You are on page 1of 2

Penerapan nilai agama moral dan akhlak mahasiswa dlm masyarakat

Disadari bahwa pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat
kompleks. Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan
pesatnya kemajuan teknologi komunikasi .globalisasi mempengaruhi nilai-nilai solidaritas sosial
seperti sikap individualistik, materialistik, hedonistik yang berimplikasi terhadap tatanan budaya
masyarakat Indonesia sebagai warisan budaya bangsa seperti memudarnya rasa kebersamaan,
gotong royong, melemahnya toleransi antarumat beragama, menipisnya solidaritas terhadap
sesama, dan itu semua pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya rasa nasionalisme
sebagai warga negara Indonesia. Akan tetapi, dengan menempatkan strategi pendidikan sebagai
modal utama dalam pembangunan karakter sehingga masa depan bangsa ini dapat diselamatkan
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku sosial menyimpang dikalangan para remaja. Di
antaranya dikarenakan longgarnya pegangan terhadap agama, hilanglah kekuatan pengontrol yang
ada didalam dirinya. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan
sebagaimana semestinya, Derasnya arus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Pembangunan karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif dengan
melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah; masyarakat termasuk teman sebaya, generasi
muda, lanjut usia, media massa, pramuka, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi
profesi, lembaga swadaya masyarakat; kelompok strategis seperti elite struktural, elite politik,
wartawan, budayawan, agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat. Adapun strategi
pembangunan karakter dapat dilakukan melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan,
pembudayaan, dan kerja sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kebutuhan
masyarakat serta pendekatan multidisiplin
endidikan Moral dan Karakter (Morale and Character Building) harus dipersiapkan secara benar dan
serius dengan cara mengarahkan, membentuk dan mengembangkan potensi moral, akhlak,
intelektual dan kepribadiannya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai
pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi sebagai lembaga
formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas
pendidikan moral dan karakter.
Banyaknya komunitas-komunitas sosial kemahasiswaan seperti HMI, PMII adalah sebenarnya suatu
modal (stright) yang apabila di kembangkan dan di bina serta kontrol secara baik dan seimbang
antara nilai-nilai tauhid indifidual maupun tauhid sosialnya, maka realita yang seperti di atas tidak
perlu terjadi, yang pada gilirannya akan muncul generasi-generasi muda bangsa yang unggul dan
peka terhadap nilai-nilai islami di masa yang akan datang
Praktik pendidikan di Indonesia cenderung lebih berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill
(keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun kurang
mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ), dan
spiritual intelligence (SQ). Pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi
sosial) sebab ini sangat penting dalam pembentukan karakter anak bangsa sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Pendidikan soft skill
bertumpu pada pembinaan mentalitas agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan realitas
kehidupan. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
keterampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft
skill).


Pendidikan karakter selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai,
dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam:
Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga
dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and
Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan
dengan mengacu pada grand design tersebut.

You might also like