Penyusun: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
TIM PENYUSUN
Nama Lembaga 1. Ir. Ruchyat Deni Dj.,M.Eng Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang 2. Dra. Lina Marlia CES Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang 3. Ir. Firman Napitupulu, MURP Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang 4. Ir. Eko Yuli Soeprapto, MSc. Direktorat Pengembangan Kawasan, Direktorat J enderal Penataan Ruang 5. Ir. Iman Soedradjat, MPM Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat, Direktorat J enderal Penataan Ruang 6. Ir. Harry Djauhari, CES Direktorat Penataan Ruang Wilayah Timur, Direktorat J enderal Penataan Ruang 7. Ir. Bahal Edison, MT Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat, Direktorat J enderal Penataan Ruang 8. Ir. Tonno Supranoto, CES Bagian Hukum dan Umum, Direktorat J enderal Penataan Ruang 9. Endra Saleh, ST, MSc. Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang 10. Eko Budi K., ST, MSc. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat, Direktorat J enderal Penataan Ruang 11. Ir. Dwi Hariawan, MSc. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat, Direktorat J enderal Penataan Ruang 12. Drs. Kristianto Solaiman Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang 13. Ir. J ames Siahaan, MA Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang 14. Indira P. Warpani, ST Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang 15. Sri Nurnaeni, ST Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat J enderal Penataan Ruang
Daftar Isi
i i KATA PENGANTAR
Dalam rangka mempercepat keberhasilan penyelenggaraan desentralisasi, pemerintah pusat terus berupaya memenuhi kewajibannya dalam menyusun NSPM (Norma, Standar, Pedoman, Manual). Buku Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan ini merupakan salah satu produk Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah di dalam melaksanakan kewajiban tersebut. Pedoman ini merupakan acuan operasionalisasi RTRW Kabupaten/Kota maupun Rencana Detail Tata Ruang dan sebagai pelengkap standar teknis dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan. Segala masukan, saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan pedoman ini akan sangat kami hargai. Kiranya upaya fasilitasi ini tidak selesai dengan terbitnya pedoman ini, namun terus diupayakan perbaikan melalui uji coba dan penyebarluasan kepada semua pihak yang terkait dengan penataan ruang di kawasan perkotaan Akhirnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan pedoman ini, kami mengucapkan terima kasih.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktur J enderal Penataan Ruang
J unius Hutabarat NIP. 110019875
Daftar Isi
ii ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................... i Daftar Isi ............................................................................. ii Daftar Lampiran....................................................................... v Daftar Tabel ............................................................................ vi Daftar Gambar ........................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................I 1 1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran ............................I 2 1.2.1 Maksud ....................................................I 2 1.2.2 Tujuan .....................................................I 2 1.2.3 Sasaran ...................................................I 2 1.3 Ruang Lingkup Pedoman ...................................I 2 1.4 Manfaat Pedoman .............................................I 3 1.5 Sistematika Pedoman ........................................I 3
BAB 2 KETENTUAN UMUM 2.1 Pengertian.........................................................II 1 2.2 Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) dalam Pembangunan Kota................II 3 2.3 Dasar Hukum.....................................................II 5 2.4 Tujuan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang..............II 5 2.5 Kedudukan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Dalam Penataan Ruang......................................II 5
BAB 3 MATERI ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONI NG REGULATI ON) 3.1 Tipologi Zona...................................................III 1 3.1.1 Kawasan dan Zona.................................III 2 3.1.1.1 Kawasan Permukiman..............III 4 3.1.1.2 Kawasan Perdagangan dan J asa .......................................III 6 3.1.1.3 Kawasan Industri ....................III 9 Daftar Isi
iii iii 3.1.1.4 Kawasan Ruang Terbuka..........III 11 3.2 Norma Zona.....................................................III 12 3.2.1 Kawasan Permukiman.............................III 12 3.2.2 Kawasan Perdagangan dan J asa..............III 13 3.2.3 Kawasan Industri....................................III 13 3.2.4 Kawasan Ruang Terbuka.........................III 14 3.3 Kriteria Zona ........................................III 14 3.3.1 Kawasan Permukiman ............................III 14 3.3.2 Kawasan Perdagangan dan J asa..............III 16 3.3.3 Kawasan Industri....................................III 16 3.3.4 Kawasan Ruang Terbuka.........................III 17 3.4 Ketentuan Penggunaan Kawasan......................III 19 3.4.1 Kawasan Permukiman ..........................III 19 3.4.1.1 Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Permukiman .............III 19 3.4.1.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Permukiman ...........................III 20 3.4.1.3 Peraturan Penggunaan Tambahan Kawasan Permukiman .............III 20 3.4.1.4 Peraturan Penyediaan Fasilitas Lingkungan Permukiman........ III 21 3.4.1.5 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Permukiman .............III 21 3.4.2 Kawasan Perdagangan dan J asa............III 22 3.4.2.1 Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Perdagangan dan J asa........................................III 22 3.4.2.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Perdagangan dan J asa.............III 23 3.4.2.3 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Perdagangan dan J asa .......................................III 23 3.4.3 Kawasan Industri .................................III 25 3.4.3.1 Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Industri ....................III 25 3.4.3.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Industri ..................................III 25 3.4.3.3 Peraturan Penggunaan Tambahan Kawasan Industri ....................III 26 3.4.3.4 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Industri ....................III 28 3.4.4 Kawasan Ruang Terbuka ......................III 29 3.4.4.1 Identifikasi Paket Penggunaan Daftar Isi
iv iv Kawasan Ruang Terbuka .........III 29 3.4.4.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Ruang Terbuka .......................III 30 3.4.4.3 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka .........III 30
BAB 4 PROSES PENETAPAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONING REGULATION) 4.1 Kondisi Awal ........................................IV 1 4.2 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ........................................IV 2 4.2.1 Persiapan ........................................IV 2 4.2.2 Pengumpulan Data/Informasi dan Analisa ........................................IV 2 4.2.3 Perumusan Rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang .............................IV 5 4.2.4 Pembahasan Rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang..............................IV 5 4.2.5 Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ........................................IV 5 4.3 Muatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang...........IV 6 4.4 Pemanfaatan ..................................................IV 10 4.5 Pengendalian ..................................................IV 11 4.6 Peninjauan Kembali..........................................IV 11
BAB 5 KELEMBAGAAN 5.1 Kewenangan Penyusunan dan Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.......................V 1 5.1.1 Kewenangan Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang..............................V 1 5.1.2 Kewenangan Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang..............................V 2 5.2 Peran Serta Masyarakat ...................................V 4 5.2.1 Hak dan Kewajiban...............................V 4 5.2.2 Bentuk Peran Serta Masyarakat .............V 5 5.2.3 Sosialisasi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ........................................V 5
Daftar Isi
v v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPI RAN 1 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Permukiman
LAMPI RAN 2 Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Permukiman
LAMPI RAN 3 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan J asa
LAMPI RAN 4 Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Perdagangan dan J asa
LAMPI RAN 5 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri
LAMPI RAN 6 Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Industri
LAMPI RAN 7 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka
LAMPI RAN 8 Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Ruang Terbuka
LAMPI RAN 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
LAMPIRAN 10 Contoh Paket Penggunaan Lahan
LAMPIRAN 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Daftar Isi
vi vi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Pembagian Kawasan dan Paket PenggunaannyaIII 33
Daftar Isi
vii vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keterkaitan Penataan Ruang secara Fungsi Utama dan Administratif ...........................................II 4
Gambar 2.2 Kedudukan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) dalam Penataan Ruang Kota ........II 6 Gambar 3.1 Contoh Perumahan Taman.............................III 4 Gambar 3.2 Contoh Perumahan Renggang .......................III 5 Gambar 3.3 Contoh Perumahan Deret...............................III 5 Gambar 3.4 Contoh Rumah Susun (1) ...............................III 6 Gambar 3.5 Contoh Rumah Susun (2) ...............................III 6 Gambar 3.6 Contoh Zona Pemerintah................................III 7 Gambar 3.7 Contoh Zona Komersial Perkantoran ...............III 8 Gambar 3.8 Contoh Zona Komersial Pertokoan ..................III 8 Gambar 3.9 Contoh Zona Komersial Sentra........................III 9 Gambar 3.10 Contoh Zona Industri Taman .........................III 10 Gambar 3.11 Contoh Zona Industri Ringan .........................III 11 Gambar 3.12 Contoh Zona Industri Berat ............................III 12 Gambar 3.13 Contoh Zona Industri Perpetakan Kecil............III 13 Gambar 3.14 Contoh Ruang Terbuka Hijau Binaan...............III 13 Gambar 3.15 Contoh Ruang Terbuka Tata Air......................III 14 Gambar 4.1 Lingkup Kegiatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan.............................IV 4 Gambar 5.1 Bagan Instansi Penyusun Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.......................................V 3 Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
ekanisme pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dititikberatkan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Karena itu, Pemerintah Daerah adalah pelaksana utama pembangunan, termasuk melaksanakan penataan ruang kota. Berdasarkan UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota telah menyusun Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan. Untuk dapat mengefektifkan pelaksanaannya, diperlukan suatu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) sebagai alat operasional rencana tata ruang. Untuk membantu Pemerintah Kota dalam mengelola Kawasan Perkotaan, diperlukan suatu pedoman sebagai rujukan teknis, yang dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan karakteristik dan atau kebutuhan kota yang bersangkutan. Kebutuhan akan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang semakin mendesak sejalan dengan tingkat perkembangan kota-kota di Indonesia terutama kota sedang, kota besar, dan metropolitan.y Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk melaksanakan pembangunan kota yang lebih harmonis dan mampu mengantisipasi berbagai dampak yang timbul, terutama pada kota sedang, kota besar, dan kota metropolitan, maka perlu disusun Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan. I - 2 Pendahuluan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 1.2 MAKSUD, TUJ UAN, DAN SASARAN 1.2.1 Maksud Pedoman ini dimaksudkan untuk mengatur pemanfaatan ruang kawasan perkotaan. Sementara struktur ruang kawasan perkotaan (seperti sistem jaringan jalan, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, dan lain-lain) diatur tersendiri dalam ketentuan sektor terkait. Pedoman ini disusun untuk melengkapi standar-standar dan acuan/pedoman penataan ruang maupun literatur/studi yang telah ada sebagai bahan rujukan kegiatan perencanaan penataan ruang kota.
1.2.2 Tujuan Tujuan dari pedoman ini adalah : 1. Memberikan pengertian dan isi tentang Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan; 2. Merumuskan proses penyusunan dan pengesahan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan; 3. Memberikan rujukan teknis kebutuhan akan ruang serta pengaturannya untuk berbagai kegiatan kota.
1.2.3 Sasaran Sasaran dari pedoman ini adalah tersedianya Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) dalam rangka menyusun Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, dan atau menjabarkan Rencana Tata Ruang ke dalam rencana operasional pemanfaatan ruang.
1.3 RUANG LINGKUP PEDOMAN Pedoman ini meliputi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation), yang terdiri dari pengaturan zona dasar (kawasan fungsional). Zona dasar di Indonesia pada umumnya terdiri dari : 1. kawasan permukiman, 2. kawasan perdagangan dan jasa, 3. kawasan industri, dan 4. kawasan ruang terbuka. I - 3 Pendahuluan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Sedangkan kawasan lainnya yang memerlukan pengaturan khusus, seperti misalnya: kawasan pendidikan, kawasan cagar budaya, kawasan situs prasejarah, kawasan bandar udara, kawasan militer, dan sebagainya akan/telah diatur dalam pedoman tersendiri. Materi yang akan diatur dalam pedoman ini meliputi : pedoman pemanfaatan lahan pada setiap zona sampai dengan blok peruntukan, yang dilengkapi dengan ketentuan teknis yang menyertainya, serta pengendaliannya; institusi yang berperan dalam pengaturan zoning; proses penyusunan mulai dari kegiatan persiapan, hingga proses legalisasinya. Pedoman ini merupakan bagian dari Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kawasan Perkotaan (Kepmen Kimpraswil no.327/M/KPTS/2002). Pedoman ini akan mengatur persyaratan Pola Pemanfaatan Ruang di setiap blok atau petak peruntukan yang ditetapkan di Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kawasan Perkotaan.
1.4 MANFAAT PEDOMAN Pedoman ini bermanfaat bagi : 1. aparat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengoperasikan Rencana Tata Ruang sebagai acuan untuk kegiatan pemanfaatan ruang termasuk perijinan; 2. para pelaku pembangunan lainnya termasuk pengusaha.
1.5 SISTEMATIKA PEDOMAN Pedoman ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan sistematika : Bab 1 Pendahuluan, berisikan latar belakang penyusunan pedoman; maksud, tujuan, dan sasaran pedoman; ruang lingkup pedoman, manfaat pedoman, dan sistematika pembahasan pedoman. I - 4 Pendahuluan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Bab 2 Ketentuan Umum, membahas pengertian-pengertian umum mengenai Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan, dan kedudukannya dalam penataan ruang kota. Bab 3 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation), berisikan uraian mengenai zona dasar, norma, dan kriterianya, serta ketentuan penggunaan dan ketentuan teknis dari masing-masing zona. Bab 4 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, berisikan uraian mengenai kegiatan yang harus dilakukan dalam penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang suatu kawasan perkotaan, dimulai dari tahap persiapan, pengumpulan data/informasi dan analisis, sampai pada tahap perumusan pengaturan zoning. Bab 5 Kelembagaan, menjelaskan mengenai instansi penyusun Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, peran serta masyarakat, proses legalisasi, sosialisasi, dan juga prosedur peninjauan kembali suatu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang telah ada. Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
BAB 2 KETENTUAN UMUM
2.1 PENGERTIAN Ruang adalah wadah secara keseluruhan yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu-kesatuan wilayah, dengan interaksi sistem sosial (yang meliputi manusia dengan seluruh kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya) dengan ekosistem (sumber daya alam dan sumber daya buatan) berlangsung. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. II - 2 Ketentuan Umum
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian. Di Indonesia pada umumnya, Kawasan Perkotaan terdiri dari beberapa kawasan fungsional (kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, ruang terbuka, dan kawasan lain dengan fungsi khusus). Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan. Zona adalah : 1. Kategori penggunaan atau aktivitas lahan, bangunan, struktur atau aktivitas yang diijinkan oleh hukum yang berlaku; 2. Suatu area yang digambarkan dalam sebuah Peta Rencana Zoning serta disusun dan dirancang berdasarkan suatu peraturan untuk penggunaan khusus; 3. Suatu area dalam hubungannya dengan ketetapan peraturan terkait; penggunaan tertentu dari suatu lahan, bangunan dan struktur diijinkan dan penggunaan lainnya dibatasi, dimana lapangan dan lahan terbuka diwajibkan; sementara untuk kapling, batas ketinggian bangunan dan persyaratan lainnya ditetapkan, semua yang terlebih dahulu diidentifikasikan untuk zona dan wilayah dimana penggunaan dilakukan; 4. Bagian wilayah kota, jalan, gang, dan jalan umum lainnya, yang merupakan penggunaan tertentu dari suatu lahan, lokasi dan bangunan tidak diijinkan, dimana lapangan tertentu dan ruang terbuka diwajibkan dan batas ketinggian bangunan tertentu ditetapkan. Zoning adalah pembagian wilayah ke dalam beberapa kawasan sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan penerapannya ke dalam ruang kota, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Blok Peruntukan/ Persil adalah satu persil atau lebih dari satu persil yang berdampingan dengan satu kepemilikan. II - 3 Ketentuan Umum
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Petak Peruntukan adalah bagian dari blok peruntukan dengan penggunaan tertentu yang menunjang kegiatan dari blok peruntukannya.
2.2 ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONING REGULATION) DALAM PEMBANGUNAN KOTA Pedoman penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan yang terdapat di Indonesia membedakan jenis rencana tata ruang kota ke dalam: (i) Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan; (ii) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan; (iii) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan; dan (iv) Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan/Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota atau Kabupaten di Indonesia dengan adanya rencana tata ruang kawasan perkotaan berjenjang demikian adalah keterbatasan kemampuan di dalam menyusun semua jenjang rencana serta tidak fleksibelnya rencana tata ruang kawasan perkotaan di dalam menghadapi perkembangan yang terjadi; termasuk pula di dalam menjembatani rencana-rencana tata ruang tersebut ke dalam langkah operasional pelaksanaan pembangunan. Untuk itu diperlukan program tindak pelaksanaan dan pengendaliannya agar sesuai dengan rencana tata ruang. Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini juga dapat berperan dalam evaluasi perijinan yang ada agar dapat menyelaraskannya dengan rencana tata ruang. Di dalam kenyataannya, aspek pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kota memerlukan pengaturan teknis yang dapat dipenuhi melalui Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Dengan demikian, fungsi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang di dalam pembangunan wilayah perkotaan adalah: - sebagai instrumen pengendali pembangunan (pemberian ijin); - sebagai pedoman penyusunan rencana tindak operasional (pemanfaatan ruang); - sebagai panduan teknis pengembangan lahan. II - 4 Ketentuan Umum
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Keterkaitan penataan ruang baik pada tingkat nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota secara fungsi dan administrasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Keterkaitan Penataan Ruang secara Fungsi Utama dan Administratif
II - 5 Ketentuan Umum
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
2.3 DASAR HUKUM
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) ini disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu : - UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang; - UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; - UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; - UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; - PP No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; - PP No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah - Kepmen Kimpraswil no. 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang.
2.4 TUJ UAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG Tujuan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang adalah: - mengatur keseimbangan keserasian pemanfaatan ruang dan menentukan program tindak operasional pemanfaatan ruang atas suatu satuan ruang; - melindungi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat; - meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan; - memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat (pengendalian pemanfaatan ruang : pengaturan perijinan).
2.5 KEDUDUKAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG DALAM PENATAAN RUANG II - 6 Ketentuan Umum
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Kedudukan aturan pola pemanfaatan ruang dalam penataan ruang kota diuraikan dalam diagram alir pada Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 KEDUDUKAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONI NG REGULATI ON) DALAM PENATAAN RUANG KOTA
ASPEK PERENCANAAN RUANG ASPEK PEMANFAATAN RUANG ASPEK PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
1. PERI J INAN 2. PENGAWASAN 3. PENERTIBAN
ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONING REGULATI ON) 1. struktur pemanfaatan ruang (network) 2. pola pemanfaatan ruang (function, density, intensity) 1. penatagunaan tanah, air, udara, dan SDA lainnya 2. pola insentif dan disinsentif 3. pelaksanaan program Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan BAB 3 MATERI ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONING REGULATION)
3.1 TIPOLOGI ZONA
ateri Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ditetapkan berdasarkan kondisi kawasan perkotaan yang direncanakan. Semakin besar dan semakin kompleks kondisi kota, semakin beragam jenis-jenis zona yang harus diatur. Pedoman ini meliputi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation), yang terdiri dari pengaturan zona dasar (kawasan fungsional) sebagai berikut : 1. kawasan permukiman, 2. kawasan perdagangan dan jasa, 3. kawasan industri, dan 4. kawasan ruang terbuka. Kawasan-kawasan tersebut dibagi atas beberapa Zona. J enis zona tergantung kepada kompleksitas kegiatan pembangunan kota yang bersangkutan. Semakin beragam jenis kegiatan pada suatu kota, maka kategori zona akan semakin banyak. Bagian ini akan menguraikan lebih lanjut mengenai pengertian dari zona.
III - 2 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.1.1 Kawasan dan Zona Semua kepemilikan lahan di dalam kota berada di dalam suatu kawasan. Penetapan kawasan mengidentifikasi penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku atasnya. Tujuan dari sub bab ini adalah menetapkan kawasan-kawasan untuk membantu memastikan bahwa penggunaan lahan dalam Kota ditempatkan pada tempat yang benar dan bahwa tersedia ruang yang cukup untuk setiap jenis pengembangan yang ditetapkan. Penetapan kawasan-kawasan dimaksudkan untuk : mengatur penggunaan lahan pada setiap kawasan; mengurangi dampak negatif dari penggunaan lahan tersebut; untuk mengatur kepadatan dan intensitas zona; untuk mengatur ukuran (luas dan tinggi) bangunan; dan untuk mengklasifikasikan, mengatur, dan mengarahkan hubungan antara penggunaan lahan dengan bangunan. Masing-masing zona dasar, dengan tujuan penetapannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
III - 3 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Tabel I II .1 Zona Dasar dan Tujuan Penetapannya ZONA DASAR TUJ UAN PENETAPAN I. Kawasan Permukiman Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi di seluruh wilayah kota; Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat; Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.
II. Kawasan Perdagangan dan J asa Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja, pertokoan, jasa, rekreasi, dan pelayanan masyarakat; Menyediakan peraturan-peraturan yang jelas pada kawasan Perdagangan dan J asa, meliputi: dimensi, intensitas, dan disain dalam merefleksikan berbagai macam pola pengembangan yang diinginkan masyarakat.
III. Kawasan Industri Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan industri dan manufaktur dalam upaya meningkatkan keseimbangan antara penggunaan lahan secara ekonomis dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja; Memberikan kemudahan dalam fleksibilitas bagi industri baru dan redevelopment proyek-proyek industri; Menjamin pembangunan industri yang berkualitas tinggi, dan melindungi penggunaan industri serta membatasi penggunaan non industri.
IV. Kawasan Ruang Terbuka Zona yang ditujukan untuk mempertahankan/ melindungi lahan untuk rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya; Preservasi dan perlindungan lahan yang secara lingkungan hidup rawan / sensitif; Diberlakukan pada lahan yang penggunaan utamanya adalah taman atau ruang terbuka, atau lahan perorangan yang pembangunannya harus dibatasi untuk menerapkan kebijakan ruang terbuka, serta melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik.
III - 4 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.1.1.1 Kawasan Permukiman Kawasan permukiman antara lain meliputi Zona Perumahan Taman, Zona Perumahan Renggang, Zona Perumahan Deret, dan Zona Perumahan Susun, dengan spesifikasi sebagai berikut : A. Zona Perumahan Taman : Rumah tinggal dengan pekarangan luas, dimaksudkan agar pengembangan perumahan berkepadatan rendah sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana kota dapat dipertahankan. Contoh : Kota Legenda Wisata Cibubur, J akarta. KDB rendah (5 20%).
Gambar 3.1 Contoh Perumahan Taman
Lokasi : Kota Legenda Wisata Cibubur, J akarta Timur
B. Zona Perumahan Renggang : Perumahan unit tunggal dengan peletakan renggang ditujukan untuk pembangunan unit rumah tunggal dengan mengakomodasikan berbagai ukuran perpetakan dan jenis bangunan perumahan serta mengupayakan peningkatan kualitas lingkungan hunian, karakter, dan suasana kehidupannya. KDB menengah (20 50%).
III - 5 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan C. Zona Perumahan Deret : Perumahan unit tunggal tipe gandeng atau deret dalam perpetakan kecil dengan akses jalan lingkungan; Zona ini merupakan peluang transisi antara lingkungan perumahan unit tunggal dengan lingkungan perumahan susun kepadatan tinggi. KDB sangat tinggi (> 75%).
Gambar 3.2 Contoh Perumahan Deret
Lokasi : Cileungsi, J awa Barat
D. Zona Perumahan Susun : Perumahan unit tunggal banyak dengan kepadatan yang bervariasi; Setiap zona perumahan susun dimaksudkan menetapkan kriteria pembangunan yang mengkonsolidasi tipe-tipe bangunan spesifik, dan menjawab masalah-masalah lokasi yang berkenaan dengan rencana penggunaan lahan di sekitarnya. Contoh : Rusun Klender, J akarta Timur; Menara Kelapa Gading, J akarta Utara.
III - 6 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Gambar 3.3 Contoh Rumah Susun (1)
Lokasi : Rumah Susun Kelapa Gading
Gambar 3.4 Contoh Rumah Susun (2)
Lokasi : Menara Kelapa Gading, J akarta Utara
3.1.1.2 Kawasan Perdagangan dan J asa Kawasan Perdagangan dan J asa antara lain meliputi Zona Bangunan Pemerintah, Zona Bangunan Perkantoran, Zona Bangunan Pertokoan, dan Zona Sentra, dengan spesifikasi sebagai berikut : A. Zona Bangunan Pemerintah : Menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara terbatas, terutama untuk kepentingan pelayanan kepada warga kota maupun untuk kepentingan nasional dan internasional.
III - 7 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
Gambar 3.5 Contoh Zona Pemerintah
Lokasi : Dep. Kimpraswil, J l. Pattimura, Kebayoran Baru, J akarta Selatan
B. Zona Bangunan Perkantoran : Perkantoran menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara terbatas, penggunaan kegiatan ritel hanya sebagai penunjang dan diijinkan pembangunan hunian dengan intensitas sedang sampai tinggi; Zona ini dimaksudkan untuk diaplikasikan pada pusat- pusat kegiatan yang besar atau pada kawasan-kawasan khusus dimana kegiatan-kegiatan komersial serba ada tidak dikehendaki. Contoh : J l. HR. Rasuna Said,Kuningan, J akarta Selatan.
Gambar 3.6 Contoh Zona Komersial Perkantoran
Lokasi : J l. HR. Rasuna Said, Kuningan, J akarta Selatan
III - 8 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
C. Zona Bangunan Pertokoan : Pertokoan melayani kegiatan perdagangan, perbelanjaan, dan jasa-jasa; Zona Pertokoan dapat berisi pembangunan hunian yang berorientasi pada kegiatan perdagangan (ruko) dan kedekatannya ke tempat-tempat kerja (apartemen); Penggunaan industri/manufaktur terbatas dalam intensitas menengah dalam skala kecil sampai sedang.
Gambar 3.7 Contoh Zona Komersial Pertokoan
Lokasi : Kelapa Gading, J akarta Pusat
D. Zona Komersial Sentra Sentra lokal dan tersier, yang disediakan untuk kegiatan perbelanjaan dan jasa lokal, terdiri dari toko- toko ritel dan perusahaan-perusahaan jasa pribadi dengan pilihan yang luas, yang memenuhi kebutuhan yang sering berulang. Kegiatan ini memerlukan lokasi yang nyaman berdekatan dengan semua lingkungan perumahan, relatif tidak menimbulkan pengaruh yang tidak dikehendaki bagi lingkungan-lingkungan perumahan yang berdekatan. Dengan demikian zona ini sangat tersebar di seluruh kota; Sentra-sentra perbelanjaan kota level utama dan sekunder, yang menyediakan kebutuhan tempat perbelanjaan yang sekali-sekali dikunjungi keluarga dan jasa-jasa yang dibutuhkan pengusaha bisnis yang tersebar pada area yang luas, dan yang memiliki sejumlah besar toko yang secara mendasar membangkitkan lalu-lintas. Contoh : Ruko Kelapa Gading, J akarta Utara; Ruko Kota Wisata Cibubur, J akarta Timur.
III - 9 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Gambar 3.8 Contoh Zona Komersial Sentra
Lokasi : Rumah Toko di Kota Legenda Wisata Cibubur, J akarta Timur
3.1.1.3 Kawasan Industri Kawasan industri antara lain meliputi Zona Industri Taman, Zona I ndustri Ringan, Zona I ndustri Berat, dan Zona I ndustri Perpetakan Kecil, dengan spesifikasi sebagai berikut : A. Zona Industri Taman : Menyediakan ruang untuk pengembangan ilmu pengetahuan teknologi tinggi dan kegiatan taman bisnis; Standar pembangunan properti pada zona ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan menyerupai kampus yang ditata secara komprehensif dengan lansekap yang mendasar. Pembatasan-pembatasan pada penggunaan yang diijinkan dan tata informasi ditetapkan untuk mengurangi pengaruh komersial. Contoh : Puspiptek Serpong.
B. Zona Industri Ringan : Menyediakan berbagai kegiatan manufaktur dan distribusi yang luas; Standar pembangunan properti pada zona ini dimaksudkan untuk mendorong pembangunan industri yang sesuai dengan menyediakan lingkungan yang menarik, bebas dari dampak yang tidak dikehendaki yang dihubungkan dengan penggunaan beberapa industri berat; Zona industri ringan dimaksudkan untuk mengijinkan berbagai penggunaan termasuk penggunaan bukan industri dalam beberapa tempat. Contoh : industri yang bersifat padat karya seperti industri sepatu di Cibaduyut, Bandung; industri tas di Tajur, Bogor; industri gula di Klaten.
III - 10 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
Gambar 3.9 Contoh Zona Industri Ringan
Lokasi : Pabrik Gula Gondang Winangun, Klaten
C. Zona Industri Berat : Menyediakan ruang untuk kegiatan-kegiatan industri dengan penggunaan lahan secara intensif dengan mengutamakan sektor dasar manufaktur; Zona industri berat ini dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan lahan industri secara efisien dengan standar pembangunan minimal, menyediakan pengamanan terhadap properti yang bersebelahan dan masyarakat pada umumnya; Zona ini juga membatasi penggunaan-penggunaan bukan industri yang telah ada agar supaya dapat menyediakan lahan yang mencukupi bagi penggunaan industri dalam skala besar. Contoh : industri tekstil di Bandung, industri kimia di Gresik.
D. Zona Industri Perpetakan Kecil : Menyediakan ruang bagi kegiatan industri skala kecil di dalam area perkotaan; Zona I ndustri Perpetakan Kecil mengijinkan penggunaan- penggunaan industri dan bukan industri secara luas untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan skala lingkungan hunian dalam pembangunan; Peraturan pembangunan properti pada zona industri perpetakan kecil dimaksudkan untuk mengakomodasi pembangunan industri kecil dan menengah dan kegiatan komersial dengan pengurangan persyaratan luas perpetakan, lansekap, dan parkir. Contoh : industri rumah tangga seperti industri makanan khas daerah setempat (telur asin di Brebes, bakpia di Yogyakarta).
III - 11 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.1.1.4 Kawasan Ruang Terbuka Kawasan ruang terbuka antara lain meliputi : Zona Ruang Terbuka Hijau Lindung, Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan, dan Zona Ruang Terbuka Tata Air, dengan spesifikasi sebagai berikut : A. Zona Ruang Terbuka Hijau Lindung : Ditujukan untuk melindungi sumber alami dan budaya serta lahan rawan lingkungan; Penggunaan yang diijinkan pada zona ini dibatasi hanya pada penggunaan yang dapat membantu melestarikan karakter alami lahan.
B. Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan : Diberlakukan pada taman-taman dan fasilitas publik, dengan tujuan memperluas paru-paru kota, mengurangi kepengapan kota, dan menyediakan berbagai macam jenis rekreasi yang dibutuhkan masyarakat. Contoh : Taman Suropati, Menteng, J akarta Pusat
Gambar 3.10 Contoh Ruang Terbuka Hijau Binaan
Lokasi : Taman Suropati, J akarta Pusat
C. Zona Ruang Terbuka Tata Air : Ditujukan untuk mengendalikan pembangunan di dalam daerah genangan banjir untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik serta mengurangi bahaya yang diakibatkan banjir pada area yang diidentifikasikan sebagai areal pengendalian banjir yang ditetapkan oleh pemerintah daerah; Zona ini dimaksudkan untuk melestarikan karakter alami pada daerah genangan banjir dengan maksud mengurangi pengeluaran dana publik untuk biaya proyek pengendalian banjir dan melindungi fungsi dan nilai daerah pengendalian / genangan banjir dalam hubungannya dengan pelestarian atau pengisian kembali III - 12 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan air tanah, kualitas air, penjinakan aliran banjir, upaya perlindungan satwa-satwa liar dan habitat. Contoh : ruang terbuka tata air di daerah Mojokerto.
Gambar 3.11 Contoh Ruang Terbuka Tata Air
Lokasi : Mojokerto
3.2 NORMA ZONA Norma zona mengatur berbagai ketentuan dasar bagi pengembangan suatu zona tertentu. Norma zona yang diatur dalam pedoman ini meliputi 1) kawasan permukiman, 2) kawasan perdagangan dan jasa, 3) kawasan industri, 4) kawasan ruang terbuka.
3.2.1 Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Selain berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, permukiman juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas. Oleh karenanya, Kawasan Permukiman sebagai tempat bermukim dan berlindung harus memenuhi norma-norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Selain itu kawasan permukiman harus III - 13 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan bebas dari gangguan: suara, kotoran, udara, bau, dan sebagainya. Kawasan ini juga harus dapat menunjang berlangsungnya proses sosialisasi dari nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, dan juga harus aman serta mudah mencapai pusat- pusat pelayanan serta tempat kerja. Dalam kawasan permukiman diperlukan sarana-sarana lain yaitu sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan penduduk.
3.2.2 Kawasan Perdagangan dan J asa Kawasan perdagangan dan jasa, merupakan kawasan yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan. Oleh karenanya, kawasan ini harus memiliki aksesibilitas yang sangat baik ke lokasi perumahan dan kemudahan pemasaran. Untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, kawasan perdagangan dan jasa harus memenuhi norma lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, dan menarik serta menguntungkan. Oleh karenanya, peraturan pembangunan pada kawasan ini harus memenuhi syarat-syarat dimensi, intensitas, dan disain yang diharapkan akan dapat menarik sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah, jaringan jalan merupakan hal lain yang cukup mendukung kegiatan perdagangan dan jasa.
3.2.3 Kawasan Industri Kawasan industri merupakan kawasan produktif kota. Kawasan ini diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah pada satu kawasan perkotaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kawasan ini adalah aksesibilitas bagi tenaga kerja dan bahan baku, serta untuk memasarkan barang jadi. Oleh karenanya kedekatan dengan jaringan jalan dan pelabuhan merupakan hal yang penting. Selain itu perlu diperhatikan pula dampak kegiatan industri terhadap lingkungan. Sebagai kawasan produktif kota, kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah, jaringan jalan merupakan hal lain yang cukup mendukung kegiatan produksi.
III - 14 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.2.4 Kawasan Ruang Terbuka Kawasan ruang terbuka memiliki norma sesuai dengan fungsi utamanya yaitu mempertahankan/melindungi lingkungan hidup, yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sebagai kawasan ruang terbuka, kawasan ini dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk rekreasi.
3.3 KRITERIA ZONA 3.3.1 Kawasan Permukiman Untuk menunjang fungsinya sebagai tempat bermukim dan berlindung yang sehat, aman, serasi, dan teratur, kriteria yang harus dipenuhi kawasan permukiman meliputi : Persyaratan Dasar, meliputi : Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan. Aksesibilitas dalam kenyataannya berwujud ketersediaan jalan dan transportasi; Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antar kawasan yang menjadi lingkungannya; Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana; Ekologi, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya. Kriteria Teknis, yaitu kriteria yang berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan lingkungan perumahan, serta keandalan prasarana dan sarana pendukungnya. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah : Persyaratan kesehatan yang harus memenuhi standar kesehatan rumah dan lingkungannya, meliputi penyehatan air, udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian faktor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Untuk membentuk satu kawasan permukiman yang sehat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : III - 15 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan o Setiap kawasan permukiman harus memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat dan menjalankan kegiatan sehari- hari secara layak; o Kepadatan bangunan dalam satu kawasan permukiman maksimum 50 bangunan rumah/ha, dan dilengkapi oleh utilitas umum yang memadai. Di dalam kawasan permukiman tersebut terdapat bangunan rumah dan persil tanah termasuk juga unsur pengikat berupa fasilitas lingkungan; o Kawasan permukiman harus bebas dari pencemaran air, pencemaran udara, kebisingan, baik yang berasal dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dan sebagainya); o Menjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan individu dan masyarakat penghuni. Persyaratan keandalan prasarana 1 dan sarana lingkungan 2 yang harus memenuhi standar efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas pelayanan. Fasilitas dan utilitas lingkungan permukiman merupakan dua hal penting untuk mendukung kesehatan lingkungan permukiman. Syarat masing-masing fasilitas dan utilitas pada setiap kawasan permukiman harus dilengkapi dengan : o Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI; o Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan permukiman bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup; o Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari; o Sistem pembuangan sampah yang aman.
1 Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik. 2 Sarana Lingkungan adalah kelengkapan lingkungan yang berupa fasilitas : pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka. III - 16 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
Kriteria Ekologis, adalah kriteria yang berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara lingkungan buatan dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya, termasuk nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan.
3.3.2 Kawasan Perdagangan dan J asa Sebagai satu kawasan yang diharapkan mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya maupun mendatangkan nilai tambah pada kawasan perkotaan, kriteria yang harus dipenuhi oleh kawasan perdagangan dan jasa meliputi: Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam; Lokasi yang strategis dan kemudahan pencapaian dari seluruh penjuru kota, dapat dilengkapi dengan sarana antara lain : tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial dan kegiatan pengunjung. Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani.
3.3.3 Kawasan Industri Kriteria penggunaan kawasan industri meliputi ketentuan tentang penggunaan lahan dan ketentuan mengenai sarana dan prasarana yang harus dibangun. Berdasarkan Keppres 53 tahun 1989 tentang Kawasan Industri, ketentuan penggunaan lahan untuk kawasan industri adalah: 1. Lahan untuk industri 70% 2. Lahan untuk jaringan jalan 10% 3. Lahan untuk jaringan utilitas 5% 4. Lahan untuk fasilitas umum 5% 5. Lahan untuk ruang terbuka hijau 10% Selain itu terdapat ketentuan mengenai prasarana yang wajib dibangun oleh perusahaan kawasan industri, yaitu : a. J aringan jalan dalam kawasan industri : J alan kelas satu, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 8 meter; III - 17 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan J alan kelas dua, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 7 meter; J alan kelas tiga, lebar perkerasan minimum 4 meter. b. Saluran pembuangan air hujan (drainase) yang bermuara pada saluran pembuangan; c. Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran distribusi ke kapling industri; d. Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik; e. J aringan telekomunikasi; f. Instalasi pengolahan limbah industri, termasuk saluran pengumpulannya (kecuali industri yang berada dalam kawasan industri); g. Penerangan jalan pada setiap lajur jalan; h. Unit perkantoran perusahaan kawasan industri; i. Unit pemadam kebakaran; Perusahaan industri juga dapat menyediakan prasarana dan sarana penunjang lainnya seperti : Perumahan Karyawan; Kantin; Poliklinik; Sarana ibadah; Rumah penginapan sementara (mess transito); Pusat kesegaran jasmani (fitness centre); Halte angkutan umum; Areal penampungan sementara limbah padat; Pagar kawasan industri; Pencadangan tanah untuk perkantoran, bank, pos dan pelayanan telekomunikasi, serta pos keamanan.
3.3.4 Kawasan Ruang Terbuka Sebagai kawasan ruang terbuka yang tidak boleh dibangun, kawasan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : A. Ruang Terbuka Hijau Lindung a) Kemiringan lereng di atas 40%; b) Untuk jenis tanah peka terhadap erosi, yaitu Regosol, Litosol, Orgosol, dan Renzina, kemiringan lereng di atas 15%; c) Wilayah pasokan/resapan air dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan air laut; III - 18 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan d) Dapat merupakan kawasan sempadan sungai/ kawasan sempadan situ/ kawasan sempadan mata air dengan ketentuan sebagai berikut : Sempadan sungai di wilayah perkotaan berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi atau minimal 15 meter; Kawasan sempadan situ adalah dataran sepanjang tepian situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik situ antara 50 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan ini mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian situ. B. Ruang Terbuka Hijau Binaan a) Mempunyai fungsi utama sebagai taman, tempat main anak- anak, dan lapangan olah raga, serta untuk memberikan kesegaran pada kota (cahaya dan udara segar), dan netralisasi polusi udara sebagai paru-paru kota; b) Lokasi dan kebutuhannya disesuaikan dengan satuan lingkungan perumahan/kegiatan yang dilayani; c) Lokasinya diusahakan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi faktor pengikat.
C. Ruang Terbuka Tata Air a) Memiliki kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. b) Memiliki curah hujan > 2000 mm/th dan permeabilitas tanah > 27,7 mm/jam
III - 19 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.4 KETENTUAN PENGGUNAAN KAWASAN Berdasar atas norma dan kriterianya, sifat dan penggunaan suatu kawasan diuraikan pada sub bab berikut ini.
3.4.1 Kawasan Permukiman 3.4.1.1 Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Permukiman A. Zona Perumahan Taman (PT) Hanya boleh digunakan untuk unit-unit hunian yang berkarakter hunian pedusunan atau rumah taman, dengan penggunaan pelengkap kebun pertanian atau taman (PT-1).
B. Zona Perumahan Renggang (PR) Ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga tunggal dengan peletakan bangunan renggang, yang bukan taman dan juga tidak ditata secara rapat (PR-1).
C. Zona Perumahan Deret (PD) Ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga tunggal dengan peletakan bangunan rapat/deret; Diproyeksikan sebagai peralihan dari perumahan tunggal padat ke perumahan susun padat. Peraturan pembangunan pada zona ini dibedakan: Perumahan Deret Untuk Keluarga Tunggal dengan peletakan bangunan rapat/deret (PD-1); Perumahan deret maksimum 4 lantai, peralihan dari rumah tunggal padat ke perumahan susun padat (PD-2).
D. Zona Perumahan Susun (PS) Memiliki 3 karakter kepadatan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Peraturan pembangunan pada zona ini dibedakan: Perumahan Susun Kepadatan Rendah (PS-1); Perumahan Susun Kepadatan Sedang (PS-2); Perumahan Susun Kepadatan Tinggi dengan Penggunaan Komersial Terbatas (PS-3); Perumahan Susun Kepadatan Sedang dengan Penggunaan Komersial Terbatas (PS-4).
J enis-jenis bangunan yang dapat berlokasi di kawasan ini dapat berupa hunian tunggal (yaitu : bangunan rumah tinggal harian, rumah peristirahatan/vila, rumah toko, rumah kantor, industri rumahan (home industry), rumah dinas, dan hunian komunal (yaitu : rumah susun, III - 20 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan rumah susun sewa, apartemen, asrama). Selain itu kawasan ini dapat dilengkapi pula dengan sarana pelayanan sosial dan ekonomi yang terbatas untuk melayani kebutuhan harian dengan skala pelayanan lingkungan perumahan.
3.4.1.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Permukiman Penggunaan yang diijinkan di dalam Kawasan Permukiman tercantum dalam Lampiran 1. Penggunaan tersebut dibatasi jika terdapat lahan yang rawan lingkungan. a) Pada Kawasan Permukiman, suatu persil dapat mengadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan, dengan penggunaan sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran 1. b) Semua penggunaan atau kegiatan yang diijinkan dalam kawasan permukiman harus diselenggarakan dalam bangunan tertutup kecuali penggunaan atau kegiatan yang secara tradisi diselenggarakan di luar bangunan; c) Penggunaan pelengkap dalam kawasan hunian dapat diijinkan sesuai ketentuan yang berlaku 3 ; d) Penggunaan sementara diijinkan dalam jangka waktu yang terbatas; e) Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasikan, pemerintah kota menetapkan kategori dan subkategori yang sesuai. 3.4.1.3 Peraturan Penggunaan Tambahan Kawasan Permukiman Peraturan penggunaan tambahan selain seperti yang tercantum pada Lampuiran 1 adalah sebagai berikut : a) Rumah dapat digunakan untuk praktisi dokter, dokter gigi, kesehatan, diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: Tidak diijinkan pasien menginap, dan Masing-masing tidak lebih dari dua praktisi, dan tidak lebih dari tiga pegawai yang bekerja pada persil. b) Penggunaan untuk penjualan eceran dan jasa komersial, yang diindikasikan pada Zona Perumahan Susun, diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut :
3 Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan III - 21 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Penggunaan eceran/ritel dan jasa komersial diijinkan hanya sebagai penggunaan campuran dalam pembangunan dengan minimal 25 bangunan unit hunian atau lebih; Penggunaan eceran dan komersial ditempatkan pada lantai dasar; dan Penggunaan eceran dan komersial tidak boleh menempati lebih dari 25% luas lantai gros total dari lantai dasar. c) Kelompok akomodasi penginapan diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut : Tidak melebihi 5 kamar tamu; Diijinkan untuk penyewa tidak lebih dari dua orang per kamar; Makanan disediakan hanya untuk penyewa saja.
3.4.1.4 Peraturan Penyediaan Fasilitas Lingkungan Permukiman Standar perencanaan kebutuhan fasilitas lingkungan permukiman ditentukan sebagai berikut : a) Menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial bagi lingkungan permukiman di tempat yang dapat menjangkau seluruh lingkungan, disesuaikan dengan jumlah penduduk yang membutuhkan di lingkungan tersebut dan tingkat kebutuhannya; b) J angkauan pelayanan mencakup seluruh lingkungan permukiman tersebut; c) Mempertimbangkan skala pelayanannya yaitu untuk melayani lingkungan di dalam permukiman saja atau di luar permukiman juga terlayani; d) Memperhitungkan karakter sosial, budaya, dan ekonomi penduduk yang terlayani.
3.4.1.5 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Permukiman Peraturan teknis pembangunan dapat diberlakukan pada Kawasan Permukiman, dengan atau tanpa diperlukan ijin atau persetujuan lain kecuali ditetapkan secara khusus. Peraturan teknis pembangunan yang dapat diberlakukan pada Kawasan Permukiman dapat dilihat pada Lampiran 2.
III - 22 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.4.2 Kawasan Perdagangan dan J asa 3.4.2.1 Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Perdagangan dan J asa A. Zona Bangunan Pemerintah (BP) Kantor pemerintah, baik pusat maupun propinsi/kabupaten/kota, baik tunggal maupun komplek (BP-1); Kantor kedutaan atau perwakilan asing (BP-2).
B. Zona Bangunan Perkantoran (BK) Kegiatan perkantoran umum (renggang) baik kantor tunggal maupun komplek (pusat bisnis). Pada pusat bisnis dimungkinkan terdapatnya kegiatan perbelanjaan sebagai penunjang (restoran, toserba, toko alat tulis/buku, dsb) (BK-1); Kegiatan perkantoran umum (deret) (BK-2); Kegiatan perkantoran umum, berupa rumah-kantor (deret) dengan menyediakan fasilitas hunian (BK-3).
C. Zona Bangunan Pertokoan (BT) Kegiatan komersial umum, ritel skala kecil maupun besar (renggang), pertokoan tunggal maupun pusat belanja. Pada pusat belanja dimungkinkan terdapatnya kegiatan perkantoran/jasa sebagai penunjang (kantor perdagangan/keagenan, bank, dan sebagainya) (BT-1); Kegiatan komersial umum, berupa ritel dan manufaktur terbatas (deret) (BT-2); Kegiatan komersial umum, berupa rumah/toko (deret) dengan menyediakan fasilitas hunian (BT-3).
J enis-jenis bangunan yang dapat berada pada kawasan ini antara lain : Bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan, dan sebagainya; Bangunan perkantoran: kantor swasta/pemerintah, niaga, dan sebagainya; Bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan, dan sebagainya; Bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang; Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi; III - 23 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.
3.4.2.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Perdagangan dan J asa Penggunaan yang diijinkan di dalam Kawasan Perdagangan dan J asa tercantum pada Lampiran 3. Penggunaan yang diijinkan tersebut dapat dibatasi jika terdapat lahan yang rawan lingkungan. a) Pada Kawasan Perdagangan dan J asa, suatu persil dapat mengadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan, dengan penggunaan sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran 3. b) Semua penggunaan atau kegiatan di dalam Kawasan Perdagangan dan J asa harus diselenggarakan di dalam bangunan tertutup, kecuali penggunaan atau kegiatan yang secara tradisi diselenggarakan di luar bangunan; c) Penggunaan pelengkap dalam Kawasan Perdagangan dan J asa dapat diiizinkan 4 ; d) Penggunaan sementara diijinkan untuk jangka waktu yang terbatasm yang ditetapkan oleh Pemda Kabupaten/Kota; e) Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasikan, Pemerintah Kota dapat menetapkan kategori dan sub kategori yang sesuai.
3.4.2.3 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Perdagangan dan J asa Peraturan teknis pembangunan pada Kawasan Perdagangan dan J asa berlaku untuk semua pembangunan dalam Kawasan Perdagangan dan J asa, dengan atau tanpa diperlukan izin atau persetujuan lain kecuali ditetapkan secara khusus. Peraturan teknis pembangunan yang berlaku pada Kawasan Perdagangan dan J asa dapat dilihat pada Lampiran 4.
4 Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan III - 24 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Kepadatan Hunian Maksimum Yang Diizinkan Dan Ketentuan Lain Untuk Hunian Peraturan berikut dapat diberlakukan pada semua pembangunan hunian di dalam Kawasan Perdagangan dan J asa: (a) Pembangunan hunian hanya diizinkan pada Kawasan Perdagangan dan J asa hanya jika sesuai dengan Lampiran 3; (b) Pembangunan hunian diizinkan hanya jika bangunan komersial telah berada pada persil atau merupakan bagian dari IMB; (c) Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu. Persyaratan-Persyaratan Lain Persyaratan-persyaratan lain yang dapat ditetapkan pada Kawasan Perdagangan dan J asa antara lain : Persyaratan garis sempadan bangunan (GSB) pada Zona Komersial dan Bangunan Umum; Koefisien lantai bangunan (KLB) maksimum; J alur pejalan kaki; Transparansi; Artikulasi bangunan; Pembatasan parkir; Orientasi petak parkir.
III - 25 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.4.3 Kawasan Industri 3.4.3.1 Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Industri A. Zona I ndustri Taman (IT) Kegiatan riset dan manufaktur terbatas (IT-1); Industri ringan dengan perkantoran (IT-2).
B. Zona I ndustri Ringan (IR) Industri Ringan (IR-1); Campuran industri ringan, perkantoran, dan komersial terbatas (IR-2); Campuran industri ringan, perkantoran, dan komersial (IR-3).
C. Zona I ndustri Berat (IB)
Manufaktur (IB-1); Manufaktur dan perkantoran terbatas (IB-2).
D. Zona I ndustri Perpetakan Kecil (IK) Industri skala kecil: industri dan non industri yang menampung kegiatan-kegiatannya secara massal dengan pengelolaan bangunan secara terpadu (IK- 1); Industri kecil hunian (IK-2).
J enis-jenis bangunan yang dapat berlokasi pada kawasan ini di antaranya adalah industri besar, sedang, dan kecil, serta industri rumah tangga. Selain itu kawasan ini dapat pula dilengkapi dengan bangunan- bangunan pendukung industri, seperti show room, pergudangan, instalasi pengolahan limbah, dan sebagainya. Untuk menunjang kesejahteraan karyawan, bangunan lain yang diijinkan dalam kawasan ini adalah: kantin, poliklinik, sarana ibadah, rumah penginapan sementara (mess transito), pusat kesegaran jasmani (fitness centre)/sarana olah raga, dan fasilitas penunjang lain yang bersifat melayani kebutuhan harian para karyawan.
3.4.3.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Industri Penggunaan yang dapat diizinkan di dalam Kawasan Industri tercantum pada Lampiran 5. Penggunaan yang dapat diizinkan tersebut dapat dibatasi jika terdapat lahan yang rawan lingkungan. a) Pada Kawasan Industri, suatu persil dapat mengadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan, dengan penggunaan sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran 5; III - 26 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan b) Semua penggunaan atau kegiatan di dalam kawasan industri harus diselenggarakan di dalam bangunan tertutup, kecuali penggunaan atau kegiatan yang secara tradisi diselenggarakan di luar bangunan; c) Penggunaan pelengkap dalam kawasan industri dapat diiijinkan 5 ; d) Penggunaan sementara diijinkan untuk jangka waktu yang terbatas; e) Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasikan, Pemerintah Kota menetapkan kategori dan sub kategori yang sesuai.
3.4.3.3 Peraturan Penggunaan Tambahan Kawasan Industri Peraturan penggunaan tambahan yang dapat diterapkan, selain yang tercantum pada Lampiran 5 adalah sebagai berikut : (a) Barang-barang kelontong, farmasi, dan penjualan kebutuhan sehari- hari diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Perusahaan yang menawarkan barang-barang tersebut untuk dijual dibatasi dengan luas lantai gros 90 m 2 ; dan (2) Luas total yang digunakan tidak melampaui 10% dari luas lantai gros bangunan berada. (b) Rumah makan dan minum diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Usaha individu dibatasi maksimal 270 m 2 luas lantai gros; (2) Pertunjukan hidup tidak diijinkan pada persil.
(c) J asa penunjang bisnis diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Usaha individu dibatasi sampai 315 m 2 luas lantai gros; (2) Luas total yang digunakan tidak melampaui 25% dari luas lantai gros bangunan berada. (d) J asa kesehatan diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Usaha individu dibatasi sampai 315 m 2 luas lantai gros; (2) Luas total yang digunakan tidak melampaui 10% dari luas lantai gros bangunan berada. (e) Penggunaan manufaktur dan perakitan ringan pada IT-1 terbatas pada: (1) Fabrikasi dengan proto-tipe;
5 Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan III - 27 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan (2) Produksi memerlukan teknologi dan ketrampilan tinggi dan langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan pada persil; (3) Pengolahan hasil riset bio-kimia dan bahan-bahan hasil penelitian digunakan terutama oleh universitas, laboratorium, rumah sakit, dan klinik untuk tujuan-tujuan riset ilmiah, dan pengembangan percobaan-percobaan; (4) Produksi dari produk-produk hasil percobaan; (5) Pengembangan produksi atau sistem operasi yang dipergunakan dan dioperasikan pada lokasi lain, termasuk pengolahan produk-produk yang diperlukan bagi pengembangan tersebut; (6) Pengolahan produk-produk biologi, bio-medik, dan farmasi, dan (7) Pengolahan peralatan-peralatan ilmiah, keteknikan, dan kedokteran. (f) Pemasokan bahan-bahan bangunan dan penjualan peralatan diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Barang-barang untuk dijual dibatasi pada peralatan, onderdil, dan produk-produk yang digunakan dalam pemasangan atau perbaikan yang permanen pada pembangunan struktur atau persil, dan (2) Usaha penjualan bahan-bahan bangunan dan peralatan menempati area sekurang-kurangnya 900 m 2 dari luas lantai gros. (g) Penggunaan penjualan ritel yang mengikuti pasal ini diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Barang-barang yang ditawarkan untuk dijual harus diolah di dalam persil, dan (2) Maksimum 25% dari luas lantai gros pada persil boleh digunakan untuk penjualan ritel. Sekurang-kurangnya 75% dari luas lantai gros harus digunakan untuk kegiatan manufaktur, penyimpanan, atau distribusi grosiran dari produk-produk yang ditawarkan untuk dijual. (h) Usaha barang-barang kebutuhan sehari-hari, makanan, dan minuman diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Satu perusahaan individu tidak melampaui 90 m 2 luas lantai gros, dan (2) Fasilitas drive-in dan drive-through tidak diijinkan.
III - 28 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.4.3.4 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Industri Peraturan teknis pembangunan pada Kawasan Industri berlaku untuk semua pembangunan dalam Kawasan Industri, dengan atau tanpa diperlukan ijin atau persetujuan lain kecuali ditetapkan secara khusus. Peraturan teknis pembangunan yang berlaku pada Kawasan Industri dapat dilihat pada Lampiran 6.
Dimensi Perpetakan Pada Kawasan Industri Lebar jalan minimum di depan bangunan adalah 18 m untuk setiap petak pada zona IT yang menghadap ke putaran atau jalan yang menikung dengan radius kurang dari 30 m. Persyaratan-Persyaratan Lain Persyaratan-persyaratan lain yang dapat ditetapkan pada Kawasan Industri antara lain adalah: Persyaratan jarak bebas pada Kawasan Industri; Tinggi maksimum struktur pada Kawasan Industri; Persyaratan dinding jalan untuk Kawasan Industri; Fasilitas luar ruangan pada Kawasan Industri.
III - 29 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 3.4.4 Kawasan Ruang Terbuka 3.4.4.1 Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Ruang Terbuka A. Zona Ruang Terbuka Hijau Lindung (TL) Cagar Alam (TL-1); Cagar Budaya; Taman Hutan Raya; Taman Hutan Wisata; Daerah Resapan; Daerah Bergambut; Kawasan Rawan Bencana; Perlindungan Pesisir Pantai (TL-2) : pengendalian kualitas perairan wilayah pesisir dengan tidak mengijinkan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak maupun merubah kualitas air perairan pesisir; Pengamanan Bandara (TL-3) : berupa penyekatan (buffer) baik horizontal maupun vertikal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada; Perlindungan Pulau-pulau (TL-4) : Melindungi pulau-pulau yang termasuk di dalam zona pelindung Taman Laut Nasional laut karena terdapatnya plasma nutfah flora dan fauna; Sempadan Sungai/ Situ/ Mata Air 6 (TL-5) : Melindungi bantaran sungai dan segala jenis bangunan dalam rangka melindungi dan melestarikan fungsi dan peruntukan sungai.
B. Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan (TB) Taman Kota (TB-1); Hutan Kota (TB-2); Kebon Bibit (TB-3); Pemakaman Umum (TB-4); Agribisnis (TB-5); J alur Hijau (TB-6) : filter dari daerah-daerah industri dan daerah-daerah yang menimbulkan polusi; Kawasan sempadan jalur kawat listrik 7 , Kawasan sempadan gas, kawasan sempadan rel kereta api, dll.
C. Zona Ruang Terbuka Tata Air (TA) Penggunaan yang ditetapkan : situ dan waduk (TA-1); Pembangunan yang diijinkan ialah yang tidak akan membentuk suatu keadaan yang membahayakan atau merintangi pengaliran air.
6 Mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 7 Mengacu pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/47/MPE/1992 III - 30 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Untuk mendukung fungsinya sebagai ruang terbuka kota, pembangunan pada kawasan ini harus memberikan perlindungan dengan memperhatikan konservasi tanah dan air melalui pengaturan kepadatan bangunan, vegetasi dan sumur resapan.
3.4.4.2 Peraturan-peraturan Penggunaan Kawasan Ruang Terbuka Penggunaan yang diijinkan di dalam Kawasan Ruang Terbuka tercantum pada Lampiran 7. Penggunaan-penggunaan yang diijinkan tersebut dapat dibatasi jika terdapat lahan yang rawan lingkungan. a) Pada Kawasan Ruang Terbuka, suatu persil dapat mengadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan, dengan penggunaan sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran 7; b) Semua penggunaan atau kegiatan yang diijinkan dalam Kawasan Ruang Terbuka harus diselenggarakan seluruhnya dalam bangunan tertutup kecuali penggunaan atau kegiatan yang secara tradisi diselenggarakan di luar bangunan; c) Penggunaan-penggunaan pelengkap dalam Kawasan Ruang Terbuka dapat diijinkan sesuai dengan Peraturan Penggunaan Pelengkap 8 ; d) Penggunaan-penggunaan sementara/temporer diijinkan pada Kawasan Ruang Terbuka untuk jangka waktu yang terbatas; e) Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasi, Pemerintah Kota menetapkan kategori dan sub kategori yang sesuai.
3.4.4.3 Peraturan Teknis Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Peraturan Teknis pembangunan pada Kawasan Ruang Terbuka berlaku untuk semua pembangunan dalam Kawasan Ruang Terbuka, dalam atau tanpa diperlukan ijin atau persetujuan ijin kecuali ditetapkan secara khusus. Peraturan Teknis pembangunan yang berlaku pada Kawasan Ruang Terbuka disajikan pada Lampiran 8. Pembagian Kawasan serta paket penggunaannya terdapat pada Tabel 3.1.
8 Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan
III - 31 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Tabel 3.1 PEMBAGIAN KAWASAN DAN PAKET PENGGUNAANNYA
Perumahan Taman (PT) unit hunian berkarakter pedusunan atau rumah taman, dengan penggunaan pelengkap kebun pertanian atau taman (PT-1). Perumahan Renggang (PR) unit hunian keluarga tunggal dengan peletakan bangunan renggang, yang bukan taman dan juga ditata secara rapat (PR-1). Perumahan Deret (PD) Perumahan Deret Keluarga Tunggal dengan peletakan bangunan rapat/deret (PD-1); Perumahan deret maksimum 4 lantai, peralihan rumah tunggal padat ke perumahan susun padat (PD-2).
Perumahan Susun (PS) Perumahan Susun Kepadatan Rendah (PS-1); Perumahan Susun Kepadatan Sedang (PS-2); Perumahan Susun Kepadatan Tinggi dengan Penggunaan Komersial Terbatas (PS-3); Perumahan Susun Kepadatan Sedang dengan Penggunaan Komersial Terbatas (PS-4).
Lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan bervariasi di seluruh kota KAWASAN ZONA PAKET PENGGUNAAN KAWASAN PERMUKI MAN III - 32 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
Pemerintah (BP) Kantor Pemerintah (BP-1); Kantor Kedutaan atau perwakilan asing (BP-2). Komersial Perkantoran (BK) Perkantoran umum Renggang (BK-1); Perkantoran umum Deret (BK-2); Perkantoran umum berupa rumah/kantor (deret) dengan menyediakan fasilitas hunian (BK-3). Komersial Pertokoan (BT) Ritel skala besar renggang (BT-1); Ritel dan manufaktur tebatas deret (BT-2); Rumah/toko deret, menyediakan fasilitas hunian (BT-3).
Komersial Sentra (BS) Sentra Lokal (BS-1); Sentra Tersier (BS-2); Sentra Sekunder (BS-3); Sentra Primer (BS-4).
Lahan untuk menampung tenaga kerja, pertokoan, jasa, rekreasi, dan pelayanan masyarakat KAWASAN PERDAGANGAN DAN J ASA KAWASAN ZONA PAKET PENGGUNAAN III - 33 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
Industri Taman (IT) Kegiatan riset dan manufaktur terbatas (IT-1); Industri ringan dengan perkantoran (IT-2). Industri Ringan (IR) Industri Ringan (IR-1); Campuran industri ringan, perkantoran, dan komersial terbatas (IR-2); Campuran industri ringan, perkantoran, dan komersial (IR-3). Industri Berat (IB) Manufaktur (IB-1); Manufaktur dan perkantoran terbatas (IB-2).
Industri Perpetakan Kecil (IK) Industri skala kecil: industri dan non industri yang menampung kegiatan-kegiatannya secara massal dengan pengelolaan bangunan secara terpadu (IK-1); Industri kecil hunian (IK-2).
Ruangan bagi kegiatan industri dan manufaktur dalam meningkatkan keseimbangan penggunaan lahan dan ekonomi serta mendorong pertumbuhan lapangan kerja KAWASAN INDUSTRI KAWASAN ZONA PAKET PENGGUNAAN III - 34 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
Cagar Alam (TL-1) : penggunaan-penggunaan yang diijinkan dibatasi pada kegiatan-kegiatan yang dapat membantu melestarikan karakter alami lahan.
Perlindungan Pesisir Pantai (TL-2) : pengendalian kualitas perairan wilayah pesisir dengan tidak mengijinkan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak maupun merubah kualitas air perairan pesisir.
Pengamanan Bandara (TL-3), penyekatan (buffer) baik horizontal maupun vertikal sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang ada; Perlindungan Pulau-pulau (TL-4) : Melindungi pulau-pulau dalam zona pelindung Taman Laut Nasional laut karena terdapat plasma nutfah flora dan fauna.
Ruang Terbuka Hijau Lindung (TL) Sempadan Sungai/Situ/Mata Air (TL-5) : Melindungi bantaran sungai dan segala jenis bangunan dalam rangka melindungi dan melestarikan fungsi dan peruntukan sungai.
Ditujukan mempertahankan/ melindungi lahan-lahan rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya KAWASAN RUANG TERBUKA KAWASAN ZONA PAKET PENGGUNAAN III - 35 Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
Taman Kota (TB-1);
Hutan Kota (TB-2);
Kebon Bibit (TB-3);
Pemakaman Umum (TB-4);
Ruang Terbuka Hijau Binaan (TB) Agribisnis (TB-5); J alur Hijau (TB-6) : filter dari daerah-daerah industri dan daerah-daerah yang menimbulkan polusi, kawasan sempadan jalur kawat listrik, kawasan sempadan gas, kawasan sempadan rel kereta api, dll.
Ruang Terbuka Tata Air Penggunaan yang ditetapkan : situ dan waduk (TA-1); Pembangunan yang diijinkan ialah yang tidak akan membentuk suatu keadaan yang membahayakan atau merintangi pengaliran air.
ditujukan mempertahankan/ melindungi lahan-lahan rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya KAWASAN RUANG TERBUKA KAWASAN ZONA PAKET PENGGUNAAN Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan BAB 4 PROSES PENETAPAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONING REGULATION)
4.1 KONDI SI AWAL a. Kota yang telah memiliki RTRW ; terdapat Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, yang perlu dilakukan adalah : o Peninjauan kembali RTRW o Penegasan/pemantapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang b. Kota yang telah memiliki RTRW ; tidak ada Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, yang perlu dilakukan adalah : o Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang o Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (amandemen RTRW) c. Kota yang belum memiliki RTRW ; bisa menyusun RTRW sambil menetapkan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang o Penyusunan RTRW (termasuk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang) o Penetapan RTRW (termasuk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang)
Proses penyusunan, peninjauan kembali dan penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang tersebut sama dengan prosedur perencanaan tata ruang kota.
IV - 2 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 4.2 PROSES PENETAPAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG Proses penetapan ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG terdiri dari 5 tahap : 1. Persiapan; 2. Pengumpulan data/informasi dan analisis; 3. Perumusan rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang; 4. Pembahasan rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang; 5. Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.2.1 Persiapan Tahapan persiapan meliputi : Pemeriksaan RTRW yang ada, termasuk aturan pelaksanaannya; Penyusunan rencana kerja, termasuk pembiayaan; Administrasi dan teknis.
4.2.2 Pengumpulan Data/ Informasi dan Analisis Pengumpulan data dan informasi ditujukan untuk mendapatkan informasi yang terkini dan akurat yang akan digunakan dalam kegiatan analisis. Metoda pengumpulan data/informasi terdiri dari: (i) survei primer/ lapangan, yaitu mengumpulkan data dan informasi (tabel, peta, foto, film); (ii) survei sekunder, yaitu mengumpulkan data/informasi dari sumber sekunder/dokumen. Data dan informasi yang diperlukan sehubungan dengan penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang meliputi: (i) Kondisi Fisik Dasar : topografi, jenis tanah; (ii) Penggunaan lahan dan bangunan yang ada di seluruh wilayah kota, termasuk bangunan-bangunan bersejarah; (iii) Sempadan bangunan dan ketinggian lantai pada bangunan yang sudah terbangun; (iv) Kondisi prasarana lingkungan kota, seperti lebar jalan, saluran di bawah/di atas tanah dari jaringan drainase, air bersih, listrik, IV - 3 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan telepon, gas, kabel TV, bangunan antena, dan lain-lain, serta rencana pengembangannya; (v) Peraturan-peraturan Pemerintah Kota/Propinsi/Pusat yang sudah diterbitkan mengenai pemanfaatan lahan dan bangunan serta prasarana lingkungan kota; (vi) Referensi Zoning Regulation dari kota-kota atau negara lain.
Kegiatan analisis ditujukan untuk memperoleh identifikasi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang diperlukan oleh suatu kota. Hasil akhir dari kegiatan analisis adalah draft dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, yang akan dirumuskan di dalam tahap kegiatan selanjutnya. Kegiatan analisis yang dilakukan meliputi : (i) Review studi/peraturan yang sudah ada dan terkait dengan Zoning Regulation, terutama keefektifan atau dampak dari peraturan- peraturan Pemerintah Kota mengenai pemanfaatan lahan, bangunan, dan prasarana lingkungan/infrastruktur. Di dalam kegiatan ini juga ditinjau peraturan yang tumpang tindih atau yang bertentangan. Peraturan-peraturan yang efektif akan diakomodasikan ke dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, sebaliknya peraturan yang berdampak negatif sebaiknya diubah; (ii) Pengklasifikasian kembali kawasan, zona, serta penggunaan lahan dan bangunan sesuai dengan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang akan disusun. Di sini juga dianalisis perlunya tambahan klasifikasi kawasan, dan kawasan lainnya yang memerlukan penanganan khusus, misalnya untuk bangunan bersejarah. Kriteria atau standar yang digunakan di dalam penentuan kategori kawasan dan zona diuraikan lebih rinci pada Bab 3; (iii) Identifikasi penggunaan lahan dan bangunan yang akan muncul secara signifikan pada suatu zona atau pada suatu jalan dengan klasifikasi tertentu, mengingat bahwa kota dan masyarakat di dalamnya tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat diidentifikasi berdasarkan trend pengalihan penggunaan bangunan pada suatu zona atau jalan tertentu, serta berdasarkan referensi Zoning Regulation dari kota/negara lain; (iv) Identifikasi peraturan yang diperlukan bagi masing-masing kawasan dan zona, meliputi pengaturan penggunaan lahan/bangunan yang diperkenankan dan pengaturan teknis, yang merupakan draft dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. IV - 4 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Gambar 4.1 LI NGKUP KEGI ATAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN
Review studi / peraturan Pengklasifikasian Kembali Kawasan Identifikasi Penggunaan Lahan dan Bangunan Identifikasi peraturan bagi masing-masing kawasan/zona: pengaturan penggunaan lahan, pengaturan teknis
Arahan Pembentukan/Penetapan Kawasan Ketentuan Penggunaan Lahan Ketentuan Teknis dan Ketentuan Khusus Pengendalian pemanfaatan zona Kelembagaan
Pembahasan Konsep Produk Penetapan sebagai Peraturan Daerah Media cetak : Surat kabar, majalah, brosur Media elektronik : televisi, radio, website Penempatan dokumen pada kantor pelayanan umum Penerbitan manual dan handout Pembentukan media interaktif untuk menyalurkan aspirasi masyarakat PROSES PERSI APAN ANALI SI S PERUMUSAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG SOSI ALI SASI PENGUMPULAN DATA DAN I NFORMASI PEMBENTUKAN INSTANSI PENYUSUN IV - 5 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 4.2.3 Perumusan Rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Tahap selanjutnya adalah perumusan rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, yang meliputi arahan penetapan kawasan, ketentuan penggunaan zoning dan ketentuan-ketentuan teknisnya. Dengan demikian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini akan merupakan pedoman bagi pencapaian tujuan yang telah berhasil diformulasikan, khususnya sebagai instrumen dalam pengendalian pembangunan kota.
4.2.4 Pembahasan Rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pembahasan dilakukan secara bertahap sesuai dengan sistematika pelaporan; Setiap laporan memuat ketentuan sebagaimana telah ditentukan pada kerangka acuan pekerjaan dan setiap masukan yang diperoleh pada setiap tahap pembahasan harus dipertimbangkan untuk diakomodasikan dalam merumuskan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang; Setiap tahap pembahasan harus melibatkan berbagai pelaku pembangunan termasuk masyarakat; Tahap akhir pembahasan dilakukan dalam rangka legalisasi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang untuk menjadi produk hukum, setelah materi secara teknis disepakati oleh tim penyusun maupun pelaku pembangunan yang terlibat dalam penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
4.2.5 Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang disesuaikan dengan tingkatan Rencana Tata Ruang. Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang telah ditetapkan merupakan dokumen peraturan perundangan yang mengikat secara hukum bagi masyarakat dan menjadi acuan bagi pembangunan kota. Untuk mengoperasionalisasikan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, perlu adanya suatu penetapan dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati. IV - 6 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Dalam hal terjadi perubahan bentuk lingkungan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah.
4.3 MUATAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG Muatan Aturan Pola Pemanfatan Ruang sesuai dengan prinsip-prinsip manfaat kegunaan peraturan tersebut sebagai arahan pengendalian pembangunan kawasan perkotaan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Substansi Zoning, mencakup : Arahan Penentuan Kawasan; Ketentuan Penggunaan Kawasan; Peraturan Pembangunan; Pengendalian Pemanfaatan Kawasan. 2. Kelembagaan dan Prosedur Pengesahan, yang berisikan: Kelembagaan; Tugas dan wewenang; J enis Perijinan; Proses Perijinan; Peran serta masyarakat; Prosedur peninjauan kembali.
4.3.1 Substansi Zoning A. Arahan Pembentukan/ Penetapan Kawasan, Materi yang diatur : meliputi arahan pembentukan/penentuan kawasan, baik zona dasar, maupun kawasan lainnya yang memerlukan penanganan khusus, yang selanjutnya dirinci dalam penentuan zona yang masing-masing memiliki sifat spesifiknya. Penetapan kawasan dan zona ini perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah perkotaan yang bersangkutan dan rencana pengembangannya. Kedalaman Materi yang Diatur : pembentukan zona dasar, sampai pada zona. Penetapan kawasan ini mengidentifikasikan penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku di atasnya. IV - 7 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Pengelompokan Materi yang Diatur disesuaikan dengan kondisi wilayah perencanaan, misalnya: Kawasan Permukiman, dengan zona : Perumahan Taman; Perumahan Renggang; Perumahan Deret; Perumahan Susun. Kawasan Perdagangan dan J asa, dengan zona : Bangunan Pemerintah; Komersial Perkantoran; Komersial Pertokoan; Komersial Sentra. Kawasan Industri, dengan zona : Industri Taman; Industri Ringan; Industri Berat; Industri Perpetakan kecil. Kawasan Ruang Terbuka, dengan zona : Ruang Terbuka Hijau Lindung; Ruang Terbuka Hijau Binaan; Ruang Terbuka Tata Air.
B. Ketentuan Penggunaan Kawasan Materi yang diatur : Ketentuan penggunaan kawasan, yang meliputi arahan-arahan dalam penggunaan kawasan di wilayah perkotaan. Kedalaman Materi yang Diatur : Ketentuan penggunaan yang diatur adalah ketentuan penggunaan atas kawasan, kawasan lainnya yang memerlukan penanganan khusus, yang dirinci per zona. Masing-masing penggunaan akan dirinci dalam penggunaan utama dan penggunaan pelengkap. Pengelompokan Materi yang Diatur : Pengelompokan penggunaan, yang dirinci dari penggunaan besar hingga penggunaan yang lebih mikro; IV - 8 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Matriks penjabaran dari peruntukan kawasan ke peruntukan zona, yang minimal dibedakan atas penggunaan yang diperuntukan/diijinkan, penggunaan boleh terbatas, dan penggunaan boleh dengan syarat, serta penggunaan yang dilarang. C. Peraturan Pembangunan Materi yang Diatur : ketentuan teknis dan ketentuan khusus dalam penggunaan kawasan. Peraturan pembangunan dalam satu kawasan ditetapkan dengan mempertimbangkan penggunaan yang diperbolehkan dalam ketentuan penggunaan kawasan. Oleh karenannya, peraturan penggunaan dengan ketentuan penggunaan kawasan tidak boleh saling bertentangan. Kedalaman Materi yang Diatur : peraturan pembangunan pada masing-masing kawasan, yang dirinci dalam unit-unit lingkungan, pola sifat lingkungan (misalnya pola sifat lingkungan padat, kurang padat, dan tidak padat), serta satuan lingkungan permukiman yang diatur (misalnya wilayah kota, sub wilayah kota, kecamatan, kelurahan, dst). Pengelompokan Materi yang Diatur Pengelompokan materi yang diatur disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas wilayah perkotaan yang direncanakan, misalnya : Luas Perpetakan Luas Perpetakan Minimum (m 2 ); Luas Perpetakan Maksimum (m 2 ). Persyaratan Dimensi Perpetakan Minimum, meliputi : Lebar Perpetakan; Frontage J alan (m); Kedalaman perpetakan (m). Persyaratan J arak Bebas J arak Bebas Depan Minimum (m); J arak Bebas Depan Standar (m); J arak Bebas Samping Minimum (m); J arak Bebas Sisi J alan Minimum (m); J arak Bebas Sisi J alan Standar (m); J arak Bebas Sisi yang Bersinggungan dengan Hunian Minimum (m); IV - 9 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan J arak Bebas Belakang Minimum (m); J arak Bebas Belakang Standar (m); J arak Bebas Belakang yang Bersinggungan dengan Hunian Minimum (m). Persyaratan Intensitas Pemanfaatan Ruang KDB 1 / Koefidien Dasar Bangunan Maksimum (%); KLB / Koefisien Lantai Bangunan; Batas tinggi bangunan 2 Maksimum (m) : tinggi bangunan utama, tinggi cerobong asap, tiang bendera, menara, tanki air, dsb; Kepadatan maksimum 3 ; Ruang terbuka umum maksimum; Persyaratan J aringan dan Utilitas : penyediaan sarana dan utilitas pada tiap kawasan harus diatur sedemikian rupa agar penyediaan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif terhadap guna lahan yang telah ditetapkan, antara lain meliputi: Lebar dan fungsi jalan; Sistem penyediaan air bersih; Sistem pembuangan air limbah. Peraturan Penggunaan Pelengkap 4
Bangunan pelengkap; Pagar dan dinding; Parkir off-street; Tata Informasi (sign).
1 KDB (Koefisien Dasar Bangunan) adalah rasio / perbandingan luas lahan terbangun (land coverage) dengan luas lahan keseluruhan; Batasan KDB dinyatakan dalam persen (%) 2 Ketinggian Bangunan ialah suatu nilai yang menyatakan jumlah lapis / lantai (storey) maksimum pada petak lahan. Ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai (Lantai Dasar = Lantai 1) atau meter. 3 Kepadatan Bangunan adalah jumlah bangunan di atas satu luasan lahan tertentu, dinyatakan dalam bangunan / ha. 4 Yang dimaksud penggunaan pelengkap ialah suatu penggunaan yang diselenggarakan pada zona perpetakan yang sama dengan penggunaan utama pada mana ia berhubungan (apakah berada di dalam bangunan yang sama atau bangunan pelengkap atau struktur lain, atau sebagai penggunaan pelengkap dari lahan). IV - 10 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Persyaratan Lansekap Koefisien Dasar Hijau 5
Standar Performace Bahaya Kebakaran; Gangguan radioaktif atau electrical; Kebisingan; Getaran; Panas dan cahaya yang menyilaukan; Asap; Bau-bauan; Polusi udara; Sampah; Pencahayaan.
4.4 PEMANFAATAN Aturan Pola Pemanfaatan Ruang kawasan perkotaan digunakan sebagai instrumen pengendali pembangunan, pedoman penyusunan rencana operasional, dan sebagai panduan teknis pengembangan lahan di kawasan perkotaan. Ketentuan-ketentuan di dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang juga akan mencakup ketentuan-ketentuan yang mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan, keseimbangan keserasian peruntukan tanah, perlindungan kesehatan, keamanan, dan ketertiban, kesejahteraan masyarakat, pencegahan kesemrawutan, penyediaan pelayanan umum sesuai dengan standar yang berlaku. Selain itu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang juga dapat digunakan sebagai alat bantu pencegahan dampak pembangunan yang merugikan. Bagi masyarakat dan dunia usaha, Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan rancang bangun bangunan dan prasarana bagi aktivitas masyarakat dan swasta. Selain itu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini dapat merupakan jaminan kepastian hukum dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya jaminan akan kondisi yang selaras dan harmonis dalam melakukan kegiatannya.
5 Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah rasio/perbandingan lahan hijau dengan luas lahan keseluruhan yang dinyatakan dalam persen (%). Koefisien Dasar Hijau diwujudkan oleh luas area yang tidak tertutup bangunan IV - 11 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 4.5 PENGENDALIAN Pengendalian dimaksud terdiri dari pemantauan, evaluasi, dan peninjauan kembali Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, dan penertiban. Kegiatan pemantauan dilakukan secara koordinatif dengan instansi terkait. meliputi pemantauan terhadap pemanfaatan/penggunaan kawasan, fungsi kawasan, sarana dan prasarana, serta kesesuaian terhadap peraturan pembangunan yang telah ditetapkan Kegiatan evaluasi dan peninjauan kembali dilakukan dalam rangka mengkoordinir perubahan-perubahan yang terus terjadi sejalan dengan perkembangan kota, dengan demikian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang telah disusun tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Penertiban dilakukan dalam rangka menjaga konsistensi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, terutama konsistensi peraturan terhadap pemanfaatan kawasan yang diperkirakan dapat memberikan dampak yang merusak lingkungan hidup perkotaan. Penertiban dilakukan dalam bentuk pengenaan sanksi, pembatalan ijin pembangunan, penundaan pembangunan, dan/atau penerapan persyaratan-persyaratan teknis
4.6 PENI NJ AUAN KEMBALI Seiring dengan perkembangan kondisi lingkungan fisik kota yang bersifat dinamis, terjadi berbagai kemungkinan yaitu antara lain: i. Perubahan faktor eksternal terhadap wilayah perkotaan seperti perkembangan perekonomian, perubahan wilayah sektor dan tata ruang wilayah; ii. Perubahan kondisi-kondisi internal kota, seperti keinginan daerah, perkembangan yang sangat pesat dari satu sektor atau kawasan; iii. Kekurangtepatan menggunakan rencana dan pengendalian sehingga terjadi simpangan Hal tersebut menyebabkan terbuka kemungkinan munculnya pemanfaatan baru dari bangunan dan/atau lahan, terjadinya pengalihan fungsi bangunan dan/atau lahan, kebutuhan akan ketentuan teknis yang lebih sesuai, ataupun munculnya dampak yang belum diperhitungkan pada Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang berlaku, yang selanjutnya menyebabkan beberapa kondisi sebagai berikut: IV - 12 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan i. Aturan Pola Pemanfaatan Ruang masih dapat mengakomodasikan dinamika perkembangan yang bersifat eksternal maupun internal namun terjadi simpangan-simpangan dalam pemanfaatan karena kelemahan dalam pengendalian; ii. Aturan Pola Pemanfaatan Ruang tidak dapat lagi mengakomodasikan dinamika perkembangan yang bersifat eksternal dan internal. Untuk tetap menjaga kualitas lingkungan, Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang telah ditetapkan perlu ditinjau kembali secara berkala. Dengan demikian, Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dapat diperbaiki, dan senantiasa akomodatif terhadap perkembangan yang terjadi. Ketentuan mengenai peninjauan kembali perlu disebutkan di dalam peraturan daerah mengenai Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Sedangkan aspek legalnya dapat berbentuk aturan tambahan dari peraturan daerah tentang Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Apabila terdapat perubahan yang mendasar atau cukup banyak materi yang disesuaikan dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, maka perlu dipikirkan apakah peraturan daerah yang baru perlu dipikirkan untuk mengganti peraturan daerah yang masih berlaku.
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan BAB 5 KELEMBAGAAN
5.1 KEWENANGAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG Kewenangan penyusunan dan penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang sama dengan prosedur penyusunan rencana tata ruang kota.
5.1.1 Kewenangan Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang memerlukan keterlibatan banyak pihak dengan kepentingan yang bisa sama, tumpang tindih, atau bahkan bertentangan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah selaku penyelenggara pemerintahan perlu membentuk suatu Tim Penyusun Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, yang terdiri dari dinas/badan/instansi yang terkait dengan pengaturan tanah serta bangunan dan infrastruktur. Tim tersebut dikoordinasikan oleh Bappeda/Dinas Tata Kota/Dinas Cipta Karya/dinas lain serupa, yang bertindak sebagai koordinator dalam pelaksanaan dan pengendalian pembangunan fisik kota. Sedangkan anggota tim adalah dinas/badan/instansi lain ataupun BUMD yang terkait langsung dengan pelaksanaan pembangunan fisik kota. Instansi- instansi terkait terutama adalah Badan Pertanahan, Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Pengairan, serta badan usaha pemerintah dan swasta (PT. Telkom, PLN, PDAM, PN. Gas, operator telekomunikasi seluler). Badan Pertanahan berhubungan dengan sertifikasi tanah, sedangkan dinas dan instansi lainnya berhubungan dengan penyediaan prasarana kota pada suatu kawasan. Dengan dilibatkannya dinas dan instansi terkait, akan dicapai kesamaan persepsi, serta peraturan yang bertentangan antar dinas dan instansi dalam hal Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dapat dihindari. V - 2 Kelembagaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Di dalam melaksanakan tugasnya Tim dapat mencari masukan dari organisasi masyarakat, perguruan tinggi, organisasi profesi, atau individu-individu yang menggeluti masalah pelaksanaan pembangunan fisik kota. Seperti ditampilkan pada Gambar 5.1.
5.1.2 Kewenangan Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dilakukan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD. Produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang perlu mendapatkan legalitas sehingga fungsinya sebagai pengendali pembangunan kota dapat tercapai dengan efektif. Dibandingkan dengan rencana tata ruang, produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang sebaiknya bersifat lebih mengikat. Rencana Tata Ruang sebagai development plan seharusnya bersifat fleksibel, yang antisipatif terhadap perkembangan fisik kota. Sedangkan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang bersifat lebih tegas mengatur ketentuan-ketentuan pada masing-masing kawasan, baik ketentuan penggunaan maupun ketentuan teknis yang menyertainya. Bentuk legalitas yang paling tepat untuk produk Aturan Pola Pemanfatan Ruang adalah dalam Peraturan Daerah. Proses pengesahan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang adalah sebagai berikut: a. Konsep produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dipresentasikan di hadapan DPRD untuk dibahas sebagai rancangan peraturan daerah; b. Rancangan peraturan daerah ini kemudian dibahas antara DPRD dan Pemerintah Kota dengan mencari masukan dari instansi/badan terkait dan dari Unsur masyarakat; c. Perbaikan akhir dari rancangan peraturan daerah kemudian ditetapkan sebagai peraturan daerah.
V - 3 Kelembagaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Gambar 5.1 BAGAN I NSTANSI PENYUSUN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG
Anggota Tim :
Dinas/Instansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan Pembangunan Kota Badan Pertanahan Dinas Kimpraswil Dinas Pertanian BAPPEDA Dinas Perindustrian Dinas Bangunan Badan usaha pemerintah dan swasta : PT. TELKOM, PLN, PDAM, PN. GAS, Operator Telekomunikasi Seluler Dinas Pertamanan Kepala Daerah Penanggung J awab Pembangunan Kota
Sasaran : Tercapainya kesamaan persepsi antar dinas / instansi dalam hal Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Menghindari peraturan yang bertentangan antar dinas/instansi dalam hal Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pihak-pihak lain yang menggeluti masalah pelaksanaan pembangunan fisik kota Organisasi Masyarakat Perguruan Tinggi Organisasi Profesi Ketua Tim Koordinator Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Kota V - 4 Kelembagaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 5.2 PERAN MASYARAKAT Berkaitan dengan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, masyarakat memiliki beberapa peran, diantaranya adalah sebagai pengguna (yang terkena Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, sebagai pengamat pelaksanaan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, atau sebagai ahli hukum yang mengamati Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dari aspek hukum. Di dalam penyusunan dan peninjauan kembali Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, dimungkinkan peran serta masyarakat, khususnya yang terkait dengan dampak atau keefektifan dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat untuk turut serta di dalam penyelenggaraan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, sehingga tujuan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang bagi kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
5.2.1 Hak dan Kewajiban Dalam kegiatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang masyarakat berhak: a. berperan serta dalam proses penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, pemanfaatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, dan pengendalian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang; b. mengetahui secara terbuka Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang ditetapkan; c. menikmati manfaat dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang; d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Sedangkan kewajiban masyarakat di dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang adalah: a. berperan serta di dalam memelihara ketentuan penggunaan dan ketentuan teknis yang berlaku pada bangunan/lahan yang dikuasainya; b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, pemanfaatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, dan pengendalian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
V - 5 Kelembagaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan 5.2.2 Bentuk Peran Serta Masyarakat Dalam kegiatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, bentuk peran serta masyarakat mulai dari penyusunan hingga pengendalian diuraikan sebagai berikut : Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang : dalam penyediaan data/informasi dan pemberian masukan/saran/pendapat dalam perumusan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Pemanfaatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang : dalam penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang ditetapkan, serta kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas lingkungan sesuai dengan arahan di dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang berlaku. Pengendalian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang : dalam partisipasi pengawasan kegiatan pembangunan agar sesuai dengan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang berlaku.
5.2.3 Sosialisasi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pemerintah Daerah berkewajiban melaksanakan sosialisasi produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, khususnya setelah produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang tersebut mendapatkan status legal. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat luas mengetahui adanya peraturan tersebut, memanfaatkannya di dalam pembangunan fisik kota di lingkungannya, memperoleh manfaatnya, serta membantu di dalam pengawasan/pengendalian di lapangan. Sosialisasi produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dapat dilaksanakan melalui media cetak (surat kabar, majalah, brosur) dan media elektronik (televisi, radio, website) serta menempatkan dokumen Aturan Pola Pemanfaatan Ruang pada kantor pelayanan umum seperti pada kantor Walikota, kantor Dinas Tata Kota, kantor kecamatan dan kelurahan, serta perpustakaan kota. J ika memungkinkan, dapat dilaksanakan penerbitan manual dan handout tentang Aturan Pola Pemanfaatan Ruang maupun tentang prosedur yang harus ditempuh masyarakat/pengguna sebelum melaksanakan pembangunan fisik pada lahan/bangunan yang dikuasainya. Di samping itu, diperlukan juga tersedianya media interaktif atau sarana bagi masyarakat di dalam menyalurkan aspirasinya mengenai Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Permukiman Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L1 - 1 Lampiran 1 PERATURAN PENGGUNAAN PADA KAWASAN PERMUKI MAN K a w a s a n P E R M U K I M A N PT PR PD PS Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 1 1 2 1 2 3 4 01. Ruang Terbuka Rekreasi Aktif I I I I I I I I Rekreasi Pasif T T T T T T T T Preservasi Sumber-Sumber Alam I I I I I I I I Fasilitas Pemeliharaan Taman I I I I I I I I 02. Pertanian Pengolahan Hasil Pertanian T T T T T T T T Fasilitas Akuakultur T T T T T T T T Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega T T T T T T T T Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca T T T T T T T T Pengembangan & Pemanenan Hasil Pertanian I T T T T T T T Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan T T T T T T T T Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah Bengkel Alat-Alat Pertanian T T T T T T T T Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial T T T T T T T T Kebun-kebun masyarakat L L L L L L L L Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda T T T T T T T T Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bunga-bunga T T T T T T T T 03. Hunian Akomodasi Hunian Bersama T T T T I I I I Taman Rumah Mobil T I I T T T T T Hunian Multipel/Komunal T T T T I I I I Hunian Tunggal I I I I T T T T Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah Penyewaan Kamar dengan Makan B B B B B B B B Paviliun S S S T T T T T Rumah Dinas Karyawan B B B B B B B B Asrama Mahasiswa dan Pelajar T T T T S S S S Penjualan di Garasi dan Halaman B B B B B B B B Wisma Tamu L L L T T T T T Rumah Usaha B B B B B B B B Rumah Jompo S S S S S S S S Production House T T T S S S S S Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba) T T T S S S S S Wisma Transisi T T S S S S S S Wisma Awak Kapal T T T T T T T T 04. I nstitusi Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah Bandar Udara T T T T T T T T Lampiran 1 Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L1 - 2 K a w a s a n P E R M U K I M A N PT PR PD PS Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 1 1 2 1 2 3 4 Kebun Botani dan Kebun Penelitian S S S S S S S S Pemakaman dan Krematorium T T T T T T T T Tempat Ibadah L L L L L L L L Antena Komunikasi Fasilitas Telekomunikasi Minor B B B B B B B B Fasilitas Telekomunikasi Mayor S S S S S S S S Antena Satelit B B B B B B B B Rumah Tahanan T T T T T T T T Fasilitas Pendidikan TK sampai SMU S S S S I I I I Sekolah Tinggi/ Universitas S S S S S S S S Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang T T T T T T T T Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi T T T T T T T S Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan T T T T T T T T Fasilitas Pengendalian Banjir B B B B B B B B Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk penggunaan tertentu S S S S S S S S Fasilitas Warga Tuna Wisma Fasilitas makan bersama T T T T T T S S Shelter darurat T T T T T T S S Rumah singgah T T T T T T S S Rumah Sakit,Fasilitas Perawatan Antara,Fasilitas Perawatan T T T T S S S S Pusat Informasi Lingkungan T T T T T T T T Museum S S S S T T T T Transmisi Induk, Relay, & Distribusi Komunikasi T T T T T T T T Lembaga Pelayanan Sosial T T T T T T T T 05. Perdagangan Ritel/ Eceran Bahan Bangunan dan Perkakas T T T T T T T T Makanan dan Minuman T S S S S S I I Alat-Alat Rumah Tangga,Furnitur,Perkakas Rumah Tangga T T T T T T T T Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya T T T T T T T T Barang Kelontong,Farmasi,& Kebutuhan Sehari-hari T S S S S S I I Pakaian dan Aksesoris T T T T T T T T Penggunaan Perdagangan RitelDiatur Secara Terpisah Peralatan dan Pasokan Pertanian T T T T T T T T Outlet Minuman Beralkohol T T T T T T T T Penjualan Tanaman T T T T T T T T Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di Ruang Terbuka T T T T T T T T 06. J asa Komersial Jasa Bangunan T T T T T T T T Aneka Kebutuhan Bisnis T T T T T T T T Jasa Usaha Makanan & Minuman T T T T T T T T Lampiran 1 Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L1 - 3 K a w a s a n P E R M U K I M A N PT PR PD PS Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 1 1 2 1 2 3 4 Lembaga Keuangan T T T T T T T T Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat T T T T T T T T Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi) T T T T T T T T Jasa Off-Site T T T T T T T T Jasa Personal T T T T T T T T Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan & Pertunjukan T T T T T T T T Studio Radio & TV T T T T T T T T Jasa Penginapan (Visitors Accomodation) T T T T T T T I Penggunaan J asa Komersial Diatur Secara Terpisah Taman Hiburan T T T T T T T T Penitipan Hewan T T T T T T T T Taman Perkemahan T T T T T T T T Fasilitas Penitipan Anak S S S S S S S S Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona Perumahan S S S S S S S S Pameran Di Ruang Terbuka T T T T T T T T Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt S S S S S S S S Fasilitas Pendaratan Helikopter T T T T T T T T Studio Ketrampilan T T T T T T T T Panti Pijat, spesialis/ahli T T T T T T T T Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m 2
T T T T T T T T Klinik Kesehatan Rawat Luar S S S S S S S S Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama Permanen T T T T T T T T Sementara T T T T T T T T Klub Privat T T T T T T T T Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m 2
T T T T T T T T Gerobak Dorong: Gerobak Dorong di Lahan Privat T T T T T T T T Gerobak Dorong di Jalan Umum T T T T T T T T Fasilitas Daur Ulang: Fasilitas Pengumpul Besar T T T T T T T T Fasilitas Pengumpul Kecil T T T T T T T T Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar T T T T T T T T Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil T T T T T T T T Fasilitas Drop-Off T T T T T T T T Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan T T T T T T T T Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan Organik T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Besar T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Kecil T T T T T T T T Fasilitas Mesin Otomatik T T T T T T T T Fasilitas Pengolah Ban Bekas T T T T T T T T Lampiran 1 Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L1 - 4 K a w a s a n P E R M U K I M A N PT PR PD PS Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 1 1 2 1 2 3 4 Kafe Kaki Lima T T T T T T T T Lapangan Olahraga dan Stadion T T T T T T T T Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m 2 T T T T T T T T Klinik dan Rumah Sakit Hewan T T T T T T T T Kebun Binatang T T T T T T T T 07. Perkantoran Bisnis dan Profesional T T T T T T T T Pemerintahan T T T T T T I I Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan L L L L L L L L Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/ Perwakilan T T T T T T T T Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh S S S S S S S S Fasilitas Penanggulangan & Konseling Pelecehan Sex T T T T T T T T 08. Perdagangan dan J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Bengkel Kendaraan Niaga T T T T T T T T Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga T T T T T T T T Bengkel Kendaraan Pribadi T T T T T T T T Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Pribadi T T T T T T T T Penjualan dan Penyewaan Peralatan & Perlengkapan Kendaraan T T T T T T T T Penggunaan Perdagangan & J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah Stasiun Servis Mobil T T T T T T T T Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka T T T T T T T T 09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & Bahan-Bahan T T T T T T T T Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving & Storage) T T T T T T T T Pergudangan T T T T T T T T Penyaluran Grosir T T T T T T T T Penggunaan Perdagangan Grosir,Pendistribusian,Penyimpanan Diatur Secara Terpisah Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka T T T T T T T T Penampungan Barang Rongsokan T T T T T T T T Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan L L L L L L L L 10. I ndustri Industri Berat T T T T T T T T Industri Ringan T T T T T T T T Industri Bahari T T T T T T T T Riset & Pengembangan T T T T T T T T Terminal Truk dan Transportasi T T T T T T T T Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah Fasilitas Penelitian Limbah T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Limbah T T T T T T T T Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai T T T T T T T T Lampiran 1 Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L1 - 5 K a w a s a n P E R M U K I M A N PT PR PD PS Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 1 1 2 1 2 3 4 Industri Pertambangan dan Ekstraktif T T T T T T T T Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar T T T T T T T T Pengolahan & Pengemasan Kebutuhan Hewan & Sampingannya T T T T T T T T Industri Sangat Berat T T T T T T T T Penimbunan Rongsokan & Pembongkaran Kendaraan Bermotor T T T T T T T T 11. Tata I nformasi (Signs) Tata Informasi Yang Diijinkan I I I I I I I I Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah Community Identification Signs L L L L L L L L Reallocation of Sign Area Allowance T T T T T T T T Revolving Project Signs T T T T T T T T Signs with Automatic Changing Copy T T T T T T T T Theater Marquees T T T T T T T T Keterangan :
Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan
Penggunaan diijinkan dengan persyaratan khusus (B-terbatas,L-ijin lingkungan,S-bersyarat)
Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan PT : Perumahan Taman PR : Perumahan Renggang PD : Perumahan Deret PS : Perumahan Susun
T B/L/S I Lampiran 2 Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Permukiman Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L2 - 1 Lampiran 2 PERATURAN TEKNI S PEMBANGUNAN PADA KAWASAN PERMUKI MAN Kawas- an Perumahan PT PR PD PS Peraturan Bangunan Zona 1 1 1 2 1 2 3 4 Kepadatan Maksimum yang Diijinkan Hunian Tunggal (Unit Hunian/ Perpetakan) 1 1 1 1 Rumah Susun (m 2 / unit hunian) 60 20 15 20 Luas Perpetakan Minimum (m 2 ) 200 100 75 36 2.800 2.700 1.400 2.700 Dimensi Perpetakan Minimum Lebar Perpetakan (m) b 7 4 3 50 50 40 50 Kedalaman Perpetakan (m) b b b B 50 50 40 50 Persyaratan J arak Bebas Garis Sempadan Bangunan 15 3 3 2 15 15 15 15 Jarak Bebas Samping Minimum (m) 0 0 12,5 15 12,5 15 Jarak Bebas Belakang Minimum (m) 24 48 40 48 Ketinggian Bangunan (Lapis) 2 2 2 2 40 96 48 64 Koefisien Dasar Bangunan Maksimum (%) 20 55 70 70 40 40 40 40 Koefisien Lantai Bangunan Maksimum (m) 0,4 0,96 1,2 1,2 5 9 4 5
Keterangan : b : Bebas PT : Perumahan Taman PR : Perumahan Renggang PD : Perumahan Deret PS : Perumahan Susun
Lampiran 3 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L3 - 1 Lampiran 3 Peraturan Penggunaan Pada Kawasan Perdagangan dan J asa Kawasan PERDAGANGAN & J ASA BP BK BT Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 2 1 2 3 1 2 3 01. Ruang Terbuka Rekreasi Aktif T T T T T T T T Rekreasi Pasif T T T T T T T T Preservasi Sumber-Sumber Alam T T T T T T T T Fasilitas Pemeliharaan Taman T T T T T T T T 02. Pertanian Pengolahan Hasil Pertanian T T T T T T T T Fasilitas Akuakultur T T T T T T T T Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega T T T T T T T T Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca T T T T T T T T Pengembangan & Pemanenan Hasil Pertanian T T T T T T T T Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan T T T T T T T T Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah Bengkel Alat-Alat Pertanian T T I I T I I T Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial T T T T T T T T Kebun-kebun masyarakat T T T T T T T T Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda T T T T T T T T Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bunga-bunga T T T T T T T T 03. Hunian Akomodasi Hunian Bersama T T T T T T T T Taman Rumah Mobil T T T T T T T T Hunian Multipel T T T T I T T I Hunian Tunggal T T T T T T T T Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah Penyewaan Kamar dengan Makan T T T T B T T B Paviliun T T T T T T T T Rumah Dinas Karyawan T T T T T T T T Asrama Mahasiswa dan Pelajar T T T T S T T S Penjualan di Garasi dan Halaman T T T T T T T T Wisma Tamu I I T T T T T T Rumah Usaha T T T T B T T B Rumah Jompo T T T T S T T S Production House T T T T T T T B Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba) T T T T I T T I Wisma Transisi T T T T T T T T Wisma Awak Kapal T T T T T T T T 04. Institusi Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah Bandar Udara T T S S S S S S Kebun Botani dan Kebun Penelitian T T I S S I S I Lampiran 3 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L3 - 2 Kawasan PERDAGANGAN & J ASA BP BK BT Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 2 1 2 3 1 2 3 Pemakaman dan Krematorium T T S S S S S S Tempat Ibadah B B S B S S B S Antena Komunikasi - Fasilitas Telekomunikasi Minor B B B B B B B B - Fasilitas Telekomunikasi Mayor S S S S S S S S - Antena Satelit B B B B B B B B Rumah Tahanan T T S S S S S S Fasilitas Pendidikan - TK sampai SMU T T S S S S S S - Sekolah Tinggi/Universitas T T S S S S S S - Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang T T I I I I I I Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi S S S S I S S I Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan I I I S S I S I Fasilitas Pengendalian Banjir B B B B B B B B Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk penggunaan tertentu S S S S S S S S Fasilitas Warga Tuna Wisma - Fasilitas makan bersama T T T T S T T S - Shelter darurat T T T T S T T S - Rumah singgah T T T T S T T S Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara, Fasilitas Perawatan S S I S S I S I Pusat Informasi Lingkungan I I T T T T T T Museum S T I S S I S I Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi S S S S S S S S Lembaga Pelayanan Sosial S S S S S S S S 05. Perdagangan Retail/ Eceran Bahan Bangunan dan Perkakas T T I I T I I I Makanan dan Minuman B B I I I I I I Alat-Alat Rumah Tangga, Furniture, Perkakas Rumah Tangga T T I I I I I I Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya T T I I T I I I Barang Kelontong, Farmasi, dan Kebutuhan Sehari-hari B B I I I I I I Pakaian dan Aksesoris B B I I T I I I Penggunaan Perdagangan Ritel Diatur Secara Terpisah Peralatan dan Pasokan Pertanian T T I T T I T I Outlet Minuman Beralkohol T T B B B B B B Penjualan Tanaman T T I I T I I I Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di Ruang Terbuka S T S T T S T S 06. J asa Komersial Jasa Bangunan I I I T I I T I Aneka Kebutuhan Bisnis I I I I I I I I Jasa Usaha Makanan & Minuman I I I I I I I I Lembaga Keuangan I I I I I I I I Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat T T T T T T T T Lampiran 3 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L3 - 3 Kawasan PERDAGANGAN & J ASA BP BK BT Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 2 1 2 3 1 2 3 Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi) I I I I I I I I Jasa Off-Site I I I T T I T I Jasa Personal I I I I T I I I Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan & Pertunjukan I I I I T I I I Studio Radio & TV T T I I T I I I Jasa Penginapan (Visitors Accomodation) I I I I T I I I Penggunaan J asa Komersial Diatur Secara Terpisah Taman Hiburan T T S S T S S S Penitipan Hewan S S S S S S S S Taman Perkemahan T T S S S S S S Fasilitas Penitipan Anak B B T T B T T B Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona Perumahan T T B B B B B B Pameran Di Ruang Terbuka S S S S T S S S Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt T T S S S S S S Fasilitas Pendaratan Helikopter I I S S S S S S Studio Ketrampilan T T S S S S S I Panti Pijat, spesialis/ahli T T B B T B B B Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m2 T T S S S S S S Klinik Kesehatan Rawat Luar B B L L L L L L Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama - Permanen S S I S S I S I - Sementara L L L S S L S L Klub Privat T T S S S S S I Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m2 T T S S S S S I Gerobak Dorong: - Gerobak Dorong di Lahan Privat B B B B B B B B - Gerobak Dorong di Jalan Umum L L L L L L L L Fasilitas Daur Ulang: - Fasilitas Pengumpul Besar L L L L L L L L - Fasilitas Pengumpul Kecil B B B B B B B B - Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar T T T T T T T T - Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil T T T T T T T T - Fasilitas Drop-Off B B B B B B B B - Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan T T T T T T T T - Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan Organik T T T T T T T T - Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar T T T T T T T T - Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Besar T T T T T T T T - Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil T T T T T T T T - Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Kecil T T T T T T T T - Fasilitas Mesin Otomatik B B B B B B B B - Fasilitas Pengolah Ban Bekas T T T T T T T T Lampiran 3 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L3 - 4 Kawasan PERDAGANGAN & J ASA BP BK BT Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 2 1 2 3 1 2 3 Kafe Kaki Lima L L L L L L L L Lapangan Olahraga dan Stadion T T S S S S S S Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m2 S S S S S S S S Klinik dan Rumah Sakit Hewan T T S S S S S S Kebon Binatang T T T T T T T T 07. Perkantoran Bisnis dan Profesional T T I I I I I I Pemerintahan I T T T T T T T Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan I I I I I I I I Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/ Perwakilan T T I I I I I I Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh T T T T B T T B Fasilitas Penanggulangan dan Konseling Pelecehan Sex T T B B B B B B 08. Perdagangan dan J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Bengkel Kendaraan Niaga T T I T T I T I Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga T T I T T I T I Bengkel Kendaraan Pribadi T T I I T I I I Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Pribadi T T I I T I I I Penjualan dan Penyewaan Peralatan & Perlengkapan Kendaraan T T I I T I I I Penggunaan Perdagangan & J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah Stasiun Servis Mobil T T S S S S S S Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka T T S S T S S S 09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & Bahan-Bahan T T I T T I T T Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving & Storage) T T I T T I T T Pergudangan T T I T T I T T Penyaluran Grosir T T I T T I T T Penggunaan Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Diatur Secara Terpisah Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka T T S T T S T T Penampungan Barang Rongsokan T T T T T T T T Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan T T B B B B B B 10. I ndustri Industri Berat T T T T T T T T Industri Ringan T T I T T I T T Industri Bahari T T T T T T T T Riset & Pengembangan B T I I I I I I Terminal Truk dan Transportasi T T I T T I T I Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah Fasilitas Penelitian Limbah B T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Limbah T T T T T T T T Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai S T S T S S T S Lampiran 3 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L3 - 5 Kawasan PERDAGANGAN & J ASA BP BK BT Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Z o n a 1 2 1 2 3 1 2 3 Industri Pertambangan dan Ekstraktif T T T S T T S T Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar T T S S S S S S Pengolahan dan Pengemasan Kebutuhan Hewan dan Sampingannya T T T T T T T T Industri Sangat Berat T T T T T T T T Penimbunan Rongsokan dan Pembongkaran Kendaraan Bermotor T T T T T T T T 11. Tata I nformasi (Signs) Tata Informasi Yang Diizinkan I I I I I I I I Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah Community Identification Signs T T T T T T T T Reallocation of Sign Area Allowance L L L L L L L L Revolving Project Signs L L L L L L L L Signs with Automatic Changing Copy L L L L L L L L Theater Marquees T T L L T L L L Keterangan : Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan
Penggunaan diijinkan dengan persyaratan khusus (misal : wajib AMDAL, luas dibatasi, dsb)
Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan
BP : Bangunan Pemerintah BK : Bangunan Perkantoran BT : Bangunan Pertokoan
T B/L/S I Lampiran 4 Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L4 - 1 Lampiran 4 Peraturan Teknis Pembangunan Pada Kawasan Perdagangan dan J asa Kawas- an PERDAGANGAN & J ASA BP BK BT
Peraturan Bangunan Zona 1 2 1 2 3 1 2 3 Luas Perpetakan Luas Perpetakan Minimum (m 2 ) 1000 3750 3750 450 120 1350 120 75 Luas Perpetakan Maksimum (m 2 ) - - - - - - - - Dimensi Perpetakan Minimum Lebar Perpetakan (m) 25 50 30 15 8 30 8 5 Lebar Jalan Di Depan (m) 15 30 30 15 15 15 15 15 Kedalaman Perpetakan (m) 40 75 75 30 15 45 15 15 Persyaratan J arak Bebas Jarak Bebas Depan Minimum (m) 4,5 7,5 7,5 3 3 5 3 3 Jarak Bebas Samping Minimum (m) 3 3 3 - - 3 - - Jarak Bebas Sisi Jalan Minimum (m) 3 3 3 - - 3 - - Ketinggian Bangunan 8 24 24 8 8 2 8 4 Koefisien Dasar Bangunan Maksimum (%) 55 45 45 60 60 60 50 75 Koefisien Lantai Bangunan Maksimum (%) 3,0 4,0 4,0 4,8 4,8 1,2 4,0 2,5 Jalur Pejalan Kaki berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku Transparansi - - - - berlaku - berlaku berlaku Artikulasi Bangunan berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku Pembatasan Parkir Di Pekarangan Sisi Jalan berlaku berlaku berlaku - - - - - Orientasi Petak Parkir berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku berlaku Keterangan : BP : Bangunan Pemerintah BK : Bangunan Perkantoran BT : Bangunan Pertokoan Lampiran 5 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L5 - 1 Lampiran 5 PERATURAN PENGGUNAAN PADA KAWASAN I NDUSTRI Kawasan INDUSTRI IT IR IB IK Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 1 2 3 1 2 1 2 01. Ruang Terbuka Rekreasi Aktif I I T I I I I I T Rekreasi Pasif I I T T T T T T T Preservasi Sumber-Sumber Alam T T T T T T T T T Fasilitas Pemeliharaan Taman T T T T T T T T T 02. Pertanian Pengolahan Hasil Pertanian T T T T T T T T T Fasilitas Akuakultur I I I I I I T Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega T T T T T T T T T Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca T T I T I I I T T Pengembangan & Pemanenan Hasil Pertanian T T I T I I I T T Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan T T T T T T T T T Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah Bengkel Alat-Alat Pertanian T T I I I I I I T Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial T T T T T T T T T Kebun-kebun masyarakat T T L T L L L L T Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda T T T T T T T T T Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bunga- bunga T T T T T T T T T 03. Hunian Akomodasi Hunian Bersama T T T T T T T T T Taman Rumah Mobil T T T T T T T T T Hunian Multipel T T T T T T T T T Hunian Tunggal T T T T T T T T T Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah Penyewaan Kamar dengan Makan T T T T T T T T T Paviliun T T T T T T T T T Rumah Dinas Karyawan T T T T T T T T T Asrama Mahasiswa dan Pelajar T T T T T T T T T Penjualan di Garasi dan Halaman T T T T T T T T T Wisma Tamu T T T T T T T T T Rumah Usaha T T T T T T T T T Rumah Jompo T T T T T T T T T Production House T T T T T T T B T Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba) T T T T T T T T T Wisma Transisi T T T T T T T T T Wisma Awak Kapal B B B B B B B B T 04. I nstitusi Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah Bandar Udara S S S S S S S S T Kebun Botani dan Kebun Penelitian T T T T T T T T T Lampiran 5 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L5 - 2 Kawasan INDUSTRI IT IR IB IK Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 1 2 3 1 2 1 2 Pemakaman dan Krematorium S S S S S S S S T Tempat Ibadah S S T S B T T S T Antena Komunikasi Fasilitas Telekomunikasi Minor B B B B B B B B T Fasilitas Telekomunikasi Mayor S S S S S S S S T Antena Satelit B B B B B B B B T Rumah Tahanan S S S S S S S S T Fasilitas Pendidikan TK sampai SMU T S T S S T T S T Sekolah Tinggi/Universitas S S T S S T S S T Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang T T T I I T I I T Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi S S I S I I I S T Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan S S S S S S S T Fasilitas Pengendalian Banjir B B B B B B B B T Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk penggunaan tertentu S S S S S S S S T Fasilitas Warga Tuna Wisma Fasilitas makan bersama T S T S S T S S T Shelter darurat T S T S S T S S T Rumah singgah T S T S S S Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara, Fasilitas Perawatan S S T S S T S S T Pusat Informasi Lingkungan T T T T T T T T T Museum T T T T T T T T T Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi S S S S S I S S T Lembaga Pelayanan Sosial S S S S S T T S T 05. Perdagangan Retail/ Eceran Bahan Bangunan dan Perkakas T T I I I T I I T Makanan dan Minuman T T T T I T T T T Alat-Alat Rumah Tangga, Furnitur, Perkakas Rumah Tangga T T T I I T T I T Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya T T T T I T T T T Barang Kelontong,Farmasi,& Kebutuhan Sehari-hari T I I I I I I I T Pakaian dan Aksesoris T T T I I T T I T Penggunaan Perdagangan Ritel Diatur Secara Terpisah Peralatan dan Pasokan Pertanian T T T I I T I I T Outlet Minuman Beralkohol T T T T T T T T T Penjualan Tanaman T T T T I T T I T Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di Ruang Terbuka T T S S S S S S T 06. J asa Komersial Jasa Bangunan T T I I I T I I T Aneka Kebutuhan Bisnis T I I I I T I I T Jasa Usaha Makanan & Minuman T I I I I T I I T Lembaga Keuangan T I T I I T T I T Lampiran 5 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L5 - 3 Kawasan INDUSTRI IT IR IB IK Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 1 2 3 1 2 1 2 Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat T T T I I T I T Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi) T T I I I T T I T Jasa Off-Site T I I I I T I I T Jasa Personal T T T I I T T T Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan & Pertunjukan T T T I I T T I T Studio Radio & TV T I I I I T I I T Jasa Penginapan (Visitors Accomodation) T T T T T T T T T Penggunaan J asa Komersial Diatur Secara Terpisah Taman Hiburan T S S S S S S S T Penitipan Hewan T S S S S S S S T Taman Perkemahan T T T T T T T T T Fasilitas Penitipan Anak B B T B B T B B T Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona Perumahan T T T T B T T T T Pameran Di Ruang Terbuka T S S S S S S S T Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt T S S S S S S S T Fasilitas Pendaratan Helikopter S S S S S S S S T Studio Ketrampilan T T T T I T T I T Panti Pijat, spesialis/ahli T T T T B T T T T Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m 2
T T T T T T T T T Klinik Kesehatan Rawat Luar T B T B I T B B T Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama
Permanen S S I S I I I S T Sementara S S L S L L L S T Klub Privat S S S S S S S S T Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m 2
S S S S S S S S T Gerobak Dorong: Gerobak Dorong di Lahan Privat B B B B B B B B T Gerobak Dorong di Jalan Umum L L L L L L L L T Fasilitas Daur Ulang: Fasilitas Pengumpul Besar B L L L L T T L T Fasilitas Pengumpul Kecil B B B B B B B B T Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar T T L T S S L T T Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil T T S T S L L T T Fasilitas Drop-Off B B B B B B B B T Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan T T L T L L L T T Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan Organik T T S T S L L T T Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar T S B B B B B S T Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Besar T S L L L L L S T Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil T L B B B B B L T Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Kecil T L L L L L L L T Fasilitas Mesin Otomatik B B B B B B B B T Fasilitas Pengolah Ban Bekas T T S T S S S T T Lampiran 5 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L5 - 4 Kawasan INDUSTRI IT IR IB IK Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 1 2 3 1 2 1 2 Kafe Kaki Lima T L L L L T L L T Lapangan Olahraga dan Stadion T S T S S T S T T Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m 2 T S T S S T S T T Klinik dan Rumah Sakit Hewan T S S S I S S S T Kebun Binatang T T T T T T T T T 07. Perkantoran Bisnis dan Profesional T I T I I T T I T Pemerintahan T I T I I T I I T Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan T T T I I T T I T Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/ Perwakilan I I I I I T I I T Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh T T T T T T T T T Fasilitas Penanggulangan & Konseling Pelecehan Sex T B T B B T T T T 08. Perdagangan dan J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Bengkel Kendaraan Niaga T T I I I I I I T Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga T T I I I I I I T Bengkel Kendaraan Pribadi T T I I I T T I T Penjualan & Penyewaan Kendaraan Pribadi T T I I I T I I T Penjualan dan Penyewaan Peralatan & Perlengkapan Kendaraan T T I T I I I I T Penggunaan Perdagangan & J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah Stasiun Servis Mobil S S S S S S S S T Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka T T I I I I I I T 09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & Bahan- Bahan T T I I I I I I T Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving & Storage) T T I I I I I I T Pergudangan T T I I I I I I T Penyaluran Grosir T I I I I I I I T Penggunaan Perdagangan Grosir,Pendistribusian,dan Penyimpanan Diatur Secara Terpisah Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka T T I I I I I I T Penampungan Barang Rongsokan T T S S S S S S T Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan B B B B B B B B T 10. I ndustri Industri Berat T T T T T T I I T Industri Ringan I I I I I I I I T Industri Bahari T T I T I I I I T Riset & Pengembangan I I I I I I I I T Terminal Truk dan Transportasi T T I T I I I I T Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah Fasilitas Penelitian Limbah S S S S S S S S T Fasilitas Pengolahan Limbah S S S S S S S S T Lampiran 5 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L5 - 5 Kawasan INDUSTRI IT IR IB IK Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 1 2 3 1 2 1 2 Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai T T I T I I I I T Industri Pertambangan dan Ekstraktif T S S S S S S S T Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar S I I I I I I I T Pengolahan & Pengemasan Kebutuhan Hewan& Sampingannya T T T T I I I I T Industri Sangat Berat T T T T T T T T T Penimbunan Rongsokan & Pembongkaran Kendaraan Bermotor T T S S S I S S T 11. Tata I nformasi (Signs) Tata Informasi Yang Diijinkan I I I I I I I I T Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah Community Identification Signs T T T T T T T T T Reallocation of Sign Area Allowance L L L L L L L L T Revolving Project Signs L L L L L L L L T Signs with Automatic Changing Copy L L L L L L L L T Theater Marquees T T T T L T T T T Keterangan :
Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan
Penggunaan diijinkan dengan persyaratan khusus (misal : wajib AMDAL, luas dibatasi, dsb)
Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan IT : Industri Taman IR : Industri Ringan IB : Industri Berat IK : Industri Kecil
T B/L/S I Lampiran 6 Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Industri Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L6 - 1 Lampiran 6 PERATURAN TEKNI S PEMBANGUNAN PADA KAWASAN I NDUSTRI Kawasan I NDUSTRI I T I R I B I K Peraturan Bangunan Zona 1 2 1 2 3 1 2 1 2 Luas Perpetakan Luas Perpetakan Minimum (m 2 ) 3.600 1.350 2.700 900 Luas Perpetakan Maksimum (m 2 ) - - - 1.350 Dimensi Perpetakan Minimum Lebar Perpetakan (m) 30 22,5 30 15 Frontage Jalan (m) 30 22,5 30 15 Kedalaman Perpetakan (m) 60 30 45 30 Persyaratan J arak Bebas Jarak Bebas Depan Minimum (m) 6,0 4,5 6,0 3,0 Jarak Bebas Depan Standar (m) 7,5 6,0 7,5 Jarak Bebas Samping Minimum (m) 4,5 3,0 4,5 1,5 Jarak Bebas Sisi Jalan Minimum (m) 6,0 4,5 6,0 3,0 Jarak Bebas Sisi Jalan Standar (m) 6,0 6,0 7,5 3,0 Jarak Bebas Sisi Yang Bersinggungan Dengan Hunian Minimum (m) 9,0 7,5 9,0 3,0 Jarak Bebas Belakang Minimum (m) 7,5 - 6,0 4,5 Jarak Bebas Belakang Standar (m) - 4,5 9,0 - Jarak Bebas Belakang Yang Bersinggungan Dengan Hunian Minimum (m) 15,0 7,5 9,0 4,5 Tinggi Struktur Maksimum - - - - Koefisien Lantai Bangunan Maksimum 1,0 1,0 1,0 1,0 Persyaratan Dinding Jalan - berlaku berlaku - Kenyamanan Outdoor berlaku berlaku berlaku - Keterangan : IT : Industri Taman IR : Industri Ringan IB : Industri Berat IK : Industri Kecil Lampiran 7 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L7 - 1 Lampiran 7 PERATURAN PENGGUNAAN PADA KAWASAN RUANG TERBUKA Kawasan Ruang Terbuka TL TB TA Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 01. Ruang Terbuka Rekreasi Aktif T T T T T I I I I I I I Rekreasi Pasif I I I I I I I I I I I I Preservasi Sumber-Sumber Alam I I I I I I I I I I I I Fasilitas Pemeliharaan Taman T T T T T I I I I I I T 02. Pertanian Pengolahan Hasil Pertanian T T T T T T T T T I T I Fasilitas Akuakultur T T T T T T T T T I T I Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega T T T T T T T T T I T T Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca T T T T T T T I T I T T Pengembangan dan Pemanenan Hasil Pertanian T T T T T T T I T I T I Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan T T T T T T T T T I T I Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah Bengkel Alat-Alat Pertanian T T T T T T T T T S T T Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial T T T T T T T T T T T S Kebun-kebun masyarakat T T T T B B T I T I T B Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda T T T T T T T T T T T T Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bunga-bunga T T T T B T T I T I T B 03. Hunian Akomodasi Hunian Bersama T T T T T T T T T T T T Taman Rumah Mobil T T T T T T T T T T T T Hunian Multipel / Komunal T T T T T T T T T T T T Hunian Tunggal T T T T T T T T T T T T Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah Penyewaan Kamar dengan Makan T T T T T T T T T T T T Paviliun T T T T T T T T T T T T Rumah Dinas Karyawan T T T T T T T T T T T T Asrama Mahasiswa dan Pelajar T T T T T T T T T T T T Penjualan di Garasi dan Halaman T T T T T T T T T T T T Wisma Tamu T T T T T T T T T T T T Rumah Usaha T T T T T T T T T T T T Rumah Jompo T T T T T T T T T T T T Production House T T T T T T T T T T T T Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba) T T T T T T T T T T T T Wisma Transisi T T T T T T T T T T T T Wisma Awak Kapal T T T T T T T T T T T T
Lampiran 7 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L7 - 2 Kawasan Ruang Terbuka TL TB TA Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 04. I nstitusi Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah Bandar Udara T T T T T T T T T T T T Kebun Botani dan Kebun Penelitian T T T T S I T I T I B T Pemakaman dan Krematorium T T T T T T T T I T T T Tempat Ibadah T T T T T T T T T T T T Antena Komunikasi T T T T T T T T T T T T Fasilitas Telekomunikasi Minor T T T T T B T T T T B B Fasilitas Telekomunikasi Mayor T T T T T S T T T T B S Antena Satelit B B B B B B T T T T B B Rumah Tahanan T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pendidikan T T T T T T T T T T T T TK sampai SMU T T T T T T T T T T T T Sekolah Tinggi/Universitas T T T T T T T T T T T T Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi T T T T T T T T T T B T Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan T T T T T S T T T T T T Fasilitas Pengendalian Banjir T T T T B T T T T T T B Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk penggunaan tertentu T T T T T T T T T T T T Fasilitas Warga Tuna Wisma T T T T T T T T T T T T Fasilitas makan bersama T T T T T T T T T T T T Shelter darurat T T T T T T T T T T T T Rumah singgah T T T T T T T T T T T T Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara, Fasilitas Perawatan T T T T T T T T T T T T Pusat Informasi Lingkungan S S S S S I T S T S T T Museum T T T T T T T T T T T T Transmisi Induk,Relay, & Distribusi Komunikasi T T T T T T T T T T B T Lembaga Pelayanan Sosial T T T T T T T T T T T T 05. Perdagangan Ritel/ Eceran Bahan Bangunan dan Perkakas T T T T T T T T T T T T Makanan dan Minuman T T T T T I T T T T T T Alat Rumah Tangga,Furnitur,Perkakas Rumah Tangga T T T T T T T T T T T T Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya T T T T T T T T T T T T Barang Kelontong,Farmasi, & Kebutuhan Sehari-hari T T T T T T T T T T T T Pakaian dan Aksesoris T T T T T T T T T T T T Penggunaan Perdagangan Ritel Diatur Secara Terpisah Peralatan dan Pasokan Pertanian T T T T T T T B T B T T Outlet Minuman Beralkohol T T T T T T T T T T T T Penjualan Tanaman T T T T B T T B T I B T Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di Ruang Terbuka T T T T T T T T T T T S Lampiran 7 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L7 - 3 Kawasan Ruang Terbuka TL TB TA Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 06. J asa Komersial Jasa Bangunan T T T T T T T T T T T T Aneka Kebutuhan Bisnis T T T T T T T T T T T T Jasa Usaha Makanan & Minuman T T T T T T T T T T T T Lembaga Keuangan T T T T T T T T T T T T Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat T T T T T T T T S T T T Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi) T T T T T T T T T T T T Jasa Off-Site T T T T T T T T T T T T Jasa Personal T T T T T T T T T T T T Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan & Pertunjukan T T T T T I T T T T T T Studio Radio & TV T T T T T T T T T T T T Jasa Penginapan (Visitors Accomodation) T T T T T T T T T T T T Penggunaan J asa Komersial Diatur Secara Terpisah Taman Hiburan T T T T T T T T T T T T Penitipan Hewan T T T T T T T T T T T T Taman Perkemahan T T T T T S T T T T T S Fasilitas Penitipan Anak T T T T T T T T T T T T Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona Perumahan T T T T T T T T T T T T Pameran Di Ruang Terbuka T T T T T T T T T T T S Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt T T T T T S T T T T T S Fasilitas Pendaratan Helikopter T T T T T T T T T T T S Studio Ketrampilan T T T T T T T T T T T T Panti Pijat, spesialis/ahli T T T T T T T T T T T T Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m 2
T T T T T T T T T T T T Klinik Kesehatan Rawat Luar T T T T T T T T T T T T Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama
Permanen T T T T T T T T T T T T Sementara T T T T T T T T T T T T Klub Privat T T T T T T T T T T T T Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m 2
T T T T T S T T T T T T Gerobak Dorong: Gerobak Dorong di Lahan Privat T T T T T B T T T T T T Gerobak Dorong di Jalan Umum T T T T T L T T T T T T Fasilitas Daur Ulang: Fasilitas Pengumpul Besar T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pengumpul Kecil T T T T T T T T T T T T Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar T T T T T T T T T T T T Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil T T T T T T T T T T T T Fasilitas Drop-Off T T T T T B T T T T T T Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan T T T T T T T I T I T T Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan Organik T T T T T T T T T B T T Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar T T T T T T T T T T T T Lampiran 7 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L7 - 4 Kawasan Ruang Terbuka TL TB TA Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Besar T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Kecil T T T T T T T T T T T T Fasilitas Mesin Otomatik T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pengolah Ban Bekas T T T T T T T T T T T T Kafe Kaki Lima T T T T T T T T T T T T Lapangan Olahraga dan Stadion T T T T T B T T T T T T Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m 2 T T T T T I T T T T T T Klinik dan Rumah Sakit Hewan T T T T T T T T T T T T Kebon Binatang T T T T T S T T T T T T 07. Perkantoran Bisnis dan Profesional T T T T T T T T T T T T Pemerintahan T T T T T T T T T T T T Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan T T T T T T T T T T T T Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/ Perwakilan T T T T T T T T T T T T Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah Kantor Pemasaran Real Estate & Rumah Contoh T T T T T T T T T T T T Fasilitas Penanggulangan & Konseling Pelecehan Sex T T T T T T T T T T T T 08. Perdagangan dan J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Bengkel Kendaraan Niaga T T T T T T T T T T T T Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga T T T T T T T T T T T T Bengkel Kendaraan Pribadi T T T T T T T T T T T T Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Pribadi T T T T T T T T T T T T Penjualan dan Penyewaan Peralatan & Perlengkapan Kendaraan T T T T T T T T T T T T Penggunaan Perdagangan & J asa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah Stasiun Servis Mobil T T T T T T T T T T T T Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka T T T T T T T T T T T T 09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & Bahan-Bahan T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving & Storage) T T T T T T T T T T T T Pergudangan T T T T T T T T T T T T Penyaluran Grosir T T T T T T T T T T T T Penggunaan Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Diatur Secara Terpisah Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka T T T T T T T T T T T T Penampungan Barang Rongsokan T T T T T T T T T T T T Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan T T T T T T T T T T T T 10. I ndustri Industri Berat T T T T T T T T T T T T Lampiran 7 Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L7 - 5 Kawasan Ruang Terbuka TL TB TA Kategori/ Sub Kategori Penggunaan Zona 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 Industri Ringan T T T T T T T T T T T T Industri Bahari T T T T T T T T T T T T Riset & Pengembangan T T T T T T T T T T T T Terminal Truk dan Transportasi T T T T T T T T T T T T Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah Fasilitas Penelitian Limbah T T T T T T T T T T T T Fasilitas Pengolahan Limbah T T T T T T T T T T T T Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai T T T T T T T T T T T T Industri Pertambangan dan Ekstraktif T T T T T T T T T T T S Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar T T T T T T T T T T T T Pengolahan & Pengemasan Kebutuhan Hewan & Sampingannya T T T T T T T T T T T T Industri Sangat Berat T T T T T T T T T T T T Penimbunan Rongsokan dan Pembongkaran Kendaraan Bermotor T T T T T T T T T T T T 11. Tata I nformasi (Signs) Tata Informasi Yang Diijinkan I I I I I I I I I I I I Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah Community Identification Signs T T T T T T T T T T T T Reallocation of Sign Area Allowance T T T T T T T T T T T T Revolving Project Signs T T T T T T T T T T T T Signs with Automatic Changing Copy T T T T T T T T T T T T Theater Marquees T T T T T T T T T T T T Keterangan :
Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan Penggunaan diijinkan dengan persyaratan khusus (misal : wajib AMDAL, luas dibatasi, dsb)
Penggunaan atau kategori penggunaan tidak diijinkan
TL : Kawasan Lindung TB : Ruang Terbuka Non Lindung TA : Tata Air
T B/L/S I Lampiran 8 Peraturan Teknis Pembangunan pada Zona Ruang Terbuka
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L8 - 1 Lampiran 8 PERATURAN TEKNI S PEMBANGUNAN PADA KAWASAN RUANG TERBUKA Kawas- an Ruang Terbuka TL TB TA Peraturan Bangunan Zona 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 Kepadatan Minimum yg Diijinkan (Unit Hunian/Perpetakan) - - - - - - - - - 1 - - Luas Perpetakan Minimum (m 2 ) b b b b b b b b b 2.000 b b Dimensi Perpetakan Minimum Lebar Perpetakan (m) b b b b b b b b b 25 b b Kedalaman Perpetakan (m) b b b b b b b b b 25 b b Persyaratan J arak Bebas Jarak Bebas Depan Minimum (m) - - - - - - - - - 15 - - Jarak Bebas Samping Minimum (m) - - - - - - - - - - - - Jarak Bebas Belakang Minimum (m) - - - - - - - - - - - - Ketinggian Bangunan (lapis) - - - - - - - - - 2 - - KDB Maks (%) - - - - - - - - - 55 - - KLB Maks - - - - - - - - - 0.1 - - Keterangan: b : Bebas TL : Kawasan Lindung TB : Terbuka Non Lindung TA : Tata Air
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 1 Lampiran 9
01. RUANG TERBUKA
Kategori Ruang Terbuka terdiri dari penggunaan-penggunaan lahan yang ditujukan serta dapat diidentifikasi untuk penggunaan rekreasi publik atau dibiarkan apa adanya dalam kondisi alami. SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Rekreasi Aktif Fasilitas rekreasi untuk umum yang memerlukan pengembangan lahan utama, memerlukan pemeliharaan tingkat tinggi, dan dapat menampung banyak orang. 02 Rekreasi Pasif Fasilitas rekreasi yang ada kaitannya dengan peninggalan/situs sejarah dan hubungannya dengan ruang terbuka alami. Fasilitas seperti ini memerlukan pengembangan lahan yang kecil, memerlukan pemeliharaan minimum, menampung sedikit orang, dan berdampak rendah terhadap ruang terbuka alami. 03 Preservasi Sumber Alam Lahan yang tidak dikembangkan dan dibiarkan dalam keadaan alami untuk penggunaan khusus seperti ruang terbuka visual dan mengurangi kerusakan lingkungan. 04 Fasilitas Pemeliharaan Taman Bangunan utama atau fasilitas utama digunakan untuk pemeliharaan taman-taman umum.
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 2 02. PERTANI AN
Kategori Pertanian terdiri dari penggunaan-penggunaan yang melibatkan pengembangan dan pemanenan hasil-hasil pertanian, pembesaran ternak, dan pengolahan hasil sampingan. SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Pengolahan Hasil Pertanian Penggunaan yang ada hubungannya dengan pengolahan hasil pertanian, hewan, atau hasil sampingannya yang ditumbuhkan atau dikembangkan di atas lahan yang sama untuk dikonsumsi atau dikirim ke pasar. 02 Fasilitas Akuakultur Penggunaan dengan kegiatan penanaman atau pemeliharaan yang dikembangkan melalui media air, baik di ruang tertutup ataupun terbuka. 03 Pemerahan Susu/ Pembuatan Mentega Penggunaan yang ada hubungannya dengan pemerahan dan pengolahan susu hewan ternak untuk dikonsumsi atau dikirim ke pasar. 04 Pembenihan Hortikultura dan Rumah Kaca Penggunaan yang ada hubungannya dengan pembiakan dan penumbuhan tanaman-tanaman dalam bejana atau di atas tanah dan berkaitan dengan jual beli tanaman-tanaman tersebut. 05 Pengembangan dan Pemanenan Hasil Pertanian Penggunaan yang ada kaitannya dengan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan hasil- hasil pertanian untuk dikonsumsi atau untuk tujuan komersial. 06 Pengembangan, Perawatan dan Pemeliharaan Hewan Penggunaan yang ada hubungannya dengan pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan komersial. Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 07 Bengkel Alat-Alat Pertanian 08 Istal/Pemeliharaan Kuda Pacuan Komersial 09 Kebun-kebun masyarakat 10 Fasilitas Pameran dan Pertunjukan/ Sirkus Berkuda 11 Pasar Terbuka Penjualan Hasil Pertanian dan Bunga-Bunga
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 3 03. HUNIAN
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan fasilitas akomodasi untuk satu orang atau lebih SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Akomodasi Hunian Bersama Hunian di mana beberapa unit hunian secara bersama-sama menggunakan fasilitas kebutuhan hidup termasuk penyediaan makan dan layanan lainnya. 02 Hunian Multipel/ Komunal Unit-unit hunian di mana lebih dari satu unit hunian berada pada satu perpetakan. Multi hunian tidak termasuk penggunaan-penggunaan yang dibolehkan pada hunian tunggal. 03 Hunian Tunggal Unit hunian di mana tidak lebih dari satu unit hunian berada pada satu perpetakan, biasanya terpisah (detached), dan ditempati oleh hanya satu unit rumah tangga tunggal. Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 04 Penyewaan kamar dan makan, sebagai penggunaan pelengkap 05 Rumah Dinas Karyawan 06 Asrama Mahasiswa dan Pelajar 07 Wisma Tamu, sebagai penggunaan pelengkap 08 Rumah Usaha, sebagai penggunaan pelengkap 09 Rumah J ompo 10 Tempat Tinggal/ Kerja (Rumah Produksi) 11 Panti Perawatan Warga, untuk rehabilitasi kecanduan narkoba
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 4 04. I NSTI TUSI
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan jasa-jasa khusus yang memberikan manfaat pada masyarakat luas. Semua penggunaan dalam kategori penggunaan ini diatur dalam peraturan-peraturan tersendiri. Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 01 Bandar Udara 02 Kebun Botani dan Kebun Penelitian 03 Pemakaman dan Krematorium 04 Tempat Ibadah 05 Antena Komunikasi - Fasilitas Telekomunikasi Minor - Fasilitas Telekomunikasi Mayor - Antena Satelit 06 RumahTahanan 07 Fasilitas Pendidikan - TK sampai SMU - Sekolah Tinggi/Universitas - Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang 08 Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Enegi 09 Fasilitas Balai Pertemuan dan Pameran 10 Fasilitas Pengendalian Banjir 11 Gedung Bersejarah yang boleh digunakan untuk penggunaan tertentu 12 Fasilitas Warga Tuna Wisma - Fasilitas makan bersama - Shelter Darurat - Rumah Singgah 13 Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara dan Fasilitas Perawatan 14 Pusat Informasi Lingkungan 15 Museum 16 Transmisi Induk, Relay & Distribusi Komunikasi 17 Lembaga Pelayanan Sosial
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 5 05. PERDAGANGAN RITEL
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang meliputi penjualan, peminjaman atau penyewaan barang-barang baru atau bekas kepada masyarakat luas. SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Pasokan Bahan Bangunan dan Alat-Alat Pertukangan Penggunaan-penggunaan yang menyediakan barang-barang untuk memperbaiki, merawat, atau menambah nilai visual bangunan atau persil. 02 Peralatan, Perlengkapan, dan Kebutuhan Rumah Tangga Penggunaan-penggunaan yang menyediakan barang-barang, besar dan kecil, fungsional dan dekoratif, untuk digunakan, dinikmati, untuk kesenangan atau tujuan estetis. 03 Toko Makanan dan Minuman Penggunaan yang menyediakan makanan untuk dikonsumsi di luar perpetakan. 04 Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya Penggunaan yang menyediakan hewan peliharaan dan kebutuhannya untuk dijual, atau jasa perawatan. 05 Barang-Barang Kelontong, Farmasi, dan Kebutuhan Sehari- hari Penggunaan yang menyediakan barang-barang untuk perawatan dan pemeliharaan kesehatan pribadi dan kesejahteraan sehari-hari. 06 Pakaian dan Kelengkapannya Penggunaan yang menyediakan barang-barang untuk menutup, melindungi atau meningkatkan citra sosok manusia. Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 07 Peralatan dan Pasokan Pertanian 08 Outlet Minuman Beralkohol 09 Perawatan Barang-Barang/Peralatan Rumah Tangga 10 Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran di Ruang terbuka Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 6 06. J ASA KOMERSI AL
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan pelayanan konsumen atau bisnis, untuk perbaikan dan pemeliharaan berbagai macam produk secara luas dan untuk entertainment. SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 J asa Bangunan Penggunaan yang menyediakan jasa pemeliharaan dan perbaikan untuk semua jenis struktur bangunan dan unsur-unsur menariknya, termasuk ruang-ruang luar di dalam persil. 02 Aneka Kebutuhan Bisnis Penggunaan yang menyediakan jasa-jasa SDM, percetakan, fotocopy, fotografi, dan komunikasi. 03 Makanan dan Minuman Penggunaan yang menyediakan atau menyiapkan makanan / minuman untuk dikonsumsi di luar atau di dalam perpetakan. 04 Lembaga Keuangan Penggunaan yang berhubungan dengan penukaran, peminjaman, dan penyimpanan uang. 05 J asa Pemakaman dan Penitipan Mayat Penggunaan yang menyediakan jasa pelayanan yang berhubungan dengan kematian manusia. 06 J asa Perawatan dan Perbaikan/ Reparasi Penggunaan yang menyediakan jasa pemeliharan, pembersihan, dan perbaikan barang-barang konsumsi. 07 J asa Pengiriman Pesanan Penggunaan yang menyediakan jasa pengiriman berbagai macam produk secara luas dan yang menyediakan jasa yang digunakan pada suatu lokasi terpisah dari pebisnis yang menyediakan pengiriman atau layanan. 08 J asa Personal Penggunaan yang menyediakan berbagai jasa yang berhubungan dengan perawatan dan pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. 09 J asa Penyediaan Ruang Pertemuan dan Pertunjukan/ Entertainment Penggunaan yang menyediakan tempat-tempat pertemuan bagi sejumlah banyak orang untuk tujuan rekreasi, fitness, atau pertemuan lainnya. Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 7 SUB KATEGORI PENJ ELASAN 10 Studio Radio & Televisi Penggunaan yang menyediakan produksi, perekaman, penyiaran radio, pertunjukan televisi, dan bioskop. 11 J asa Penginapan (Visitors Accomodation) Penggunaan yang menyediakan tempat menginap, atau kombinasi tempat menginap, makanan, dan entertainment, terutama untuk pengunjung dan turis (termasuk hotel-hotel dengan single room occupancy). Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 12 Taman Hiburan 13 Penitipan Hewan 14 Taman Perkemahan 15 Fasilitas Penitipan Anak 16 Kedai Makan & Minum di Pinggiran Zona Perumahan 17 Pameran di Ruang Terbuka 18 Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt 19 Fasilitas Pendaratan Helikopter 20 Studio Ketrampilan 21 Panti pijat, spesialis/ahli 22 Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 450 m 2
23 Klinik Kesehatan Rawat Luar 24 Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama - Fasilitas Parkir Permanen - Fasilitas Parkir Sementara 25 Fasilitas rekreasi yang dikelola swasta, luas lebih dari 900 m 2
26 Gerobak Dorong - Gerobak Dorong di Lahan Privat - Gerobak Dorong di J alan Umum
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 8
SUB KATEGORI PENJ ELASAN 27 Fasilitas Daur Ulang - Drop-off - Mesin Otomatik - Pengumpul Kecil - Pengumpul Besar - Pengumpulan Puing-Puing Bangunan Besar - Pengumpulan Puing-Puing Bangunan Kecil - Pengomposan dari Bahan Tumbuhan - Pengomposan Bahan Campuran Organik - Pengolah Ban Bekas - Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Kecil - Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Besar 28 Kafe Kaki Lima 29 Lapang Olahraga dan Stadion 30 Teater Terbuka. Luas lantai lebih dari 450 m 2
31 Klinik dan Rumah Sakit Hewan 32 Kebun Binatang
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 9 07 PERKANTORAN
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan di dalam ruangan yang memfokuskan pada bisnis, pemerintahan, profesional, atau pelayanan jasa keuangan SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Bisnis dan Profesional Penggunaan yang berhubungan dengan mata pencaharian melalui usaha komersial atau jasa perdagangan atau melalui keahlian suatu kejuruan yang membutuhkan pendidikan atau pelatihan khusus. 02 Pemerintahan Penggunaan yang berhubungan dengan administrasi peraturan perundangan pemerintah daerah atau pusat. 03 Praktek Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan Penggunaan yang berhubungan dengan diagnosis dan penanganan orang sakit dan kondisi malfungsi fisik yang dapat diselenggarakan di bangunan perkantoran. Laboratorium kesehatan dan dental termasuk dalam sub kategori ini, kecuali disebutkan lain. 04 Kantor Pusat dan Perwakilan Perusahaan Penggunaan yang berhubungan dengan administrasi bisnis besar dan wilayah geografis yang menyebar luas yang dapat berlokasi terpisah dengan kegiatan utama bisnis-bisnis tersebut. Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 05 Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh 06 Fasilitas Penanggulangan dan Konseling Pelecehan Sex
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 10 08 PERDAGANGAN DAN J ASA PELAYANAN KENDARAAN BERMOTOR
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan di dalam ruangan yang memfokuskan pada bisinis, pemerintahan, profesional, medis, atau pelayanan jasa keuangan SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Bengkel Kendaraan Niaga Penggunaan dengan kegiatan memperbaiki dan memelihara komponen-komponen atau badan- badan truk besar, kendaraan angkutan masal, peralatan besar, atau peralatan pertanian, pesawat udara, atau kapal laut komersial. 02 Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga Penggunaan yang menyediakan untuk penjualan atau penyewaan truk, kendaraan angkutan masal, peralatan besar atau peralatan pertanian, pesawat udara, atau kapal laut komersial. 03 Bengkel Kendaraan Pribadi Penggunaan dengan memperbaiki komponen mekanik atau badan mobil, truk kecil / van, sepeda motor, motor keperluan rumah tangga atau kendaraan rekreasi, termasuk kapal pesiar (baru maupun bekas) atau dengan pencucian, pembersihan dan cara lain untuk menjaga permukaan luar dan dalam kendaraan. 04 Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Pribadi Penggunaan yang menyediakan penjualan atau penyewaan mobil-mobil, truk kecil atau van, sepeda motor, motor keperluan rumah tangga atau kendaraan rekreasi, termasuk kapal pesiar baik baru maupun bekas. 05 Penjualan dan Penyewaan Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan Penggunaan yang berhubungan dengan penjualan, peminjaman, atau penyewaan, baik baru atau bekas, alat-alat atau perlengkapan untuk tujuan perbaikan atau pemeliharaan kendaraan, termasuk distribusi produk dari persil yang menjual, meminjamkan, atau menyewakannya. Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 06 Stasiun Servis Mobil 07 Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 11 09 PERDAGANGAN GROSIR, DI STRIBUSI, DAN PENYIMPANAN
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan dan mendistribusikan barang-barang dalam jumlah besar, khususnya ke perusahaan-perusahaan penjualan retail. Termasuk penyimpanan dalam jangka waktu lama dan singkat barang-barang komersial dan benda-benda milik pribadi. SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Gudang Terbuka Penggunaan yang berhubungan dengan penyimpanan peralatan besar atau produk- produk atau bahan-bahan dalam jumlah besar di ruang terbuka. 02 Fasilitas Pindahan dan PenitipanBarang Penggunaan yang terkait dengan pindahan rumah atau pemindahan peralatan / perlengkapan kantor dari satu lokasi ke lokasi lainnya, termasuk penyimpanan sementara barang-barang tersebut. 03 Pergudangan Penggunaan yang terkait dengan penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar dalam jangka waktu lama dan singkat, termasuk juga penyimpanan oleh perorangan dalam kompartemen penyimpanan terpisah 04 Penyaluran Grosir Penggunaan yang terkait dengan penyimpanan dalam jumlah besar dan pendistribusian barang-barang, terutama ke pedagang eceran / retail. Termasuk juga ruang pamer grosiran. Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 05 Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka 06 Penampungan Barang Rongsokan 07 Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan
Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 12 10 I NDUSTRI
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menghasilkan barang-barang dari kegiatan penggalian (extracted) dan bahan-bahan baku atau dari bahan-bahan bekas yang telah dipersiapkan sebelumnya, termasuk perencanaa, penyimpanan, dan penanganan produk-produk tersebut dan bahan-bahan dari mana barang-barang tersebut dihasilkan. SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 I ndustri Berat Penggunaan yang memproses atau menangani material untuk keperluan pabrik produk-produk sektor dasar yang besar. Perakitan peralatan besar dan mesin-mesin termasuk dalam sub kategori ini, juga penggunaan manufaktur yang mempunyai sifat menghasilkan suara, debu, atau polutan lainnya yang memungkinkan timbulnya kerusakan atau gangguan terhadap kawasan yang berdekatan. 02 I ndustri Ringan Penggunaan yang memproses, membuat, merakit, mengolah, atau mengemas barang- barang jadi atau produk-produk tanpa menggunakan bahan-bahan eksplosif, minyak bakar, atau radio aktif (dalam sub kategori ini tidak termasuk perakitan peralatan besar dan mesin-mesin). 03 I ndustri Bahari Penggunaan yang menghasilkan, mendistribusikan, dan menyimpan kapal-kapal laut komersial dan peralatan. 04 Riset & Pengembangan Penggunaan yang terkait dengan riset dan penelitian ilmiah yang ditujukan pada pengembangan produk-produk dan cara-cara pemrosesan baru. 05 Terminal/ Pool Truk dan Transportasi Penggunaan yang terkait dengan pengiriman dan penyimpanan kendaraan-kendaraan besar dalam jangka panjang atau jangka pendek. Termasuk perbaikan kecil dan pemeliharaan kendaraan-kendaraan besar tersebut. SubKategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 06 Fasilitas Penelitian Limbah 07 Fasilitas Pengolahan Limbah Lampiran 9 Kategori dan Sub Kategori Penggunaan
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L9 - 13 08 Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai 09 Industri Pertambangan dan Ekstraktif 10 Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar 11 Pengolahan dan Pengemasan Kebutuhan Hewan dan Sampingannya 12 Industri Sangat Berat 13 Penimbunan Rongsokan dan Pembongkaran Kendaraan Bermotor
11 TATA I NFORMASI
Kategori ini termasuk semua struktur yang digunakan untuk memberikan informasi tentang bisnis, produk, pelayanan, atau tentang lahan/ petak. SUB KATEGORI PENJ ELASAN 01 Tata I nformasi Yang Diizinkan Struktur tata informasi yang diizinkan, yaitu yang didirikan di atas permukaan tanah, atau pada faade bangunan, atau di atap, yang pesan informasinya diidentifikasi untuk bisnis, tanah / bangunan, kegiatan-kegiatan pada tanah / bangunan, atau penunjuk ke arah tanah / bangunan. SubKategori penggunaan berikut diatur secara terpisah 02 Community Identification Signs 03 Reallocation of Sign Area Allowance 04 Revolving Project Signs 05 Signs with Automatic Changing Copy 06 Theater Marquees
Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 1 Lampiran 10
AMPI RAN berikut menyajikan beberapa paket penggunaan yang dapat diterapkan untuk wilayah perkotaan di Indonesia. Kelompok- kelompok penggunaan lahan yang disajikan di sini terdiri dari kelompok besar penggunaan lahan dan penggunaan lahan mikro, yang dikelompokkan berdasarkan pengamatan di beberapa daerah. Paket penggunaan atau pun pengelompokan paket penggunaan lahan yang disajikan di sini merupakan contoh penggunaan yang tidak bersifat mengikat, akan tetapi dapat disesuaikan dengan karakteristik kota yang direncanakan, maupun kecenderungan perkembangannya. Pengelompokan penggunaan lahan tersebut antara lain seperti di bawah ini.
PENGGUNAAN PERUMAHAN I
A. Perumahan untuk keluarga tunggal renggang maupun padat
1. Rumah Kecil 2. Rumah Sederhana 3. Rumah Sedang 4. Maisonette (lihat Gambar L.1) 5. Townhouse (lihat Gambar L.1) B. Pengembangan Perumahan Lainnya
1. Apartemen/Rumah Susun 2. Kondominium 3. Rumah Pondokan/Asrama/indekost 4. Panti J ompo 5. Guest House
L Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 2 Gambar L.1 I lustrasi Maisonette dan Townhouse
Keterangan : Tipe Rumah Tinggal Perkotaan (townhouse) Bangunan yang dibagi secara vertikal menjadi empat atau lima unit rumah tinggal, masing- masing memiliki jalan masuk menuju halaman depan, halaman samping berbatasan langsung dengan setiap dinding samping masing-masing unit rumah tinggal. Tipe Rumah Tinggal Maisonette Bangunan yang dibagi secara vertikal menjadi lima unit rumah tinggal atau lebih, masing- masing memiliki jalan masuk tersendiri ke koridor, dan jalan masuk lainnya langsung menuju ke luar area halaman yang berdampingan dengan unit rumah tinggal tersebut.
Tampak atas Tampak samping TOWNHOUSE (Rumah Tinggal Perkotaan) Tampak atas Tampak samping MAI SONETTE Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 3 PENGGUNAAN FASI LI TAS LI NGKUNGAN II
A. Fasilitas Lingkungan 1. Sekolah Taman Kanak-kanak/Taman Bermain 2. Sekolah Dasar 3. Sekolah Lanjutan Pertama 4. Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan 5. Perpustakaan, museum/galeri seninon komersial 6. Rumah dinas dokter, kepala sekolah, kepala kelurahan dsb, yang terkait dengan lokasi tempat tugasnya 7. Panti asuhan 8. Mushola, Mesjid 9. Gereja, dan bangunan ibadah lain sesuai dengan jamaahnya 10. Balai Warga/Karang Taruna/Gedung Serbaguna 11. Pusat kesehatan, klinik kesehatan rawat luar, Puskesmas, Balai pengobatan medik, Balai Kesehatan Ibu & Anak,Rumah Sakit Bersalin 12. Apotik 13. Warung/pertokoan yang menjual barang keperluan sehari-hari (convenience store) 14. Kantor-kantor pemerintah: kantor kelurahan, pos hansip/pos polisi, kantor pos pembantu dll, yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat sehari- hari 15. Dan lain-lain B. Penggunaan Ruang Terbuka
1. Penggunaan pertanian, rumah kaca, kebun, dsb 2. Lapangan olahraga 3. Taman/tempat bermain untuk umum 4. Pangkalan/parkir umum 5. Alun-alun 6. Dan lain-lain
PENGGUNAAN KOMERSI AL DAN BANGUNAN UMUM III
A. Kegiatan Ritel dan J asa yang Mudah Dicapai (Convenience) 1. Toko kue & roti 2. Pemangkas Rambut/Salon Kecantikan 3. Toko Obat 4. Binatu 5. Warung nasi/Restoran 6. Toko serba ada, mini market 7. Toko buku & alat-alat tulis 8. Penjahit atau pembuatan pakaian 9. Rekreasi anak-anak: play station, games Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 4 10. Warung Telekomunikasi (Wartel)/Warung Internet (Warnet) 11. Dan lain-lain B. Perkantoran 1. Perkantoran bisnis, profesional, atau pemerintahan 2. Dokter hewan bagi hewan kecil, semua kegiatan diselenggarakan di dalam bangunan yang tertutup/terlindung; bangunan tersebut memiliki penggunaan perumahan 3. Klinik/praktek dokter bersama 4. Dan lain-lain C. Ritel atau J asa 1. Pasar Lingkungan 2. Bank, termasuk bank drive-in 3. Pom bensin 4. Galeri seni komersial 5. Toko pemasok mobil, tanpa instalasi atau jasa perbaikan 6. Toko P&D/kelontong 7. Restoran 8. Bengkel 9. Toko bunga 10. Toko furnitur 11. Toko cendera mata 12. Toko dekorasi ruang dalam, termasuk processing, pelayanan, perbaikan 13. Perkantoran kecil 14. Ruang pertemuan 15. Toko musik 16. Kios penjualan media cetak (surat kabar, majalah, dsb), terbuka atau tertutup 17. Optik 18. Toko bahan bangunan 19. Toko hewan peliharaan 20. Toko peralatan atau pemasokan fotografi 21. Toko sepatu 22. Toko alat-alat olahraga atau atletik 23. Toko elektronik 24. Toko mainan anak-anak 25. Biro perjalanan 26. Kontraktor pemeliharaan bangunan: pencucian kaca jendela, pemolesan lantai 27. Sekolah mengemudi mobil 28. Pegadaian 29. Ruang pamer/penjualan mobil/motor 30. Sekolah atau perguruan tinggi bisnis 31. Perusahaan katering 32. Rental pakaian atau kostum 33. Laboratorium kesehatan atau kesehatan gigi Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 5 untuk riset atau testing 34. Gedung olahraga (bola basket, bulu tangkis, squash, dan tenis) 35. Studio seni, musik, tari, atau seni peran/teatrikal 36. Gedung pertemuan untuk acara perkawinan dsb 37. Super market 38. Restoran dan hotel 39. Studio fotografi, atau studio produksi film 40. Studio radio atau televisi 41. Dan lain-lain
D. J asa Publik 1. Kantor Kelurahan 2. Kantor Tramtib 3. Kantor Pos Pembantu 4. Pos Pemadam Kebakaran 5. Pos Polisi 6. Stasiun telepon umum 7. Dan lain-lain E. Perusahaan Grosir 1. Perusahaan grosiran, dengan pelengkap tempat penyimpanan 2. Kantor grosir, atau ruang pamer dengan gudang penyimpanan hanya untuk sampel 3. Dan lain-lain F. J asa Mobil Otomotif 1. Toko kaca dan spion mobil 2. Penjualan/pemasangan aksesoris mobil (jok, kaca film, ban, audio-video, dll) 3. Perusahaan penyewaan mobil 4. Bangunan parkir atau pelataran parkir untuk umum 5. Dan lain-lain G. Hiburan 1. Tempat bermain bilyar 2. Bowling, jumlah lane dibatasi sampai 16 buah per perusahaan 3. Teater 4. Dan lain-lain H. Perusahaan Manufaktur 1. Pabrik kerajinan tangan 2. Pabrik produk keramik, melayani pesanan 3. Pabrik pakaian/garmen 4. Percetakan, melayani pesanan 5. Dan lain-lain
Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 6 PENGGUNAAN REKREASI IV
A. Hiburan, di Ruang Terbuka atau Tertutup 1. Perkemahan, bermalam/kegiatan di siang hari 2. Taman hiburan anak-anak 3. Sirkus, karnaval, pasar malambersifat sementara 4. Rekreasi pantai, komersial, atau kolam renang 5. Lapangan golf/golf mini 6. Gelanggang roller skatingoutdoor 7. Teater 8. Dan lain-lain B. Perusahaan Ritel 1. Gedung pertemuan untuk upacara perkawinan 2. Perusahaan katering 3. Rental sepeda atau toko sepeda 4. Penjualan bahan bakar untuk perahu/kapal air, terbuka/tertutup 5. Rental perahu, terbuka atau tertutup/ruang pamer atau penjualan perahu, ukuran panjang kurang dari 30 meter/penyimpanan, perbaikan, atau pengecatan perahu 6. Toko permen atau es krim 7. Mesin penjaja yang dioperasikan dengan koin kapasitas mesin self-contained 8. Dok untuk kapal pesiar 9. Alat pancing dan kelengkapannya, rental atau penjualan 10. Perusahaan penjual kapal layar 11. Penjualan/rental alat-alat olahraga termasuk petunjuk pelatihan ski, layar, atau ski diving C. Perusahaan J asa 1. Penjualan bahan bakar untuk perahu/kapal air, terbuka/tertutup
Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 7 PENGGUNAAN J ASA UMUM V
A. Hiburan 1. Taman hiburan anak-anak 2. Ferris wheel, roller coaster, whip, terjun payung, komidi putar (pertunjukan di ruang terbuka untuk siang hari) 3. Pertunjukan hal-hal yang langka/ajaib (freak show), museum lilin, dodgem scooter (pertunjukan di ruang terbuka untuk siang hari) 4. Stand terbuka untuk permainan ketangkasan, termasuk galeri tembak B. Ritel atau J asa 1. Rumah sakit hewan atau penitipan anjing 2. Perlindungan hewan atau krematorium hewan 3. Penjualan mobil, sepeda motor, trailer, atau perahu, terbuka atau tertutup 4. Toko pandai besi/las 5. Penjualan bahan bangunan, terbuka/tertutup (termasuk lahan digunakan untuk gudang terbuka) 6. Toko pekerjaan perkayuan, furnitur, melayani pesanan 7. Krematorium 8. Perusahaan kontraktor: pemasangan listrik, kaca, alat pemanas ruang, pengecatan, pelapisan dinding (wall paper), plumbing, pengatapan, atau tata udaraterbuka/tertutup, gudang terbuka 9. Penjualan bahan bakar, es, minyak, batubara- terbuka/tertutup, gudang terbuka 10. Toko peralatan rumah tangga/kantor/perbaikan mesin (refrigerator, mesin cuci, kompor, freezer, AC) 11. Perusahaan rental atau penjualan mesin 12. Toko pembuatan kaca cermin atau pemotongan kaca 13. Pemotongan unggas atau kelinci 14. Toko pengecatan tata informasi 15. Toko pelapisan/sepuhan perak, melayani pesanan 16. Sekolah dagang untuk orang dewasa 17. Dan lain-lain C. Perusahaan J asa Otomotif 1. Pencucian mobil/stasiun servis mobil terbuka/tertutup (fasilitas pelumasan, perbaikan kecil, atau pencucian penempatannya di dalam bangunan tertutup) 2. Perbaikan mobil, truk, sepeda motor, atau trailer 3. Dan lain-lain D. Penyimpanan 1. Penyimpanan kendaraan komersial/utilitas umum, Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 8 Kendaraan Bermotor terbuka/tertutup (termasuk kelengkapan pompa bahan bakar motor) 2. Gudang kendaraan bermotor 3. Peralatan transit publik terbuka/tertutup (termasuk kelengkapan pompa bahan bakar motor) 4. Dan lain-lain E. Perusahaan J asa Berat, Grosir, atau Penyimpanan 1. Perusahaan pencucian karpet/pencucian (termasuk dry cleaning) dan pencelupan 2. Pemasokan linen/bahan-bahan kebutuhan rumah tangga, handuk, atau popok bayi 3. J asa pindah dan penyimpanan/pengemasan dan pemetian 4. Pencetakan fotografik atau percetakan 5. Terminal truk atau stasiun angkutan bermotor 6. Penggudangan 7. Perusahaan grosirandengan kelengkapan tempat penyimpanan
PENGGUNAAN INDUSTRI VI
A. Perusahaan J asa atau Grosir 1. Bahan-bahan bangunan atau pekarangan kontraktor, ruang terbuka atau tertutup 2. Grosir produksi atau toko daging B. Perusahaan Manufaktur 1. Bahan perekat/adhesive, tidak termasuk pembuatan komponen-komponen dasar 2. Iklan tayang/media luar 3. Pesawat terbang, termasuk suku cadang 4. Bahan pakaian, produk tekstil/bahan lainnya, pembuatan topi, atau produk serupa 5. Mobil, truk, trailer, termasuk suku cadang, atau pembuatan kembali mesin 6. Minuman non-alkohol 7. Pembuatan atau perbaikan perahu 8. Pembotolan untuk semua jenis minuman 9. Sikat dan sapu 10. Peralatan kamera atau fotografi, kecuali film 11. Karpet 12. Kanvas atau produk kanvas 13. Produk keramik, termasuk barang-barang tembikar, pelapisan genteng, atau produk serupa 14. Kimia, pembuatan bahan atau pengemasan 15. Produk tutup botol 16. Kosmetik atau bahan-bahan kecantikan Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 9 17. Pabrik pemintalan atau pembersih atau pembalut kapas 18. Peralatan dari listrik (perlengkapan penerangan/lampu, setrikaan, kipas angin, pembakar roti, mainan bertenaga listrik, dan produk serupa) 19. Peralatan (assembling) listrik, terdiri dari radio rumah, televisi penerima, peralatan home movie, atau produk serupa 20. Barang-barang keperluan listrik (kawat/kabel, tombol listrik, lampu, isolasi, baterai kering, atau sejenisnya) 21. Film untuk fotografi 22. Produk makanan 23. Produk gelas, dari bahan baku gelas 24. Produk bulu hewan, kain tebal, bulu burung, 25. Kaos kain/pakaian dalam 26. Es kering atau alami 27. Tinta atau mesin tulis 28. Produk jute, rami, sisal dan serabut (oakum) 29. Laboratorium, riset, eksperimen, atau pengujian 30. Produk kulit, termasuk sepatu, tali kipas mesin, koper, tas 31. Mesin bisnis (mesin tulis, mesin hitung, kalkulator, alat penghitung kartu, dan produk serupa) 32. Aneka macam mesin (mesin cuci, senjata api, mesin pendingin, AC, alat gambar hidup komersial, atau produk serupa) 33. Perkakas mesin (mesin bubut metal, mesin press metal, mesin stamping, mesin pekerjaan kayu, dan produk serupa 34. Kasur/mattress, termasuk pembuatan kembali atau pembaharuan 35. Alat finishing pekerjaan metal, pelapisan/plating, gerinda, penyerutan, pemolesan, pembersihan, tahan karat, pemanasan, atau produk serupa) 36. Stamping/penggilingan, ekstrusi/pemisahan, termasuk batu permata untuk pakaian, pin dan jarum, pisau cukur, tutup botol, kancing, alat- alat dapur, atau produk serupa 37. Sepeda motor, termasuk suku cadang 38. Alat-alat musik, termasuk piano atau organ 39. Produk-produk baru (novelty) 40. Alat-alat ortopedik, pengobatan medik, termasuk kaki palsu, alat penyangga, penopang, pembalut dari karet, (stretcher), dan alat-alat serupa Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 10 41. Peralatan optik, jama, atau peralatan presisi lain 42. Produk kertas (amplop, alat-alat tulis, tas, boks, kontener buat pengiriman jarak jauh/shiping, untuk barang-barang ukuran besar, tabung/pipa, pencetakan wall paper, atau produk serupa) 43. Parfum atau sabun wangi 44. Produk farmasi 45. Produk plastik (pembuatan meja, alat perekam, kancing, atau produk serupa) 46. Pencetakan, atau penerbitan 47. Produk karet, seperti ring washer, sarung tangan, sepatu, tutup kepala buat mandi, alat penyemprot cairan (atomizer), atau produk serupa 48. Konstruksi dekor 49. Pengolahan kain usang (daur ulang) 50. Barang-barang dari bahan perak, pelapisan/sepuhan atau murni 51. Pengemasan sabun atau detergen 52. Peralatan olah raga atau atletik (bola, basket, tongkat pemukul bola bilyar (cue), sarung tangan, raket, tali, atau produk sejenis) 53. Produksi seni patung, manekin, arca kecil, benda-benda seni untuk agama 54. Produk besi baja, macam-macam perakitan/assembling, termasuk lemari besi, pintu, pagar, furnitur metal, atau produk serupa 55. Pabrik tekstil, pemintalan, tenun, pencelupan, pencetakan, hasil perajutan, benang hasil rajutan, benang, atau tali temali 56. Tembakau, termasuk pengawetan, atau produk tembakau 57. Perkakas atau peralatan keras (selot, baut, mur, sekrup, tombol pintu, bor, alat pemotong menggunakan tangan, engsel, peralatan keras rumah, kunci, pencetakan metal bukan besi, alat-alat plumbing, atau produk serupa) 58. Mainan anak-anak 59. Payung 60. Pembuatan jok dalam jumlah besar, tidak termasuk toko yang berhubungan langsung dengan konsumen 61. Kendaraan anak-anak, termasuk sepeda, skuter, wagon, kereta bayi, atau sejenisnya 62. Tirai/kerai, jendela peneduh atau awning 63. Produk lilin 64. Produk kayu, termasuk furnitur, boks, peti, basket, pensil, pekerjaan pembuatan tong, atau Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 11 produk serupa 65. Aspal atau produk aspal 66. Minuman ringan, minuman berakohol, atau bir 67. Batu bata, genteng, atau gerabah/tanah liat 68. Semen 69. Batu bara, jelaga, briket bahan bakar 70. Kimia : acetylene, cat dari aniline, ammonia, karbit, kostik soda, selulosa, klorin, karbon hitam, bahan-bahan pencuci atau pemoles, bahan-bahan pembasmi hama, hidrogen atau oksigen, pabrik alkohol, potash, bahan plastik, resin sintetik, benang rayon, hidroklor, pikrik, asam sulfur atau derivatifnya 71. Produk arang, kokas, atau ter 72. Bahan-bahan excelsior (serat-serat kayu untuk pengepakan) atau pengemasan 73. Pupuk 74. Pengecoranbahan besi atau bukan besi 75. Gelatin, lem, atau lem kanji 76. Produk gelas/kaca ukuran besar:structural glass atau lembaran kaca, atau produk serupa 77. Penggilingan atau pemrosesan biji-bijian 78. Grafit atau produk grafit 79. Gipsum 80. Bulu hewan, kain tebal, bulu burung-processing, pencucian, pengawetan, atau pencelupan 81. Insinerasi atau pereduksian sampah, jeroan, atau bangkai hewan 82. Insektisida, fungisida, disinfektan, atau industri terkait atau bahan-bahan kimia keperluan rumah tangga lainnya 83. Penyamakan, pengawetan, finishing, atau pengecatan kulit atau bulu hewan 84. Linoleum, atau kain minyak 85. Mesin-mesin besar: mesin-mesin listrik, konstruksi, pertambangan, atau pertanian, termasuk perbaikan 86. Korek api 87. Produk daging atau ikan, termasuk pemotongan daging, persiapan bagi pengemasan ikan 88. Metal atau biji metal, reduksi, penyulingan kembali, peleburan bijih (smelting), atau pencampuran logam 89. Pencampuran logam atau kertas perak, aneka macam, termasuk pengelasan, kerajinan perak, kuningan, tembaga, timah, kaleng, atau kertas emas, atau produk-produk serupa 90. Metal atau produk metal, pengelolaan atau pemrosesan, termasuk pemotongan, pelapisan, Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 12 pengkilapan, galvanisasi, atau proses serupa 91. Pencetakan logam atau produk pengecoran, termasuk pekerjaan ornamen-ornamen besi, atau produk serupa 92. Pekerjaan pembuatan monumen, tanpa pembatasan dalam pemrosesan 93. Cat, pernis, atau terpentin 94. Penyulingan minyak bumi, atau produk-produk dari minyak bumi 95. Bahan baku plastik 96. Produk porselen, termasuk peralatan kamar mandi, atau dapur, atau produk serupa 97. J asa pembuangan sampah radioaktif: manajemen, penyimpanan sampah radioaktif 98. Perlengkapan jalan kereta api, termasuk gerbong dan lokomotif 99. Karet alami atau sintetik, termasuk ban, ban dalam, atau produk serupa 100. Instalasi pembuangan limbah 101. Pembuatan perahu / kapal air atau galangan untuk perbaikan 102. Sabun atau deterjen, termasuk pengolahan bahan gemuk 103. Produk baja, struktur baja, termasuk batang dan balok baja, rel, kabel, atau produk serupa 104. Peng-ekstrak-an bahan pelarut (dengan cara kimia) 105. Ruang terbuka bagi jagal atau pemotongan hewan atau unggas 106. Pemrosesan batu atau produk batu, produk pasir dan kapur, atau proses dan produk serupa 107. Penyulingan gula 108. Pemutihan/penggelantangan tekstil 109. Distilasi kayu atau tulang 110. Prosesing kayu atau papan kayu, termasuk pabrik penggergajian atau penyerutan, ekselsior, plywood, pelapisan dengan kain kayu, pengolahan untuk pengawetan kayu, atau produk dan proses serupa 111. Pulp kayu atau fiber, reduksi atau prosesing, termasuk pengoperasian pabrik kertas C. Aneka Penggunaan 1. Pertanian, termasuk rumah kaca, persemaian, kebun sayur mayur 2. Transit umum, jalan kereta api, sub-stasiun utilitas listrik, ruang terbuka atau tertutup 3. J alan kereta api termasuk ROW, terminal angkutan barang, peralatan atau tambahan, atau fasilitas, atau pelayanan yang digunakan, atau diperlukan dalam pengoperasian jalan kereta api, Lampiran 10 Paket Penggunaan Lahan Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan L10 - 13 tetapi tidak termasuk stasiun penumpang 4. Timbangan berat truk, di ruang terbuka atau tertutup 5. Terminal truk atau stasiun angkutan bermotor 6. Pelayaran pesisir pantai D. Gudang atau Aneka Penggunaan, Ruang Terbuka atau Tertutup 1. Penyimpanan batubara dan gas 2. Tempat pembuangan sampah, pemindahan sampah laut, atau penimbunan ampas bijih besi 3. Pembangkit tenaga listrik atau tenaga uap 4. Penyimpangan bahan-bahan eksplosif, yang tidak dilarang oleh suatu peraturan perundangan 5. Pabrik gas 6. Penyimpanan biji-bijian 7. Pekarangan penimbunan barang-barang ronsokan (mobil bekas atau sejenisnya) 8. Lapangan pembuatan papan-papan kayu, 9. Penyimpanan pupuk, kacang polong, atau top soil 10. Penyimpanan atau pengelolaan minyak bumi, atau produk minyak bumi 11. Instalasi pendingin 12. Penyimpanan potongan-potongan meta, rongsokan, kertas, kain, penyortiran, atau pengikatan (dalam jumlah besar)
Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 1 Lampiran 11
AMPIRAN berikut menyajikan beberapa paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang untuk dapat diterapkan di beberapa wilayah perkotaan di Indonesia. Paket ini ditujukan untuk mengisi penataan zoning sehingga secara teknis, kegiatan pembangunan dan pengendalian serta penertiban bangunan dapat menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan keindahan bangunan dan lingkungannya. Paket ini antara lain mengatur besaran kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Ketinggian Bangunan, dan Koefisien Dasar Hijau.
KEPADATAN BANGUNAN I
Pengertian Kepadatan Bangunan adalah jumlah bangunan di atas satu luasan lahan tertentu Kepadatan Bangunan dinyatakan dalam bangunan/Ha. Rumus :
Kepadatan Bangunan = J umlah Bangunan Luasan Lahan L Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 2 Pertimbangan Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menetapkan kepadatan bangunan adalah: Faktor Kesehatan : 1. air bersih 2. sanitasi & pembuangan limbah 3. cahaya, sinar matahari, udara, dan ketenangan 4. ruang gerak dalam tempat tinggal Faktor Sosial : 1. ruang terbuka pribadi 2. privasi 3. perlindungan 4. fasilitas lingkungan Faktor Teknis : 1. resiko kebakaran, 2. (2) ketersediaan lahan untuk bangunan, 3. (3) daya hubung, dan 4. (4) kondisi tanah; Ketentuan Kepadatan bangunan sedang yang ideal tidak kurang dari 40 bangunan/ha sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987, Lampiran No.22. Klasifikasi Klasifikasi kepadatan bangunan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel KLASI FI KASI KEPADATAN BANGUNAN KLASI FIKASI KEPADATAN BANGUNAN (bangunan/ ha) Sangat Rendah < 10 Rendah 11 40 Sedang 41 60 Tinggi 61 80 Sangat Tinggi > 81 Sumber: Keputusan Menteri PU No.378/KPTS/1987,Lampiran No.22
Prinsip Kepadatan Bangunan Prinsip yang digunakan dalam penataan kepadatan bangunan adalah sebagai berikut: Kepadatan bangunan perlu mempertimbangkan ruang kota yang tercipta akibat adanya bangunan-bangunan; Pemanfataan ruang dengan fungsi konservasi, meminimalkan penggunaan ruang untuk kawasan Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 3 terbangun, dan memperbesar ruang terbuka hijau; Menciptakan suasana asri dan alamiah, dengan menciptakan ketenangan dan kenyamanan;
KOEFI SI EN DASAR BANGUNAN (KDB) I I
Pengertian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Blok Peruntukan adalah rasio / perbandingan luas lahan terbangun (land coverage) dengan luas lahan keseluruhan blok peruntukan. Batasan KDB dinyatakan dalam persen (%). Rumus :
Komponen Perhitungan KDB Blok Peruntukan Perhitungan KDB berdasarkan pada luas wilayah terbangun yang diperkenankan adalah jumlah luas seluruh petak yang digunakan untuk kegiatan utama Dasar pertimbangan Selain mempertimbangkan kecenderungan perkembangan kota dan rencana pemanfaatan lahan, penentuan KDB juga didasarkan atas kondisi fisik, seperti kemiringan lereng. Hal ini ditujukan untu menjaga agar sesedikit mungkin lahan miring dieksploitasi dengan memberikan batasan luas lahan yang boleh dibangun. Makin curam lahan, makin kecil KDB yang diperkenankan.
KDB Blok = Luas wilayah terbangun x 100% Luas blok peruntukan Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 4
Ketentuan KDB Blok berdasarkan kemiringan lereng dapat dilihat pada rumus di bawah ini :
Rumus :
Keterangan : C = KDB maksimum (dalam %) X = Maksimum KDB untuk daerah tersebut S = Kemiringan lereng rata-rata x = Kemiringan lereng maksimum yg masih diperbolehkan untuk dibangun di wilayah tersebut Klasifikasi KDB Blok Peruntukan Tabel berikut menyajikan Klasifikasi KDB Blok Peruntukan
Tabel KLASI FI KASI KDB BLOK PERUNTUKAN
KLASI FIKASI KDB BLOK PERUNTUKAN Sangat Tinggi > 75% Tinggi 50% - 75% Menengah 20% - 50% Rendah 5 20% Sangat Rendah < 5% Sumber : Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota
C = X (S 2 /x) Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 5
KOEFI SI EN LANTAI BANGUNAN (KLB) I I I
Pengertian Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Blok Peruntukan adalah rasio perbandingan luas seluruh lantai blok peruntukan dengan luas lahan efektif keseluruhan blok peruntukan. Rumus :
Klasifikasi Klasifikasi KLB Blok Peruntukan disajikan pada Tabel berikut :
Tabel Klasifikasi KLB Blok Peruntukan KLASI FIKASI KLB BLOK PERUNTUKAN Sangat Rendah KLB = 2 x KDB Rendah KLB = 4 x KDB Sedang KLB = 8 x KDB Tinggi KLB = 9 x KDB Sangat Tinggi KLB = 20 x KDB Sumber : Kepmendagri No. 59/1988
Ketentuan Teknis Ketentuan KLB adalah sebagai berikut : 1. KLB sangat rendah untuk bangunan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum 2 lantai; 2. KLB rendah untuk bangunan bertingkat maksimum 4 lantai; 3. KLB sedang untuk bangunan bertingkat maksimum 8 lantai; 4. KLB tinggi untuk bangunan bertingkat maksimum 9 lantai; 5. KLB tinggi untuk bangunan bertingkat maksimum 20 lantai. KLB Blok = Luas total lantai seluruh bangunan x 100% Luas blok Peruntukan Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 6 Ketentuan Perhitungan Dalam menghitung KLB perlu diketahui dahulu Luas Lantai Bangunan keseluruhan; ketentuan perhitungan luas bangunan sebagai berikut : 1. Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai batas dinding terluar termasuk balkon dan mezanin, termasuk lantai dasarnya; 2. Luas lantai mezanin dihitung seperti yang ada hanya apabila luas mezanin tadi melebihi 50% dari luas lantai tipikalnya maka luas lantai mezanin dihitung sama dengan 100% luas lantai tipikalnya; 3. Bagi lantai mezanin yang luasnya lebih kecil dari 50% luas bangunan tipikalnya, tidak dihitung sebagai lantai bangunan pada perhitungan ketinggian bangunan tetapi luas lantai tersebut diperhitungkan pada perhitungan KLB; 4. Overstek yang melebihi lebar 1,5 meter dan bidang mendatarnya digunakan atau tidak digunakan sebagai lantai bangunan maka luas bidang datarnya dihitung penuh (100%); 5. Overstek yang lebarnya tidak lebih dari 1,5 meter dan bidang mendatarnya tidak digunakan sebagai lantai bangunan maka luas bidang mendatarnya tidak diperhitungkan; 6. Overstek yang lebarnya tidak lebih dari 1,5 meter dan bidang mendatarnya digunakan untuk lantai bangunan maka luas bidang mendatarnya dihitung penuh (100%); 7. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (basement) disamakan dengan batasan luas lantai dasar untu perhitungan KDB, tetapi lantai basement ini tidak diperhitungkan pada saat menghitung Luas Lantai Dasar untuk KDB; 8. Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah (basement) diperlakukan seperti luas lantai di atas tanah. Komponen Perhitungan KLB Perhitungan KLB berdasarkan pada luas tapak yang ada di belakang GSB, ditentukan sebagai berikut : 1. Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas lantai di atas tanah; 2. Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB asal tidak melebihi 50% dari KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50% terhadap KLB; 3. Lantai bangunan parkir diperkenankan mencapai 150% dari KLB yang ditetapkan; 4. Ramp dan tangga terbuka dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas lantai dasar yang diperkenankan; Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 7 5. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (basement) ditetapkan oleh Kepala Daerah.
KETI NGGIAN BANGUNAN I I I
Pengertian
Ketinggian Bangunan ialah suatu nilai yang menyatakan jumlah lapis/lantai (storey) maksimum pada petak lahan. Ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai (Lantai Dasar = Lantai 1) atau meter.
Perhitungan Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan sebagai berikut : 1. Ketinggian ruang pada lantai dasar ditentukan dengan fungsi ruang dan arsitektur bangunannya; 2. Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 meter, maka ketinggian bangunan dianggap sebagai dua lantai; 3. Mezanin yang luasnya 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai penuh 4. Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah, bangunan monumental, gedung olah raga, bangunan serba guna dan bangunan sejenis lainnya tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2); 5. Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi maksimum lantai dasar ditetapkan oleh instansi yang berwenang mengeluarkan I MB; 6. Pada bangunan rumah tinggal kopel, apabila terdapat perubahan atau penambahan pada ketinggian bangunan, harus tetap diperhatikan kaidah-kaidah arsitektur bangunan kopel. Ketentuan Teknis Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan sebagai berikut : 1. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi ruang dan arsitektur bangunannya; 2. Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 8 jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 meter, maka ketinggian bangunan dianggap sebagai dua lantai; 3. Mezanin yang luasnya 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai lantai penuh; 4. Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah, bangunan monumental, gedung oleh raga, bangunan serbaguna, dan bangunan sejenis lainnya tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2). 5. Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan oleh instansi yang berwenang mengeluarkan I MB; 6. Pada bangunan rumah tinggal kopel, apabila terdapat perubahan atau penambahan pada ketinggian bangunan harus tetap diperhatikan kaidah-kaidah arsitektur bangunan kopel; 7. Pada bangunan rumah tinggal, tinggi puncak atap bangunan maksimal 12 meter diukur secara vertikal dari permukaan tanah pekarangan, atau dari permukaan lantai dasar dalam hal permukaan tanah tidak teratur; 8. Kepala Daerah menetapkan kekecualian dari ketentuan pada butir (1) di atas bagi bangunan yang karena sifat atau fungsinya terdapat detail atau ornamen tertentu; 9. Tinggi tampak rumah tinggal tidak boleh melebihi ukuran jarak antara kaki bangunan yang akan didirikan sampai GSB yang berseberangan dan maksimal 9 meter; 10. Tinggi tampak bangunan rumah susun diatur sesuai pola ketinggian bangunan atau sesuai pedoman pembangunan yang berlaku; 11. Pada bangunan yang menggunakan bahan kaca pantul pada tampak bangunan, sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dengan memperhatikan tata letak dan orientasi bangunan terhadao matahari. Klasifikasi Klasifikasi ketinggian bangunan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 9 Tabel KLASI FI KASI KETI NGGIAN BANGUNAN
KETI NGGIAN BANGUNAN J UMLAH LANTAI KLB TI NGGI PUNCAK DARI LANTAI DASAR Sangat Rendah Tidak bertingkat dan < 2 KLB Maks = 2 x KDB < 12 m Rendah < 4 KLB Maks = 4 x KDB 12 20 m Sedang < 8 KLB Maks = 8 x KDB 24 36 m Tinggi > 9 KLB Maks = 9 x KDB > 40 m Sangat Tinggi > 20 KLB Maks = 9 x KDB > 84 m Sumber : Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota
KOEFI SI EN DASAR HI J AU I V
Pengertian Koefisien Dasar Hijau (KDH) Blok Peruntukan adalah rasio perbandingan luas ruang terbuka hijau blok peruntukan dengan luas blok peruntukan atau merupakan suatu hasil pengurangan antara luas blok peruntukan dengan luas wilayah terbangun dibagi dengan luas blok peruntukan. Batasan KDH dinyatakan dalam persen (%) Rumus :
atau KDH Blok = Luas Ruang Terbuka Hijau x 100% Luas blok peruntukan KDH Blok
= Luas blok peruntukan Luas wilayah terbangun x 100% Luas Blok Peruntukan Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 10
Penggunaan 1. Penentuan KDH adalah untuk menyediakan ruang terbuka hijau sebagai kawasan konservasi, untuk mengurangi erosi dan run off air hujan yang tinggi, serta menjaga keseimbangan air tanah 2. Ruang terbuka hijau / ruang bebas juga dipertimbangkan untuk penempatan jaringan utilitas umum Rencana blok peruntukan agar mempertimbangkan ruang bebas yang dapat ditempatkan di sepanjang garis belakang, depan, atau samping petak, untuk keperluan penempatan jaringan utilitas umum, seperti jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air kotor/limbah, jaringan drainase, dan jaringan air bersih; Ruang bebas yang diperlukan untuk keperluan penempatan jaringan utilitas umum tersebut adalah minimum 2 meter; Ruang bebas tersebut merupakan ruang yang dimiliki oleh masing-masing pemilik blok peruntukan, namun penggunaannya hanya untuk penempatan pelayanan jaringan utilitas umum. 3. Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harus dipergunakan sebagai unsur penghijauan dan atau daerah peresapan air hujan serta kepentingan umum lainnya Ketentuan Besarnya ruang terbuka hijau didasarkan pada luas lahan yang tidak boleh di-grading berdasarkan kemiringan lereng
Tabel LUAS LAHAN YANG TI DAK BOLEH DI OLAH BERDASARKAN KEMIRINGAN LERENG Persentase Luas Lahan yang Tidak Boleh Diganggu Kemiringan Lahan Pacifica Cincinnati 0 15% 32,5% 48% 15% 25% 62,5% 65% 25% 35% 92,5% 84% >35% 100% 100% Sumber : Simplified from City of Pacifica (1969), Hillside Development Policies for Pacifica,California prepared by Duncan and J ones Consultants, California, p.23-24, and, Hillside Trust (1991), A Hillside Protection Strategy for Greater Cincinnati : V.3, Development Guidelines for Greater Cincinnatis Hillside, The Hillside Trust, Cincinnati, p.61
Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 11
J ARAK BEBAS BANGUNAN V
Pengertian J arak bangunan yang diperbolehkan untuk dibangun dari batas daerah perencanaan
Ketentuan Perhitungan Tata letak bangunan di dalam suatu tapak harus memenuhi ketentuan tentang jarak bebas, yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian bangunan. 1. Bagian/unsur bangunan yang terletak di depan GSB yang masih diperbolehkan adalah: Detail atau unsur bangunan akibat keragaman rancangan arsitektur dan tidak digunakan sebagai ruang kegiatan; Detail atau unsur bangunan akibat rencana perhitungan struktur dan atau instalasi bangunan; Unsur bangunan yang diperlukan sebagai sarana sirkulasi. 2. Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai unsur penghijauan dan atau daerah peresapan air hujan serta kepentingan umum lainnya; 3. Pada cara membangun dengan bangunan renggang/ tidak padat, sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang tidak dibangun pada kedua sisi samping kiri, kanan, atau bagian belakang yang berbatasan dengan pekarangan; 4. Pada bangunan renggang bukan rumah tinggal, jarak bebas samping kiri kanan maupun jarak belakang ditetapkan 4 meter pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai, jarak bebas di atasnya ditambah 0,5 meter dari jarak bebas terjauh 12,5 meter, kecuali untuk bangunan rumah tinggal; 5. Instansi yang menerbitkan Ijin Mendirikan Bangunan dapat menetapkan pola dan atau detail arsitektur bagi bangunan yang berdampingan atau berderet termasuk perubahan dan atau penambahan bangunan.
Lampiran 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan L11 - 12
Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2009 TANGGAL: 24 Juni 2009 Tentang PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA NON HIJAU DI WILAYAH KOTA/KAWASAN PERKOTAAN
PUSTAKA Virtual Tata Ruang dan Pertanahan (Pusvir TRP)