You are on page 1of 22

1

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan Psikologis adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), perilaku (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat dikatakan
bahwa Gangguan Psikologis adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu: Gangguan Saraf (Neurosis)
dan Gangguan Jiwa (Psikosis). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang
terpenting diantaranya adalah: ketegangan (tension), rasa putus asa, murung, gelisah, cemas,
perilaku kompulsif, histeria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran
negatif dan sebagainya.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Skizophrenia adalah
merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas,
serta sejumlah akibat yang bergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan social
budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul, kesadaran
yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Diagnosis berdasarkan gejala atau deskripsi klinis
dan merupakan suatu sindrom.
1

Kasus
Seorang laki-laki 25 tahun, belum menikah, tidak bekerja, mengeluh dan merasa yakin bahwa di
dalam perutnya terdapat sesuatu yang bergerak-gerak sehingga ia merasa mulas dan ia berusaha
untuk memuntahkan keluar. Sudah di USG dengan hasil tidak ada kelainan pada organ-organ
dalam abdomennya, tetapi ia masih tetap yakin bahwa katak itu masih ada, dan ia minta untuk
dioperasi dan dikeluarkan kataknya. Sudah diberi penjelasan oleh dokternya bahwa itu tidak
benar, tetapi ia tetap tidak percaya. Hal ini sudah dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya.


2

BAB II: ISI PEMBAHASAN

2.1 Anamnesis/Riwayat psikiatrik
Tujuan wawancara ini adalah untuk mendapatkan:
2
Telusuran riwayat hidup pasien
Menciptakan rapport dan aliansi terapeutik
Mengembangkan saling kepercayaan dan keyakinan
Mengerti fungsi sekarang
Membuat diagnosis
Membuat rencana terapi
Suatu evaluasi menyeluruh terhadap pasien psikiatrik mencakup riwayat psikiatrik,
pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik lengkap, evaluasi uji tapis laboratorium dan bila
ada indikasi, lakukan uji psikologis dan biologic tertentu. Riwayat dan status mental biasanya
diperoleh saat wawancara awal.
Yang diperlukan adalah lebih dari sekadar mengumpulkan fakta. Pewawancara mencari
informasi yang berguna bukan hanya dari riwayat dan status mental, tetapi juga dari gaya
interpersonal pasien dan komunikasi nonverbal serta dari urutan dan pilihan topic yang
dimunculkan pasien. Kerana begitu banyak informasi yang tersedia dari luar bagian resmi
wawancara, penting untuk menghindari suatu wawancara terstruktur yang terlalu dini. Mula-
mula, biarkan pasien mengekspresikan hal yang diminatinya dan memberikan alasan
kedatangannya meminta pertolongan. Bersikaplah positif, penuh perhatian, tidak menghakimi,
dan mengembangkan rapport dengan pasien dan coba untuk mendapatkan pemahaman empatik
terhadap penderitaannya. Bangunlah suatu indera kualitatif terhadap keterbatasan pasien.
Bantulah menghalau kecemasan jika ada. Bersikaplah sabar, bersahabat dan mahu menerima jika
pasien diam sahaja. Jika pasien bicara tidak karuan, pewawancara harus menggunakan struktur
pada awal wawancara. Jika paranoid, majulah perlahan-lahan. Putuskan secara cepat apakah
3

pasien cenderung bersifat agresif, cenderung bunuh diri atau membutuhkan rawat inap di rumah
sakit.
2-4

Jika dilakukan secara terampil, banyak informasi yang diperlukan dari riwayat dan
pemeriksaan status mental dapat diperoleh tanpa didesak-desak. Pada saat wawancara, ingatlah
dengan baik data-data yang kurang dan sisakan waktu menjelang akhir wawancara untuk
mendapatkan jawabannya dengan pertanyaan langsung. Transisi ke arah gaya wawancara yang
lebih formal dapat lancar jika rapport telah dikembangkan sebelumnya.
2
Riwayat psikiatrik adalah cerita kronologik dari kehidupan pasien dari lahir hingga sekarang
(juga disebut anamnesis). Berikut adalah hal yang diwawancarakan:
2
Identitas pasien: nama, alamat, umur, ras, jenis kelamin, status marital, agama,
pendidikan, alamat, no telepon, jabatan, sumber rujukan dan sumber informasi jika
pasien tak kooperatif.
Keluhan utama: pertanyaan singkat menggunakan kata-kata pasien sendiri tentang
mengapa ia di rumah sakit atau datang ke tempat konsultasi. Apakah terdapat
perbedaan bermakna dari laporan yang diberikan oleh orang yang menemani pasien?
Riwayat penyakit sekarang: perkembangan gejala dari waktu muncul hingga kini
yang meliputi hubungan antara kejadian kehidupan, konflik, stressor, obat, perubahan
dari tingkat fungsional sebelumnya. Dapatkan deskripsi dan perasaan pasien tentang
penyakitnya ( masalahnya).
Riwayat medis/psikiatrik terdahulu: gangguan psikiatrik; penyakit psikosomatik,
medis, neurologic (trauma kranioserebral, konvulsi). Tentukan beratnya penyakit,
terapi, obat-obatan, hasil, rumah sakit, dokter. Nilai apakah keluhannya berfungsi
mencapai tujuan tertentu (perolehan sekunder).
Riwayat peribadi:
Kelahiran dan masa bayi: tentukan kehamilan dan persalinan ibu, adakah
kehamilan direncanakan atau tak dikehendaki? Dapatkan perkiraan masalah
temperamen dan perilaku. Dapatkan tanda penting perkembangan-berdiri,
berjalan, berbicara, temperamen.
4

Masa kanak-kanak: kebiasaan makan, latihan buang air besar dan kecil,
keperibadian (malu, terbuka), tindak-tanduk umum dan perilaku, hubungan
dengan keluarga dan sosisal, penyesuaian di sekolah, stabilitas keluarga. Adakah
penyiksaan atau kekerasan dalam keluarga?
Remaja: hubungan dengan teman dan autoritas, riwayat sekolah, kelas, masalah
emosional, penggunaan obat, umur pubertas.
Riwayat sosial: hubungan interpersonal seperti apa yang dapat dibuat oleh pasien?
Apakah ia menjadi penyendiri? Pengikut? Pemimpin? Kelompok aktivitas apa
yang ia miliki saat ini dan di waktu lampau? Siapakah orang penting bagi pasien
saat ini dan di masa lalu? Seperti apakah keperibadian pasien sebelum sakit?
Perkahwinan: pada umur berapa? Berapa kali? Pola hubungan di dalam
perkahwinan? jumlah anak dan sikap terhadap mereka?
Riwayat seksual: orientasi seksual? Masalah psikoseksual atau perilaku
menyimpang? Perasaannya tentang seks.
Pendidikan: tingkat tertinggi yang dicapai? Kesulitan akademik tertentu? Masalah
perilaku dan sosial?
Riwayat kelurga: siapa yang tinggal serumah? Pasien harus menggambarkan mereka
dan hubugannya dengan mereka. Dapatkan penjelasan silsilah keluarga pasien dan
perannya di dalam keluarga. Apakah pasien termasuk keluarga yang bergerak maju?
Daptkan detail penyakit psikiatrik dan medis pada anggota keluarga dengan rinci.
3


2.2 Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mental adalah pencatatan sistematik kualitas fungsi mental pada saat
wawancara. Pemeriksaan status mental membantu diagnosis saat ini maupun rencana
penatalaksanaannya dan berfungsi sebagai data dasar untuk referensi di masa yang mendatang.
Status mental adalah irisan melintang dari kehidupan psikologik pasien dan mencerminkan
keseluruhan dari observasi dan kesan psikiater pada saat itu.
1


5

Penampilan umum: perhatikan penampilan, perilaku umum dan sikap terhadap
pemeriksa.
Penampilan: kesan keseluruhan pasien: menarik, tidak menarik, postur tubuh,
pakaian, sisiran rambut, sehat atau sakit, tampak tua atau tampak muda, marah,
bingung, ketakutan, tidak nyaman, apatis, sikap rendah diri, tidak berhargam
feminin, maskulin dll.
Perilaku umum: manerisme, sikap tubuh, perlawanan, retardasi psikomotor,
kekakuan, kedutan, suka mencomot sesuatu, canggung, meremas-remas tangan.
Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, bermusuhan, defensive, merayu, suka
mengelak, mencari muka.
Beberapa pasien skizofrenia dapat terlihat seperti menatap dan yang lain tampak pandangannya
kosong.
Kesadaran: apakah pasien dalam keadaan sadar (menyedari stimulus internal maupun
eksternal)? Apakah pasien letargik, misal, apakah ia melamun atau pikirannya
mengembara? Pasien harus dalam keadaan sadar selama pemeriksaan agar hasil
pemeriksaan dapat dipercaya.
2

Orientasi: biasanya kita sadar akan diri kita, hubungan kita, tempat kita berada dan
waktu yang sedang berlangsung. Ahli klinis harus melihat apakah pasien kehilangan
orientasi dan jika ragu-ragu mengenai hal ini, tanyakan pada pasien siapa diri dia
sebenarnya, siapa orang lain dan di mana mereka berada? Disorientasi mungkin ada
hubungan dengan masalah-masalah seperti degenerasi otak, intoksikasi obat atau zat atau
skizofrenia.
3

Memori/daya ingat: ujilah ketiga jenis memori yaitu memori segera, jangka pendek dan
memori jangka panjang.
Ingatan jangka panjang: dapatkan informasi peribadi seperti kapankah anda
dilahirkan? Dimanakah anda sekolah? Tanggal pernikahan?
Ingatan jangka pendek: tanyakan pertanyaan tentang kejadian selama 24 jam
terakhir. Misalnya, di manakah anda kelmarin? Ada berita apa di TV tadi malam?
6

Pada gangguan mental organic, daya ingat jangka pendek hilang dahulu sebelum
memori jangka panjang hilang.
Ingatan sesaat: memita pasien mengulangi angka, minta pasien mencoba
mengingat 3 hal yang tak berkaitan kemudian menyebutnya kembali setelah 5
menit. Ansietas dapat mengurangi retensi hal baru dan daya ingat jangka pendek.
Sensorium: diartikan sebagai seluruh perlengkapan pancaindera individu dan digunakan
oleh ahli kllinis untuk menyebut focus perhatian pasien, kapasitas untuk konsentrasi dan
tingkat kesadarannya tentang dunia. Perhatian atau konsentrasi pasien yang berubah-ubah
pada waktu wawancara atau yang tidak responsive mungkin mengalami kesulitan dalam
mengolah informasi dari dunia luar. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan organic.
Persepsi: suatu proses psikologis yang membolehkan seseorang mentafsirkan informasi
yang diberikan oleh pancaindera. Apakah pasien berhalusinasi (persepsi imajinatif
semata) samada auditorik, visual, taktil atau olfaktorik? Kemudian tentukan apakah
halusinasi bersifat tuduhan, ancaman atau perintah. Jika tidak muncul spontan, deteksi
adanya halusinasi dengan pertanyaan-pertanyaan seperti pernahkah anda punya
pengalaman mendengar nama anda dipanggil ketika sedang berjalan sendirian dan
mendapatkan tak seorang pun berada di situ? Gangguan persepsi lain seperti ilusi,
depersonalisasi, dan derealisasi.
Mood dan afek: mood adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan
lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Manakala afek adalah
respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan,
sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat.
Hal yang penting adalah apakah afek itu tepat atau tidak dengan kehidupan atau ide yang
diungkapkan pasien. Ketidaktepatan afek seperti tertawa pada waktu berbicara mengenai
peristiwa sedih atau reaktivitas emosional yang kurang (digambarkan sebagai afek
tumpul atau rata) sering dihubungkan dengan masalah-masalah berat seperti skizofrenia.
Inteligensia: menilai tingkat umum fungsi intelektual pasien berdasarkan cara berbicara
pasien (tingkat kosakata dan kemampuan untuk mengungkapkan ide-idenya dengan
jelas), tingkat pengetahuan umum dan status sosio-ekonomis yang diperoleh (sejarah
7

pendidikan dan pekerjaan). Sebagai dokter periksalah tingkat pendidikan untuk menilai
hasilnya dan singkirkan retardasi mental dan IQ perbatasan.
Bentuk pikir: apakah pikiran pasien dapat difahami? Apakah isi pikir yang satu dan
lainnya berurutan secara logis, atau apakah pasien menunjukkan sirkumstansial
(pembicaraan berputar-putar untuk sampai ke tujuan, banyak pernak-pernik yang tidak
relevan), lompat gagasan; melompat secara cepat dari satu ide ke ide yang lainnya,
biasanya dirangsang oleh kata-kata atau pikiran sebelumnya tetapi hubungannya masih
dapat dimengerti. Perilaku mengelak, asosiasi melonggar (tangensial/derailment yaitu
pikiran-pikiran tidak berhubungan, tetapi pasien tidak menyedarinya), perseverasi
(pengulangan pikiran atau bagian kalimat yang sama yang tidak perlu) atau bloking
(pembicaraan/alur pikir terhenti/terputus dan ditemukan kembali beberapa saat atau menit
kemudian). Apakah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan relevan? Minta pasien untuk
member penilaian terhadap pikiran-pikirannya sendiri. Gangguan-gangguan di dalam
proses pikir umumnya dihubungkan dengan skizofrenia atau gangguan afektif.
Isi pikir: yang terganggu adalah buah pikirannya atau keyakinannya dan bukan cara
penyampaiannya. Dapat berupa miskin isi pikir, waham, obsesi, fobia, dan lain-lain.
Apakah pasien merasa orang lain ingin melukainya? Apakah merasa memiliki
kemampuan khusus? Apakah ada pikiran yang tak dapat disingkirkan? Apakah ada
merasakan sensasi tubuh yang aneh?

2.3 Pemeriksaan fisik
Untuk pasien gangguan jiwa, pada pemeriksaan fisik dilihat keadaan kesadaran, tanda-tanda vital
seterusnya dilakukan pemeriksaan fisik terhadap seluruh tubuh untuk memastikan adakah
keluhan fisik yang mempengaruhi keluhan jiwa pasien. Pemeriksaan fisik pada pasien
skizofrenia tidak mendorong pada penegakkan diagnosis sebaliknya bertujuan untuk melakukan
skrinning terhadap tahap kesehatan pasien untuk mengatur penatalaksanaan serta menyingkirkan
kemungkinan diagnosis gangguan psikosomatik.
4,5


8

Tahap kesadaran:
1
Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam
menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu mampu memahami
apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta bereaksi secara memadai.
Apatia: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu berespon lambat
terhadap stimulus dari luar. Orang dengan kesadaran apatis tampak tak acuh terhadap
situasi disekitarnya.
Somnolensi: adalah suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung tidur. Orang
dengan kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan bereaksi lambat terhadap
stimulus dari luar.
Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan kesadaran sopor nyaris
tidak berespon terhadap stimulus dari luar, atau hanya memberikan respons minimal
terhadap perangsangan kuat.
Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi kognitif
yang luas. Perilaku orang yang dalam keadaan delirium dapat sangat berfluktuasi, yaitu
suatu saat terlihat gaduh gelisah lain waktu nampak apatis. Keadaan delirium sering
disertai gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi. Biasanya orang dengan delirium
akan sulit untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian (3P
terganggu).
Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak dapat
bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat apapun perangsangan diberikan
padanya.



9

Tanda-tanda vital normal:
Tekanan darah: 120/80mmHg
Frekuensi nadi: 60-80x/menit
Frekuensi pernafasan: 15-20x/menit
Suhu: 36.9 C
Pemeriksaan fisik tubuh terbahagi kepada empat yaitu:
Inspeksi
Kulit (psikatrik, striae, dilatasi vena, rash, lesi)
benjolan
Bentuk toraks
Umbilicus (observasi kontur dan lokasi, dan tanda-tanda hernia dan inflamasi)
Kontur abdomen (simetris, tonjolan, massa, peristaltik, pulsasi)
Palpasi
Identifikasi resistensi muskuler, kelembutan abdomen, organ / massa.
Identifikasi massa (lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, pulsasi, kelembutan)
Adakah terdapat nyeri pada perabaan?
Palpasi titik McBurney: apendiks
Perkusi
Lapangan toraks: sonor, redup, pekak, hipersonor
Identifikasi massa di abdomen (solid, berisi air)
Ketuk pada sudut kostovertebral dan cara balatomen: pemeriksaan ginjal
Auskultasi
Bunyi pernafasan
Bruits (tekanan darah tinggi)
Friction rubs (tumor hepar, infeksi gonokokal sekitar hepar, infark spleen). Lokasi
sekitar hepar dan spleen.
4


10

2.4 Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada hasil laboratorium khas pada kasus skizofrenia. Pemeriksaan darah berikut harus
dilakukan pada semua pasien, yaitu pada awal penyakit dan setelah itu secara berkala:
Hitung darah lengkap
Tes fungsi ginjal, hati dan tiroid
Elektrolit, glukosa, B12, folat, dan kalsium
Jika pasien adalah wanita usia subur, tes kehamilan itu penting.
Jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes treponemal spesifik dapat membantu.

Studi Imaging
Imaging otak diindikasikan untuk menyingkirkan hematoma subdural, vaskulitis, abses
otak dan tumor.
X-ray dada harus dilakukan jika penyakit paru atau keganasan okultisme dicurigai.

Pemeriksaan lain
Tes neuropsikologis pada pasien dengan skizofrenia sering menunjukkan pengolahan
informasi yang buruk, gangguan memori, kesulitan dalam abstraksi dan mengenali isyarat
sosial, dan distractibility mudah. Penentuan kelemahan kognitif pasien dan kekuatan
dapat membantu dalam perencanaan perawatan.
Jika diindikasikan, sebuah elektroensefalogram (EEG) dapat berguna.
Elektroensefalogram merekam aktivitas listrik di otak. Pada beberapa keadaan, seperti
seizure dapat dilihat melalui perubahan corak normal aktivitas listrik di otak.

2.5 Working diagnosis
Working diagnosis pada kasus ini adalah skizofrenia paranoid. Untuk menegakkan diagnosis
skizofrenia harus ada sedikitnya satu simptom di bawah yang amat jelas (dan biasanya dua
simtom atau lebih, apabila simptom tersebut kurang tajam atau kurang jelas) dari simtom yang
termasuk salah satu dari kelompok (a) sampai dengan (d), atau paling sedikit dua simtom dari
kelompok (e) sampai dengan (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu
11

bulan atau lebih. Kriteria untuk menegakkan diagnosis skizofrenia adalah berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III). Antaranya seperti berikut:
4
1. Mempunyai satu atau dua gejala nyata dari:
a) Isi pikiran
Bergema (thought echo)
Disisipi/ditarik (thought insertion/withdrawal)
Disiarkan( thought broadcasting)
b) Waham
Dikendalikan (delusion of control)
Dipengaruhi (delusion of influence)
Pasrah pada kekuatan luar (delusion of passivity)
Pengalaman indrawi tak wajar (mistik, delusional perception)
c) Halusinasi auditorik: berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri atau halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh
d) Waham menetap lain: yang menurut budaya setempat tidak wajar/mustahil.
2. Atau paling sedikit harus ada dua gejala di bawah ini yang selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi menetap jenis apa saja yang
Disertai waham tak lengkap
Disertai ide berlebihan
Terjadi setiap hari hingga berminggu atau bulan
f) Arus pikiran: interpolasi, inkoheren, irrelevant, neologisme
g) Perilaku katatonik: perilaku gaduh gelisah (excitement), posturing, flexibilitas cerea,
stupor, negatisme, mutisme
12

h) Gejala negative: apatis, miskin pembicaraan, afek tumpul/tak wajar, penarikan diri.
Tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut harus telah berlangsung selama satu bulan atau lebih
serta harus ada suatu perubahan konsisten dan bermakna secara menyeluruh daam aspek
perilaku pribadi yang bermanifestasi sebagai hilang minat, hidup tak bertujuan, tak berbuat
sesuatu, larut dalam dirinya sendiri, penarikan diri dari sosial.
Subtipe skizofrenia
Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revised (DSM-IV-
TR) membagi skizofrenia atas subtipe secara klinik, berdasarkan kumpulan simptom yang paling
menonjol. Pembagian subtipe skizofrenia:
4

1) tipe katatonik: symptom katatonik yang menonjol
2) tipe disorganized: adanya kekacauan dalam bicara dan perilaku, dan afek yang tidak
sesuai atau datar.
3) tipe paranoid: simptom yang menonjol merupakan adanya preokupasi dengan waham
atau halusinasi yang sering.
4) tipe tak terinci (undifferentiated): adanya gambaran simptom fase aktif, tetapi tidak sesuai
dengan kriteria untuk skizofrenia katatonik, disorganized, atau paranoid. Atau semua
kriteria untuk skizofrenia katatonik, disorganized, dan paranoid terpenuhi.
5) tipe residual: merupakan kelanjutan dari skizofrenia, akan tetapi simptom fase aktif tidak
lagi dijumpai.

Berdasarkan kasus ini, pasien ini didiagnosis sebagai penderita skizofrenia paranoid berdasarkan
penemuan klinis waham dan halusinasi yang menonjol selama lebih dari 1 bulan.






13

2.6 Diagnosis banding
Skizofrenia harus benar-benar dibedakan dengan semua kondisi yang menimbulkan psikosis
aktif. Misalnya, gangguan skizoafektif, gangguan afektif berat dan semus kondisi organic yang
sangat mirip dengan skizofrenia seperti epilepsy lobus temporalis, tumor lobus temporalis,
stadium awal penyakit Wilson, stadium awal Khorea Huntington, stadium awal multiple
sklerosis dan sindroma lupus eritomatosus (SLE), penyalahgunaan zat yang kronik dan
halusinasi alkoholik kronik.
Gangguan skizoafektif
Gejala dan tanda klinis dari gangguan skizoafektif termasuk semua gejala dari
skizofrenia, mania dan depresi.
Gejala gangguan skizofrenia dan afektif dapat tampil bersama atau silih-berganti.
Diagnosis gangguan skizoafektif lebih kukuh apabila gejala psikotiknya sudah
menetap tanpa gejala afek menonjol untuk paling sedikit 2 minggu tetapi jangka
waktu dari semua gejala harus kurang dari kurun waktu sebagai persyaratan
diagnosis skizofrenia. (satu bulan)
Gangguan skizoafektif bipolar tipe depresif, secara prognostik sama dengan
pasien skizofrenia.

Penyalahgunaan zat
Zat akibat gangguan psikotik seperti Amfetamin dan kokain sering menyebabkan
halusinasi, paranoia, atau delusi. Phencyclidine (PCP) dapat mengakibatkan
gejala baik positif dan negatif.

Gangguan skizophreniform
Kriteria untuk skizofrenia dipenuhi, tetapi durasi penyakit kurang dari enam
bulan.
Hanya berlangsung selama 4 minggu hingga 6 bulan. Apabila seseorang individu
telah didiagnosis gangguan skizofrenifom, tetapi symptom-simptomnya muncul
selama lebih dari 6 bulan, maka individu tersebut harus didiagnosis ulang sebagai
seseaorang yang menderita skizofrenia.
3

14

2.7 Etiologi
Terdapat lima faktor yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia yaiu:

1) Faktor biologis: kemaknaan penemuan-penemuan di bawah ini belum diketahui pasti,
bagaimanapun, ini menunjukkan adanya dasar biologic dan heterogenitas skizofrenia.
Tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik pada penderita
skizofrenia.
Ditemukan beberapa gangguan organic seperti pelebaran ventrikel III dan lateral yang
stabil dan kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit.
Atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaiti girus parahipokampus,
hipokampus dan amigdala
Disorientasi spasial sel pyramid hipokampus
Penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral
Komplikasi persalinan (premature, berat badan lahir rendah, lahir pada masa epidemic
influenza) lebih besar kecenderungan pada yang lahir pada akhir musim dingin atau awal
musim panas dan terdapat gangguan neurologi minor.

2) Biokomia
4

Dapat berupa gangguan neurotransmitter (penyampai pesan secara kimiawi) dimana
terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine, apabila kadar dopamine
berlebihan atau kurang, penderita dapat mengalami gejala positif atau negatif. Gejala
positif adalah gejala yang berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal
manakala gejala negative adalah berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal.
Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu
terjadinya peningkatan aktivitas dopamine sentral. Hipotesisi ini dibuat berdasarkan
penemuan bahwa pemberian obat-obat neuroleptika yang efektif pada pasien skizofrenia
karena ia bekerja menghambat reseptor dopamine pasca sinaps (tipe 2) dan penemuan
peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatum, nucleus akumben dan putamen
pada skizofrenia.
Teori lain adalah peningkatan serotonin di susunan saraf pusat dan kelebihan norepinefrin
(NE) di forebrain limbik (hanya terjadi pada beberapa penderita skizofrenia).
15










3) Genetika
Mempunyai komponen yang diturunkan secara bermakna, kompleks dan poligen
Skozofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga, semakin dekat hubungan
kekerabatan semakin tinggi risiko
Kembar monozigot mempunyai risiko 4-6 kali lebih sering dibandingkan dengan kembar
dizigot
Anak yang mempunyai orang tua skizofrenia diadopsi sewaktu lahir oleh keluarga yang
normal mempunyai peningkatan angka sakitnya sama dengan apabila anak tersebut
diasuh sendiri oleh orang tuanya yang skizofrenia. Lihat table 1 di atas.

4) Faktor psikologis
Pola asuh yang dialami penderita, cara penderita menyelesaikan/menghadapi masalah,
respon penderita terhadap suatu keadaan yang akan membentuk kapasitas mental
penderita. Apabila mekanisme pertahanan mental penderita tidak matang atau lemah akan
memudahkan timbul skizofrenia.
Keluarga yang hostil, memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif
terhadap pasien, terlalu ikut campur, sangat pengeritik.

5) Faktor lingkungan/psikososial
Stress yang berlebihan dari lingkungan dapat jadi pemicu timbulnya skizofrenia


Tabel 1: Resiko terjadinya skizofrenia selama kehidupan
4

Populasi umum 1%
Kembar monozigot
*
40-50%
Kembar dizigot 10%
Saudara kandung skizofrenia 10%
Orang tua 5%
Anak dari salah satu orang tua skizofrenia 10-15%
Anak dari kedua orang tua skizofrenia 30-40%
16

2.8 Epidemiologi
Secara internasional, prevalensi skizofrenia adalah sekitar 1% di seluruh dunia.
Penderita skizofrenia mempunyai risiko bunuh diri sebanyak 10%. Kadar mortalitas juga
meningkat karena gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kombinasi gaya hidup yang
tidak sihat, efek samping medikasi dan penjagaan kesehatan yang berkurang.
Prevalensi skizofrenia pada lelaki dan wanita adalah hampir sama. Namun,
simptomatologi pada wanita kurang berat berbanding lelaki karena hal ini mungkin
akibat pengaruh estrogen terhadap efek antidopaminergik.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia akhir remaja atau dewasa muda. Awitan
pada lelaki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.
Prognosis pada laki-laki lebih buruk berbanding pada wanita. Awitan setelah umur 40
jarang terjadi.
4

Gejala positif lebih mudah untuk membaik berbanding gejala kognitif dan negative.


2.9 Manifestasi klinis
Gejala pada penderita skizofrenia sangat bervariasi. Gejala-gejala skizofrenia biasa dibgai dalam
beberapa kategori yaitu: Gejala positif, gejala negative dan gejala kognitif.
4

Gejala positif
Gangguan persepsi
Halusinasi: penderita mendengar, melihat, merasakan, mencium, mengecap
sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dimana orang lain tidak merasakan hal yang
sama. Pasien bisa mendengar suara-suara yang mengkritik, memerintah,
mengejek atau memuji.
Ilusi: penderita salah mempersepsikan apa yang dia dengar, lihat, cium, atau rasa.
Misalnya, penderita mendengar suara kucing tapi ia mengatakan tadi ia
mendengar suara malaikat yang mengatakan sesuatu. Atau penderita melihat baju
hitam di almari tapi mengatakan ada setan di almari, penderita makan salak, tapi
mengatakan ia sedang menikmati buah apel.
17

Delusi/waham: kepercayaan/keyakinan yang salah dan tidka masuk akal. Misalnya,
sering merasa diikuti oleh seseorang atau makhluk lain, curiga yang berlebihan, merasa
ada seseorang yang akan berusaha membunuh penderita, merasa sebagai orang
penting/berkuasa, merasa sedang dipantau oleh orang melalui monitor sehingga walau ke
toilet atau kamar mandi akan selalu lampu dimatikan, merasa orang-orang disekitarnya
bahkan televise sedang membicarakan tentang dirinya.
Gangguan perilaku: bisa berupa agresivitas, memukul, merusak, mengamuk, jalan-jalan
terus, tidak mahu diam, banyak bicara, bicara kacau dan marah-marah.

Gejala negative
Low motivation (avolition): penderita tidak memiliki motivasi untuk beraktivitas normal,
kehilangan ketertarikan pada semua aspek kehidupan, sulit melakukan hal-hal yang biasa
dilakukan dalam aktivitas sehari-hari sehingga mengganggu fungsi sosial penderita,
hilang minat pada hobi yang semula ada.
Social withdrawal: penderita menarik diri dari masyarakat, lebih senang sendirian, tidak
mau berteman dan merasa terisolasi.
Anhedonia: ketidakmampuan untuk merasakan rasa senang
Alogia: kemiskinan pembicaraan

Gejala kognitif
Memiliki masalah dengan ingatan: sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanja, atau
lupa akan mengerjakan sesuatu. Misalnya, akan memasak air, tetapi setelah teko diisi
dengan air, teko diletak di meja bukan di kompor atau saat mengatakan sesuatu lupa akan
apa yang sudah dikatakan.
Pikiran tidak realistic: pikiran tidak nyata, merasa dirinya mahasiswa dan bersikap seperti
mahasiswa padahal tidak kuliah, merasa sudah pernah kenal padahal baru ketemu.
Pikiran autistic: pikiran dalam dunianya sendiri yang aneh seperti merasa dirinya tikus
sehingga selalu takut bila bertemu kucing
Gangguan perhatian/konsentrasi: sulit membaca, menonton televisi dari awal sampai
selesai, sulit mempelajari sesuatu yang baru
Miskin perbendaharaan kata dan proses berfikir yang lambat
18

Kesimpulannya, skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai oleh setidaknya 2 dari gejala
berikut, untuk setidaknya satu bulan:
4
Delusi
Halusinasi
Ucapan tidak teratur (misalnya, frequent derailment atau inkoherensi)
Perilaku yang tidak teratur atau katatonik
Satu set dari tiga gejala negatif (emosi yang datar, alogia, avolition)
Hanya satu dari gejala di atas diperlukan untuk membuat diagnosis skizofrenia jika delusi
seseorang pasien itu aneh (bizarre) atau jika halusinasi terdiri dari suara yang komentar tentang
perilaku seseorang atau pikiran, atau dua atau lebih suara bercakap-cakap dengan satu sama lain.

2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanan skizofrenia dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu fisik (meliputi obat-obatan dan
terapi elektrokonvulsi), sosial dan psikologik.

FISIK
Skizofrenia diobati dengan obat antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua kelompok,
berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu AP generasi I yang merupakan dopamine receptor
antagonist (DRA) dan AP generasi II yang merupakan serotonine-dopamine antagonist (SDA).
Obat APG-I juga disebut antipsikotik konvensional atau tipikal yang berguna terutama untuk
mengontrol gejala-gejala positif sedangkan untuk gejala negative hampir tidak bermanfaat.
Sedangkan obat APG-II yang juga disebut antipsikotik baru atau atipikal bermanfaat baik untuk
gejala positif maupun negative dan efek sampingnya lebih ringan serta dapat digunakan secara
aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel darah putih setiap minggu. Standar emas baru
untuk pengobatan skizofrenia adalah APG-II.
5

Adanya perbedaan efek samping yang nyata antara antipsikotik atipikal dan antipsikotik
tipikal. Antipsikotik atipikal menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis dan lebih besar
kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolik, misalnya pertambahan berat badan,
diabetes mellitus, atau sindroma metabolik. Penanggulangan memakai antipsikotik diusahakan
sesegera mungkin, bila memungkinkan secara klinik, karena eksaserbasi psikotik akut
19

melibatkan distres emosional, perilaku individu membahayakan diri sendiri, orang lain, dan
merusak sekitar. Individu terlebih dahulu harus menjalani pemeriksaan kondisi fisik, vital signs,
dan pemeriksaan laboratorium dasar, sebelum memperoleh obat antipsikotik. Antipsikotik
dibedakan seperti berikut:
3
a) Antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama)
Klorpromazin
Flufenazin
Tioridazin
Haloperidol
dan lain-lain

b) Antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua)
Klozapin
Olanzapin
Risperidon
Quetiapine
Ziprasidone
dan lain-lain

Terapi kejang listrik/electroconvulsion therapy (ECT):
5
dapat juga bermanfaat untuk mengawal dengan cepat beberapa psikosis akut
dilakukan pada pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat-obatan dan
beberapanya dapat membaik.

SOSIAL DAN PSIKOLOGIK
5
memanipulasi pengaruh-penagruh sosial dengan tujuan unutk meredakan gejala
kekambuhan akan lebih terjadi jika pasien dikembalikan pada situasi lingkungan dengan
ekspresi emosional yang tinggi dan tertutup
Metode terapi psikososial berorientasi suportif sangat bermanfaat terutama pada terapi
jangka panjang skizofrenia.
Pasien skizofrenia harus didekati secara baik dengan penuh empati
20

Jika pasien berada dalam keadaan delirium, menunjukkan ancaman bunuh diri atau
membunuh atau tidak mempunyai dukungan masyarakat, pasien hendaklah dirawat.
Lebih baik berobat jalan karena hospitalisasi kronis sangat jelas menunjukkan efek buruk
seperti regresi, sangat menarik diri, kehilangan ketrampilan dan lain-lain
Cari erti daripada gejala-geajal psikotik, kunjungi pasien secara teratur, dengarkan,
upayakan pada penyembuhan dan selalu berupaya kea rah itu. Biarkan pasien
menghimpun kekuatan diri yang disesuaikan dengan keadaan klinis.
Terapi kelompok sangat efektif bila dikombinasikan dengan obatan.


2.11 Pencegahan
Upaya pencegahan skizofrenia melalui pendekatan biologik dan psikososial secara
holistic. Terdapat tiga bentuk pencegahan primer. Pertama, pencegahan universal, ditujukan
kepada populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah komplikasi
kehamilan dan persalinan. Kedua, pencegahan selektif, ditujukan kepada kelompok yang
mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua menciptakan keluarga yang harmonis, hangat,
dan stabil. Ketiga, pencegahan terindikasi, yaitu mencegah mereka yang baru memperlihatkan
tanda-tanda fase prodromal tidak menjadi skizofrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat
antipsikotik dan suasana keluarga yang kondusif.
6


2.12 Prognosis
Gangguan yang bersifat kronis, secara bernagsur-angsur pasien menjadi semakin menarik
diri dan tidak berfungsi setelah bertahun-tahun.
2

Sebagian gejala akut dan gejala yang lebih dramatic hilang dengan bejalannya waktu,
tetapi pasien secara kronis akan memerlukan perlindungan atau menghabiskan waktunya
bertahun-tahun di dalam rumah sakit jiwa.
Pasien skizofrenia juga kadang-kadang dapat kemungkinan besar terlibat dengan hokum
untuk pelanggaran ringan seperti menggelandang, mengganggu keamanan dan sering
dikaitkan dengan penyalahgunaan zat.
5

Sebagian kecil pasien menjadi dimensia
21

Secara keseluruhan, harapan hidup pasien skizofrenia pendek, terutama akibat
kecelakaan, bunuh diri dan ketidakmampuan merawat diri.
5

Skizofrenia dengan gejala positif berespon baik terhadap antipsikotik konvesional,
manakala skizofrenia dengan gejala negative tidak berespon terhadap antipsikotik
konvesional (berespon lebih baik terhadap obat-obat antipsikotik baru).
Prognosis lebih buruk jika pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang
tak harmonis.

Berikut adalah gambaran klinik yang dikaitkan dengan prognosis baik yaitu:
Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi secara mendadak
Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama perempuan
Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid baik.
Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi menonjol, selama episode akut
(gejala positif); beberapa hal perlu ditanyakan yaitu:
2

1) kemungkinan adanya suatu stressor yang mempresipitasi psikosis akut
dan tidak ada bukti gangguan susunan saraf pusat (SSP)
2) tidak ada riwayat keluarga menderita skizofrenia.


BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasien diatas ditegakkan diagnose skizophrenia paranoid (F.20.0) karena sesuai dengan pedoman
diagnosis yaitu memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizophrenia, dan memeuhi kriteria
diagnosis skizophrenia paranoid.


22

DAFTAR PUSTAKA

1) Indra Majid. Gejala gangguan psikologis [Artikel elektronik]. Diunduh dari
www.psikoterapis.com, pada 23 Disember 2011.

2) David A. Tomb. Buku saku psikiatris. Edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
2004. hal. 235-40.

3) Yustinus Semiun. Proses diagnosis. Dlm:Kesehatan mental. Edisi 5. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius: 2010. hal. 28-34.

4) Ayu Maharatih. Ibrahim Nuhriwangsa. Aris Sudiyanto. Psikiatri komprehensif. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran ECG; 2008. hal. 13-4, 47-53.

5) Sylvia D. Elvira. Gitayanti Hadisukanto. Skizofrenia. Dlm:Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
FKUI; 2010. hal.170-95.

6) Marlia. Cegah skizofrenia secara holistic [artikel elektronik]. 19 Februari 2010. Diunduh
dari http://www.unpad.ac.id/archives/20625, pada tangaal 6 Januari 2012.

You might also like