You are on page 1of 10

TUGAS MAKALAH MANAGEMENT

DISCHARGE PLANNING









M. Diha Rofiud Darojat
20100660072

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2014






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien.berbagai kemungkinan buruk yang akan
membahayakan bagi pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran penting
perawat dalam setiaptindakan keperawatan dengan melakukan intervensi
keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun
psikis.
Oleh karena itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu mengenali
tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan pasien
dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara memanajemen
pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan
masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan
atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat
menyebabkan pasienmeningkatkan komplikasi (Perry & Potter, 2006).
Ketidak siapan pasien menghadapi pemulangan juga dapat terjadikarena pasien
terlalu cepat dipulangkan sehingga hal ini juga beresiko terhadapterjadinya
komplikasi pasca bedah setelah di rumah, dan juga dikarenakan pemulangan yang
tidak direncanakan yang dapat berakibat kepada hospitalisasi ulang(Torrance,
1997). Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukanoleh
Williams (2006) bahwa mayoritas pasien yang menerima informasi tentangnyeri
dan manajemen luka, aktivitas, nutrisi, dan komplikasi pada umumnyamerasakan
bahwa tidak mengalami perasaan khawatir yang membuat mereka akanmengadakan
kunjungan tidak rutin ke fasilitas kesehatan setelah dipulangkan.Sedangkan pasien yang
tidak mendapat informasi tentang nyeri dan manajemen lukamenurut Williams
(2006) mengalami kekhawatiran yang memaksa mereka untuk melakukan
kunjungan tidak rutin kepada suatu fasilitas kesehatan setelahdipulangkan.
Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan. Orem
(1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa intervensi keperawatan
dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri
sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu bentuk intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan adalah discharge planning (perencanaan pemulangan
pasien) untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-
teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri
(The Royal Marsden Hospital 2004). Discharge planning yang tidak baik dapat
menjadi salah satu faktor yang memperlama proses penyembuhan di
rumah(Wilson-Barnett dan Fordham, 1982 dalam Torrance, 1997. Kesuksesan
tindakandischarge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan
perawatan lanjutanyang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit
(Hou, 2001 dalam Perry &Potter, 2006).

























BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DISCHARGE PLANNING
A. Pengertian
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang laindi dalam
atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Sedangkan Jackson(1994,
dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning
merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya
dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu
lingkungan ke lingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefenisikan
discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan
informasikepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukansehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatuagen
pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasienuntuk
menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif
seharusnyamencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yangkomprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosakeperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apayang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

B. Pemberi Layanan Discharge planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif danmelibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibatdalam
memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).
Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-
teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan
kesehatan dan sosial bekerja sama (Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital,
2004).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsisebagai
konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitaskesehatan,
menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk
merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning (DischargePlanning
Association, 2008).
C. Penerima Discharge Planning
Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning(Discharge
Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yangmenyebabkan
pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatanyang
berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit
terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry &
Potter,2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi
tentangsemua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008).

D. Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang
(Capernito,1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
keberlanjutanasuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan
memfasilitasikomunikasi yang efektif (Discharge Planning Association,
2008).The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan
dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan
keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu
lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal
kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka
dalam proses pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan
memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah
dipersiapkan untuk menerima pasien,mempromosikan tahap kemandirian yang
tertinggi kepada pasien, teman- teman, dankeluarga dengan menyediakan,
memandirikan aktivitas perawatan diri.

E. Prinsip Discharge Planning
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang
lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini
adalah beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital
(2004), yaitu :
1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-
sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan
kesehatanditempatkan pada satu tempat.
2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan
kualitastinggi pada semua pasien
3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang terutama.
6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara
timkesehatan dengan pasien/ care giver , dan kemampuan terakhir disediakan
dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan
ketikamenyusun discharge planning .

F. Proses Pelaksanaan Discharge Planning
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial,
budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses
discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan
berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha
discharge planning . Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut
selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai
dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan.
Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan
setelah pemulangan.Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai
berikut :
a) Pengkajian
1. Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien denganmenggunakan
riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care giver ; fokus pada pengkajian
berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, statusfungsional, sistem pendukung
sosial, sumber-sumber finansial, nilaikesehatan, latar belakang budaya dan etnis,
tingkat pendidikan, sertarintangan terhadap perawatan.
2. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan
kesehatan berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah,
penggunaan alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan
kesehatan, dankemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang
lebihdiminati pasien (seperti membaca, menonton video, mendengarkan petunjuk-
petunjuk). Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materitertulis yang layak
tersedia. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara
pembelajaran yang berbeda pada pasien.
3. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatandiri
seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan,fasilitas kamar
mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah
dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
4. Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter pemberi
terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan perawatan
rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas.
5. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan kesehatan
di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuankeluarga untuk
mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini
sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan
pasien dan keluarga untuk mengetahuikekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-
raguan diantara keduanya.
6. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan
pembatasan.
7. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhan
setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis,
perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhanrujukan
pada waktu yang berbeda.




G. Unsur-Unsur Discharge Planning

Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang
harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain :

1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat
dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek
samping yangumum terjadi.
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan
lain,dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu
akandiadakannya.
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan,diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan
insulin,dan lain-lain).
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapisetelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi setiap janjiuntuk control .
7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang
bisadihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawat yangmenjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul,
oksigen, dan lain-lain) besertadengan nama dan nomor telepon setiap
institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.








BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam
proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya
sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning
menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung
jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang kekelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge
planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan
data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial,
menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,memberikan
tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan
meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota timkesehatan,
perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukantindakan,
berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasienmemperoleh
tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.















DAFTAR PUSTAKA


http://belajar90.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
gangguan -kardiovaskuler.html
http://www.omdhani.info/topik/discharge-planning.html
http://www.rsbk-batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25
http://id.wikipedia.org/wiki/dischargeplanning.html
http://www.infopenyakit.com/2008/01/rehabilitasi-penyakit-jantung-bawaan.html
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/174-rehabilitasi-
penyakit-jantung-bawaan.html
http://medicastore.com/penyakit/4/rehabilitasi-pasien-kardiovaskuler.htm
http://www.scribd.com/doc/34548046/Makalah-Discharge-Planning-Dan-
Rehabilitasi

You might also like