Seorang anak laki-laki 10 tahun, dibawa ibunya ke RS karena mata dan kulitnya terlihat kuning sejak 1 minggu yang lau. Anak tersebut juga mengalami demam disertai mual muntah dan buang air kecil berwarna seperti air teh. Ibunya menyampaikan beberapa anak dilingkungan tempat tinggalnya juga menderita penyakit yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan; vital sign dalam batas normal, sklera mata ikterik. Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan di hipokondrium kanan, hepar teraba 3 cm di bawah arcus costae, tepi tajam, permukaan rata dan konsistensi kenyal. Setelah pasien dirawat, dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil: bilirubin total meningkat dan peningkatan bilirubin conjugated lebih dominan. Bilirubin urin positif. Pada pemeriksaan enzim hati didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT. Ibu menanyakan mengapa anaknya menjadi kuning.Dokter mencurigai anak ini menderita hepatitis, maka dokter melanjutkan dengan pemeriksaan marker hepatitis virus. Dokter juga menjelaskan prinsip penatalaksanaan dan cara pencegahan agar keluarganya tidak tertular.
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Hemostasis LO.1.1. Makroskopis Hepar LO.1.2. Mikroskopis Hepar LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Hepar LI.3. Memahami dan Menjelaskan Hepatitis A LO.3.1. Definisi LO.3.2. Etiologi LO.3.2. Epidemiologi LO.3.3. Patofisiologi dan Patogenesis LO.3.4. Manifestasi Klinis LO.3.5. Diagnosis dan Diagnosis Banding LO.3.6. PemerikasaanPenunjang LO.3.7. Penatalaksanaan LO.3.8. Komplikasi LO.3.9. Prognosis LO.3.10. Pencegahan
LO.1.1. Makroskopis Hepar
LO.1.2. Mikroskopis Hepar Lobulus hati Lobulus Klasik Bagian jaringan hati dengan pembuluh-pembuluh darah yang mendarahinya yang bermuara pada pusatnya vena centralis. Batas-batasnya adalah jaringan penyambung interlobular.
Lobulus Portal Bagian jaringan hati dengan aliran empedu yang menuju ductus biliris didalam segitiga Kiernan. LO.3.1. Definisi Hepatitis berarti radang atau bengkak hati, dan dapat disebabkan oleh bahan kimia atau obat, atau berbagai jenis infeksi virus. Salah satu penyebab umum hepatitis berjangkit adalah virus hepatitis A.
LO.3.2. Etiologi Hepatitis A Virus (HAV) merupakan anggota family pikornavirus. HAV merupakan partikel membulat berukuran 27 hingga 32-nm dan mempunyai simteri kubik. Partikel ini mempunyai genom RNA beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7,8 kb. Walaupun ketika pertama kali dikalsifikasikan sebagai enterovirus 72, urutan nukleotida dan asam amino HAV cukup jelas untuk memasukkan virus ini menjadi genus pikornavirus yang baru, Heparnavirus. Hanya dikenal satu serotype. LO.3.3. Epidemiologi HAV merupakan jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di Amerika Serikat. Namun, khusus HAV di Negara ini telah menurun sejak tahun 1970-an. HAV lazim terjadi pada anak dan dewasa muda. Terdapat peningkatan insidensi pada musim tertentu, yaitu pada musim gugur dan musim dingin. HAV terutama ditularkan peroral dengan menelan makanan yang sudah terkontaminasi feses. LO.3.4. Patofisiologi dan Patogenesis LO.3.5. Manifestasi Klinis Tanda-tanda dan gejala: Fase preikterus: Gejala gejala seperti influenza ( hilang nafsu makan, mual, lelah, dan rasa tidak enak badan) Hilang nafsu makan, mual, muntah, lelah, rasa tidak enak badan, demam , sakit kepala, dan` nyeri abdomen bagian kanan atas Fase ikterus: Sclera dan kulit berwarna kuning, urin berwarna gelap, feses berwarna terang (acholic), kulit gatal-gatal, dan gejala-gejala sistemis yang memburuk Anak-anak yang berusia <6 tahun tidak menampakkan gejala, kalaupun ada, mereka tidak mengalami jaundice (kuning).
LO.3.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding 1. Anamnesis Anamnesis pada pasien hepatitis A bisa didapatkan demam yang tidak terlalu tinggi antara 38,0 C 39,0 C. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada penderita hepatitis A didapatkan ikterus, hepatomegali ringan, nyeri tekan pada abdomen regio hipocondriaca dextra (70%) dan splenomegali (5- 20%).
Diagnosis bandingnya adalah infeksi virus: mononukleus infeksiosa, sitomegalovirus, herpes simpleks, coxackie virus, toxoplsmosis, drug-induced hepatitis; hepatitis aktif kronis; hepatitis alkoholik; kolesistitis akut; kolestasis; gagal jantung kanan dengan kongesti hepar; kanker metastasis; dan penyakit genetik/metabolik (penyakit Wilson, defisiensi alfa-1- antitripsin). LO.3.7. PemerikasaanPenunjang Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes darah. Pemeriksaan fungsi hati, dilakukan melalui contoh darah.
LO.3.8. Penatalaksanaan Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan peroral, kadar SGOT-SGPT >10x normal, perubahan perilaku atau penurunan kesadaran akibat ensefalopatihepatitis fulminan, dan prolong, atau relapsing hepatitis. Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self-limiting disease). Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT terkonjugasi diulang pada minggu kedua untuk melihat proses penyembuhan dan minggu ketiga untuk kemungkinan prolong atau relapsing hepatitis. Pembatasan aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif selama SGOT-SGPT tiga kali batas atas normal.
LO.3.9. Komplikasi HAV tidak menyebabkan hepatitis kronis atau keadaan pembawa (carrier) dan hanya sekali-sekali menyebabkan hepatitis fulminan. Angka kematian akibat HAV sangat rendah, sekitar 0,1% dan tampaknya lebih sering terjadi pada pasien yang sudah mengidap penyakit hati akibat penyakit lain, misalnya virus hepatitis B atau alkohol.
LO.3.10. Prognosis Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitisA infeksi sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosishepatik akut fatal. LO.3.11. Pencegahan
Imunoprofilaksis sebelum paparan 1. Vaksin HAV yang dilemahkan 2. Dosis dan jadwal vaksin HAV 3. Indikasi vaksinasi
Profilaksis pasca paparan 1. Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas 2. Keberhasilan imunoglobulin sudah nyata tetapi tidak sempurna 3. Dosis dan jadwal pemberian imunoglobulin: 4. Dosis 0,02 ml/kgBB, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin setelah paparan 5. Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan 6. Indikasi: kontak erat dan kontak rumah tangga dengan pasien HAV akut