You are on page 1of 31

Infeksi SSP

Kasus 2
Keluhan Utama
Seorang laki-laki berusia 34 tahun diantar istrinya ke UGD RSPAD dengan keluhan kejang
yang terjadi 2 kali dalam 1 hari ini
Riwayat Penyakit Sekarang
Kejang terjadi diseluruh tubuh, dgn mata yg mendelik ke atas. Kejang pertama
berlangsung sekitar 2 menit saat pasien sedang di rumah, lalu kemudian langsung dibawa ke
klinik dokter umum dekat rumah. Di klinik tersebut kejang kembali terjadi, lalu diberikan
obat melalui pembuluh darah, kejang sempat berhenti selama 1-0-15 menit, namu kejang
kembali terjadi dan diulangi pemberian obat tersebut, namu tak lama kemudian kejang
kembali terulang, sehingga kemudian dirujuk ke UGD rumah sakit. Diantara kejang masih
sadar.
10 hari yg lalu, pasien mengalami nyeri telinga kanan, lalu dibersihkan dgn cotton
bud. Karena nyeri tidak hilang, ia berobat ke puskesmas. Di pukesmas diberikan obat anti
nyeri dan obat tetes telinga. 7 hari yg lalu, pasien mulai panas dan keluar cairan dari telinga
kanan bewarna kuning, berbau tidak enak sehingga ia dibawa ke dokter praktek umum, oleh
dokter hanya diberikan obat tetes telinga dan obat antibiotik. Setelah minum obat, panas
mulai turun, namun tak lama kemudian naik lagi.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital : Suhu: 40 C, RR : 20x/menit, Nadi : 100x/menit, Tensi : 120/80 mmHg
Mata : isokor kanan kiri, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema palpebra(-), papil
edema (-)
Gigi geligi : tidak ada karies gigi, plak (-), sisa akar gigi (-)
Telinga :
Kanan: sekret (+), kunig, berbau, membran timpani sulit dinilai
Kiri: sekret (-), membran timpani intak
Nyeri ketok mastoid
Thoraks :
Inpeksi : retrasi sela iga tidak ada, bentuk thoraks simitris, normal
Palpasi : fremitus suara sama dikedua hemithoraks, ictus cordi tdk teraba
Perkusi : jantung tidak teraba membesar
Auskultasi : suara jantung dan paru tidak ada kelainan


Abdomen :
Inpeksi : datar tidak tampak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus normal
Ekstrimitas : tidak ada kelainan

Pemeriksaan Neurologi
GCS : E4V5M6
Motorik : hemiparesis tidak ada, normotonus, normotrofi
Reflek fisiologis :
Refleks bicep/tricep : normal
Reflesk patella/achiles : normal
Reflek patologi :
Refleks balbinski : (-)
Meningeal sign :
Kaku kuduk : (+)
Brudzinsky 1 : (+)
Brudzinsky 2 : (+)
Kernig : (+)
Pemeriksanaa Laboratorium
Hb : 13 GDS : 110 g/dL
Ht : 36 %
Leukosit : 17.000
Trombosit : 252.000
Eritrosit : 4,5 X 106 UL
Elektrolit :
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 4 mmol/L
Kalsium : 1,04 mmol/L
Magnesium : normal
Lumbal Fungsi :
Kejernihan : keruh
Bekuan : tidak ada kekeruhan
Test pandy : (+)
Test nonne : (+)
Glukosa : 30 mg/dL (normal : 45-8 mg/dL)
Protein : 120 mg/dL (normal :20-40 mg/dL)
Jumlah sel : 80/UL
Sel :
PMN : 80%
MN : 20 %
Kultur LCS : Staficoccus epidermidis
Diagnosa : meningitis bakterial et causa stafilococcus epidermidis

Pembahasan Materi Meningitis
Anatomi
OTAK
Struktur :
Myelencephalon
1. bagian otak paling posterior
2. sebagian besar berupa tracts (lintasan) yang membawa sinyal-sinyal antara bagian otak
lain dan tubuh.
3. berupa formasi retikuler

Formasi retikuler adalah sebuah jaringan rumit dari sekitar 100 nuklei mungil yang
menempati inti tengah batang otak dari batas posterior meilensefalon sampai ke batas
anterior otak-tengah formasi retikuler disebut reticular activating system (sistem pengaktif
retikuler) karena bagian-bagianya tampaknya berperan dalam perangsangan.

Metenchepalon

1. seperti mielensefalon, berisi banyak tracks mendaki dan menurun dan bagian formasi
retikuler.
2. Struktur ini menciptakan bulge (tonjolan) yang disebut pons, dipermukaan ventral batang
otak.
3. bagian utama lainya adalah cerebellum (serebelum) atau otak kecil.

Cerbellum adalah struktur besar yang berkonvolasi (berlekuk-lekuk) dipermukaan dorsal
batang otak dan merupakan struktur sensorimotor

kerusakan serebelar membatasi kemampuan untuk mengontrol gerakan secara tepat dan
untuk mengadaptasikanya dengan kondisi yang berubah-ubah. Akan tetapi, fakta bahwa
kerusakan serebelar juga menghasilkan berbagai fisit kognitif menunjukkan bahwa fungsi-
fungsi serebelum tidak terbatas pada kontrol sensorimotor.

Mesenchepalon, (mesensefalon) atau otak tengah ,memiliki dua bagian :

1.Tectum (tektum) atau atap Adalah permukaan dorsal otak tengah.
tektum terdiri atas dua pasang benjolan yang disebut colliculi (bulit kecil).
Pasangan posterior yang disebut inferior colliculi (kolikuli inferior) memiliki fungsi
pendengaran;
pasangan anterior yang disebut superior colliculi (kolikuli superior) memiliki fungsi visual.
Pada vertebrata tingkat rendah, fungsi tektum sepenuhnya visual; oleh karenanya optic
tectum (tekum optik).

2. Tegmentum
Adalah bagian mesensefalon yang letaknya ventral terhadap tektum. Selain formasi retikuler
dan tracts, tegmentum berisi tiga struktur warna-warni yang menjadi ketertarikan khusus
para biopsikolog, yakni:

periaqueductal gray
Adalah bahan abu-abu yang terletak disekitar cerebral aqueduct (akuaduk serebral),
pembuluh yang menghubungkan ventrikel kletiga dan keempat. Bagian ini sangat menarik
karena perannya dalam memperantarai efek analgesik (mengurangi rasa sakit) obat-obatan
opiat.
v substantia nigra dan red nucleus
Adalah komponen-komponen penting sistem sensorimotor.

Dienchepalon, ada 2 bagian yaitu thalamus dan hipotalamus

Thalamus (talamus) asdalah struktur besar dua-lobus (lobus berarti cuping) yang merupakan
bagian puncak batang otak. Salah satu lobus berada di masing-masing sisi ventrikel ketiga,
dan kedua lobus itu digabungkan oleh massa intermedia. Tampak dipermukaan talamus
lamina (lapisan-lapisan) berwarna putih yang terdiri atas akson yang termielinasi.

Hyothlamus (hipotalamus) berlokasi tepat dibawah talamus anterior (hypo berarti di
bawah). Ia berperan penting dalam pengaturan. Ia memberikan efeknya antara lain dengan
melepaskan hormon-hormon dari pluitary gland (glandula / kelentar pituitari atau kelenjar
di bawah otak) .

Telenchepalon
Telencephalon (telensefalon), bagian terbesar otak manusia, memperantarai berbagai
proses kognitif kompleks seperti belajar, berbicara, dan mengatasi masalah.



Lapisan Pelindung :

Pia meter
lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak

Lapisan araknoid
Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit pembuluh
darah

Durameter
Lap. Periosteal luar: Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di permukaan
dalam kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak.
Lap. Periosteal dalam : Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam sampai
ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks
serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma






Tulang Tengkorak :




Histologi
Bagiannya :
Cerebrum
Astrosit Protoplasmitis byk ditemukan pada substansi grisea (kelabu) atau substansi alba
(putih). Astrosit ini bercirikan badan sel sebesar sel piramid, inti selnya besar ttp susah
dikenali karena pulasannya bukan utk melihat intnya, sitoplasmanya bercabang byk dan
gemuk (tebal), cabang tersebut akan memiliki cabang terus menerus sehingga terlihat sprt
lumut. Kadang cabangnya yg menempel pd pembuluh darah yg disebut kaki perivaskular.

Astrosit Fibrosa berukuran sama dgn astrosit protoplasmitis. Jumlah sel ini lbh byk pada
substansi alba otak daripada substansi grissea. Intinya susah dilihat. Astrosit Fibrosa sering
ditemukan di kaki perivaskular dan terlihat sprt bulu babi karna percabangan sitoplasmanya
byk ttp kurus.

Oligodendroglia berukuran besar ttp lbh kecl daripada astrosit. Sel glia ini terdapat pd
substansi abu-abu dan putih dan biasanya dekat dgn sel piramid. Badan sel mirip dgn kacang
kedelai. Inti sel besar dan mudah dikenali.

Mikroglia merupakan sel glia yg paling kecil. Sel ini terdapat pada substansi abu-abu (grisea)
dan putih (alba). Intinya susah dilihat dan biasanya percabangan dari badan sel berukuran
besar sering disebut cabang primer.







Cerebellum
Pada Cerebellum terdapat dua bagian yaitu korteks dan medulla, substansi grissea (korteks)
dan substansi alba (medulla). Pada bagian korteks cerebellum terdapat 2 lapisan yaitu
lapisan molekular disebelah luar dan lapisan granular disebelah dalam. Substansi grisea
(korteks) terletak di tepi sajian dan mempunyai banyak inti sel (bintik-bintik bulat warna
hitam). Substansi alba terletak di tengah dan warnanya lbh pucat.

Sel purkinje terletak di lapisan molekular, badan sel terdapat di lapisan batas molekular dan
granular, dendritnya menjulur ke lapisan molekular, aksonnya masuk ke lapisan granular. Sel
purkinje bercirikan inti sel besar, bentuknya bulat atau lonjong dan anak inti jelas



Ganglion Spinalis
Sel ganglion merupakan sel syaraf yg berbentuk poligonal. Sel ganglion bercirikan inti sel
bulat atau lonjong dgn anak inti jelas kadang dalam sitoplasma terlihat pigmen warna
cokelat. Sitoplasmanya sendiri tdk terlihat jelas dan hanya terlihat pangkalnya saja.

Substansi tigroid pd ganglion tdk terlihat jelas tetapi dpt dilihat berupa bintik-bintik besar
bewarna biru hitam di sekitar sitoplasma. Pada ganglion terdapat byk potongan serat saraf
san sel satelit.

Medulla Spinalis
Sel saraf motorik berada di kornu anterior medulla spinallis. Kornu anterior tampak sebagai
bagian sayap yg gemuk (sprt sayap kupu2) dan merupakan daerah yg byk neuron.

Sel saraf motorik bercirikan selnya besar, poligonal, sitoplasmanya bercabang-cabang,
intinya besar berbentuk bula atau lonjong dgn anak inti jelas. Percabangan sitoplasma
(dendrit dan neurit) terlihat jelas. Badan sel dan neurit mengandung badan nissl sedangkan
akson/neurit tdk. Pangkal akson disebut akson hilloks yg tidak mengandung substansia nissl.





Fisiologi Sistem Syaraf
Struktur Dasar Neuron
Neuron merupakan unit dasar susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Ada beberapa
variasi (sensorik, motorik, dan neuronn penghubung) yang seluruhnya menyusun struktur
dasar yang serupa

Komponen dasar neuron:

1. Badan sel (soma); berisi nukleus, organel dan kelompokan retikulum endoplasma kasar,
selanjutnya terlihat sebagai substansia nissl
2. Dendrit ; juluran aferen tunggal atau beberapa dari membran sel yang menghantarkan
atau menerima snyal dari neuron lainnya atau dari lingkungan ke neuron. Dendrit juga berisi
substansia nissl
3. Akson ; juluran eferen dari membran sel yagn mengirimkan sinyal menjauhi badal sel ke
neuron lainnya atau ke organ akhir. Akson mungkin bermielin atau tidak bermielin.

Akson suatu neuron ada daerah yg bermielin dan daerah yan tidak bermielin:

1. Mielin: berlapis lapis fosfolipid yang membentuk selubung sekitar suatu akson. Mielin
mengandung kanal ion yang terbuka sehinga memungkinkan aliran melalui membran akson.
Mielinisasi juga memungkinkan hantaran cepat AP (potensial aksi) sepanjang akson
2. Nodus Ranvier: Daerah akson yang terbuka antara daerah yg terbungkus mielin. Konduksi
meloncat cepat dari potensial aksi (AP) sepanjang akson

Perlu diingat bahwa konduksi saraf lebih cepat terjadi pada neuron yang memiliki mielin
insulasi yg tebal dengan nodus ranvier yg jauh terpisah. Sebaliknya, pada akson yang tidak
bermielin, eksitasinya harus berjalan lebih lambat disepanjang membran akson.

Neuron mungkin mempunyai sejumlah sendrit dan akson, yang dapat diklasifikasi:
1. Unipolar ; mempunyai satu dendrit atau satu akson
2. pseudounipolar ; mempunyai juluran yang bercabang menjadi dendrit dan akson
3. bipolar ; mempunyai satu dendrit dan satu akson
4. multipolar ; mempunyai banyak dendrit dan akson

Eksitasi dan inhibisi Neuron

Neuron yang tereksitasi dan menghantarkan informasi melalui sinaps ke neuron lain
atau neuron diam saja. Input eksitatorik ke neuron menimbulkan aliran listrik sedangkan
input inhibitorik menyebabkan diam saja.
Neuron kemudian dikelompokan menjadi eksitatorik dan inhibitorik berdasarkan
efeknya pada neuron yang diberikan input. Neuron eksitatorik biasanya neuron utama
(misalnya sel piramida korteks serebri), yang umumnya memiliki jarak yang panjang dan
dengan demikian memiliki akson yg panjang. Sebaliknya, Neuron inhibitorik biasanya
interneuron dan memiliki akson yg pendek.

Sinaps

Neuron merupakan neuron berkontak satu dengan yang lain melalui taut yg disebut sinaps.
Neuron neuron melakukan komunikasi satu sama lain melalui sinapsis.
Sinapsis melibatkan struktur sebagai berikut:

1. Membran pre-sinaps : mengandung kanal kalsium pintu-voltase yang terbuka dalam
memberi respon terhadap AP
2. Vesikel sekretoris : Mengendung neurotransmitter dan bersandar pada sitoplasma,
sampai masuknya kalsium yang menariknya ke ujung akson pra-sinapsis utk eksositosis.
3. Celah sinaps : tempat dimana molekul neurotransmitter yang dikeluarkan berdifusi
melewati membran pasca-sinapsis
4. Membran pasca-sinap: mengandung reseptor-reseptor utk berbagai neurotransmitter
bergabung ke kanal natrium
5. Reseptor : mengikat neurotransmiter dan membantu depolarisasi membran
pasca-sinaps dengan mengaktifkan kanal natrium
6. Kanal ion : mencakup kanal natrium (depolarisasi), kalsium (peningkatan Ca utk
kontraksi otot dan saraf tepi), dan kalium (repolarisasi).

Transmisi Sinapsis

1. Impuls eksitatorik yg mencapai akson terminal menimbulkan depolarisasi pada membran
sinaps, membuka kanal kalsium voltage-dependent.
2. Akibatnya, ion kalsium mengalir ke terminal bouton dan menyebabkan vesikel sinaptik
menyatu dengan prasinaps, mengakibatkan pelepasan neurotransmitter ke dalam celah
sinaps.
3. Molekul neurotransmitter kemudian berdifusi menyebrangi celah ke reseptor spesifik
pada membran pascasinaps dan berikatan, dan menyebabkan terbukanya kanal ion (kanal
natrium).
4. Influks Na terjadi, disertai dgn influks Ca, menyebabkan depolarisasi eksitatoik pd neuron
pasca sinaps (EPSP)

Neutransmitter dan Reseptor

Neurotransmitter adalah tempat informasi dihantarkan dari satu neuron ke neuron
berikutnya melalui zat kimia penghantar. Neuron terbagi menjadi 2 tipe utama berdasarkan
bentuk dan panjang proyeksinya, neuron utama dgn proyeksi yg jauh disebut neuron golgi
tipe 1 dan interneuron dgn akson pendek disebut neuron golgi tipe 2. Neuron biasanya
diklasifikasi menurut fenotip neurotransmiternya yg akan menentukan apakah eksitatorik
atau inhibitorik.
Neurotransmitter eksitatorik yg umum di SSP adalah glutamat sedangkan neurotransmitter
inhibitorik adalah asam gama aminobutirat (GABA). Asetilkolin dan nonepinefrin merupakan
neurotransmitter terpenting pd sistem syaraf otonom tp jg ditemukan pd SSP. Dopamin,
serotonin dan jenis neuropeptida.

Reseptor

1. Ligand-gated : kanal ion ligand gated terbentuk dari subunit yg berada di sepanjang
membran sel. reseptor ini dapat menerima satu atau lebih spesies ion tertentu

2. Asam amino eksitatorik : Reseptor glutamat ada 3 yaitu AMPA, NMDA, dan reseptor
kainate. Glutamat berikatan dgn reseptor AMPA menimbulkan influks ion Na, yg
mendepolarisasikan sel. Aktivasi reseptor NMDA juga menyebabkan influks ion NA, disertai
olh influks Ca. Namun, reseptor NMDA hanya diaktifkan setelah blokade kanal ionnya olh
ion magnesium dihilangkan; penghilangan bliokade ini dilakukan melalui depolarisasi
membran yg diinduksi olh reseptor AMPA

3. Inhibitorik GABA dan glisin : dua reseptor ini menyebabkan influks ion klorida bermuatan
negatif dan dengan demikian menyebabkan hiperpolarisasi pd sel pascasinaps.

4. G-protein-couple reseptor : prosesnya berlangsung lama akibat aktivasi kaskade sinyal
intraselular. Respons dapat meliputi perubahan pada kanal ion atau ekspresi gen.

Kematian dan proses penyembuhan

Kematian neuron fisiologis (kematian teprogram) banyak neuron mati saat
perkembangan SSP, kemungkinan sebagai bagian mekanisme yang memungkinkan
pembentukan hubungan interneuronal yang tapat dan spesifik. Apabila ada regulasi neuron
yg baru, maka neuron yg lama melakukan apoptosis.


Infeksi Sistem Syaraf Pusat
Infeksi SSP

Definisi
Adanya infeksi dan multiplikasi kuman di SSP

Klasifikasi :
1. Meningitis : Radang pada selaput otak
2. Ensifalitis : Radang pada jaringan otak
3. Myelitis : Radang pada medula spinalis
4. Meningioensifalitis : Infeksi selaput otak bersamaan dengan infeksi otak
5. SOL : infeksi yang lebih terlokalisir dan dapat bermanifestasi sebagai tumor;
adalah abses serebral atau tuberkuloma atau toksoplasmosis serebri
Etiologi :

- infeksi bakteri (meningitis, tetanus, abses serebri)
- infeksi protozoa (malaria atau toksoplasma)
- infeksi fungal (kriptokokus atau aspergilus)
- infeksi viral (Japanese ensefalitis)
- infeksi spirochaeta (Treponema palidum menyebabkan sifilis, Leptospira i
kterohemoragika menyebabkan meningitis)

Cara invasi :

1. Hematogen : Misalnya secara langsung melalui arteri intraserebral, atau secara
tidak langsung dari arteri meningeal ke LCS ke otak melalui pia mater
2. Misalnya pada trauma kepala terbuka, fraktur basis cranii, tindakan bedah otak,
atau lumbal pungsi
3. Per kontiutatum : Misalnya dari mastoid ke otak

Patogenesis :

1. Melewati BBB : Transpor pasif melalui vakuola intraseluler --> dibawa oleh leukosit --
> replikasi di stroma barier --> dilokalisasi SSP: menginfeksi endotel --> menerobos
melewati epitel yang rusak --> pinositosis atau transportasi koloidal di endotel; atau
ikut bermigrasi bersama leukosit melewati endotel --> mencapai LCS (meningitis) -->
parenkim melalui sel ependim atau pia mater (ensefalitis) Endotel pembuluh darah
yang dilewati yaitu pembuluh darah pleksus koroidalis, pembuluh darah meningeal,
atau pembuluh darah serebral.

2. Invasi melalui akson : Terjadi di sepanjang saraf perifer atau saraf cranial. Organisme
bermultiplikasi di soft tissue tempat inokulasi awal, memasuki sistem saraf, baik
sensorik, motorik, atau otonom.

Pemeriksaan :
1. Px. Penunjang :
- Neuroimaging
- Lumbal pungsi (kontraindikasi padadefisit neurologis fokal, desakan
intrakranial karena juka dilakukan LP dapat berakibat herniasi)
~ gambaran makroskopik (kejernihan)
~ glukosa
~ protein
~ jumlah sel
~ tes nonne & pandy

3. Px. Fisik :
- Tanda Vital
- Pemeriksaan neurologi:
~ GCS
~ Meningeal sign


Meningitis

Definisi
Infeksi dari lapisan meningens, yaitu suatu membran yang melapisi otak dan medula
spinalis.

Epidemiologi
a. Meningitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.
b. Incident puncak terdapat rentang usia 6 12 bulan.
c. Rentang usia dengan angka moralitas tinggi adalah dari lahir sampai dengan 4 tahun.
d. Meningitis bakterial memiliki insidens antara 4,6 dan 10 per 100.000 orang per tahun di
USA. Lebih dari 2000 kematian yang disebabkan meningitis per tahun sekitar 70% terjadi
pada anak dibawah usia 5 tahun. Penyakit ini lebih umum di negara beerkembang.

Etiologi :
Bakteri
Tuberkolosa
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena
morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis terjadi sebagai akibat
komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis
tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan
otak, sumsung tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga
arakhnoid (Pradana, 2009).
Pada pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata merupakan
meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada
batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan
gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis (Pradana, 2009). Etiologi dari
meningitis tuberkulosa adalah Mycobacterium tuberculosis (Pradana, 2009)

Neseiseria meningitis
- Diplococcus gram negatif yg terdapat di nasofaring orang normal.
- Memulai invasi dengan menembus permukaan epitel saluran napas.
- persebaran melewati udara

Streptococcus pneumoniae
- Bakteri yang umum pada meningitis terkait dengan fraktur tulang tengkorak dan
kebocoran LCS. Serta pneumonia, sinusitis, endocarditis.
- Menyebabkan meningitis dengan menghindar dari pertahanan tubuh dan fagositosis, baik
melalui penyemaian pada plexus choroideus atau ekstensi langsung dari sinusitis/ otitis
media.

Staphylococcus
- Termasuk flora normal dalam tubuh.
- Bisa menyebabkan meningitis apabila seseorang memiliki cacat pada dural.

Haemophilus Influenza
- Merupakan flora normal di bagian traktus respiratory atas.
- Dapat menyebabkan meningitis apabila : paranasal sinusitis, otitis media, kebocoran LCS
setelah head trauma.

Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir / sequel dari berbagai
penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes
zooster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks
serebri, white matter, dan lapisan meningens. Terjadinya kerusakan jaringan otak
tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan mengganggu
metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan produksi enzim
neurotransmiter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi
kerusakan neurologis (Pradana, 2009).

Jamur
Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang ditemukan, namun
dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas, angka kejadian meningitis jamur
semakin meningkat. Problem yang dihadapi oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan
terapi yang efektif. Sebagai contoh, jamur tidak langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala
penyakit / infeksi dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSS) pasien
yang terinfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dalam beberapa hari sampai
minggu pertumbuhannya (Pradana, 2009).
Etilogi dari meningitis jamur antara lain:

1. Cryptococcus neoformans
2. Coccidioides immitris

Manifestasi Klinik
Tanda klasik meningitis :
- Demam
- Nyeri kepala
- Kaku kuduk
- Kadar glukosa menurun (pada meningitis serosa kadar glukosa normal).
- Kadar protein meningkat
- Kernik sign (+)
- Brudinzky sign (+)

Diagnosa
1. Px Fisik
- Meningeal sign :
- Pemeriksaan kaku kuduk
- Pemeriksaan kernig sign
- Pemeriksaan Brudzinsky I dan II

2. Px Penunjang
- Lumbal Fungsi :
- Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein pada LCS.
-
glukosa dan protein normal, kultur (-).
- Meningitis Purule
glukosa darah menurun, kultur (+).

- Darah :
- Pemeriksaan kadar : Hb, Jumlah leukosit, laju endap darah, glukosa, kadar ureum elektrolit,
dan kultur.
- osit saja.
-
-

- Radiologi :
- CT-SCAN
- MRI

Penatalaksanaan
Farmakologi:
1 Penisilin G, dosis 1-2 juta satuan setiap 2 jam.
Intra muskular/ intravena
Dosis tergantung jenis sediaan, jenis dan berat penyakit.
Menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel
mikroba.


Intravena
Salah satu jenis penisilin
Perbedaan dengan penisilin G yaitu pada posisi gugus aminonya.

3. Kloramfenikol, dosis 4 x 1 gram per 24 jam
Termasuk obat antimikroba
Menghambat sintesis protein kuman
Peroral/parenteral

4. Sulfodiazin, 12 x 500 mg per 24 jam
Bersifat bakteriostatik
Penghambat sintesis DNA bakteri.

Non Farmakologi
1. Edukasi = minumkan vitamin, jauhkan faktor resiko,
2. Nutrisi
3. Rehabilitasi

Komplikasi :
a. cairan subdural.
b. Hidrosefalus.
c. Sembab otak
d. Abses otak
e. Renjatan septic.
f. Pneumonia (karena aspirasi)
g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.

Prognosis
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau
meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.

Patofisiologi

















Meningoensifalitis

Definisi
Meningoencephalitis merupakan infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sel parenkim
otak. Meningoenchepalitis biasanya diawali oleh meningitis yang kemudian menyebar ke
otak dan/atau spinal cord.

Epidemiologi
Diperkirakan insiden tahunan di UK sebesar 4 per 100,000. Infeksi paling sering berat pada
anak-anak dan orang tua.

Etiologi
Virus : Herpes zoster, HIV
Bakteri : Tuberkulosis
Jamur : Cryptococcus
Parasit : Toxoplasmosis

Manifestasi Klinis
Kebanyakan pasien meningoencephalitis menunjukkan gejala-gejala meningitis dan
encephalitis, seperti:
- demam
- sakit kepala
- kekakuan leher
- vomiting (muntah) dan nausea (mual)
- perubahan kesadaran
- konvulsi (kontraksi otot secara involunter)
- tanda neurologik fokal
- tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau gejala-gejala psikiatrik
- vertigo
- perubahan mental

Penatalaksanaan
Penanganan meningoensephalitis sama dengan pengobatan encephalitis dan meningitis :
- Tergantung etiologi
Antibiotic : cephalosporin, carbapenem, ampicilin, rifamycin dan vancomycin
Antiviral : Acyclovir
-Simptomatik

Antipiretik
Anticonvulsant



Diagnosa
Px Fisik

Px Laboratorium
- Darah : satunya untuk melihat peningkatan jumlah leukosit sebagai tanda adanya
mikroorganisme
- Cairan Serebrospinal : Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan
yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi
organisme penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas antibiotika. (FK
USU)
Px imaging
- CT Scan
- MRI
- EEG

Prognosis
Prognosis bergantung pada usia dan penyebabnya.

Komplikasi
Akut :
edema otak
hipertensi intracranial
SIAD
ventrikulitis

Intermediate :

efusi subdural
abses otak
hidrosefalus

Kronis :

memburuknya fungsi kognitif
ketulian
kecacatan motorik

Patofisiologi
















Ensefalitis

Definisi
-Infeksi yang mengenai Cairan Cerebrospinal disebabkan oleh Virus atau Bakteri yang non
porulen
- Proses Inflamasi yg terjadi pada parenkim otak

Epidemiologi
Berdasarkan yg tercatat di rawat inap RS Hasan Sadikin Bandung selama 5 tahun (January
2005 - Desember 2009)
- Sebanyak 82 pasien (50 laki-laki dan 32 perempuan)
- Dari keseluruhan 1458 pasien :
-rata-rata pasien perempuan berumur 36 thn
-rata-rata pasien laki-laki berumur 30thn
-12 orang diantaranya meninggal dalam waktu kurang dari 48jam

Etiologi
Virus
Ditularkan antar manusia
- Mumps,measles, rubella, HSV, Enterovirus, Adenovirus

Ditularkan oleh serangga
- Arbovirus, Flavovirus

Ditularkan oleh mamalia
- Rabies

Bakteri
Lain-lain : Chlamydia, Rickettsia, Fungus, dan Parasit
Pascaimunisasi
Pascainfeksi

Diagnosis
Diagnosis klinis ADEM yang kuat apabila terdapat hubungan waktu dekat antara kejadian
infeksi atau vaksinasi

Patogenesis
Infeksi Primer
Masuknya virus scr langsung ke dalam SSP sehingga menghasilkan gejala klinis disfungsi
kortikal atau batang otak.
Selanjutnya kerusakan otak akibat respon imun host terhadap invasi virus ke SSP

Post-infeksi
Disebut juga Acute Disseminated Encephalonmyelitis (ADEM) merupakan penyakit
autoimun dimielinisasi (robeknya selubung mielin pada neuron) sususan SSP yang bersifat
monofasik yang biasanya terjadi setelah demam atau vaksinasi

Manifestasi Klinis
Nyeri kepala Hemiphasia
Demam Kejang
Penurunan kesadaran Disfagia

Pemeriksaan
Px fisik

Px penunjang
Hematogen
- Limfositosis relatif darah perifer
- Leukopenia atau Trombopenia pd infeksi virus Hemoragis
- Hiponatermia akibat SIADH
- Kadar amilase serum tinggi pada infeksi mumps
Rontgen Thoraks
- Infeksi Tuberculosa
- Pnemonia
LCS
- Sel PMN banyak
- Eritrosit tinggi pada infeksi Virus HS-1
- Protein sedikit tinggi
SOL
- Pembengkakan ringan pada Frontotemporal dan hilangnya girus
- Hipodens atau perdarahan pada infeksi Virus Harpes Simpleks
CT Scan
- Hipodensitas unilateral atau bilateral pada bagian anterior dan medial lobus temporal pada
inveksi Virus Herpes Simpleks
- Hipodensitas pada Substansia Alba dan Substansia Griea pada ensefalitis tipe lain

MRI
Biasanya normal apabila masih dini
- Abnormalitas Substansia Alba Subkortikal pada ADEM
- lesi hipertenis (dimielinisasi) asimetris bilateral di Substansia Alba dan Substansia Grisea
bagian dalam
- Bebebrapa dapat melibatkan batang otak dan medulla spinalis
- Lesi dpt berkurang dlm bbrp minggu dan menjadi jaringan parut

Komplikasi
- Tuli syaraf - Hipertonia muskolokum
- Kebutaan kortikal - Epilepsi
- Atrofi serebri - retardasi mental & motorik
- Quardriparesis - Ataksia

Diagnosa Banding
Abses Otak :Abses otak dapat ditandai dgn Confussion, Seizure, dan tanda focal neural
Meningitis : Meningitis dapat ditandai dengan Confussion dan Seizure

Tatalaksana
1. Acyclovir khas untuk inveksi virus Herpes Simpleks
- Merupakan analog 2-deoksiguanosin untuk menghambat replikasi virus, Efek antiviral
setelah obat dimentabolisme jadi acyclovir triphosfat
- Waktu paruh di plasma pendek, sgg dikeluarkan dlm bentuk tetap di urin, pada penderita
gagal ginjal menyebabkan toksisitas
- (IV) 10mg/kg setiap 8 jam -> 70% efektif
- Selama 14 hari

2. Kortikosteorid & Manitol
- Kortikosteroid untuk menekan peningkatan Tekanan Intra Kranial
- Untuk ADEM :
# IV dosis tinggi, 3-5 gram
# Prednisolon oral, 3-6 minggu
- Jika tidak ada kemanjuan terapi kortikosteroid diganti dgn pemberian immunoglobulin IV
0.4g/kg bb selama 5 hari

3. Fenobarbital
- 60-180mg (saat malam)
- Indikasi : Epilepsi semua jenis

Tumor Otak

Definisi
Suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk
massa dlm ruang tengkorak kepala (intracranial) atau dimedulla spinalis

Epidemiologi
-Berdsrkan proses: (4 : 1)
Neoplasma saraf primer
Neoplasma saraf non primer (metastatik)
-10% dari semua proses ditemukan pd:
8% = ruang Intrakranial
2% = canalis spinalis
-Apabilasaraf primer aja 3-7/100rb penduduk, > kec meningioma
-
neurilemoma, sisay neoplasma metastatik & neoplasma PD serebral

Faktor Resiko
>> Laki-laki Secara umum, tumor otak lebih sering tjd pd laki2 drpd perempuan. Tapi,
meningioma lebih sering tjd pd perempuan
>> Ras bangsa kulit putih lebih sering terkena tumor otak dibanding ras2 lainnya
>> Umur tumor otak sering tjd pd orang berusia >70 th. Kalau pd anak2, biasanya tumor
otak tjd pd usia <8 th.
>> Riwayat keluarga (genetik) jika ada anggota keluarga yg pernah terkena glioma
>> Radiasi biasanya tjd pd orang2 yg bekerja di industri nuklir
>> Vynil chloride & acrylonitrile orang2 yg bekerja membuat bhn tekstil & plastik dan
terpajan bahan2 ini, dpt meningkatkan risiko terkena tumor otak

Etiologi
- Hereditas - Virus
- Degenerasi/perubahan neoplasmatik - Substansi-substansi karsinogen
- Radiasi

Klasifikasi
Primer
Glioma
- Astrositoma
- merupakan tumor yg berasal dr sel berbentuk bintang yg disebut astrosit
- Tumor ini tumbuh lambat, shg penderita sering tdk datang berobat sampai timbul
gejala (epilepsi atau nyeri kepala). Eksisi bedah lengkap tdk bisa dilakukan krn
tumor bersifat invasif. Sensitif thd radiasi
- Glioblastoma multiforme
- jenis glioma yang paling ganas
- tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering di hemisfer otak dan
sering menyebar ke sisi kontralateral melalui korpus callosum
- tumor ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi, dan eksisi
bedah yang lengkap tidak mungkin dilakukan
- harapan hidup pada umumnya hanya sekitar 12 bulan
- Oligodendroitoma
- terdiri dari sel-sel oligodendroglia
- tumor relatif avaskular dan cenderung mengalami kalsifikasi, biasanya dijumpai
pada hemisfer otak orang dewasa muda
- paling bersifat kemosensitif
- Epedimoma
- paling jarang ditemukan
- berhubungan erat pada ependim yang menutupi ventrikel, paling sering terjadi
dalam fosa posterior tetapi dapat terjadi di fosa ventrikularis
- lebih sering anak drpd dewasa
- reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan
letak anatomis tumor. (makin muda usia anak, maka makin buruk prognosisnya)

Non-glioma
- Meningioma
- tumor yg berasal dr meningen, sel2 mesotel, & sel2 jar penyambung araknoid &
dura. Bersifat jinak & bs dieksisi. Gejala: epilepsi idiopatik, hemiparesis, afasia
- sering terjadi pada pasien tua dan perempuan lebih sering terkena daripada laki-
laki
- Tumor hipofisis
- berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basodil dari hipofisis anterior
- Neurelileoma
- tumor yg berasal dari sel Schwann, shg N VIII (saraf vestibulokoklear) rusak.
Disebut jg acoustic neuroma.
- Biasanya tjd pd org dewasa.
- Gejala: tuli, vertigo, gang.keseimbangan, TIK meningkat, nistagmus
- Angioma
tumor yg berasal dr pembuluh darah. Angioma tjd krn malformasi arteriovenosa
kongenital.
- Dpt menyebabkan pendarahan & menekan jar.otak.
- Hemangioblastoma paling sering tjd pd cerebellum
- Tumor kongenital
terdiri dari kordoma (pd dasar tengkorak), dermoid, teratoma (pd sistem
ventrikel), kraniofaringioma (pd posterior sela tursika).
- Gejala: gang. lapangan pandang, disfungsi hipotalamus & hipofisis
- Pinealoma
tumor yg berasal dr korpus pinealis (pinealoma) atau dr pleksus koroideus
sekitarnya (papiloma koroideus), yg berada di antara cerebrum & cerebellum.
- Dpt menyebabkan hidrosefalus, pubertas prekoks, diabetes insipidus, pendarahan
intraventrikel

Sekunder
Tumor otak sekunder berasal dari organ2 lain (metastase) : payudara, prostate, ca.paru,
ginjal etc.

Tumor metastasis
- lesi metastasis menyebabkan sekitar 5%-10% dr seluruh tumor otak dan dpt berasal
dari setiap tempat primer
-tumor paling sering berasal dari paru-paru dan payudara, namun neoplasma dari
saluran kemih kemihan, saluran cerna, tulang, dan tiroid dapat jg bermetastasis ke
otak.

Lokasi Gejala
Tumor lobus frontalis
- Menimbulkan gejala perubahan kepribadian, ataksia & gang.bicara
- Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparesis kontra lateral, kejang
fokal
- Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
- Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
- Pada lobus dominan (kiri) menimbulkan gejala afasia (gangguan fungdi bicaca pada
seseorang akibat kelainan otak) & apraksia (suatu kondisi dimana seseorang tidak
bisa lg melakukan gerakan ketika diminta untuk melakukannya)

Tumor Parietalis
- Dapat mengakibatkan hilangnya f.sensorik korteks, gang.lokalisasi sensorik,
diskriminasi dua-titik, grafestesia (ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang
ditulis di kulit), kesan posisi & stereognosis (kemampuan perasaan seseorang untuk
mengnali jenis dan bentuk dengan cara meraba benda itu)
- Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis
menimbulkan gejala sindrom gerstmanns

Tumor Temporalis
- Akan menimbulkan gejala hemianopsi (penyempitan lapang pandang), bangkitan
psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi pendengaran
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparesis
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.

Tumor Oksipitalis
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia, kesulitan memperkirakan jarak & kecenderungan
tersesat dlm lingkungan yg sudah dikenalnya

Tumor Ventrikel III
- Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan
obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial
mendadak, pasien tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan
kesadaran (somnolen)
- Dpt menyebabkan diabetes insipidus, obesitas & gang.pengaturan suhu

Tumor Hipohalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan
seksual pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit

Tumor Cerebellum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai
dengan papiledema
- Nyeri kepala khas di daerah oksipital yang menjalar ke leher dan spasme dari otot-
otot servikal
- Tremor intensional, asinergia (hilangnya kerjasama antar 2 otot), dekomposisi
gerakan, deviasi dari jalur gerakan, adiadokokinesia (ketidakmampuan melakukan
perubahan yang cepat), nistagmus, hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, scanning
speech

Tumor fossa posterior
- Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

Gejala
Gejala fokal
- kejang-kejang (48%)
- gangguan visus ( 29%):papiloedema,nistagmus
- gangguan fokal ( 10%)
- Kelumpuhan
- hemiplegia (kekuatan otot yang hilang sama sekali pada separuh tubuh)

Gejala umum
- Sakit kepala
- Muntah-muntah
- gangguan mental ( 13%)

Manifestasi Klinik
Trias klasik tumor otak; nyeri kepala, muntah dan papiledema
Nyeri kepala
Nyeri kepala: nyeri bs bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, kadang2 hebat sekali. Paling
hebat terasa pd pagi hari & saat beraktivitas yg meningkatkan TIK (membungkuk, batuk).
Nyeri berkurang jika diberi aspirin atau kompres dingin. Nyeri ini disebabkan o/ traksi &
pergeseran struktur peka nyeri dlm rongga intrakranial (arteri, vena, sinus2 vena, saraf otak)

Mual muntah
Mual & muntah: tjd akibat rangsangan pusat muntah di medulla oblongata. Berhubungan dg
peningkatan TIK disertai pergeseran batang otak. Dpt juga tjd muntah proyektil
Papiledema
Papiledema disebabkan o/ stasis vena yg menimbulkan pembengkakan & pembesaran
diskus optikus. Dpt tjd gang.penglihatan yg berupa pembesaran bintik & amaurosis fugaks
(ketika penglihatan berkurang)

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik : menggunakan meningeal sign : kaku kuduk, laseque, kernick,
bruzinsky 1 dan 2

Pemeriksaan neurologis
meliputi:
GCS reflek patologis
motorik
refleks fisiologi

Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan penunjang :
a CT Scan
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak
yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
b. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
d. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.




Diagnosa banding
-Chronic subdural hematoma
akumulasi darah dibawah lapisan duramater dan di atas lapisan arakhnoid, penyebabnya
adalah robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena. Kelompok lansia
dan kelompok alkoholik merupakan kelompok yang mempunyai frekuensi jatuh yang tinggi
serta derajat atrofi kortikal yang menempatkan struktur jembatan vena yang menimbulkan
permukaan otak dibawah tekanan lebih besar.

-Perdarahan subarachnoid
perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subaraknoid).
Perdarahan subarachnoid merupakan penemuan yang sering pada trauma kepala akibat
dari yang paling sering adalah robeknya pembuluh darah leptomeningeal pada vertex di
mana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai dampak, atau pada sedikit kasus, akibat
rupturnya pembuluh darah serebral major.

-Meningitis serosa
Meningitis serosa disebut juga meningitis aseptik adalah sebuah penyakit yang ditandai oleh
sakit kepala, demam dan inflamasi pada selaput otak. Istilah meningitis aseptik mengacu
pada kasus dimana pasien dengan gejala meningitis tapi pertumbuhan bakteri pada kultur
tidak ditemukan. Banyak faktor yang berbeda yang dapat menyebabkan penyakit ini, seperti
virus atau mikobakterium

Pengobatan
Farmakologi
-Kemoterapi
Kemoterapi (Cisplatin, Etoposide, Cyclophosphamide), efek samping: demam, mual,
muntah, hilang nafsu makan, lemah
-Obat
-Obat kortikosteroid (dexamethasone) untuk mengurangi peradangan &
pembengkakan jaringan di sekitar tumor otak
-Obat anti-konvulsi (phenytoin, carbamazepine) untuk mencegah serangan kejang
-Obat diuretik osmosis (mannitol) untuk mengurangi pembengkakan otak
-Analgetik untuk mengurangi rasa sakit
-Antacid untuk mencegah stress
-Antibiotik untuk mencegah infeksi
-Vasopressin (Desmopressin acetate ) untuk mencegah diabetes insipidus

Nonfarmakologi
-Reseksi bedah, reseksi bedah tetap merupakan terapi utama karena dapat
membunuh dan membuang sel tumor
-Radiasi
- terapi radiasi konformal mengurangi keterpajanan jaringan sekitarnya terhadap
radiasi
- Radioterapi, efek samping: rambut rontok, kerusakan kulit, nekrosis. Pd anak2
gang.belajar & gang.pertumbuhan & perkembangan

-Imunoterapi : Upaya untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh

Terapi operatif
emergensi: kesadaran menurun
elektif (direncanakan) : misal pada tumor otak stadium dini

Prognosis
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2
tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma,
dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar
50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan
untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
a. Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.
b. Penderita astrositoma anaplastik.
c. Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.

Komplikasi
-Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah
efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel
(vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
-Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang
tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat
massa.
-Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
- Epilepsi
- Metastase ketempat lain

Patofisiologi

You might also like