You are on page 1of 94

Buku Ajar

Jurusan Teknik Konversi Energi



SISTEM PENDINGIN PEMBANGKIT



Dikumpulkan oleh
Bambang puguh M







Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Bandung
2012





Kata Pengantar
Pada pembangkit tenaga listrik, system pelepasan kalor sebagai
konsekwensi dari tuntutan system mutlak diperlukan, bahkan system pelepasan
kalor harus di maintain dengan baik untuk menjaga agar kinerja system bisa
optimal. Proses pelepasan kalor di pembangkit ini lebih popular dikenal dengan
Sistem Pendingin Pembangkit. Sistem pendinginan pada pembangkit adalah
pelepasan panas ke lingkungan sekitarnya.
Dalam buku ini dijelaskan bagaimana system pembangkit melepaskan ke
lingkungan antara lain udara, sungai, danau dan laut.
Buku ini di tulis untuk melengkapi buku yang sudah ada sebagai bacaan
penunjang pada matakuliah Sistem Pendingin Pembangkit di Program Studi
Teknik Pembangkit Energi Listrik politeknik Negeri Bandung.
Penulis berharap semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca.
Salam Energi

Penulis






BAB I
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Industri pembangkit tenaga listrik adalah industri yang berperan memproduksi
dan membangkitkan energi listrik dari berbagai sumber tenaga, seperti PLTD, PLTU,
PLTA dan sumber tenaga lainnya. Dalam melakukan kerjanya, sumber tenaga ini
menggerakan sudu sudu turbin sehingga poros generator berputar dan menghasilkan
energi listrik. Seperti halnya pada pembangkit listrik tenaga uap, berbagai jenis bahan
bakar seperti batu bara, solar dan lainnya merupakan sumber panas yang bertugas
menguapkan air didalam boiler, kemudian uap dialirkan menuju turbin dan
berekspansi didalam turbin sehingga menggerakan sudu sudu turbin. Hal yang sama
dilakukan oleh pembangkit listrik tenaga nuklir, panas bumi dimana dalam prosesnya
adalah mengalirkan energi uap menuju turbin. Berbeda dengan pembangkit listrik
tenaga air, dimana sumber air dari bendungan dialirkan melalui pipa pesat menuju
turbin untuk menggeakan sudu sudu turbin. Sedangkan pada pembangkit listrik tenaga
diesel memperlihatkan system yang berbeda, dimana energi bahan bakar
dipergunakan untuk proses pembakaran pada engine sehingga poros utama engine
berputar dan menggerakkan generator.
Pada beberapa proses pembangkit tersebut terlihat dari berbagai sumber
tenaga dan sumber energi bahan bakar pada akhirnya bermuara pada bekerjanya
generator untuk menghasilkan listrik. Dari total sumber tenaga yang didefinisikan
sebagai sumber energi masuk 100%, maka keluaran yang dihasilkan generator bila
dinilai dari sumber energi masuk jauh dibawah angka 100%. Inilah yang disebut
sebagai efisiensi sistem, dimana nilai efisiensi untuk berbagai sistem pembangkit
tenaga listrik berbeda beda. Nilai efisiensi ini menunjukan bahwa sejumlah energy
masuk sebesar 100% dirubah menjadi energi keluaran dalam bentuk energy listrik dan
keluaran lainnya. Salah satu keluaran lainnya ini adalah sejumlah panas untuk
memenuhi persyaratan sisten harus dibuang dan dilepas ke lingkungan sehingga sisten
ini dapat bekerja dengan baik.
Pada system PLTN, PLTP, PLTU, fluida kerja yang digunakan adalah uap
sebagai sumber tenaga penggerak turbin. Persyaratan system mengharuskan setelah
uap berekspansi dalam turbin selanjudnya diembunkan didalam kondensor. Pada
proses kondensasi ini diperlukan media fluida bertemperatur dingin untuk untuk
proses kondensasi dan selanjudnya panas dilepas ke lingkungan.
Adakah proses pelepasan panas pada system yang bekerja pada PLTA.
Sepintas apabila kita mendengar pembangkit listrik tenaga air, dimana sumber tenaga
yang bekerja adalah air untuk berekpansi didalam turbin selanjudnya air dilepas
keluar maka seakan tidak ada kebutukan dan keharusan pelepasan panas. Akan tetapi
bila kita kaji lebih mendalam, bagaimana proses bekerjanya turbin dan generator
maka terlihat ada proses pembangkitan panas. Proses pembangkitan panas ini bila
tidak dirawat maka akan terjadi kemaikan temperature pada system tersebut sehingga
berdapmak pada kinerjanya. Pada kondisi ini maka diperlukan system pelepasan
panas secara kontinyu agar system bekerja bengan aman.
Lain halnya pada system pembangkit lstrik tenaga diesel. Pada pembangkit
listrik tenaga diesel terlihat jelas bahwa pada proses pembakaran yang terjadi pada
mesin diesel menimbulkan panas, sehingga diperlukan system pendingin untuk
menjamin mesin diesel beroperasi dengan aman.



















BAB II
BAGIAN UTAMA SISTEM PENDINGIN
Prinsip pendinginan pada system pembangkit listrik adalah proses
menurunkan temperature fluida kerja dalam hal ini utamanya uap. Namun kenyataan
sebenarnya yang diharapkan adalah proses perubahan fasa dari fasa uap ( Air-uap)
menjadi cair, sehingga sehingga proses yang terjadi adalah proses pengembunan
(kondensasi). Proses kondensasi terjadi apabila ada perpindahan panas dari fluida
kerja (uap) dan melepaskan sejumlah kalor kepada media pendingin, sehingga proses
pengembunan ini terjadi karena terjadinya penurunan temperature.
Media pendingin umumnya menggunakan air, disamping beberapa system ada
yang menggunakan udara. Pemilihan air utamanya adalah karena pada daerah tertentu
mudah didapat dab biayanya sangat murah. Selain itu pertimbangan utama adalah ait
bertemperatur lebih rendah disbanding temperature udala lingkungan.
Secara umum beberapa tipe pembangkit menggunakan kondensor khususnya
pada pembangkit yang menggunakan fluida kerja uap antara lain PLTU, PLTN,
PLTP, sehingga cara pembahasan system pendingin utamanya adalan serupa hanya
pada PLTD dan PLTG serta beberapa pembangkit lainnya yang tidak memerlukan
kondensor, sehingga perlu kiranya sebelum mengenal system pendingin pada berbagai
pembangkit perlu diperkenalkan terlebih dahulu komponen utama system pendingin
yaitu ondensor dan cooling tower.
2.1 Kondensor
Kondensor merupakan komponen sistem pendingin yang sangat penting dalam
siklus pembangkit listrik tenaga uap. Dalam sistem pembangkit energi, aliran uap air
yang keluar turbin melepaskan kalor pada kondensor. Uap ini dikondensasikan
menjadi fasa cair (air) untuk dipompakan kembali ke pembangkit uap.


Gambar 2.1 Diagram alir PLTU

Uap keluaran dari turbin dikondensasikan oleh alat kondensor menjadi air
kondensat. Kondensor merupakan komponen pendingin yang sangat penting yang
berfungsi untuk memaksimalkan efisiensi pada turbin uap, oleh karena itu tekanan
dan temperatur pada keluaran uap air diusahakan serendah mungkin sehingga
diperoleh beda tekanan optimum pada turbin. Untuk itu, uap air yang keluar dari
turbin yang telah bertekanan rendah perlu dilewatkan kondensor yang akan
dikondensasikan menjadi air kondensat. Pada kondensor ini, terjadi pelepasan kalor
secara kondensasi dan kalor sensibel. Pada instalasi PLTU umumnya menggunakan
kondensor tipe permukaan (surface condenser), tipe kondensor ini merupakan jenis
shell-tube yang-mana air pendingin disirkulasikan melalui tube. Uap keluar (exhaust
steam) dari turbin masuk ke sisi-shell kondensor yang bertekanan rendah
dikondensasikan dan dikonversikan menjadi air kondensat pada bagian luar
permukaan tube. Kondensor biasanya menggunakan sirkulasi air pendingin dari
menara pendingin (cooling tower) untuk melepaskan kalor ke atmosfir, atau once-
through water dari sungai, danau atau laut.
Uap air yang keluar dari turbin akan kehilangan energinya yang selanjutnya
dikondensasikan dan didinginkan oleh kondensor untuk dikembalikan sebagai
umpan air ke pembangkit uap. Kondensor ini terletak di bawah turbin, Pendinginan
pada kondensor ini menggunakan sirkulasi mengalirkan air dari menara pendingin
atau sistem once-through dari sumber air pendingin eksternal.
Secara umum, terdapat berbagai macam kondensor sesuai untuk aplikasi
steam power plant, chemical-prossesing plant dan nuclear power plant. Pada
prinsipnya terdapat 2 kelompok tipe kondensor yaitu tipe spray dan tipe surface. Tipe
Spray menggunakan kontak langsung air pendingin dengan uap. Air pendingin
disebarkan di dalam kondensor dalam bentuk semprotan air. Tipe ini biasanya
menggunakan dry cooling towers. Sebagian kondensat dari kondensor disirkulasikan
melalui dry cooling tower dan dikembalikan ke kondensor. Kondensor permukaan
pada dasarnya merupakan tipe shell-tube heat exchanger yang terdiri dari water boxes
untuk mengalirkan air pendingin ke dan dari horizontal tubes. Tube dirangkai pada
tube sheets dan didukung oleh tube support plates. Jumlah tube cukup banyak untuk
transfer kalor yang besar. Water boxes dilengkapi dengan kanal pemisah sehingga
dapat mengalirkan air pendingin pada sisi-masuk dan keluar.
Pada kondensor tipe surface horizontal,terdapat berbagai tipe aliran di sisi-
shell diantaranya tipe E, G, H, J dan X. Kondensor tipe-X paling banyak digunakan
untuk operasi vakum dan volume uap yang cukup besar untuk power-plant. Area
aliran yang luas dan rugi tekanan yang rendah, sangat penting dalam sistem operasi
vakum (untuk menghindari penurunan temperatur saturasi). Pada tipe-X juga
dilengkapi dengan tube support untuk melindungi vibrasi dan distribusi uap yang
baik. Kondensor horisontal pada umumnya yang merupakan jenis kondensor
permukaan yang paling mudah estimasi desainnya dan memiliki kemampuan beban
yang besar dan temperatur kondensasi yang rendah untuk menghasilkan efisiensi yang
tinggi. Temperatur kondensasinya di atas temperatur air pendinginnya atau sekitar
tekanan saturasi 0,048 bar-absolut, oleh karena itu hanya terjadi rugi tekanan yang
kecil. Kondensor tipe horisontal ini memiliki luas permukaan yang lebih besar dan
rugi tekanan yang rendah. Sistem ventilasi yang baik dan rugi tekanan yang rendah
merupakan faktor penting pada desainkondensor ini. Bejana sisi-shell dapat
berbentuk box atau silinder yang dapat dilengkapi dengan sistem sub-cooler.
Kondisi sub-cooling pada kondensat ini diperlukan untuk mendapatkanoperasipompa
yang aman terhindar dari kavitasi.


.

Gambar 2.2. Surface Condenser horizontal

Kondensor Uap (steam condenser) pada PLTU merupakan alat pemindah-kalor yang
memiliki ribuan tube. Uap terkondensasi ketika melalui bundel tube dan kontak
dengan permukaan tube tersebut. Kondensor terdiri dari bagian bejana shell yang
merupakan sisi-luar dan rangkaian tube pada bagian dalam sebagaimana ditampilkan
pada Gambar 2. Material Shell biasanya terbuat dari plate carbon steel. Selain itu,
hal yang juga sangat penting adalah penggunaan konstruksi/ bahan material pada tube,
water box sisi-shell dan komponen yang berinteraksi dengan uap air. Faktor dan
karakteristik yang penting adalah :
1. Proses kondensasi
2. Kondisi pendingin
3. Tekanan kondensasi
4. Sifat Korosi pendingin
5. Rentang temperatur
6. Ekspansi material dan aspek keselamatan.
7. Pengendalian kondensat
Fungsi utama dari kondensor pada PLTU adalah untuk merubah uap dari keluaran
turbin dialirkan melalui bundel tube untuk dikondensasikan menjadi fasa cair (air).
Temperatur kondensat menentukan tekanan di dalam sisi-shell kondensor. Tekanan
yang selalu dijaga lebih rendah dari atmosfir (vakum) ini disebut sebagai turbine
backpressure. Penurunan temperatur kondensat akan menghasilkan turbine
backpressure yang rendah, sehingga penurunan ini dapat menaikkan efisiensi turbin.
Kondensor juga mempunyai fungsi lain yaitu menampung kondensat pada hot-well
pada bagian bawah kondensor sebagai sisi- hisap pompa sekunder disamping juga
menampung gas yang tidak terkondensasi (non condensible gas).
Dalam operasi kondensor, terdapat gas atau udara terlarut dari atmosfir ke dalam
sistem siklus uap (steam-cycle equipment) maupun dari zat kimia yang terdapat pada
chemicals feedwater treatment. Udara tidak terkondensasi ini berada dibalik header
tube ketika terjadi kondensasi uap. Udara ini akan terakumulasi apabila tidak
dikeluarkan dari sistem kondensor. Oleh karena itu fitur yang juga penting pada
kondensor adalah terdapatnya fasilitas ventilasi untuk pemindah udara tidak
terkondensasi. Catatan bahwa kandungan udara tidak terkondensasi dapat mengurangi
koefisien kondensasi. Othmer menyampaikan bahwa 1% udara tercampur ke dalam
volume uap maka dapat menurunkan koefisien kondensasi 56% oleh karena itu gas
yang terakumulasi ini tidak dapat ditoleransi selama operasi kondensor. Sistem
kondensor uap yang terdapat pada instalasi power-plant, secara umum
menggunakan prinsip perhitungan koefisien transfer kalor pada sisi-tube dan sisi-
shell. Ketika uap masuk ke kondensor, maka akan memberikan kalor latent
kondensasi isotermal yang merubah fasa uap menjadi cair. Setelah uap terkondensasi,
air saturasi ini mengalir dan terkumpul pada bottom (hot-well) kondensor. Kondisi
subcooling oleh subcooler terpisah (separate subcooler) juga data diperlukan untuk
melindungi kavitasi pada pompa kondensat. Pada umumnya dalam desain temperatur
uap keluar turbin (discharge temperature) tidak lebih dari 158
o
F (70
o
C) hal ini karena
temperatur yang lebih tinggi cenderung memberikan trouble deposit kerak.
Sementara itu pengalaman dalam pengoperasian alat kondensor membuktikan bahwa
kasus korosi telah mengakibatkan banyak trouble. Biasanya korosi terutama
cenderung terjadi pada saltwater cooling system (SWCS) sistem pendingin tersier
yang menggunakan air laut sebagai pendingin.

2.1.1 Transfer Kalor
Perhitungan desain untuk alat penukar kalor kondensor pada dasarnya adalah
menentukan koefisien transfer kalor dan luasan transfer kalor (heat transfer area, A).
persamaan berikut ini yang digunakan ,

. (1)

Dalam hal ini koefisien transfer kalor, menggunakan nilai overall heat transfer
coefficients (Uo) yang merupakan gabungan dari faktor konstituen berdasarkan
penurunan temperatur (temperature drop), Uo merupakan kombinasi koefisien
konveksi pada permukaan kedua sisi.
Pada kondensor, jumlah kalor untuk melakukan kondensasi uap adalah;

(2)

selanjutnya persamaan konstitutif untuk pendinginan dan perubahan temperatur
keluarmasuk aliran pendingin melalui tube :

.(3)

mc dan mp adalah laju aliran uap dan air pendingin, (i
i
-i
o
)=, kalor latent
kondensasi, dan cp : kalor spesifik pendingin, (t
o
-ti) = beda temperatur keluar dan
masuk pendingin. Gambar 3 menunjukkan contoh profil temperatur pada kondensor.


Gambar 2.3. Profil temperatur Pada Kondensor

Nilai LMTD yang merupakan beda temperatur logaritmik antar fluida diekspresikan
oleh persamaan berikut,

Untuk koefisien transfer kalor air pendingin pada sisi-tube menggunakan korelasi
Dittus-Boelter untuk mendefinisikan Nusselt Number, Nu yakni:



ht= koef.transfer kalor pendingin
dt = diameter tube,
kt = konduktifitas termal.



Gambar 2.4. Kondensasi pada tube horizontal

Persamaan ini didasarkan data eksperimental ekstensif pada rentang angka Reynold
10.000 120.000. Proses kondensasi di permukaan luar tube horisontal, merupakan
model kondensasi film (film-wise) sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2.4

Untuk menghitung koefisien kondensasi uap di luar tube horisontal (sisi-
shell)menggunakan korelasi kondensasi film berikut ini [8] :



Dalam perhitungan sistem kondensasi film ini merupakan bentuk yang umum lazim
digunakan dan cukup memuaskan. Namun di beberapa kasus kondensasi, terjadi
tetesan kondensat yang tersisa pada permukaan kemudian jatuh dan tanpa menyebar
melalui seluruh permukaan. Dalam model kondensasifilm itu sendiri dapat
mengakibatkan resistansi laju transfer kalor, sehingga laju transfer kalor pada
kondensasi film ini diharapkan lebih rendah dari pada laju transfer kalor pada
kondensasi tetesan (drop condensation). Laju transfer kalor permukaan (surface heat-
transfer rates) untuk kondensasi butiran lebih besar puluhan kali dibanding laju
kondensasi film.Selanjutnya Uo dihitung dengan persamaan (7) berikut,


keterangan,
kc, c, c = konduktifitas termal, densitas dan viskositas kondensat,
Re (Angka Reynolds) =dtube.v./,
Pr (Angka Prandtl) =cp./k,
g = percepatan gravitas,
tc = temperatur saturasi uap,
twall. = temperatur dinding tube,
Rd = faktor resistansi,
Ht = koef.transfer kalor sisi tube,
Hs = koef.transfer kalor kondensasi.

2.2 COOLING TOWER
2.2.1 Definisi Cooling Tower
Secara umum cooling tower dapat dikategorikan sebagai pendingin evaporatif yang
digunakan untuk mendinginkan air atau media kerja lainnya sampai bertemperatur
mendekati temperatur bola basah udara sekitar. Kegunaan utama dari cooling tower
adalah untuk membuang panas yang diserap akibat sirkulasi air sistem pendingin yang
digunakan pada pembangkit daya, kilang petroleum, pabrik petrokimia, pabrik
pemrosesan gas alam, pabrik makanan, pabrik semikonduktor, dan fasilitas-fasilitas
industri lainnya.(www.wikipedia.org, 2002)
Jika suatu pabrik tidak dilengkapi dengan cooling tower dan hanya menggunakan
sirkulasi air pendingin sekali pakai, air pendingin yang telah digunakan dan
mengalami kenaikkan temperatur selanjutnya dibuang ke laut, danau atau sungai yang
ditentukan. Pembuangan sejumlah air hangat tersebut dapat meningkatkan temperatur
sungai atau danau tersebut sehingga dapat merusak ekosistem lokal. Cooling tower
dapat digunakan untuk membuang panas ke atmosfir sebagai pengganti angin serta
difusi udara yang menyebarkan panas ke area yang lebih luas. Sistem operasi dari
cooling tower ditunjukkan pada gambar 1.



Gambar 2.5 . Sistem operasi cooling tower

2.2.2 Klasifikasi Cooling Tower
Cooling tower dapat diklasifikasikan menurut beberapa hal, antara lain:
1. Menurut metode perpindahan panas
a. Wet cooling tower (cooling tower basah)
Pada cooling tower jenis ini, air panas didinginkan sampai pada
temperatur yang lebih rendah dari temperatur bola basah udara sekitar,
jika udara relatif kering. Seperti udara jenuh yang melewati aliran air,
kedua aliran akan relatif sama. Udara, jika tidak jenuh, akan menyerap
uap air lebih banyak, meninggalkan sedikit panas pada aliran air.
b. Dry cooler (pendingin kering)
Cooling tower ini beroperasi dengan pemindahan panas
melewati permukaan yang memisahkan fluida kerja dengan udara
ambient. Dengan demikian akan terjadi perpindahan panas konveksi
dari fluida kerja, panas yang dipindahkan lebih besar daripada proses
penguapan.
c. Fluid cooler (pendingin fluida)
Pada cooling tower ini saluran fluida kerja dilewatkan melalui
pipa, dimana air hangat dipercikkan dan kipas dihidupkan untuk
membuang panas dari air. Perpindahan panas yang dihasilkan lebih
mendekati ke cooling tower basah, dengan keuntungan seperti pada
pendingin kering yakni melindungi fluida kerja dari lingkungan
terbuka.

2. Menurut metode pembangkitan aliran udara



Gambar 2.6. Natural Draft Cooling Tower
a. Natural draft (penggerak udara alami)
Udara dialirkan dengan memanfaatkan gaya buoyancy
melewati cerobong yang tinggi. Udara campuran secara alami
meningkat sampai terjadi perbedaan densiti dengan udara kering,
pendingin udara luar. Udara campuran panas memiliki densiti yang
lebih kecil daripada udara yang lebih kering pada temperatur dan
tekanan yang sama. Buoyancy udara campuran tersebut menghasilkan
arus udara melewati menara.
b. Mechanical draft (penggerak udara mekanik),



Gambar 2.7. Multi-cell Mechanical Draft Cooling Tower


Menara draft mekanik memiliki fan yang besar untuk
mendorong atau mengalirkan udara melalui air yang disirkulasi. Air
jatuh turun diatas permukaan bahan pengisi, yang membantu untuk
meningkatkan waktu kontak antara air dan udara. hal ini membantu
dalam memaksimalkan perpindahan panas diantara keduanya. Menurut
letak kipasnya jenis ini terbagi menjadi dua, antara lain:

1. Induced draft
Kipas pada cooling tower ini berada di bagian keluaran yang
menghisap udara melintasi menara. Hal ini menghasilkan kecepatan
udara masukan rendah dan kecepatan udara keluaran yang tinggi,
sehingga mengurangi kemungkinan resirkulasi udara.
2. Forced draft
Pada cooling tower ini kipas terletak pada bagian masukan
tower, sehingga menyebabkan kecepatan udara yang tinggi pada
bagian masukan dan kecepatan yang rendah pada bagian keluaran.
Kecepatan yang rendah pada bagian keluaran menyebabkan lebih
mudah terjadi resirkulasi udara. Kerugian lainnya desain penggerak
paksa membutuhkan daya motor yang lebih tinggi daripada desain
kipas pada tipe induced draft. Keuntungan penggerak paksa adalah
kemampuannya dalam bekerja pada tekanan statik yang tinggi.
3. Menurut arah aliran udara terhadap aliran air
a. Aliran crossflow
Pada tipe ini, aliran udara bergerak memotong secara
tegak lurus terhadap aliran air pada bahan pengisi. Kemudian
udara melintasi menara melalui bagian keluaran udara akibat
gaya tarik dari fan yang berputar. Gambar 2 menunjukkan
desain tipe cooling tower dengan aliran crossflow.


Gambar 2.8. Cooling tower tipe aliran crossflow

b. Aliran counterflow
Pada tipe ini, aliran udara pada saat melewati bahan
pengisi (fill material) sejajar dengan aliran air dengan arah
yang berlawanan. Gambar 3 menunjukkan desain tipe cooling
tower dengan aliran counterflow.

Gambar 2.9. Cooling tower tipe aliran counterflow

2.2.3 Komponen Cooling Tower
Komponen dasar sebuah cooling tower meliputi rangka dan wadah, bahan
pengisi, kolam air dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louver, nosel dan
fan.
Rangka dan wadah
Menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup luar
(wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya.
Bahan Pengisi
Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastik atau
kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan kontak udara
dan air. Terdapat dua jenis bahan pengisi:
1. Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash fill
Air jatuh diatas lapisan yang berurut dari batang pemercik horisontal,
secara terus menerus pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, sambil
membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan pengisi percikan dari plastik
memberikan perpindahan panas yang lebih baik daripada bahan pengisi
percikan dari kayu.
2. Bahan pengisi berbentuk film
Terdiri dari permukaan plastik tipis dengan jarak yang berdekatan
dimana diatasnya terdapat semprotan air, membentuk lapisan film yang tipis
dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat berbentuk datar,
bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi film lebih
efisien dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang lebih
kecil daripada bahan pengisi jenis splash.

Gambar 2.10. Bahan pengisi berbentuk film
Kolam air dingin
Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah menara, dan
menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan pengisi. Kolam
biasanya memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk pengeluaran air dingin.
Drift eliminator
Alat ini berfungsi untuk menangkap tetes-tetes air yang terjebak dalam aliran
udara supaya tidak hilang ke atmosfir. Saat ini hampir kebanyakan spesifikasi
pengguna akhir mengasumsikan kehilangan karena kerugian ini sebesar 0,02%.
(www.energyefficiencyasia.org, 2004)


Gambar 2.11. Drift eliminator
Saluran udara masuk
Merupakan titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masuk bisa berada
pada seluruh sisi menara (desain aliran crossflow) atau berada di bagian bawah
menara (desain aliran counterflow).
Louver
Pada umumnya, menara dengan aliran crossflow memiliki saluran masuk
louver. Kegunaan louver adalah untuk menyamakan aliran udara ke bahan pengisi dan
menahan air dalam menara. Material yang sering digunakan untuk louver adalah
asbes. Beberapa desain untuk menara aliran counterflow tidak memerlukan louver.

Gambar 2.12. Louver
Nosel
Alat ini menyemprotkan air untuk membasahi bahan pengisi. Distribusi air
yang seragam pada puncak bahan pengisi adalah penting untuk mendapatkan
pembasahan yang benar dari seluruh permukaan bahan pengisi. Nosel dapat dipasang
dan menyemprot dengan pola bundar atau segi empat, atau dapat menjadi bagian dari
rakitan yang berputar seperti pada menara dengan beberapa potongan lintang yang
memutar.


Gambar 2.13. Nosel
Fan
Fan aksial (jenis baling-baling) dan sentrifugal keduanya digunakan dalam
menara. Umumnya fan dengan baling-baling/propeller digunakan pada menara
induced draft dan baik fan propeller dan sentrifugal dua-duanya ditemukan dalam
menara forced draft. Tergantung pada ukurannya, jenis fan propeller yang digunakan
sudah dipasang tetap atau dengan dapat dirubah-rubah/ diatur. Sebuah fan dengan
baling-baling yang dapat diatur tidak secara otomatis dapat digunakan diatas range
yang cukup luas sebab fan dapat disesuaikan untuk mengirim aliran udara yang
dikehendaki pada pemakaian tenaga terendah. Baling-baling yang dapat diatur secara
otomatis dapat beragam aliran udaranya dalam rangka merespon perubahan kondisi
beban. (www.spxcooling.com, 2006)


Gambar 2.14. Fan aksial

D. Analisa Performansi Cooling Tower
Performansi cooling tower dievaluasi untuk mengetahui tingkat approach dan
range yang terjadi terhadap nilai desain, mengidentifikasi area terjadinya pemborosan
energi dan memberikan saran perbaikan. Untuk mengukur performansi maka perlu
diketahui beberapa parameter operasional cooling
tower,antara lain:
Suhu udara wet bulb (Twb)
Suhu udara dry bulb (Tdb)
Suhu air masuk menara pendingin (Tw,in)
Suhu air keluar menara pendingin (Tw,out)
Suhu udara keluar (Ta,out)
Laju aliran massa air (L)
Laju aliran massa udara (G)

Sedangkan performansi dari cooling tower yang ditinjau antara lain:
a) Range
Merupakan beda antara suhu air masuk dan keluar cooling tower. Range yang
tinggi menunjukkan bahwa cooling tower mampu menurunkan suhu air secara efektif,
dan kinerjanya bagus. Secara matematis nilai range dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (1) sebagai berikut:

Range (C) = Tw,in Tw,out (1)
b) Approach
Merupakan beda antara suhu air dingin keluar cooling tower dan suhu wet
bulb ambien. Semakin rendah approach semakin baik kinerja cooling tower.
Approach merupakan indikator yang lebih baik untuk kinerja cooling tower.
Persamaan (2) digunakan untuk mengetahui nilai approach yang dapat dicapai oleh
cooling tower.

Approach (C) = Tw,out Twb (2)

Merupakan perbandingan antara range dan range ideal (dalam persentase),
yaitu perbedaan antara suhu masuk air pendingin dan suhu wet bulb ambien, atau
dengan kata lain:

d) Kapasitas Pendinginan (Qw)
Merupakan jumlah panas yang dibuang dari air, sebagai hasil dari kecepatan
aliran masa air, panas spesifik (cpw) dan perbedaan suhu.

Qw (kW) = (4)
e) Rugi Penguapan (E)
Merupakan jumlah air yang diuapkan agar terjadi pendinginan. Jumlah air yang
menguap dipengaruhi oleh panas laten air (hfg) itu sendiri:

E (kg/s) = (5)
E (m3/jam) = x vf x 3600 (6)
f) Rugi Blowdown (B)
Rugi blowdown adalah kerugian yang diakibatkan oleh pembuangan sejumlah air
sirkulasi untuk mencegah terjadinya konsentrasi larutan atau zat-zat lain pada air
sirkulasi. Akibat konsentrasi larutan tersebut, maka larutan akan menjadi gumpalan-
guimpalan yang dapat menyumbat saluran air sirkulasi, sehingga proses sirkulasi air
terganggu. Besar nilai blowdown yang dibutuhkan bergantung pada range
pendinginan yang dihasilkan dan komposisi zat-zat yang ada pada air make-up (suplai
air pengganti). Tabel 1 menunjukkan nilai persentase blowdown menurut nilai
konsentrasi air dan range pendinginan yang terjadi.

Tabel 2.1. Persentase blowdown (Marley Corp.)



g) Drift Loss (D)
Yaitu kerugian massa air akibat terbawa aliran udara yang melintasi cooling
tower. Jumlah drift loss terjadi relatif dan dapat diperkecil dengan penggunaan drift
eliminators pada cooling tower. Berikut nilai persentase untuk drift loss yang dapat
dipakai saat informasi nilai persentase drift loss yang direkomendasikan dari pabrikan
tidak diketahui.

D = 0.3 1.0 persen dari L untuk cooling tower penggerak udara alami (natural draft)
tanpa drift eliminators
D = 0.1 0.3 persen dari L untuk induced draft cooling tower tanpa drift eliminators
D = sekitar 0.005 persen dari L (atau kurang) jika cooling tower dilengkapi
dengan drift eliminators.
h) Laju Aliran Air Pengganti (Make-up)
Merupakan suplai air pengganti akibat kerugian air untuk terjadinya proses
pendinginan. Laju aliran air make-up minimum yang diperlukan merupakan
jumlah akumulasi total kerugian yang terjadi.
Make-up = B + D + E (7)
i) Perbandingan Cair/Gas (L/G)
Perbandingan L/G menara pendingin merupakan perbandingan antara laju aliran
massa air dan udara. Menara pendingin memiliki nilai desain tertentu, namun variasi
karena musim memerlukan pengaturan dan perubahan laju aliran air dan udara untuk
mendapatkan efektivitas terbaik menara pendingin. Aturan termodinamika
menyatakan bahwa panas yang dibuang dari air sama dengan panas yang diserap oleh
udara sekitarnya. Oleh karena itu persamaan berikut dapat digunakan:

L.cp,w(Tw,in Tw,out) = G(ha,out ha,in) (8)
(9)
Dimana:
ha,out = entalpi udara keluaran (kJ/kg)
ha,in = entalpi udara masukan (kJ/kg)




















BAB III
SISTEM PENDINGIN PADA PLTU
PLTU adalah Pembangkit Listrik dengan penggerak utama turbin uap, dimana
uap tersebut diproduksi oleh ketel melalui proses pembakaran. Ciri fisik yang paling
menonjol dari pembangkit listrik tenaga uap modern (selain cerobong asap) adalah
generator uap atau boiler, seperti yang terlihat pada Gambar, dimana proses
pembakaran, dari bahan bakar (fosil, minyak, gas alam, atau batubara memanaskan air
sehingga meningkatkan suhu air sampai temperature cair jenuh, kemudian
menguapkan air untuk membentuk uap jenuh dan selanjudnya meningkatkan suhu uap
sampai kondisi uap superheat.


Gambar 3.1. Pembangkit listrik tenaga uap

Dalam siklus Rankine sederhana, uap mengalir ke turbin, di mana sebagian dari
energi diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan oleh poros untuk
menggerakkan generator listrik. Setelah uap berekpansi didalam turbin kemudian
mengalir keluar dari turbin dan mencair di kondensor. Sebuah pompa air umpan
mengalirkan air ke generator uap. Panas yang dilepas dari kondensor selanjudnya
disalurkan ke unit pelepas panas dan dibuang ke atmosfir, sungai, danau ataupun laut.


Gambar 3.2 Siklus Rankin sederhana

Persamaan aliran per satuan massa uap














Efisiensi Thermal siklus Rankine didefinisikan sebagai:







i e out in out in
h h w w q q
kg kJ
Pump
0 q

1 2 1 2 ,
P P v h h w
in pump

where 1 @ 1 P f
h h
1 @ 1 P f
v v v
Boiler
0 w
2 3
h h q
in

Turbine
0 q

4 3 ,
h h w
out turbine

0 w
1 4
h h q
out

Condenser
in
out
in
net
th
q
q
q
w
1
in pump out turbine out in net
w w q q w
, ,




3.1 Sistem Pendinginan dengan Air Laut
Penggunaan air laut sebagai media pendingin pada sistem air pendingin utama
PLTU berpotensi menimbulkan korosi dan menimbulkan fouling pada peralatan
sistem air pendingin utama, mengingat pada air laut tersebut terdapaat
mikroorganisme dan biota laut seperti teritip, karang, ganggang, tiram dan jenis
tumbuhan laut lainnya yang menjadi penyebab utama terjadinya fouling.
Untuk mengantisipasi tejadinya fouling tersebut maka sebelum air laut melakukan
proses pendinginan, dilakukan beberapa treatment diantaranya dilakukan
penginjeksian chlorine yang bertujuan untuk melemahkan mikroorganisme dan biota
laut agar tidak menempel pada saluran pipa, kemudian setelah itu air laut dilewatkan
ke screening plant yang berfungsi untuk menyaring benda-benda padat dan biota laut.
Tetapi pada kenyataannya penginjeksian chlorine ataupun screening plant masih
dinilai kurang efektif mengingat masih banyak terdapat fouling pada beberapa
peralatan sistem air pendingin utama. Maka untuk itu sebagai pencegahan terjadinya
fouling digunakan sebuah peralatan tambahan yang disebut Impressed Current Anti-
Fouling (ICAF).
Fungsi ICAF adalah untuk mencegah atau menghambat tumbuhnya fouling,
dimana dalam hal ini fouling disebabkan oleh biota laut, seperti teritip, kerang,
ganggang, tiram dan jenis tumbuhan laut lainnya.. ICAF tergolong metode terbaru
untuk pencegahan pertumbuhan fouling yaitu dengan menggunakan impressed
current. Metode ini diterapkan untuk menghambat tumbuhnya fouling pada lambung
kapal atau pun pada sistem pendingin suatu kapal seperti halnya yang telah diterapkan
pada sistem pendingin salah satu kapal perang korvet kelas sigma yang dimiliki oleh
TNI AL. Beracuan dengan hal tersebut maka tidak menutup kemungkinan jika metode
ICAF ini juga dapat digunakan sebagai tambahan pencegahan terjadinya fouling
seperti pada sistem air pendingin utama di PLTU Paiton khususnya pada unit 1 dan 2
yang menggunakan air laut sebagai media pendingin utamanya. Fouling ini sangatlah
merugikan jika terdapat pada peralatan sistem air pendingin utama diantaranya adalah
dapat mengurangi aliran air laut, mengurangi efisiensi alat penukar kalor, korosi pada
pipa kondensor, dan membutuhkan biaya untuk pembersihan fouling tersebut.

3.1.1. Penggunaan Klorin Sebagai Media Penanggulangan Fouling
Klorin (Cl
2
) merupakan salah satu unsur yang ada dibumi dan jarang dijumpai
dalam bentuk yang bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat
dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam nantrium klorida (NaCl) atau
dalam bentuk ion klorida di air laut. Dalam kehidupan manusia, klorin memegang
peranan penting yaitu banyak benda-benda yang kita gunakan setiap hari mengandung
klorin seperti peralatan rumah tangga, alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi,
pendingin, semprotan pembersih, pelarut dan berbagai produk lainnya.
Klorin pertama kali pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari
Swedia, Carl Wilhem Scheele pada tahun 1774, dengan meneteskan sedikit larutan
asam klorida (HCl) pada lempeng mangan oksida (MnO
2
) yang menghasilkan gas
berwarna kuning kehijauan. Reaksi dari percobaan tersebut adalah sebagau berikut :

4HCl
(ag)
+ MnO
2(s)
Cl
(g)
+ MnC
l2(ag)
+ 2H2O
(l)


Pada saat itu, Schelee belum dapat memastikan kandungan gas tersebut. Pada
tahun 1980 Sir Humphrey Davy, Seorang ahli kimia Inggris menyatakan bahwa gas
kuning kehijauan pada percobaan Scheele adalah sebuah unsur dan menamakannya
Cholorine, berasal dari bahasa Yunani khloros yang berarti hijau.
Pada tahun 1994, Scott menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar berbentuk
gas termasuk unsur halogen (Golongan VII), sangat reaktif ddan merupakan oksidator
kuat yang mudah beraksi dengan unsur. Pada suhu -34
o
C, klorin berbentuk cair pada
suhu -103
o
C berbentuk padatan kristal.

Tabel 3.1 Kadar ion-ion halogen pada perairan alami
Anion Halogen Ait Tawar (mg/liter) Air Laut (mg/liter)
Klorida (Cl
-
) 8,3000 19000,00
Forida(Fl
-
) 0,2600 1,30
Bromida (Br
-
) 0,0060 66,00
Iodida (I
-
) 0,0018 0,06
Sumber : Effendi, H, 2003

Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk ion klorida dengan jumlah yang relatif
jauh lebih besar dibandingkan ion-ion halohen lainnya. Kelimpahan ion-ion halogen
di perairan alami seperti ditunjukanpada tabel. Klorine dalam bentuk garam (contoh
NaCl) merupakan bentuk yang paling aman, sedangkan dalam bentuk gas, klorin
dapat diperoleh dengan mengekstraksi larutan garam NaCl dengan car elektrolisis.
Proses elektrolisa larutan garam ini dapat diuraikan senagai berikut :

Garam + Air
elektrolisa
Klorin + Soda Kaustik + Hidrogen
2NaCl
(s)
+ 2H
2
O
(a)
elektrolisa
Cl
2(g)
+ 2NaOH
(l)
+ H
2(l)


Disamping mempunyai fungsi berarti bagi manusia, klorin juga berdampak
negatif bagilingkungan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat
pembuangan limbah, korin maka suatu industri diwajibkan mengelola limbahnya
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Hal ini sesuai dengan pasa 16 ayat
(1) Undang-undang no. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang
menyebutkan bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan. Selain itu untik
mencegah terjadinya pencemaran pada badan air, Pemerintah melalui Keputusan
Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-51/MenLH/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri menetapkan parameter dan batasan konsentrasi
dari limbah cair yang dibuang. Salah satu parameter terdapat dalam baku mutu
tersebut adalah klorin dengan batasan 1 mg/liter dalam bentuk klorin bebas (Cl
2
).
3.1.2 Kualitas Air PLTU
Kualitas air yang dibutuhkan oleh sebuah PLTU tergantung dari kualitas sumber
air, lokasi PLTU berdiri, karakteristik bahan bakar, desain tekanan dari boiler, serta
regulasi mengenai penanganan air didaerah setempat. Sedangkan untuk kualitasnya,
ada beberapa jenis air dengan spesifikasi yang berbeda-beda digunakan di PLTU.
Secara umum jenis-jenis air yang digunakan di PLTU.
Untuk PLTU yang mengguanakan air laut sebagai media pendinginan,
penggunaan airnya sama dengan pendinginan dengan mengguanakn media lain. Air
dipergunakaan untuk merubah uap yang berasal dari turbin menjadi air kembali
sebagai rangkaian siklus rankine. PLTU ini menggunakan kondensor dengan material
yang tahan terhadap korosi. Air laut yang telah mengalami proses filtrasi dipompa
untuk masuk kedalam kondensor sisi tube sebagai media pendingin uap yang
mengalir disisi shell. Proses filtrasi tersebut menggunakan alat bernama trash rake
dan travelling screen. Trash rake menjadi tahap filtrasi sebelum travelling screen.
Trash rake berfungsi sebagai penagkal kotoran-kotoran laut yang ukurannya besar.
Sedangkan travelling screen berfungsi untuk memfilter air laut dari kotoran-kotoran
yang beukuran lebih kecil.
Selain proses filtrasi, air laut tersebut juga telah disuntikan bahan kimia tertentu
untuk mencegah hewan-hewan laut berkembang biak di area inlet dan outlet air laut.
Pada sisi tube kondensor digunakan sistem tube cleaner yang berfungsi untuk
menjaga kebersihan tubing kondensor agar tidak terjadi penyumbatan.
3.1.3 Penggunaan Klorin di PLTU
Pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pemakaian klorin yang digunakan
pada sistem pendingin (cooling system) sebagai pengontrol biological fouling. Untuk
PLTU yang menggunakan air sungai maupun air tanah sebagai pendingin, klorin
digunakan sebagai biosideuntik mengatasi fouling mussels. Pada PLTU yang
menggunakan air laut sebagai pendingin, biasanya dilengkapi dengan unit klorinasi
(chlorination plant). Fungsi klorin disini adalah untuk mencegah tumbuhny alga yang
menjadi nutrisi tritip (barancles) pada dinding pipa kondensor. Apabila terjadi
penempelan alga dan tritip pada pipa kondensor, akibatnya akan mengurangi efisiensi
kondensor tersebut.
Tujuan yang paling mendasar dari penambahan klorin tersebut adalah untuk
menciptakan suatu kondisi yang bertentangan dengan kondisi lingkungan hidup
organisme laut, sehingga mereka tidak dapat tumbuh dan berkembang. Penambahn
klorin juga bersifat kontinyu atau berkelanjutan dengan kejutan (frekuensi waktu).
Titik-titik penambahan klorin yang menggunakan air laut sebagai pendingin, seperti
ditunjukan pada gambar 2. Penambahan klorin pada kepala pipa intake (Titik 1)
secara kontinyu, akan efektif dalam mengontrol moluska, alga, slime dam weed, serta
mencegah kerang/tritip mengendap dipipa. Penambahan klorin dekat dengan kepala
house pump (Titik 2) adalah untuk menjaga air agar bebas dari bio fouling.
Penambahan klorin di kondensor (Titik 3) adalah untuk menjaga agar permukaan
pendingin kondensor bebas dari bio fouling, sehingga efisensi kondensor dapat
dipertahankan.


Gambar 3.3 Titik lokasi penambahan klorin

3.1.4 Peralatan Sistem Pendingin
A. Stop Blok
Sebagai pintu utama air laut masuk
Sebagai penahan air laut agar tidak masuk kanal pada saat ada
pemeliharaan di circulating water pump (CWP)

B. Saringan Kasar ( Bar screen )
Berfungsi untuk menangkap benda-benda berukuran sedang yang terbawa
air pendingin.
Terbuat dari batang logam pipih yang dirangkai sehingga membentuk
semacam teralis.
Dipasang pada mulut saluran masuk air pendingin sebelum saringan putar.
Pada daerah yang kualitas airnya buruk (banyak sampah), didepan
saringan kasar dipasangi saringan berupa jaring yang biasa disebut net
untuk menyaring sampah yang elastis seperti plastik dan sebagainya.

B.1 Saringan Putar ( Travelling Screen )
Untuk menyaring semua benda sampai yang berukuran relatif kecil dan
yang lolos dari Barscreen.
Berupa rangkaian segmen segmen kasa baja yang membentuk suatu
screen.

B.2 Pompa Penyemprot Saringan Putar ( Screen Wash Pump )
Merupakan pemasok air bertekanan (3.0 kg/cm
2
) yang dialirkan ke
nosel penyemprot guna membersihkan saringan putar. Air yang digunakan
adalah juga air pendingin utama. Pompa ini dapat dioperasikan secara manual
ataupun otomatis. Dalam posisi otomatis, pompa akan start secara otomatis
bila perbedaan tekanan (Differensial Pressure) air melintasi saringan putar
tinggi. Perbedaan tekanan yang tinggi mengindikasikan bahawa saringan
sudah mulai tersumbat sampah. Manakala perbedaan tekanan sudah normal
kembali, maka pompa akan stop secara otomatis.

B.3 Pompa Pendingin Utama ( Circulating Water Pump )
CWP adalah bagian pertama dari system pendingin. Pompa ini yang
bertugas untuk mengambil air pendingin dari laut. Pompa ini biasanya terletak
pada areal Water Intake. Pada PLTU Muara Karang terdapat 9 buah pompa
CWP. Pompa ini bentuknya vertical dengan suctionnya berada pada
kedalaman laut yang agak dalam, sehingga bisa dihasilkan air pendingin yang
maksimal.
Dari CWP, air dipompakan menuju dua alat pendingin lainnya yakni
kondensor dan Heat Exchanger.

C. Katup ( Valves )
Berfungsi sebagai katup pada proses open atau close menggunakan
electric motor.

D. Kondensor
Kondensor adalah alat yang berfungsi untuk mengembunkan uap yang
telah memutar turbin untuk dijadikan air yang akan digunakan untuk siklus
selanjutnya

E. Heat Exchanger
Peralatan pada system pendingin selanjutnya adalah Heat Exchanger.
HE adalah pendingin air tawar. Sama seperti kondensor, alat pendingin HE
menggunakan air laut. Air tawar yang didinginkan di HE adalah air tawar
yang juga berfungsi sebagai air pendingin. Air tawar ini berfungsi untuk
mendinginkan :
1. Gas H2 pendingin generator
2. Minyak pelumas turbin
3. Minyak pelumas peralatan-peralatan unit lainnya seperti Pompa, FD
Fan dan lain-lain
Pada gambar dibawah ini bisa dilihat cara kerja HE. Air laut mengalir
melalui tube-tube HE, sedangkan air tawar yang didinginkan berputar
mengelilingi tube-tubenya.


Gambar 3.4 Heat exchanger

F. ACW (Auxiliary Cooling Water) Pump
Alat terakhir pada system pendingin adalah ACW Pump (Auxiliary
Cooling Water Pump) yang berfungsi untuk mendistribusikan air tawar yang
sudah didinginkan oleh HE ke seluruh peralatan di unit.

G. Vacum Priming Pump
Menarik keluar udara yang tersekat dalam water box condensor bagian
atas yang tidak terisi penuh air laut.


3.1.5 Prinsip Kerja Sistem Pendinginan PLTU dengan Media Air Laut
(Pendinginan Utama)
Hasil pembakaran boiler berupa uap panas dengan tekanan dan temperatur
tinggi akan masuk ke turbin dan akan digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin.
Uap bekas memutar turbin tersebut secara otomatis akan masuk ke kondensor karena
adanya vakum kondensor. Uap yang masuk merupakan uap superheated sehingga
untuk mengondensasikannya menjadi cair jenuh di kondensor diperlukan media
pendingin. Media pendingin utama yang digunakan disini ialah air laut.
Air laut masuk melalui pintu (stop block) lalu tertampung dikanal dan disaring
oleh saringan net untuk menyaring kotoran kasar yang terbawa oleh air laut,
kemudian disaring kembali oleh saringan bar (bar screen) agar kotoran-kotoran yang
lolos dari saringan net dapat tersaring kembali. Setelah melewati penyaringan di Net
dan Bar Screen, air laut tersebut masuk ke Travelling screen agar kotoran yang lolos
dari kedua saringan tersebut dapat terangkat. Kotoran yang menempel di screen
dibersihkan oleh screen wash pump dengan menyemprotkan air dari sisi dalam
Travelling Screen, sampah/kotoran akan jatuh ke pit. Kemudian air laut yang telah
tersaring di Travelling Screen mengalir menuju ke Circulating Water Pump (CWP).
Lalu oleh CWP air laut tersebut dipompakan masuk ke tube-tube kondensor. Di dalam
kondensor terjadi transfer panas antara uap superheat dan air laut. Setelah uap
terkondensasi menjadi air kondensat maka air kondensat tersebut akan ditampung di
hotwell, sedangkan air laut dibuang ke Laut Jawa melalui Outfall.



3.1.6 Pengoperasian Pendinginan PLTU dengan Media Air Laut (Pendinginan
Utama)
Sebelum sistem pendingin dioperasikan, maka harus dilakukan pemeriksaan dan
persiapan peralatan terlebih dahulu Pemeriksaan mencakup kondisi alat apakah dalam
pemeliharaan (di tagging) atau kondisi stand by
Persiapan pengoperasian sistem pendingin meliputi :
Persiapan terhadap keselamatan kerja
Pelumasan
Level tangki (head tank) pendingin bantu cukup
Sumber tenaga listrik
Sistem kontrol
Semua manhole pada saluran maupun pada kondensor dalam keadaan tertutup
Salah satu heat exchanger air pendingin bantu siap dioperasikan
Posisi katup-katup dalam posisi yang benar (katup masuk kondensor membuka
penuh, katup keluar kondensor tertutup penuh. Katup drain dan venting kondensor
tertutup. Sistem backwash (bila ada) dalam kondisi tidak bekerja.
Venting atau priming pump (bila ada) dalam keadaan siap operasi.
Air lincir (gland seal/lubricating water) untuk pompa CWP tersedia

Bila semua Permissive ( syarat-syarat) sudah terpenuhi, informasikan pada
operator lokal pompa CWP yang akan distart. Kalau semua telah siap, tekan tombol
START pompa dan pompa akan start secara automatic menurut Sequencialnya :
Check Sequence Start Permit
Open CWP Discharge Valve
Start CWP
CWP Discharge Valve Timer
CWP Sequence fault Timer
Closed CWP Discharge/ Seal Water
Closed Discharge Valve & Stop CWP
Closed CWP Seal Water

Sesaat pompa yang distart telah beroperasi, bersama itu pula atur pembukaan
Outlet Valvekondensor 25-30 % untuk mempertahankan tekanan Header 1,3
Kg/Cm2. Untukmenjalankan pompa CWP yang lain untuk kondensor yang sama,
ikuti prosedur yang samakemudian buka Oulet Valve kondensor 100 %.

3.2 Prinsip Kerja Sistem Pendingin PLTU Menggunakan Air Sungai


Gambar 3.5 Skema Sistem Pendingin PLTU Menggunakan Air Sungai

3.2.1 Tahap Pengolahan Air Sungai
A. Tahap Pengolahan Awal

Sistem pengolahan air baku (air sungai) menjadi air bersih dapat dilakukan
dengan beberapa tahap:

Penyaringan dan Pengendapan
Penyaringan dan pengendapan bertujuan untuk memisahkan air baku dari zat-
zat, seperti: sampah, daun, rumput, pasir dan lain-lain berdasarkan berat jenis
zat.
Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia Al
2
(SO
4
)
3
(Tawas) kedalam
air agar kotoran dalam air yang berupa padatan resuspensi misalnya zat warna
organik, lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat
mengendap.
Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai akibat gabungan dari koloid-
koloid dalam air baku (air sungai) dengan koagulan. Pembentukan flok akan
terjadi dengan baik jika di tambahkan koagulan kedalam air baku (air sungai)
kemudian dilakukan pengadukan lambat.
Sedimentasi
Setelah proses koagulasi dan flokulasi, air tersebut di diamkan sampai
gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua. Setelah kotoran mengendap
air akan tampak lebih jernih.
Filtrasi
Pada proses pengendapan tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan
semua. Butiran gumpalan kotoran kotoran dengan ukuran yang besar dan berat
akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-
layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus
dilakukan proses penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air
yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan
pasir silika.
Desinfeksi
Pemberian desinfektan (gas khlor) pada air hasil penyaringan bertujuan agar
dapat mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri
pathogen (bakteri penyebeb penyakit).

B. Tahap Demineralisasi
Tahap ini menggunakan air dari hasil tahap desalinasi. Demineralisasi juga
menggunakan proses reverse osmosis, yang membedakan adalah penggunaan
membran semi permeable jenis lain. Air yang keluar dari proses ini akan memiliki
nilai konduktifitas sebesar hanya 20-30 S/cm dari 1000 S/cm pada saat sebelum
proses.
Selanjutnya air dialirkan menuju mixed bed dengan tujuan untuk menangkap
ion-ion baik positif maupun negatif yang terdapat di dalam air dengan menggunakan
resin. Resin merupakan polimerisasi dari difinil benzena dan stirine serta ditambah
dengan gugus aktif. Kation resin memiliki gugus aktif H
+
sedangkan anion resin
memiliki gugus aktif OH
-
.
Prinsip Reverse Osmosis


Gambar 3.5 Reverse osmosis


Air hasil dari proses demineralisasi inilah yang selanjutnya dipergunakan
sebagai media kerja untuk proses siklus air uap air. Selain itu juga dipergunakan
sebagai media kerja auxiliary cooling water dan pendingin pada stator generator.




BAB IV
SISTEM PENDINGIN PADA PLTP

4.1 Energi Panas Bumi
Energi pans bumi adalah salah satu sumber daya alam yang berupa air panas
atau uap yang terbentuk melalui pemanasan secara alami. Hal-hal yang perlu
mendapat perhatian dalam pemilihan teknologi penggunaan energi panas bumi untuk
dikonversikan menjadi listrik antara lain :
a. Temperatur
Fluida panas bumi bertemperatur tinggi > 225
o
C telah lama digunakan
untuk pembangkit listrik. Temperatur sedang 150 225
o
C.
b. Cadangan sumberdaya hingga 25 30 tahun
c. Kwalitas uap :
Diharapkan yang mempunyai pH hampir netral, karena bila pH sangat
rendah laju korosi kematerial akan lebih cepat.
d. Kedalaman sumur dan kandungan kimia : biasanya tidak lebih dari 3 km,
tidak terlalu dalam. Lokasi relatif mudah dicapai.
e. Dilokasi yang kemungkinan terjadinya erupsi hydrothermal relatif rendah.
Diproduksinya fluida panas bumi dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya erupsi hydrothermal.


Gambar 4.1 reservoar


4.2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTP)
Panas bumi adalah energi terbaru yang bersih dan memiliki beberapa
keunggulan : Mudah didapat secara kontinyu dalam jumlah besar, ketersediaan tidak
berpengaruh oleh cuaca, bebas polusi udara karena tidak menghasilkan gas berbahaya.
Lapangan panas bumi kamojang diperkirakan memiliki potensi energi sebesar 300
Mwe. Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia
dengan potensi panas bumi sebesar 27 GWe (potensi panas bumi dunia 50 Gwe).
Potensi ini perlu dikembagkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dan
mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang semakin menipis. Saat ini UBP
kamojang mengoperasikan PLTP dengan kapasitas total sebesar 375 MW.

4.3 Komponen Utama dari PLTP
4.3.1 Kepala Sumur dan Valve
Seperti halnya sumur-sumur minyak dan gas, disumur panas bumi juga
dipasang beberapa valve (katup) untuk mengatur aliran fluida. Valve valve tersebut
ada yang dipasang di atas atau didalam sebuah lubang yang dibeton (concrete cellar).

Gambar 4.2 Rangkaian valve di lapangan panas bumi

Pada kepala sumur umumnya ada 4 buah valve, yaitu :
A : Master Valve atau Shut off Valve : untuk mengisolasi sumur untuk keperluan
perawatan.
B : Service Valve : untuk mengatur aliran fluida yang akan dimanfaatkan.
C : By pass Valve : untuk mengatur aliran fluida yang ke Silincer, atau tempat
penampungan air/pembuangan.
D : Untuk memungkinkan peralatan atau reamer diturunkan secara vertikal.

Disamping itu biasanya dilengkapi juga oleh Bleed Valve : yaitu valve untuk
menyemburkan ke udara dengan laju aliran sangat kecil (bleeding), saat sumur tidak
diproduktifkan. Fluida perlu dikeluarkan dengan laju alir sangat kecil agar sumur
tetap panas dan gas tidak terjebak di dalam sumur, dan juga untuk menghindari
terjadinya thermal shock atau perubahan panas secara tiba-tiba yang disebabkan
karena pemanasan atau pendinginan mendadak dapat dihindarkan.

4.3.2 Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan uap dari air yang bercampur dalam
aliran dua fasa. Separator yang mempunyai effisiensi yang tinggi adalah jenis Cyclon,
dimana aliran uap yang masuk dari arah samping dan berputar menimbulkan gaya
sentrifugal. Air akan terlempar ke dinding, sedangkan uap akan mengisi bagian
tengah pipa, dan mengalir keatas.

Gambar 4.3 Separator Cyclone

Uap yang keluar dari jenis ini mempuyai dryness yang sangat tingg,
lebih dari 99%. Effisiensi dari jenis ini akan berkurang bila kecepatan
masuk lebih dari 50 m/detik.

4.3.3 Silincer
Silincer adalah merupakan silinder yang didalamnya diberi suatu pelapis untuk
mengendap suara dab bagian atasnya terbuka. Fluida dari sumur yang akan
ddisemburkan untuk dibuang, akan menimbulkan kebisingan yang luar biasa hingga
dapat memekakkan telinga dan bahkan bila tanpa perlindungan telinga, dapat
menyebabkan rusaknya pendengaran. Untuk mengurangi kebisingan dan biasanya
juga mengontrol aliran fluida yang akan dibuang.

Gambar 4.4 Silincer
4.3.4 Turbin Uap
Turbin uap adalah suatu mesin penggerak, yang menggunakan energi dari
fluida kerja (uap) untuk menggerakkan/memutar sudu-sudu Turbin. Sudu-sudu Turbin
ini memutar poros, poros karena dikopling dengan Generator, maka akan
menggerakkan Generator menghasilkan listrik.
Pada dasarnya dikenal 2 jenis :
Turbin dengan tekanan keluaran sama dengan tekanan udara luar (Atmospheric
Exhaust / Back Pressure Turbine) atau disebut juga Turbin tanpa Condenser.
Pada jenis ini uap keluar dari Turbin langsung dibuang ke udara.
Turbin dengan Condenser (Condensing unit Turbine).
Pada jenis ini uap keluar dari Turbin dikondensasikan lagi menjadi air di Condenser.

Gambar 2.2.4 Turbin Back Pressure


Gambar 2.2.5 Turbin Uap dengan Condensor

4.3.5 Condensor
Fungsi Condenser adalah untuk mengkondensasikan uap menjadi air dengan
cara membuat kondisi vakum di dalam bejana (condenser). Proses terjadinya vakum
dengan cara Thermodinamika bukan cara mekanik.
Fluida yang keluar dari Turbin masuk ke Condenser sebagian besar adalah uap
bercampur dengan air dingin, di condenser akan mencapai kesetimbangan massa dan
energi.
Pada volume yang sama, air akan mempunyai massa ratusan kali lipat dibandingkan
dengan uap. Sehingga jika uap dalam massa tertentu mengisi seluruh ruangan dalam
condenser, kemudian disemprotkan air maka uap akan menyusut volumenya, karena
sebagian atau seluruhnya berubah menjadi air (tergantung jumlah air yang
disemprotkan) yang memiliki volume jauh lebih kecil. Akibat penyusutan volume uap
dalam Condneser inilah akan mengakibatkan kondisi ruangan dalam Condenser
menjadi vacuum.


Gambar 2.2.6 Direct Contact Condensor


4.3.6 Gas Extraction
Untuk menjaga agar kondisi di dalam comndenser tetap vacuum, maka Non
Condensable Gas (NCG) harus dikeluarkan dari Condenser, dengan cara diisap oleh
Ejector.

Gambar 2.2.7 Sistem Gas Extraction


4.3.7 Menara Pendingin (Cooling Tower)
Cooling Tower ini menggunakan Fan/kipas untuk menghisap udara. Udara
dihisap melalui Louver/pengarah dari samping masuk ke dalam Cooling Tower terus
dihisap ke atas, udara dingin ini kontak langsung dengan air yang jatuh dari bak atas
menuju bak bawah, sehingga air panas keluar dari Condenser (50 C) dipompa menuju
ke Cooling Tower didinginkan dengan udara sehingga temperaturnya turun menjadi
26-27 C.

Gambar 2.2.8 Cooling Tower



4.3.8 Proses Produksi Energi Listrik
Energi primer untuk PLTP kamojang adalah uap panas bumi yang dipasok
Pertamina dimana uap dari sumur produksi lapangan panas bumi Kamojang dialirkan
melalui beberapa Pipe Line (PL 401, 402, 403, 404).
Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke steam receiving header, yang
berfungsi menampung uap panas bumi yang di supply dari beberapa lapangan sumur
produksi uap (Vent structured) yang berfungsi untuk menjaga tekanan pasokan uap ke
pembangkit apabila terjadi perubahan pasokan dari sumur produksi maupun terjadi
perubahan pembebanan dari pembangkit. Selanjutnya melalui flow meter dialirkan ke
separator yang berfungsi untuk memisahkan partikel padat yang terbawa dari sumur
produksi dan demister untuk memisahkan butiran air dari uap panas bumi. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya vibrasi erosi dan pembentukkan kerak pada
sudu dan nozzle turbine.
Uap yang telah dibersihkan itu dialirkan melalui main steam valve/electric
control valve/governor valve menuju ke turbin. Di dalam turbin, uap tersebut
berfungsi untuk memutar double flow condensing yang dikopel dengan generator
pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini menghasilkan energi listrik dengan arus 3 fasa,
frekuensi 50 Hz, dan tegangan 11,8 kV. Melalui step-up transformer, arus listrik
dinaikkan tegangannya hingga 150 kV, selanjutnya dihubungkan secara parallel
dengan sistem penyaluran Jawa-Bali.
Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar dari turbin
harus dalam kondisi vakum (0,10 bar), dengan mengkondensasikan uap dalam
kondensor kontak langsung yang dipasang di bawah turbin. Exhaust steam dari turbin
masuk dari sisi atas kondensor, kemudian terkondensasi sebagai akibat penyerapan
panas oleh air pendingin yang di injeksikan lewat spray-nozzle. Level kondensat
dijaga selalu dalam kondisi normal oleh dua buah cooling water pump, lalu di
dinginkan dalam cooling water sebelum disirkulasikan kembali.
Untuk menjaga kevakuman kondensor, gas yang tak terkondensasi harus
dikeluarkan secara kontinyu oleh sistem ekstrasi gas. Gas-gas ini mengandung CO
2

85-90 % wt ; H
2
S 3,5 % wt; sisanya adalah N
2
dan gas-gas lainnya. Di kamojang dan
Gunung Salak, sistem ekstrasi gas terdiri atas first-stage dan second-stage sedangkan
di Darajat terdiri dari ejector dan liquid ring vacuum pump.
Sistem pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup
dari air hasil kondensasi uap,dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksi ke
dalam sumur reinjeksi. Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan
adalah dengan mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak
lurus, mengunakan 5 forced draft fan. Proses ini terjadi dalam cooling water.

4.3.9 Diagram Proses PLTP


Gambar 2.4 Diagram PLTP
















4.3.10 Flow Diagram Proses PLTP




4.3.11 Sistem Pendingin pada PLTP
Sistem Pendingin
Sistem pendingin adalah sistem yang sangat diperlukan karena sistem
ini yang mengatur perpindahan panas den menjaga kestabilan suhu dan
tekanan unit.
Sistem pendingin pada PLTP terdiri dari 3 komponen utama,
yaitu :
- Condensor
- Cooling tower
- Main cooling water pump

























BAB V
SISTEM PENDINGIN PLTN

5.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik
thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir
pembangkit listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat
bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor
dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per
unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe.

5.2 Cara kerja PLTN
Prinsip kerja PLTN sebenarnya mirip dengan pembangkit listrik lainnya,
misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Uap bertekanan tinggi pada PLTU
digunakan untuk memutar turbin. Tenaga gerak putar turbin ini kemudian diubah
menjadi tenaga listrik dalam sebuah generator.


Perbedaan PLTN dengan pembangkit lain terletak pada bahan bakar yang
digunakan untuk menghasilkan uap, yaitu Uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti
Uranium menghasilkan tenaga panas (termal) dalam jumlah yang sangat besar serta
membebaskan 2 sampai 3 buah neutron.


Pada PLTN terdapat reaktor nuklir yang menghasilkan panas (lihat gambar),
selanjutnya panas tersebut diserap oleh oleh air dengan tekanan tinggi yang
disirkulasikan kereaktor tersebut kemudian dialirkan kedalam steam generator
(semacam boiler) untuk memanaskan air. Akibat pemanasan ini maka temperatur air
didalam steam generator akan meningkat sehingga pada tempreratur tertentu akan
berubah menjadi uap dengan temperatur dan tekanan yang tinggi dan dialirkan
kedalam steam turbine sehingga turbin dapat berputar. Karena turbine dihubungkan
dengan electric generator, maka ketika electric generator berputar dapat mengasilkan
tenaga listrik, dan dengan sistim jaringan transmisi tenaga listrik dari PLTN tersebut
didistribusikan ke semua pelanggan.

Sementara itu uap air yang keluar dari steam turbine setelah memutarkan turbine
dialirkan kedalam condensor untuk didinginkan sehinga kembali menjadi air dan
dipompakan kembali kedalam steam generator.
Secara sederhana, skematik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Reaksi
fisi berantai terjadi di reaktor, dengan bahan bakar U-235 dalam bentuk batangan
(kira-kira sepanjang 2,5 cm). Batangan U-235 dikontrol oleh batang pengontrol.
Operator menaikturunkan batang pengontrol ini untuk mengontrol kecepatan reaksi
berantai. Batang turun berarti semakin cepat reaksi terjadi, begitu juga sebaliknya.
Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi dibawa dalam bentuk panas oleh fluida
khusus ke tabung air. Panas ini mendidihkan air yang uapnya dibawa oleh pipa untuk
menggerakkan turbin. Di belakang turbin ada generator yang mengubah energi gerak
mekanik menjadi listrik.
Uap air yang telah menggerakkan turbin kehilangan panasnya dan berubah
kembali menjadi air. Untuk mempercepat proses pendinginan, air dingin dari menara
air disalurkan lewat pipa. Air yang telah dingin dipompa kembali ke tabung air.
Begitu seterusnya.
Jadi sesungguhnya cuma ada tiga jenis pembangkit listrik: bertenaga air
(turbin digerakkan oleh air), bertenaga uap (digerakkan oleh uap air), dan bertenaga
angin (turbin digerakkan oleh angin ). Permasalahannya adalah: dari mana
mendapatkan air, uap, dan angin tersebut.

5.3 Jenis reaktor PLTN
5.3.1 Pressurized Water Reactor (PWR)
PWR adalah jenis reaktor daya nuklir yang menggunakan air ringan biasa
sebagai pendingin maupun moderator neutron. Reaktor ini pertama kali dirancang
oleh Westinghouse Bettis Atomic Power Laboratory untuk kepentingan kapal perang,
tetapi kemudian rancangan ini dijadikan komersial oleh Westinghouse Nuclear Power
Division. Reaktor PWR komersial pertama dibangun di Shippingport, Amerika
Serikat yang beroperasi sampai tahun 1982.
Selain Westinghouse, banyak perusahaan lain seperti Asea Brown Boveri-
Combustion Engineering (ABB-CE), Framatome, Kraftwerk Union, Siemens, and
Mitsubishi yang mengembangkan dan membangun reaktor PWR ini. Reaktor jenis ini
merupakan jenis reaktor yang paling umum. Lebih dari 230 buah reaktor digunakan
untuk menghasilkan listrik, dan beberapa ratus lainnya digunakan sebagai tenaga
penggerak kapal.

Gambar Skema Reaktor Pressurized Water Reactor (PWR)

Pada reaktor jenis PWR, aliran pendingin utama yang berada di teras reaktor
bersuhu mencapai 325
o
C sehingga perlu diberi tekanan tertentu (sekitar 155 atm) oleh
perangkat pressurizer sehingga air tidak dapat mendidih. Pemindah panas, generator
uap, digunakan untuk memindahkan panas ke aliran pendingin sekunder yang
kemudian mendidih menjadi uap air dan menggerakkan turbin untuk menghasilkan
listrik. Uap kemudian diembunkan di dalam kondenser menjadi aliran pendingin
sekunder. Aliran ini kembali memasuki generator uap dan menjadi uap kembali,
memasuki turbin, dan demikian seterusnya

5.3.2 Boiling water reactor (BWR)
Reaktor jenis BWR merupakan rancangan reaktor jenis air ringan sebagai
pendingin dan moderator, yang juga digunakan di beberapa Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir. Reaktor BWR pertama sekali dirancang oleh Allis-Chambers dan
General Electric (GE). Sampai saat ini, hanya rancangan General Electric yang masih
bertahan. Reaktor BWR rancangan General Electric dibangun di Humboldt Bay di
California. Perusahaan lain yang mengembangkan dan membangun reaktor BWR ini
adalah ASEA-Atom, Kraftwerk Union, Hitachi. Reaktor ini mempunyai banyak
persamaan dengan reaktor PWR; perbedaan yang paling kentara ialah pada reaktor
BWR, uap yang digunakan untuk memutar turbin dihasilkan langsung oleh teras
reaktor.

Gambar Skema Reaktor Boiling Water Reactor (BWR)
Pada reaktor BWR hanya terdapat satu sirkuit aliran pendingin yang
bertekanan rendah (sekitar 75 atm) sehingga aliran pendingin tersebut dapat mendidih
di dalam teras mencapai suhu 285oC. Uap yang dihasilkan tersebut mengalir menuju
perangkat pemisah dan pengering uap yang terletak di atas teras kemudian menuju
turbin. Karena air yang berada di sekitar teras selalu mengalami kontaminasi oleh
peluruhan radionuklida, maka turbin harus diberi perisai dan perlindungan radiasi
sewaktu masa pemeliharaan. Kebanyakan zat radioaktif yang terdapat pada air
tersebut beumur paro sangat singkat, misalnya N-16 dengan umur paro 7 detik
sehingga ruang turbin dapat dimasuki sesaat setelah reaktor dipadamkan. Uap tersebut
kemudian memasuki turbin-generator. Setelah turbin digerakkan, uap diembunkan di
kondenser menjadi aliran pendingin, kemudian dipompa ke reaktor dan memulai
siklus kembali seperti di atas.


5.3.3 Sistem pendingin reaktor PWR
Dalam PWR, kalor yang dihasilkan dalam batang-batang bahan bakar
diangkut keluar dari teras reaktor oleh air yang terdapat di sekitarnya (sistem
pendingin primer). Air ini secara terus-menerus dipompakan oleh pompa primer ke
dalam reaktor melalui saluran pendingin reaktor (sistem pendingin primer).

Gambar 2. Diagram PLTN Jenis PWR
Untuk mengangkut kalor sebesar mungkin, suhu air dikondisikan mencapai
300
0
C. Untuk menjaga air tidak mendidih (yang dapat terjadi pada suhu 100
0
C pada
tekanan 1 atm), air diberi tekanan 160 atm. Air panas diangkut melalui suatu alat
penukar panas (heat exchanger), dan kalor dari air panas dipindahkan ke air yang
mengalir di sekitar alat penukar panas (sistem pendingin sekunder). Kalor yang
dipindahkan ke sistem pendingin sekunder memproduksi uap yang memutar turbin.
Turbin dikopel dengan suatu generator listrik, tempat daya keluaran listrik menuju
konsumen melalui kawat transmisi tegangan tinggi. Setelah keluar dari turbin, uap
didinginkan kembali menjadi air oleh pengembun (condenser) dan kemudian
dikembalikan lagi ke alat penukar panas oleh pompa sekuder.
Sistem Keselamatan
Sistem keselamatan operasi reaktor terutama ditujukan untuk menghindari
bocornya radiasi dari dalam teras reaktor. Berbagai usaha pengamanan dilakukan
untuk melindungi pekerja dan anggota masyarakat dari bahaya radiasi ini. Sistem
keselamatan reaktor dirancang mampu menjamin agar unsur-unsur radioaktif di
dalam teras reaktor tidak terlepas ke lingkungan, baik dalam operasi normal atau
waktu ada kejadian yang tidak diinginkan. Kecelakaan terparah yang diasumsikan
dapat terjadi pada suatu reaktor nuklir adalah hilangnya sistem pendingin teras
reaktor. Peristiwa ini dapat mengakibatkan pelelehan bahan bakar sehingga unsur-
unsur hasil fisi dapat terlepas dari kelongsong bahan bakar. Hal ini dapat
mengakibatkan unsur-unsur hasil fisi tersebar ke dalam ruangan penyungkup reaktor.









Gambar 3. Sistem Penghalang Ganda (Multiple Barrier)

Agar unsur-unsur hasil fisi tetap dalam keadaan terkungkung, maka reaktor
nuklir memiliki sistem keamanan yang ketat dan berlapis-lapis. Karena digunakan
sistem berlapis maka sistem pengamanan ini dinamakan penghalang ganda. Adapaun
jenis penghalang tersebut adalah sebagai berikut:
1) Penghalang pertama adalah matrik bahan bakar nuklir. Lebih dari 99&
unsur hasil fisi akan tetap terikat secara kuat dalam matriks bahan bakar ini.
2) Penghalang kedua adalah kelongsong bahan bakar. Apabila ada unsur
hasil fisi yang terlepas dari matriks bahan bakar, maka unsur tersebut akan tetap
terkungkung di dalam kelongsong yang dirancang tahan bocor.
3) Penghalang ketiga adalah sistem pendingin. Seandainya masih ada
unsur hasil fisi yang terlepas dari kelongsong, maka unsur tersebut akan terlarut
dalam air pendingin primer sehingga tetap terkungkung dalam tangki reaktor.
4) Penghalang keempat adalah perisai beton. Tangki reaktor disangga
oleh bangunan berbentuk kolam dari beton yang dapat berperan sebagai penampung
air pendingin apabila terjadi kebocoran.
5) Penghalang kelima dan keenam adalah sistem pengungkung reaktor
secara keseluruhan yang terbuat dari pelat baja dan beton setebal dua meter serta
kedap udara.

Gambar Skema RBMK
Pada rancangan reaktor RBMK, terjadi pendidihan aliran pendingin di teras
samapi mencapai suhu 290C. Uap yang dihasilkan kemudian masuk ke perangkat
pemisah uap yang memisahkan air dari uap. Uap yang telah dipisahkan kemudian
mengalir menuju turbin, seperti pada rancangan reaktor BWR. Masalah yang dihadapi
pada BWR yaitu uap yang dihasilkan bersifat radioaktif juga terjadi pada reaktor ini.
Namun, dengan adanya pemisahan uap, maka terdapat waktu jeda yang menurunkan
radiasi di sekitar turbin. Dengan menggunakan moderasi netron yang sangat
bergantung pada grafit, apabila terjadi pendidihan yang berlebihan, maka aliran
pendingin akan berkurang sehingga penyerapan netron juga berkurang, tetapi reaksi
fisi akan semakin cepat sehingga dapat menimbulkan kecelakaan























BAB VI
SISTEM PENDINGIN LPTA
6.1. Pengertian Umum PLTA
Secara harfiah pembangkitan adalah sesuatu atau hal hal atau suatu aktivitas
untuk membangkitkan sesuatu, atau timbulnya efek (hasil) tertentu akibat adanya
pembangkitan. Dalam hal ini adalah pembangkitan listrik yang berarti pembangkitan
sumber energi menjadi energi listrik.Sehingga PLTA adalah pembangkitan energi
listrik dengan menggunakan potensi air sebagai sumber energi untuk menghasilkan
energi listrik.
Pembangkitan tenaga listrik yang banyak dilakukan dengan cara memutar
generator sinkron sehingga didapatkan tenaga listrik arus bolak balik tiga fasa. Tenaga
mekanik yang dipakai memutar generator listrik didapat dari mesin penggerak
generator listrik atau biasa disebut penggerak mula ( primover ). Mesin penggerak
generator listrik yang banyak digunakan adalah mesin diesel, turbin uap, turbin air,
dan turbin gas.
Potensi pada sumber air banyak digunakan pada besarnya debit arus air untuk
menggerakan turbin air yang dikopel dengan generator. Contoh dari potensi
pembangkitan ini ada pada PLTA Saguling, Cirata, maupun Jatiluhur. Secara
kompleks banyak bagian komponen PLTA yang kompleks seperti turbin, generator,
dan gearbox. Bagian bagian komponen yang besar dan kompleks inilah yang dapat
menyebabkan panas berlebih, sehingga diperluka sistem lain yakni sistem
pendinginan.

6.2. Sistem Pendinginan
6.2.1. Sistem Pendinginan Pada Generator
Generator merupakan perangkat yang digunakan untuk mengubah energi mekanik
menjadi energy listrik. Tenaga listrik yang dihasilkan generator dapat berupa arus
searah (DC) maupun arus bolak balik (AC). hal ini bergantung dengan konstruksi dari
generator dan sistem pengambilan arusnya.
Generator terdiri atas bagian yang berputar yang disebut rotor dan bagian yang
diam yang disebut stator, dan celah udara yang memisahkan antara stator dan rotor.
Putaran rotor yang terus menerus terhadap stator menyebabkan meningkatnya
temperatur udara dalam generator.


Sistem sirkulasi udara:
Sebuah sistem sirkulasi udara tertutup digunakan untuk mendinginkan
generator. Fan dipasang pada kedua sisi dari bagian tengah rotor untuk
menghasilkan tekanan udara yang dibutuhkan. Udara Pendingin masuk
dari kedua ujung rotor ke dalam ruang di antara kutub dan celah udara. Efek
sentrifugal dari kutub yang berputar mengalihkan udara dalam arah radial ke dalam
saluran pendingin inti stator dan melewati stator frame ke penukar kalor air-udara, di
mana udara hangat didinginkan. Penukar kalor dipasang ke stator frame.


Sistem Pendinginan Udara:
Sistem pendinginan generator adalah dengan sirkulasi udara sirkuit tertutup.
Udara hangat didinginkan oleh sebuah alat penukar kalor air-udara. Ada delapan
pendingin udara permukaan dipasang dalam silinder mesin untuk mendinginkan
udara yang digunakan untuk pendinginan bagian rotor dan stator. Pendingin udara
yang digunakan adalah jenis penukar kalor udara ke air yang bersirip, di mana
udara sekitar dari mesin lewat dan kemudian disirkulasikan kembali oleh aksi
sentrifugal dari rotor. Laluan udara disediakan di kedua sisi stator untuk
mencapai sirkulasi pendingin udara yang terkontrol. Aliran air pendingin dikontrol
baik dari katup inlet maupun outlet
. Pemantauan temperatur pendingin udara permukaan berasal dari unit kontroller
dan komputer. Kadang kadang terdapat pengotoran berupa kerak yang menempel
pada pipa pendingin yang kemungkinan dapat mengurangi efektivitas pendinginan,
sehingga pembersihan berkala mutlak dilakukan atau mengambil sumber air
pendingin yang lebih baik sebagai tindakan preventif untuk mencegah pengotoran
pada alat penukar kalor.


Gambar 2. Alat penukar kalor untuk pendingin
generator


6.2.2. Sistem Pendinginan Pada Turbin
Turbin air pada pembangkitan listrik tenaga air adalah komponen
utama untuk membangkitkan energi listrik. Komponen turbin ini yang selalu
bergesekan dengan air dan menghasilkan putaran tidak dapat menghilangkan
kemungkinan terjadinya pemanasan dalam. Sistem pendinginan yang
digunakan pada turbin adalah sistem pendinginan terbuka (open loop).
Sistem pendinginan terbuka ini Artinya air pendingin langsung
dibuang ke tail race setelah mendinginkan peralatan yang didinginkannya.
Air pendingin yang digunakan diambil langsung dari penstock melalui katup
W1 kemudian disaring terlebih dulu oleh dua buah water strainer yang
bekerja secara paralel. Setelah itu air pendingin dialirkan melalui hydraulic
valve 402 untuk mendinginkan di bagian turbin, alternator dan sump tank
dan melalui hydraulic valve 406 untuk mendinginkan carbon ring.






BAB VII
SISTEM PENDINGINAN PADA FUEL CELL

7.1 Pengertian Fuel Cell
Fuel Cell adalah sebuah alat elektrokimia yang mengubah energi kimia
ke energi listrik secara kontinu. Pada sebuah baterai biasa , energi kimia yang
diubah oleh sebuah sel adalah tetap. Jika bahan bakar (fuel) dan oksidan di
baterai telah habis, maka baterai tersebut harus di ganti atau di isi ulang.
Perbedaan mendasar sebuah fuel cell dengan baterai biasa ditentukan dari
supply bahan bakar (oksidan) ke dalam sel . Pada sel bahan bakar, energi
dipasok terus menerus, hal ini tidak ubahnya dengan sebuah mesin yang
memerlukan bahan bakar untuk mengubah dari energi kimia menjadi energi
mekanik. Sedangkan pada sel bahan bakar, energi yang dihasilkan langsung
menjadi energi listrik. (U. Martin, H. Boysen, and F. Frey, Acta
Crystallographica B, 49, 403 (1993))

7.2 Prinsip Kerja Fuel Cell
Fuel cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan
mengubah hidrogen dan oksigen menjadi air, secara bersamaan
menghasilkan energi listrik dan panas dalam prosesnya. fuel cell merupakan
suatu bentuk teknologi sederhana seperti baterai yang dapat diisi bahan bakar
untuk mendapatkan energinya kembali, dalam hal ini yang menjadi bahan
bakar adalah oksigen dan hidrogen.
Layaknya sebuah baterai, segala jenis fuel cell memiliki elektroda
positif dan negatif atau disebut juga katoda dan anoda. Reaksi kimia yang
menghasilkan listrik terjadi pada elektroda. Selain elektroda, satu unit fuel
cell terdapat elektrolit yang akan membawa muatan-muatan listrik dari satu
elektroda ke elektroda lain, serta katalis yang akan mempercepat reaksi di
elektroda. Umumnya yang membedakan jenis-jenis fuel cell adalah material
elektrolit yang digunakan. Arus listrik serta panas yang dihasilkan setiap
jenis fuel cell merupakan produk samping reaksi kimia yang terjadi di katoda
dan anoda.

7.1 Gambar Reaksi kimia fuel cell
Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia
pembentukan air, alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan
menghasilkan efek samping yang berbahaya bagi lingkungan seperti alat
konversi energi konvensional (misalnya proses pembakaran pada mesin
mobil). Sedangkan dari segi efisiensi energi, penerapan fuel cell pada baterai
portable seperti pada handphone atau laptop akan sepuluh kali tahan lebih
lama dibandingkan dengan baterai litium. Dan untuk mengisi kembali energi
akan lebih cepat karena energi yang digunakan bukan listrik, tetapi bahan
bakar berbentuk cair atau gas.

7.3 Reaksi pada Reaktor Fuel Cell
Proton Exchanger Membrane Fuel Cell (PEMFC) disebut juga
Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell. PEMFC memiliki empat elemen
dasar seperti kebanyakan jenis fuel cell :
Anoda sebagai kutub negatif fuel cell. Anoda merupakan
elektroda yang akan mengalirkan elektron yang lepas dari molekul
hidrogen sehingga elektron tersebut dapat digunakan di luar sirkuit.
Pada materialnya terdapat saluran-saluran agar gas hidrogen dapat
menyebar ke seluruh permukaan katalis.
Katoda sebagai kutub elektroda positif fuel cell yang juga
memiliki saluran yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh
permukaan katalis. Katoda juga berperan dalam mengalirkan
elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit sehingga elektron-elektron
tersebut dapat bergabung dengan ion hidrogen dan oksigen untuk
membentuk air.
Elektrolit. Yang digunakan dalam PEMFC adalah membran
pertukaran proton (proton exchange membrane/PEM). Material ini
berbentuk seperti plastik pembungkus yang hanya dapat mengalirkan
ion bermuatan positif. Sedangkan elektron yang bermuatan negaif
tidak akan melalui membran ini. Dengan kata lain, membran ini akan
menahan elektron.

7.2 Gambar Ilustrasi Proton Exchange Membran Fuel Cell
(PEMFC)

Katalis yang digunakan untuk memfasilitasi reaksi oksigen
dan hidrogen. Katalis umumnya terbuat dari lembaran kertas karbon
yang diberi selapis tipis bubuk platina. Permukaan katalis selalu
berpori dan kasar sehingga seluruh area permukaan platina dapat
dicapai hidrogen dan oksigen. Lapisan platina katalis berbatasan
langsung dengan membran penukar ion positif, PEM.


7.4 Sistem Pendingin Fuel Cell
7.4.1 Skema Sistem Pendingin Fuel Cell

7.3 Gambar skema system pendingin fuel cell

7.4.2 Fan
a. Pengertian
Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk
ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara.
Sistim fan penting untuk menjaga pekerjaan proses industri, dan
terdiri dari sebuah fan, motor listrik, sistim penggerak, saluran atau
pemipaan, peralatan pengendali aliran, dan peralatan penyejuk udara
(filter, kumparan pendingin, penukar panas, dll.). Departemen
Energi Amerika Serikat meperkirakan bahwa 15 persen listrik di
industri manufakturing Amerika dipakai oleh motor. Hal yang sama
di sektor komersial, listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan
motor fan yang merupakan bagian dari biaya energi terbesar untuk
penyejukan ruangan (US DOE, 1989).
Fan, blower dan kompresor dibedakan oleh metode yang
digunakan untuk menggerakan udara, dan oleh tekanan sistim
operasinya. The American Society of Mechanical Engineers (ASME)
menggunakan rasio spesifik, yaitu rasio tekanan pe ngeluaran
terhadap tekanan hisap, untuk mendefinisikan fan, blower, dan
kompresor.

b. Jenis-jenis Fan
Terdapat dua jenis fan. Fan sentrifugal menggunakan impeler
berputar untuk menggerakan aliran udara. Fan aksial menggerakan
aliran udara sepanjang sumbu fan.
Fan sentrifugal
Fan sentrifugal meningkatkan kecepatan aliran udara
dengan impeler berputar. Kecepatan meningkat sampai
mencapai ujung blades dan kemudian diubah ke tekanan. Fan
ini mampu menghasilkan tekanan tinggi yang cocok untuk
kondisi operasi yang kasar, seperti sistim dengan suhu tinggi,
aliran udara kotor atau lembab, dan handling bahan. Fan
sentrifugal dikategorikan oleh bentuk bladenya sebagaimana
diringkas dalam Tabel Karakteristik Berbagai Fan Sentrifugal.


Fan Aksial
Fan aksial menggerakan aliran udara sepanjang sumbu
fan. Cara kerja fan seperti impele r pesawat terbang: blades fan
menghasilkan pengangkatan aerodinamis yang menekan udara.
Fan ini terkenal di industri karena murah, bentuknya yang
kompak dan ringan. Jenis utama fan dengan aliran aksial
(impeler, pipa aksial dan impeler aksial) diringkas dalam Tabel
Karakteristik Berbagai Fan Aksial.


c. Karakteristik Fan
Karakteristik fan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva fan.
Kurva fan merupakan kurva kinerja untuk fan tertentu pada
sekumpulan kondisi yang spesifik. Kurva fan merupakan
penggambaran grafik dari sejumlah parameter yang saling terkait.
Biasanya sebuah kurva akan dikembangkan untuk sekumpulan
kondisi yang diberikan termasuk: volum fan, tekanan statis sistim,
kecepatan fan, dan tenaga yang diperlukan untuk menggerakan fan
pada kondisi yang diketahui. Beberapa kurva fan juga akan
melibatkan kurva efisiensi sehingga desainer sistim akan
mengetahuikondisi pada kurva fandimana fan akan beroperasi. Dari
banyak kurva yang diketahui pada gambar, kurva tekanan statis (SP)
versus aliran pada merupakan kuva yang sangat penting.
Perpotongan kurva sistim dan tekanan statis merupakan titik
operasi. Bila resistansi sistim berubah, titik operasi juga berubah.
Sekali titik operasi ditetapkan, daya yang diperlukan dapat
ditentukan dengan mengikuti garis tegak lurus yang melintas melalui
titik operasi ke titik potong dengan kurva tenaga (BHP). Sebuah
garis lurus yang digambar melalui perpotongan dengan kurva tenaga
akan mengarah ke daya yang diperlukan pada sumbu tegak lurus
sebelah kanan. Pada kurva yang digambarkan, efisiensi kurva juga


7.4 Kurva Efisiensi Fan

d. Cara Kerja Fan
Fan dipasang pada bagian power stack dari fuel cell. Fan ini
berfungsi mendinginkan membran agar dapat bekerja secara
optimal. Untuk dapat bekerja, fan membutuhkan suplai tegangan
sebesar 12 v/24 v DC. Tegangan ini diberikan oleh power suplai
DC 13 V.





BAB VIII
SISTEM PENDINGIN PLTD
7.1 Engine Cooling (Water Jacket)
a. Heat Balance dan Heat Transport
Tergantung pada ukuran, prinsip kerja dan sistem pembakaran ,
mesin diesel mengkonversi bahan bakar yang di suplai sampai dengan 30% -
40% (wikipedia). Selain rugi konversi yang di timbulkan selama pembakaran
berlangsung, sisa persentase dari rugi-rugi adalah panas yang di lepaskan ke
lingkungan, terutama pada bagian exhaust dan sistem pendingin. Sedangkan
rugi akibat konveksi dan radiasi panas dari permukaan mesin ke lingkungan
nilainya relatif kecil (persentase kecil) . Pada cooling system (sistem
pendingin), selain karena pemindahan panas dari komponen mesin, lubrikasi
oleh oli dan intercooler juga termasuk pada sistem pendingin. Tujuan dari
cooling system pada pendingin adalah :
Menurunkan temperatur komponen-komponen engine yang
terdapat pada ruang bakar (piston, head cylinder, dan cylinder
liner) sampai pada temperatur yang cukup untuk komponen-
komponen tersebut dapat mempertahankan kekuatannya.
Membatasi Ekspansi thermal dari piston.
Mengurangi keausab yang di timbulkan dari gesekan antara
cylinder liner dan piston.
Menjaga nilai viskositas oli pelumas karena karakteristik oli dapat
berubah pada temperatur tertentu.
Meningkatkan performa mesin dengan cara charging yang lebih
baik (intercooler).
Mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi buang.
Meningkatkan effisiensi kompresor turbocharger.
Menjaga keamanan mesin.











Gambar 2.4 Engine
Pada dasarnya, jenis cooling sistem dibagi atas:
1. liquid cooling
2. air cooling
Jenis sistem pendingin bergantung pada level daya yang dapat
dihasilkan dan tipe penggunaan. Dipasaran biasanya air cooling system
digunakan pada mesin-mesin diesel kapasitas rendah seperti mesin diesel
untuk konstruksi bangunan, pertanian, dan berbagai mesin diesel yang
berperan sebagai komponen pendukung.
Sedangkan liquid cooling system digunakan pada mesin diesel yang
berkapasitas besar seperti kendaraan bermesin diesel dan pembangkit listrik
tenaga diesel.
Karena makalah ini membahasa\ mengenai sistem pendingin pada
pembangkit listrik tenaga diesel maka pembahasan jenis cooling system
adalah liquid cooling.
Pada pemgbangkit listrik tenaga diesel, Cooling system terdiri dari
pompa pendingin, spray ponds, water treatment, filtrasi, dan Penyambungan
pipa kerja pendingin.
Tujuan dari sistem pendinginan adalah untuk membawa panas dari
silinder mesin agar menjaga suhu silinder dalam batas aman. Panas yang
berlebih tidak berguna bagi kinerja mesin, oleh karena itu, panas berlebih
tersebut harus dibuang dari ruangan silinder. Jikap panas tidak dibuang dapa
menyebabkan masalah seperti nilai viskositas oli pelumas menjadi berubah
karena film pada oli menjadi pecah yang berakibat pada dinding silinder,
kepala piston, kepala silinder dan cylinder liner.
Biasanya pembangkit listrik tenaga diesel menggunakan air yang di
sirkulasikan dengan bantuan pompa pada bagian cylinder jacket mesin. Air
yang keluar dari cylinder jacket akan memiliki temperatur yang tinggi
sehingga perlu didinginkan oleh spray ponds (air di semprotkan pada cooling
tower) yang nantinya air dapat di sirkulasikan kembali karena panas yang
dibawa oleh air telah dibuang ke lingkungan.
Air pendingin harus dijaga temperaturnya, karena apabila terlalu
renda dapat menyebabkan oli tidak menyebar dengan baik sehingga
berakibat terjadi keausan pada bagian silinder dan piston. Sedangkan apabila
temperatur terlalu tinggi, dapat menyebabkan struktur molekul oli pelumas
cepat rusak. Oleh karena itu, temperatur air pendingin (water cooling) harus
dijaga pada temperature tertentu sekitar 70
0
C dan kebutuhan air pendingin
sekatar 2-4 liter pre bhp per menit. Hal ini dimungkinkan juga untuk
memanfaatkan panas dari air pendingin yang telah keluar dari cylinder jacket
untuk dipergunakan pada pengolahan air seperti menghilangkan
pembentukan kotoran sekala kecil pada air, zeolite lebut, dan pengolahan
debu soda kapur.
Terdapat tiga sistem untuk mendinginkan kembali air yang panas
agar air dapat bersirkulasi dengan kontinyu.
1. Open System (direct evaporation)
2. Closed System ( menggunakan eat excanger dan sirkulasi
refrigrant sekunder)
3. Rasiators









(a) Direct air cooling (b) Indirect system
(natural circulation)










(c) Indirect cooling dengan sirkulasi air dibantu oleh
pompa
(d) Non-circulating cooling system dengan air
Gambar 2.4 Perbedaan metode untuk sistem pendinginan mesin

a) Direct air cooling
Metode pendinginan udara langsung menggunakan sirip yang
dicor pada bagian kepala silinder untuk meningkatkan permukaan
yang terkena kontak dengan udara. Udara untuk pendinginan sirip,
dapat diperoleh dari blower atau kipas angin yang diputar oleh mesin.
Gerakan relatif udara ke mesin dapat digunakan untuk mendinginkan
mesin seperti dalam kasus mesin sepeda motor. Pendingin udara
langsung biasanya digunakan pada mesin industri kecil, mesin sepeda
motor.
b) Indirect system (natural circulation)
Sistem pendinginan tidak langsung dapat menggunakan
sirkulasi alam (thermosyphon) atau sirkulasi paksa pada air. Dalam
thermosyphon tersebut, fenomena perubahan densitas air karena
perubahan suhu menyebabkan air bersirkulasi dalam sistem. Seperti
air yang didinginkan dalam radiator akan turun sementara air panas di
jaket akan naik dan mengalir ke bagian atas radiator. Sistem ini
sederhana, namun kemampuan menyirkulasikan air kecil dan hanya
dapat memberikan tingkat sirkulasi yang lambat, oleh karena itu,
sistem ini memerlukan memerlukan elemen pendinginan yang lebih
besar. kadang- kadang tangki air dengan kapasitas yang cukup
digunakan sebagai pengganti radiator untuk memberikan sistem
pendinginan thermosypon.

c) Indirect cooling dengan sirkulasi air dibantu oleh pompa
Pada sistem ini, air dingin dipaksa bersirkulasi melewati
Cylinder Jacket dengan bantuan pompa yang biasanya dipasang pada
frame mesin dan mendapatkan daya dari poros engkol. Air panas
dikirim ke perangkat pendinginan, misalnya cooling tower atau spray
ponds, yang nantinya diambil lagi untuk sirkulasi setelah
didinginkan. Sistem ini adalah yang paling banyak digunakan dalam
unit berukuran besar dan menengah.
Terdapat dua jenis water coling system pada pembangkit
listrik tenaga diesel yaitu :











a) Open or single circuit system
Pada sistem ini, pompa menyedot air dari kolam pendingin
dan memompa air ke dalam cylinder jacket. Setelah bersirkulasi
melalui cylinder jacket, air dikembalikan ke wadah pendingin. Sistem
ini dapat menyebabkan korosi dalam cylinder jacket karena gas
terlarut dalam air pendingin.
b) Closed or double circuit system
Dalam sistem ini, refrigrant primer dibuat untuk mengalir
melalui heat excanger. Refrigrant primer membawa panas dari
cylinder jacket, dan panas tersebut dipindakan ke refrigrant sekunder
atau air melalui heat excanger. Kondisi ini berlangsung secara
terus menerus seingga terjadi kesetimbangan thermal pada mesin.
Sistem ini mengurangi resiko terjadinya korosi pada bagian cylinder
jacket, karena korosi kemungkinan besar terjadi pada bagian wadah
atau eat exchanger.
Pada pembangkit listrik tenaga diesel di laboratorium Teknik
Konversi Energi, Sistem pendinginan menggunakan jenis Closed /
double circuit system. Berdasarkan Manual book mesin diesel
tersebut, diketaui cooling circuit digambarkan seperti berikut :









Gambar 2.5 Cooling circuit

You might also like