You are on page 1of 18

1

Angka Kematian Ibu yang Tinggi pada Puskesmas Argomulyo


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Mathyas Thanama | 102011222 | C9
mathyas_091109@yahoo.com
Pendahuluan
Kematian ibu dan anak di negara berkembang khususnya Indonesia masih sangat tinggi.
Hal ini perlu menjadi perhatian dikarenakan hal-hal yang menyebabkan kematian ibu dan bayi
sesungguhnya dapat dicegah. Pencegahan yang dilakukan dapat meliputi aspek individu maupun
lingkungan.
Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya
kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat
luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang menjadi kegiatan pokok Puskesmas
ditujukan untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak. Tujuan penulisan ini adalah agar
pembaca dapat mengetahui hal-hal yang mengenai program KIA, tujuan dari program tersebut,
program pembantu yang lain seperti Posyandu dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kematian
ibu dan anak. Penulis juga mengharapkan setelah membaca penulisan ini, pembaca dapat lebih
meningkatkan perhatiannya dan kepeduliannya terhadap masalah kematian ibu dan anak serta
ikut serta berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak secara langsung dan tidak
langsung.



2

Angka Kematian Ibu
Definisi
Mortalitas ibu merupakan salah satu indikator utama status kesehatan suatu populasi.
World Health Organization mendefinisikan mortalitas ibu sebagai kematian perempuan yang
mengandung atau meninggal dalam 42 hari setelah akhir kehamilannya, terlepas dari lamanya
kehamilan atau letak kehamilannya. Kematian wanita akibat penyebab yang berkaitan dengan
kehamilan dan atau pelaksanaanya juga dimasukkan sebagai kematian ibu. Kematian yang tiba-
tiba atau peristiwa apa pun yang tidak berkaitan dengan penyebab di saat kehamilan, kelahiran,
atau nifas tidak dimasukkan dalam kasus mortalitas ibu.
1


Penyebab
Penyebab tingginya Angka Kematian Ibu dibagi menjadi 2, yaitu:
2
1. Penyebab langsung, yang meliputi: a) Perdarahan, khususnya perdarahan post partum; b)
Eklampsia; dan c) Infeksi.
2. Penyebab tidak langsung, dibagi menjadi 2, yaitu 4T dan 4K
a. 4T :
Terlalu muda untuk hamil pertama kali
Terlalu tua untuk hamil pertama kali
Terlalu sering hamil
Terlalu banyak melahirkan
b. 4K :
Keterlambatan menyadari atau mengetahui adanya kelainan atau penyulit
kehamilan atau persalinan
Keterlambatan mengambil keputusan untuk mencari pertolongan tenaga
kesehatan
Keterlambatan tiba ditempat pelayanan kesehatan
Keterlambatan mendapatkan pertolongan oleh tenaga kesehatan
=



1
100.000
3

Puskesmas
Definisi
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
3
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut
ditujukan kepada semua penduduk, dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur,
sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia. Sebelum ada puskesmas, pelayanan
kesehatan di kecamatan adalah Pelayanan kesehatan integrasi (Terpadu) meliputi meliputi balai
pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA), usaha higiene sanitasi lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut masih bekerja sendiri-
sendiri dan langsung melapor kepada kepala dinas kesehatan daerah tingkat II. Petugas balai
pengobatan tidak mengetahui apapun yang terjadi di BKIA. Begitu juga sebaliknya, petugas
BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh petugas higiene sanitasi.
3
Fungsi dari Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.
3
Jenis Pelayanan
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu :
3
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk
mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh
seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama
anamnesis dan pemeriksaan
4

2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk
membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan
(individu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas
yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk
ber-KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi
masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium
(GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah:
3
1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan
petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja Puskesmas
2. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu pengetahuan
fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet maupun masyarakat
umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak sekolah dan
kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus tertentu
dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat tinggalnya
untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan
keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia
4. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang ditujuhkan
untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja puskesmas dalam
5

rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat kerja
oleh petugas puskesmas
5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang
dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung (mengatasi
kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu penyakit yang
terbanyak di jumpai di Puskesmas
6. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh
tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka
mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan
pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan
konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.
7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan pencegahan
kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif
masyarakat. Misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
8. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya
kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia
lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,
kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok
masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang
dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun
temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun
keterampilan (pijat, patah tulang).
6

10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji yang
meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan kesehatan
jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Kegiatan Program KIA
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat transportasi/ komunikasi, pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun
dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan
kesehatan di taman kanak-kanak.
4
Pelayanan Program KIA
a. Pelayanan antenatal
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal 5 T untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
4

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Pemberian Imunisasi TT lengkap
4. Ukur Tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
6. Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada
triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
7


b. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :
1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
2. Dukun bayi : Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus. Tidak terlatih ialah dukun bayi yang belum
pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan
belum dinyatakan lulus.
4

c. Deteksi dini ibu hamil berisiko
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah: a) Primigravida kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun; b) Anak lebih dari 4; c) Jarak persalinan terakhir dan
kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun; d) Tinggi badan kurang dari
145 cm; d) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm;
d) Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital;
dan e) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi : Hb kurang dari 8 gram %, tekanan darah
tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg, oedema yang
nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat atau
sepsis, persalinan prematur, kehamilan ganda, janin yang besar, penyakit kronis pada ibu,
riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi: BBLR atau berat lahir kurang dari 2500
gram, bayi dengan tetanus neonatorum, bayi baru lahir dengan asfiksia, bayi dengan
ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir, bayi baru lahir dengan
sepsis, bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram, bayi preterm dan post term, bayi
lahir dengan cacat bawaan.
4

d. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi/kegawatdaruratan obstetri (kebidanan) mendapatkan penanganan
definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan
8

rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU,
RSU PONEK). Yang dimaksud penanganan definitif adalah penanganan/pemberian
tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
4
e. Pelayanan Nifas
Ibu nifas (ibu masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin) mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu
6 jam 3 hari, 4 28 hari dan 29 42 hari setelah bersalin.
Pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar yang diberikan, sekurang
kurangnya meliputi: 1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2)
Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus); 3) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran
pervaginam lainnya; 4) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5)
Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama; dan 6)
Pelayanan KB pasca salin.
4

f. Kunjungan Neonatal Pertama
Bayi baru lahir/neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 48
jam setelah lahir. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar sesuai standar dilakukan secara
komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir serta
pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi:
Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir:
1. Perawatan Tali pusat
2. Melaksanakan ASI Eksklusif
3. Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
4. Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
5. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
4

g. Kunjungan Neonatal Lengkap
Bayi baru lahir/neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3
hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28.
4
9


h. Penanganan Neonatus Komplikasi
Penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan
kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di Polindes,
Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin dan Rumah Sakit Pemerintah/Swasta.
4
i. Pelayanan Kesehatan Bayi
Cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali
pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, satu kali pada umur 6 8
bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar.
Pelayanan kesehatan bayi yang paripurna meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, Polio 2, Polio 3, Polio
4, DPT/HB 1, DPT/HB 2, DPT/HB 3, Campak) sebelum bayi berusia 1
tahun.
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 11 bulan).
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
4

j. Pelayanan Kesehatan Balita
Anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi
pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2
kali setahun, pemberian vitamin A 2 kali setahun. Pelayanan kesehatan anak balita yang
diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
10

2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
4

Penelitian epidemiologis
Penyakit Tidak Menular/Noninfeksi
Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi adalah suatu penyakit yang tidak
disebabkan karena kuman melainkan dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme
pada jaringan tubuh manusia. Biasanya penyakit ini terjadi karena pola hidup yang kurang sehat
seperti merokok, faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan. Contohnya :
sariawan, batuk, sakit perut, demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis, depresi, RA,
keracunan, dsb.
Penyakit tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan
host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and
vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik, penyakit
non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda
dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang
kesehatan di Indonesia.
PTM mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya :
a. Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu
b. Masa inkubasi yang panjang dan latent
c. Penyakit berlangsung lama
d. Sulit untuk didiagnosa
11

e. Biaya pencegahan dan pengobatannya yang cukup tinggi
f. Mempunyai variasi yang cukup luas
g. Multifaktor
Dibawah ini adalah beberapa penyakit tidak menular yang bersifat kronis, yaitu :
A. Penyakit yang dapat menyebabkan kematian, yaitu: 1) Penyakit jantung iskemik; 2)
Kanker; 3) CHF; 4) DM; 5) Cerebrovasculer disease; 6) Chronic obstructive
pulmonary disease; dan 7) cirrhosis.
B. .Penyakit yang termasuk dalam special-interest, banyak menyebabkan masalah
kesehatan tetapi frekuensinya kurang, antara lain: 1) Osteoporosi; 2) Gagal ginjal
kronis; 3) Mental retardasi; 4) Epilepsi; 5) Lupus erithematosus; dan 6) Collitis
ulcerative
C. Penyakit yang akan menjadi perhatian di masa yang akan datang, antara lain: 1)
Defisiensi nutrisi; 2) Alkoholisme; 3) Ketagihan obat; 4) Penyakit penyakit mental;
dan 5) Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
Faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit tidak menular, antara lain :
a. Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang belum kronis belum
ditemukan secara keseluruhan :
1) Untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda beda (merokok,
hipertensi, hiperkolesterolemia)
2) Satu faktor resiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda beda, missal :
merokok dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker
laring.
3) Untuk kebanyakan penyakit, faktor faktor resiko yang telah diketahui hanya
dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara
pasti belum diketahui.
b. Faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular
yang bersifat kronis, antara lain: 1) Tembakau; 2) Alkohol; 3) Kolesterol; 4)
Hipertensi; 5) Diet; 6) Obesitas; 7) Aktivitas; 8) Stress; 9) Pekerjaan; 10)
Lingkungan; dan 11) Gaya hidup

Pemberdayaan Masyarakat
12

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahan dengan
memanfaatkan potensi setempat.
Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
5

Tujuan
Tujuan umum adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Tujuan khusus :
1. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.
3. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
5

Program Posyandu
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
1) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader
kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan
darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang
pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/ usia kehamilan.
Apabila ditemukan kelainan,segera dirujuk ke Puskesmas.
13

2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
Kelompok Ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu, atau pada hari lain sesuai
dengan kesepakatan. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut :
Penyuluhan tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan
menyusui, KB dan gizi.
Perawatan payudara dan pemberian ASI
Peragaan pola makan ibu hamil
Peragaan perawatan bayi baru lahir
Senam ibu hamil
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup :
Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan
jalan lahir (vagina)
Pemberian vitamin A dan tablet besi
Perawatan payudara
Senam ibu nifas
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi
fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan
memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada
waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidka digendong
melainkan dilepas bermain sesame balita dengan pengawasan orang tua di bawah
bimbingan kader.
Untuk itu perlu disediakan sarana permainan sesuai dengan umur balita. Adapun
jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
Penimbangan berat badan
14

Penentuan status pertumbuhan
Penyuluhan
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh Kader adalah
pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukkan suntikan KB
dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan
pemasangan IUD.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik
terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader. Sasarannya adalah bayi, balita,
ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi
penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,
pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu
hamil dan nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul yodium untuk
yang bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali
penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.
5

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara
lain penyuluhan, pemberian larutan gula dan garam yang dapat dibuat sendiri oleh
masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.
5

15

Problem Solving Cycle
Jaminan mutu layanan kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan atau
suatu proses tanpa henti. Dengan demikian, keseluruhan rangkaian kegiatan yang terdapat dalam
proses tersebut merupakan suatu siklus. Siklus tersebut akan terus berlangsung terus mengikuti
urutan yang berulang sehingga disebut sebagai siklus pemecahan masalah mutu pelayanan
kesehatan.
6

Gambar 1: Siklus pemecahan masalah
Identifikasi keadaan dan masalah
Maksudnya di sini adalah melakukan pengumpulan semua masalah mutu pelayanan
kesehatan yang ada dalam puskesmas dan wilayah kerjayanya yang mencakup puskesmas
pembantu, bidan desa dan posyandu.
Puskesmas Argomulyo mendapatkan predikat sebagai puskesmas yang buruk akibat dari
tingkat kematian ibu yang tinggi. Luas wilayah kerja puskesmas meliputi 6 desa, yang sebagian
besar wilayah hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua. Pekerjaan penduduk terutama
petani dan buruh tani. Di wilayah kerja puskemas terdapat 3 posyandu yang dilayani oleh 20
orang kader.
Berdasarkan data diatas, dapat kita lihat bahwa masalah utama yang dihadapi oleh
puskesmas argomulyo adalah tingginya angka kematian ibu di wilayah kerja puskesmas tersebut.
16

Mengapa demikian? Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi antara lain luas wilayah kerja
yang cukup luas yaitu meliputi 6 desa yang notabene sebagian besar wilayahnya hanya dapat
ditempuh dengan sepeda motor. Itu berarti akses antar desa 1 ke desa yang lain maupun akses ke
puskesmas cukup sulit. Factor kedua yaitu tingkat ekonomi masyarakat yang masih menengah
kebawah. Bisa dilihat dari data bahwa mayoritas pekerjaan penduduknya adalah petani dan
buruh tani. Dan factor ketiga adalah kurangnya jumlah posyandu dan terlebih kurangnya kader
yang memberi pelayanan di posyandu tersebut.
Penentuan Prioritas Masalah
Tidak semua masalah dapat diselesaikan sampai tuntas dalam waktu bersamaan. Karena
itu diperlukan pemilihan prioritas masalah dalam arti masalah yang paling penting untuk
diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan sekelompok
orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling
penting sampai dengan kurang penting.
6
Dalam pemilihan prioritas kita dapat menggunakan teknik kriteria matrik yaitu membagi
masalah berdasarkan:
1. Pentingnya masalah, meliputi: a) Prevalence; b) Severity; c) Rate of increase; d) Degree
of unmeet need; e) Public concern; f) Political climate; dan g) Social benefit
2. Kelayakan teknologi, meliputi: a) Ilmu; dan b) Teknologi
3. Sumber daya, meliputi: a) Dana; b) Sarana; dan c) tenaga
Alternatif Penyelesaian Masalah
Dalam penyusunan alternative pemecahan masalah, yang pertama kita perlu menentukan
dahulu apakah masalah tersebut pernah terjadi sebelumnya baik itu di tempat yang sama maupun
masalah yang dihadapi oleh orang (dalam hal ini puskesmas) lain atau merupakan suatu masalah
yang baru.
6
Jika merupakan masalah yang pernah dialami sebelumnya ataupun pernah dialami oleh
puskesmas lain, kita dapat melihat kepustakaan bagaimana dulunya masalah tersebut dapat
diatasi. Namun jika merupakan suatu masalah yang baru, kita dituntut untuk berpikir kreatif
bagaimana pemecahan masalah tersebut.
17

Lalu dalam pemilihan alternative penyelesaian masalah, kita dapat menggunakan kriteria
matrix dimana kita harus memperhatikan efektifitas dan efisienitas suatu pemecahan masalah.
Efektif maksudnya: a) magnitude (M), yaitu seberapa besar masalah yang dapat diselesaikan; b)
importancy (I), yaitu seberapa lama pemecahan masalah tersebut dapat bertahan; dan c)
vulnerability (V), yaitu apakah masalah dapat diselesaikan dengan cepat? Lalu yang dimaksud
dengan efisien adalah kita perlu memperhitungkan biaya atau cost yang diperlukan jika kita
memilih suatu penyelesaian masalah.
6
Setelah itu dapat kita masukkan ke dalam rumus:


Dimana alternative yang mendapat nilai terbesar merupakan prioritas penyelesaian
masalah.
Evaluasi Program
Tujuan khusus dalam evaluasi program adalah memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan umum, dan jika tidak, mengapa hal tersebut
terjadu, atau jika tercapai dalam kondisi yang bagaimana atau dengan biaya berapa. Evaluasi
memberikan informasi bagi pembuat kebijakan dan keputusan.
7
Jenis evaluasi yaitu:
a. Formative evaluation, yaitu sesuai dengan masalah yang ditemukan
b. Promotive Evaluation, yaitu program sesuai dengan rencana atau tidak
c. Summative evaluation, yaitu mengukur keluaran dan juga dampak
Langkah-langkah evaluasi:
1. Pahami program
2. Macam dan ruang lingkup
3. Rencana
4. Laksanakan
5. Kesimpulan
6. Susun saran


18

Kesimpulan
Berdasarkan kasus di puskesmas argomulyo terdapat masalah antara lain, tingginya
angka kematian ibu, tingginya kasus anemia, factor transportasi antar desa yang sulit, serta
kemiskinan yang sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan pendidikan masyarakat.
Ditambah lagi kurangnya jumlah posyandu serta kader yang terdapat di wilayah kerja dari
puskesmas argomulyo tersebut. Solusi yang bisa diberikan antara lain, pelatihan Kader yang
lebih banyak lagi, Penambahan posyandu dengan minimal 1 posyandu per desa, adanya
Puskesmas pembantu atau Poskesdes atau Polindes yang bisa segera melaksanakan rujukan bila
terjadi komplikasi, perlu juga edukasi masyarakat tentang keselamatan persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan bukan dengan dukun beranak, yang semuanya sudah dijelaskan pada program
pemerintah diatas.
Daftar Pustaka
1. Timmreck TC. Epidemiologi: sebagai suatu pengantar. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2004.
H. 114-5.
2. Azwar A. Kebijakan kesehatan reproduksi di Indonesia. Jakarta: UNFPA; 2005.h.33-9.
3. Dainur MPH. Kegiatan KIA di puskemas dan permasalahannya. Jakarta: EGC;2008.h.1-
13.
4. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Jakarta: EGC;
2009.h.412-21.
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman umum pengelolaan posyandu. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2006.h.1-59.
6. Pohan SI. Keadaan tingkat mutu layanan kesehatan dewasa ini dalam Jaminan mutu
layanan kesehatan; Dasar-dasar pengertian dan penerapan. Jakarta: EGC; 2007. H.123-40
7. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC;
2005.h.7.

You might also like