluran Kemih
No Masalah Area Kompetensi
13 Infeksi Saluran Kemih 4A
14 Gonore 4A
Sistem Reproduksi
No Masalah Area Kompetensi
15 Sifilis 3A
16 Sindrom duh (discharge) genital (gonore dan nongonore) 4A
17 Infeksi Virus Herpes tipe 2 2
18 Infeksi Saluran Kemih bagian Bawah 4A
19 Vaginosis Bakterialis 4A
Sistem Hematologi dan Imunologi
No Masalah Area Kompetensi
20 Bakteriemia 3B
21 Demam Dengue, DHF 4A
22 Leptospirosis (tanpa komplikasi) 4A
23 Sepsis 3B
Sistem Integumen
24 Lepra 4A
25 Pitiriasis vesikolor 4A
26 Kandosis Mukokutan Ringan 4A
Standar Kompetensi Dokter Indonesia Tahun 2012 berkaitan dengan Mikrobiologi
Mycobacterium leprae
Dr. Mudatsir, M.Kes

Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteraan
Universitas Syiah Kuala
Selasa 2 September 2014
Penyakit Kusta

Definisi
Penyakit kusta (lepra, Morbus Hansen) :
Penyakit infeksi menahun yang disebabkan
oleh oleh kuman Mycobacterium leprae,
yang primer menyerang saraf tepi,
selanjutnya menyerang kulit dan berbagai
organ lainnya. Penyakit ini dapat
mengakibatkan kecacatan tubuh bila tidak
segera diobati dan menimbulkan masalah
psikososial akibat adanya stigma atau
predikat buruk dari penyakit dalam
pandangan masyarakat (WHO, 1998).
Sejarah
Penyakit kusta adalah penyakit yang setua
peradaban manusia
Telah lama diketahui dan ditulis dalam
kitab-kitab kuno. Dalam kitab Sushrat
Samhita di zaman India Kuno (1300 SM)
Telah tercantum adanya penyakit yang
disebut khust dengan deskripsi penyakit
sesuai dengan kusta yang dikenal saat ini
Dalam kitab-kitab kuno Tiongkok serta
tulisan pada daun Papyrus di Mesir, telah
tercantum hal mengenai penyakit yang
sesuai dengan kusta yang dikenal saat ini.
-Istilah lepra sendiri berasal dari
bahasa Yunani kuno dalam Kitab
Perjanjian Baru, yang merupakan
terjemahan dari istilah zaraath dari
bahasa Ibrani kuno yang tercantum
dalam Kitab Perjanjian Lama.

-Islam dlm Al-Quran Al-Abras dalam
Hadist Al-Majrum

Mycobacterium leprae
Ditemukan oleh
Armauer Hansen (1873)


Genom M. leprae
http://genolist.pasteur.fr/Leproma
Taksonomi
OM. leprae termasuk dalam
- Genus Mycobacterium
- Famili Mycobacteriaceae,
- Ordo Actinomycetales,
- Klas Schyzomycetes
Morfologi
+Berbentuk pleomorf lurus
+Batang ramping
+Biasanya berbentuk paralel dengan
kedua ujungnya bulat
+Ukuran panjangnya 1 - 8 um dan
lebar 0,3 - 0,5 um.
+Basil ini menyerupai kuman
berbentuk batang gram positif
+Tidak bergerak dan tidak berspora
Bila menggunakan mikroskop elektron:
Dinding sel yang terdiri dari peptidoglikan
dan lapisan padat
Pada bagian dalam yang terdiri dari
lipopolisakarida dan lipopolisakarida-
protein kompleks.
Dinding polisakarida dari M. leprae adalah
suatu arabinogalaktan yang diesterifikasi
oleh asam mikolat (mycolic acid) yang
membedakan M .leprae dari mikobakteria
lain
Dinding sel juga berisi protein yang telah
diidentifikasi sebagai target sel T, antara
lain protein 17 kDa, 14 kDa, 36 kDa, 65
kDa yang membentuk dinding sel
Sifat pertumbuhan (I)
M. leprae merupakan parasit obligat intraseluler
Berkembang biak di dalam makrofag dan sel
Schwann saraf tepi pada manusia.
Selain itu M. leprae juga dapat berkembang biak
pada otot bergaris.
Basil ini dapat ditemukan pada mukosa hidung,
ulkus, erosi dari penderita
Tempat pada tubuh dengan suhu kurang dari 37C
(optimum 27-30C) merupakan tempat yang baik
untuk pertumbuhan basil ini.

Sifat Pertumbuhan (II)
- Stor pada tahun 1971 menginokulasikan M. leprae pada
armadillo dimana M. leprae berkembang biak pada hati, limpa,
dan noduli lymphatici yang memiliki suhu 30-36C
- M. leprae belum berhasil dibiakkan dalam medium buatan.
- Pembiakan yang bisa dilakukan saat ini adalah secara in vivo,
yaitu dengan menginokulasikan M. leprae pada telapak kaki
mencit atau pun pada jaringan tubuh hewan armadillo dari
Amerika serta sejenis kera Mangabey dari Afrika


Sifat Pertumbuhan (III)
Berkembang biak secara lambat dengan cara binary fision
Memerlukan waktu rata-rata 20 hari untuk pembelahan
selnya.
Lamanya berkembang biak tampaknya sesuai dengan masa
inkubasi dan kronisitas penyakit kusta pada manusia

M. leprae mempunyai 5 sifat khas yang banyak dikenal sebagai
kriteria untuk diagnostik :
1. Merupakan organisme obligat intraseluler yang tidak bisa
dibiakkan dalam media buatan;
2. Sifat mengikat asamnya dapat diekstraksi dengan pyridine,
sesuatu yang tidak pernah ditemukan pada genus
Mycobacterium lainnya;

3. Merupakan satu-satunya jenis mikobakterium
yang mampu mengoksidasi zat D-dihirodxy
phenylalanin (D-DOPA);
4. Merupakan satu-satunya mikobakterium yang
menginvasi serta hidup dalam saraf tepi;
5. Sediaan yang mengandung kuman yang utuh
maupun ekstrak terlarutnya mengandung
komponen antigenik yang stabil terhadap
panas, dengan aktivitas imunologik yang khas,
termasuk di antaranya dapat menimbulkan tes
kulit yang positif pada penderita kusta tipe
tuberculoid dan negatif pada tipe lepromatous.



Epidemiologi
OSebelum tahun 1980 lebih 12 juta orang.
O Tahun 1993 WHO telah mencanangkan
program Elimination of Leprosy by the year
2000, dimana seluruh negara di dunia harus
menurunkan prevalensi kusta di bawah 1 per
10.000 penduduk agar kusta tidak lagi menjadi
masalah kesehatan
OPengobatan Multi Drug Therapy (MDT) sejak
tahun 1980
OPenderita turun secara dramatik dari 5,4 juta
orang yang terdaftar (dari estimasi total 10-12
juta) ditahun 1985, menjadi tinggal 770.000
orang (dari estimasi total 1,6 juta) di tahun 2000
(WHO, 2000).
LESSONS FROM THE PAST
0
5
10
15
20
1985 1989 1993 1997 2001
NCDR
NCDR
PREVALENCE
RESULTS OF MDT
Non-human Resources of
M. leprae
Wild animals :
armadillo, green
monkeys, lepra
bubalorum
Soil
Water resources
Plants
Insec?
Interaksi Host-Pathogen-Environment
Distribusi penyebaran penderita kusta M.leprae di dunia
Non-human Resources of
M. leprae
Wild animals :
armadillo, green
monkeys, lepra
bubalorum
Soil
Water resources
Plants
Insec
M. Leprae in water resources of
endemic leprosy area (East Java)
Results of P.C.R. to detect M.leprae :
72
01
73
71
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
74

CODE KABUPATEN

01 SIMEULUE
02 ACEH SINGKIL
03 ACEH SELATAN (4,1)
04 ACEH TENGGARA (1,4)
05 ACEH TIMUR
06 ACEH TENGAH
07 ACEH BARAT (3,3)
08 ACEH BESAR
09 PIDIE (1,6)
10 BIREUEN (1,1)
11 ACEH UTARA (1,9)
12 ACEH BARAT DAYA (7,3)
13 GAYO LUES (1,8)
14 ACEH TAMIANG
15 NAGAN RAYA (1,4)
16 ACEH JAYA
17 BANDA ACEH
72 SABANG
78 LANGSA
74 LHOKSUMAWE (1,9)

PETA PENYEBARAN KUSTA DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (2006)
Penularan
Sampai saat ini cara penularan penyakit kusta
belum sepenuhnya terungkap, karena sulitnya
melakukan penelitian karena masa infeksi
kusta sangat lama. Jalur penularan penyakit
kusta yang dianut hingga kini adalah melalui
pencikan lendir dari mukosa hidung (droplet
infection). Hal ini ditunjukkan dengan
ditemukannya basil kusta dalam jumlah yang
banyak di mukosa hidung bisa berkisar antara
10.000-100.000 (Noordeen, 1994).

Berkembang biak secara lambat
dengan cara binary fision
Memerlukan waktu rata-rata 20 hari
untuk pembelahan selnya.
Lamanya berkembang biak
tampaknya sesuai dengan masa
inkubasi dan kronisitas penyakit
kusta pada manusia

Perjalanan Klinik
Perjalnan klinik penyakit kusta sangat lambat
dan berjalan bertahun-tahun,
Penderita tidak menyadari adanya proses
penyakit di dalam tubuhnya.
Sebagian besar penduduk di daerah endemik
kusta pernah terinfeksi kuman M. leprae.
Karena adanya kekebalan alamiah, hanya sekitar
15% dari mereka yang mungkin akan terjadi
sakit.
Masa inkubasi yang cukup lama (sekitar 2-5
tahun)
Gejala awal penyakit yang bentuknya belum khas,
berupa bercak-bercak dengan sedikit gangguan
sensasi pada kulit disertai dengan berkurangnya
produksi keringat setempat.
THE ICE-BERG
PHENOMENA IN LEPROSY
MANIFEST / OVERT LEPROSY
TARGET
OF
M.D.T


Below the surface :
SUBCLINICAL LEPROSY
Bottom :
Healthy population in endemic leprosy areas,which is exposed by
M.leprae from human and non-human resources
OVERT / MANIFEST LEPROSY
Development of Manifest Leprosy after 4
years observation of Subclinical Leprosy with
high antibody titer
Gambaran Klinis
Gambaran klinis penyakit kusta pada seseorang
pasien mencerminkan tingkat kekebalan
Gambaran klinis penyakit kusta, brdasarkan
tanda-tanda pokok atau cardinal signs yaitu
(Depkes, 2004):
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa,
mendatar (macula) atau meninggi (plak). Mati
rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja
terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai
atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena.
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah sayatan cuping telinga
dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-
kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau
saraf.
Klasifikasi Ridley-Jopling
Berdasarkan klasifikasi Ridley dan Jopling ini
penyakit kusta dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
Tuberculoid leprosy (TT)
Bordeline tuberculod leprosy (BT)
Mid bordeline leprosy (BB)
Bordeline lepromatous leprosy (BL)
Lepromatous leprosy (LL)
Klasifikasi Madrid
Klasifikasi ini merupakan yang paling
sederhana yang didasarkan atas kriteria
klinik, bakteriologis, dan histopatologis
sesuai dengan rekomendasi dari
International Leprosy Association di
Madrid tahun 1953. Dalam klasifikasi ini
penyakit kusta dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu:
Indeterminate (I)
Tuberculoid (T)
Bordeline (B)
Lepromatosa (L)
Klasifikasi WHO
WHO mengklasifikasikan penyakit kusta menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Pausibasilar (PB)
Termasuk kusta tipe TT dan BT menurut kriteria
Ridley dan Jopling atau tipe I dan T menurut
klasifikasi Madrid dengan BTA negatif.
2. Multibasilar (MB)
Termasuk kusta tipe BB, BL, dan LL menurut kriteria
Ridley dan Jopling atau B dan L menurut klasifikasi
Madrid dan semua tipe kusta dengan BTA positif.

MULTIBACILLARY LEPROSY
Diagnosis
1. Bercak kulit yang mati rasa
2. Penebalan saraf tepi
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bila salah satu dari 3 kardinal sign tsb
ditemukan makan kusta
Bahan pemeriksaan adalah sayatan
cuping telinga dan lesi kulit pada bagian
yang aktif. Kadang-kadang bahan
diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Bentuk-bentuk kuman kusta dari
pewarnaan BTA
1. Bentuk solid (utuh)
O Dinding tidak putus
O Mengambil zat warna secara merata
O Panjang kuman 4 kali lebarnya
2. Fragmented (pecah-pecah)
O Dinding sel terputus sebagian atau seluruhnya
O Pengambilan zat warna tidak merata

Bentuk BTA
3. Granulated (granular)
+ Kelihatan seperti titik tersusun garis lurus atau
berkelompok
4. Globus
+ Beberapa BTA utuh atau fragmented/
granulated mengadakan ikatan atau kelompok
+ Kelompok kecil 40-60 BTA
+ Kelompok besar 200-300 BTA
5. Clumps
+ Beberapa bentuk granular membentuk pulau-
pulau tersendiri (lebih dari 500 BTA)
Hasil Pewarnaan BTA
Tanda-tanda tersangka kusta (suspek) menurut Depkes (2004) sebagai
berikut:
1. Tanda-tanda pada kulit
a. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di
bagian tubuh.
b. Kulit mengkilap
c. Bercak yang tidak gatal
d. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat
atau tidak berambut
e. Lepuh tidak nyeri
2. Tanda-tanda pada saraf
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota
badan atau muka
b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka
c. Adanya cacat (deformitas)
d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh

Pengobatan
Setelah diagnosis kusta ditegakkan, harus
segera dilakukan tindakan atau tatalaksana
yang meliputi:
1. Pengobatan secara kausal, bertujuan:
- Memutus mata rantai penularan
- Menyembuhkan penyakit penderita
- Mencegah terjadinya cacat/bertambahnya cacat
yg sdh ada sebelum pengobatan
2. Pengobatan untuk penyulit yang
timbul
3. Pengobatan suportif
4. Rehabilitasi medik
5. Rehabilitasi sosial
PENDERITA KUSTA ANAK
Penderita kusta baru
Kecacatan
Pengobatan yang tepat untuk kusta akan
memperbaiki masa depan penderita
Mycobacterium tuberculosis
Dr. Mudatsir, M.Kes

Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
Selasa, s September 2014




Pendahuluan


Masalah TB Dunia :
1/3 Penduduk dunia telah terinfeksi
Tuberkulosis
WHO, 2004 8,8 juta kasus baru TB (thn
2002) 3,9 juta BTA positif.
Angka kematian akibat TB 8000 setiap hari
& 2-3 juta setiap tahun.

PROPORSI TB DI INDONESIA
DALAM PETA DUNIA
59


Kasus baru tahun 2006 : 534.000/tahun*
Angka Kematian sekitar 88.000 orang*
75% penderita di usia produktif (15-50 th)
Krisis ekonomi kemiskinan
Ancaman AIDS Concentrated Epidemic
(prevalensi meningkat di beberapa wilayah)
Populasi tak terjangkau (geografi, sosial, populasi
rentan)
* WHO report 2008
BESARNYA MASALAH TB DI INDONESIA
60
Indonesia :
22 High Burden Countries
1. India
2. China
3. Indonesia
4. Bangladesh
5. Nigeria
6. Pakistan
7. South Africa
8. Philippines
9. Russia
10. Ethiopia
11. Kenya
12. DR Congo
13. Viet Nam
14. UR Tanzania
15. Brazil
16. Thailand
17. Zimbabwe
18. Cambodia
19. Myanmar
20. Uganda
21. Afghanistan
22. Mozambique
Indonesia 10%
Bangladesh 4%
China
15%
India
30%
Other
28%
Philippines 3%
Pakistan 4%
Nigeria 3%
South Africa 2%
Russia 1%
61
5 ELEMEN STRATEGI DOTS
Komitmen politis
1
Directly Observed
Treatment Short-course

2
Diagnosa dengan
mikroskop
3
Pengobatan
jangka pendek dgn
pengawasan langsung
4
Jaminan
Ketersediaan OAT
Yg bermutu
5
Monitoring dan
evaluasi
TB adalah Penyakit Menular
Penyebab : Kuman Mycobacterium
Tuberculosa
Organ terkena : Sebagian besar ke
PARU,
Organ lain bisa terkena infeksi.

Sifat sifat kuman TB
Bentuk batang
Aerob Obligat ( Hidup dengan Kadar O2
tinggi)
Mudah mati dg SINAR MATAHARI
Dapat hidup lama pd UDARA LEMBAB
/ GELAP
Tahan pada pd PEWARNAAN BTA
Dalam Tubuh manusia bisa dormant
Cara Penularan TB & Faktor terjadi
Infeksi
1. Ada sumber Infeksi ( Open Case )
2. Jumlah Kuman, Terpapar terus
menerus
3. Virulensi Kuman TB
4. Daya Tahan Tubuh TURUN
Cara Penularan

Diagnosa TB
gejala klinik
pemeriksaan fisik
bakterilogi
radiologi
pemeriksaan penunjang lainnya

Pemeriksaan Bakteriologi
( Kuman BTA )
TUJUAN PEMERIKSAAN DAHAK :
1. Menegakkan DIAGNOSA
2. Menilai kemajuan TERAPI
3. Menentukan tingkat PENULARAN

WAKTU PENGAMBILAN DAHAK : ( S P S )
1. S ( SEWAKTU ) : Pada saat berkunjung pertama
kali
2. P ( PAGI ) : Dikumpulkan dirumah pagi hari
3. S ( SEWAKTU ) : Pada hari ke dua saat serahkan
dahak pagi
Kriteria sampel sputum yang baik :
Dibatukkan langsung dari paru
Mengandung 3-5 cc sputum
Kental atau setengah menggumpal
Purulen (warna agak kekuningan)
Bukan hanya saliva
Cara Pemeriksaan Sputum BTA
1. Dahak purulen
ditempatkan pada slide,
difiksasi pada lampu
spiritus
2. Teteskan lrt.
CARBOL FUCHSIN
0,3% pd sediaan.
3. Panaskan pada
nyala api spiritus
3 5 menit
4. Dialiri dg air sp
zat warna terbuang
5.Teteskan dgn HCL
ALKOHOL sp warna
merah hilang.
6. Bilas dgn air pelan.
7. Teteskan
METHYLEN
BLUE 0,3% selama
10
20 detik
8. Bilas dgn air
9. Keringkan
PERIKSA dgn
MIKROSKOP

KUMAN B T A

Skala International Union Againt Tuberculosis & Lung Deseasa
:



Interpretasi pemeriksaan sputum BTA skala IUATLD
100 LP
100 LP
100 LP
1 LP
1 LP
Tidak ada kuman
1-9 kuman
1-10 kuman
> 10 kuman
10-99 kuman
Negatif
Catat
hasil
+
++
+++

Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks PA
Foto lateral
top lordotik
CT Scan

Foto toraks pada TB: multifrom


Klasifikasi American Tuberculosis Association:
(Rasad,2006)
SALMONELLA
DR. Mudatsir, M.Kes
Bagian Mikrobiologi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
5 September 2013
Morfologi dan Pertumbuhan
+Batang Gram negatif
+Bergerak dengan flagel peritrik
+Mempunyai fimbria
+Tidak mampu meragi laktosa
+Beberapa spesies mampu meragi gula dan
menghasilkan gas
+Dapat hidup cepat pada media sederhana
+Mati pemanasan suhu 55 C 1 jam
+Mampu hidup beberapa bulan pada salju, air
tanah dan makanan

Flagel Petritrik pada Salmonella
Klasifikasi
Grup O Serotipe
D
A
C
B
D
S. typhi
S. paratyphi A
S.choleraesius
S. typhimurium
S. enteritidis

Daya Tahan
OMati pada suhu 56 C & pada suasana kering
ODalam air tahan 4 minggu
OHidup subur pada medium garam empedu
OPenambahan senyawa natrium tetrationat dan
deoksikholat menghambat tumbuh kuman
kolifomr isolasi Salmonella dari tinja

Salmonella arizonae pada Blood Agar
Salmonella pada XDL Agar
Struktur Antigen
-Antigen somatik
- Antigen O berasal dari dinding sel
- Tahan terhadap panas dan alkohol
-Antigen Flagel
- Antigen H berasal dari protein flegelin
- Rusak oleh panas dan alkohol
-Beberapa spesies mempunyai antigen
kapsul
Patogenitas
Sumber penularan dari manusia
Reservoar dari hewan (babi, sapi, kelinci,
unggas)
Tempat masuk mulut
Manifestasi klinik tergantung dari:
1. Virulensi bakteri
2. Jumlah sel yang termakan dan
3. Daya tahan hospes
Penyakit yang disebabkan Salmonella
Demam enterik Septikemia Enterokolitis
Periode inkubasi 7-20 hari Bervariasi 8-48 jma
Onset Insidious Tiba-tiba Tiba-tiba
Demam Gradual kemudian
tinggi dengan stadium
typoidal
Cepat naik Biasanya rendah
Durasi penyakit Beberapa minggu Bervariasi 2-5 hari
Simtom
Gastrointestinal
Mula2 konstipasi
selanjutnya diare
berdarah
Tidak ada Nausea
Kultur Darah Positif 1-2 minggu Positif selama
demam tinggi
Negatif
Stool cultures Positif selam 2
minggu, negatif pada
awal sakit
Sering positif Positif secara
cepat
Sumber: Jawet, Malnick & Edelbergs Microbiology, 2001
Tipe penyakit pada Manusia
+Demam enterik
+Bakteriemi dan
+Enterokolitit/gastroenteritis
Perbedaan infeksi tergantung pada:
+Spesies penyebab
+Masa inkubasi
+Waktu sakit
+Gejala penyakit/saluran pencernaan
+Bahan pemeriksaan
+Kultur darah dan kultur tinja
Virulensi ditentukan oleh:
OKemampuan menginvasi hospes
OToksinogenitas

Beberapa faktor patogenitas/Virulensi
OToksin
OPili/faktor perlekatan
OKemampuan bergerak
Diagnosis Laboratorium (I)
BP untuk kultur:
-Darah
-Tinja
-Urine
-Apus rektum
-Cairan serebrospinal
-Sumsum tulang
-Makanan/sumber air yang terkontaminasi
Diagnosis Laboratorium (II)
Media Transpor:
+Bulyon selenit
+Bulyon tetrationat
+Bulyon Gram-negatif
+Agar semi solit Cary & Blair dan
+Bulyon empedu
Diagnosis Laboratorium (III)
Isolasi dan Identifikasi dengan media selektif
Agar SS
Agar Bismuth Sulfite
Agar Deoxycholate citrat (DCA)
Koloni yang dicurigai ditanam pada agar Kligler
atau TSIA,Media gula-gula semi solid
Uji Serologi

Pengobatan dan Pencegahan
Antibiotik: Kloramfenikol (hati2 efek toksik)
Ampisilin, Amoksisilin
+Pengobatan carrier menjadi masalah
+Pencegahan carrier tdk boleh bekerja
sebagai pembawa makanan
+Sanitasi makanan dan air harus dijaga
Epidemiologi
Carrierpramusaji
Sumber infeksi: makanan dan
minuman yang terkontaminasi:
1. Air kontaminasi dengan tinja
2. Susu dan produk susu (es krim,
keju,puding dsb)
3. Kerang
4. Telur
5. Daging atau produk daging

Vibrio cholerae
DR. Mudatsir, M. Kes
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh
5 Seprtember 2013
Morfologi
-Berbentuk batang bengkok seperti koma
-Gerak aktif flagel monotrik
-Tidak membentuk spora
-Pada biakan lama batang lurus
-Gram negatif
Sifat Biakan:
+Koloni cembung (convex), bulat smoth, opak
dan tampak granuler, oksidase +
+Bersifat aerob atan anaerob fakultatif
+Suhu optimum 37C, pH optimum 8,5-9,5
+Tumbuh baik pada medium yang mengandung
garam mineral seperti TCBS Agar Alkaline
tourocholate tellurite
+Meragi sukrosa dan manosa tanpa gas
+Meragi nitrat

Toksin
OToksin berupa enterotoksin, tidak tahan asam
dengan BM 90.000
OMenyebabkan peningkatan aktivitas adenil
siklase dan AMP siklik serta hipersekresi usus
kecildiare masif kehilangan cairan bisa
mencapai 20 liter perhari
OAda 3 serotipe (Ogawa, Inaba dan Hikojima)

Patogenitas
Hanya patogen pada manusia
Tidak bersifat invasif kuman terlokalisasi di
usus
Menghasilkan toksin kolera (enterotoksin),
musinase dan endotoksin
Toksin diserap oleh permukaan gangliosida sel
epitel merangsang hipersekresi air dan
kloridamenghambat obsorbsi natrium
kehilangan cairan dan elektrolit asidosis,
shok dan kematian
Secra histologis usus tetap normal
Gejala Klinis
Masa inkubasi 1-4 hari
Gejala: mual, muntah, diare dan kejang perut
Ricewater stools yang terdiri dari: mukus sel
epitel dan kuman vibrio
Kehilangan cairan dan elektrolit: dehidrasi,
kolaps, sirkulasi dan anuri
Angka kematian tanpa pengobatan 25-50%
Diagnosis laboratorium
BP: Tinja dan muntahan
Media perbenihan
- Agar pepton,
- Agar darah dengan pH 9,0
- TCBS
Pengobatan
-Rehidrasi dengan cairan dan elektrolit
-Antibiotik: tetrasiklin
Pencegahan
Vaksinasi orang yang berisiko
Toksoid sedang dalam percobaan
Penyebaran melalui kapal; laut, migrasi,
perdangan dan pengungsi
Penularan melalui air, makanan, lalat dan
manusia
Dalam air dapat bertahan 3 minggu

You might also like