You are on page 1of 3

www.mb.ipb.ac.

id
Pembajakan Gerakan Organik?
KOMPAS, Jumat, 18 September 2009
Oleh Ahmad Arif
Mereka yang dulu merusak unsur hara tanah dengan pupuk kimia kini berlomba memproduksi
pupuk organik. Sebuah pertobatan atau bentuk lain dari strategi pemasaran belaka yang ujungnya
hanya akan membuat petani bergantung pada input pertanian dari luar?
elihat peluang pasar organik yang terbuka lebar, perusahaan-perusahaan besar yang dulu bermain
di sektor pupuk kimia kini masuk ke pasar yang baru terbuka ini. Misalnya, PT Pupuk
Kalimantan Timur telah membangun pabrik pupuk organik berkapasitas 3.600 ton per tahun di
Banyuwangi, Jawa Timur. Pupuk mereka diberi merek Zeorganik. Ke depan, mereka
menargetkan bisa memproduksi pupuk organik hingga 10.000 ton per tahun.
PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) juga mengembangkan pupuk organik yang diberi nama Pusri Plus.
Mereka mengklaim produknya berfungsi untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah karena
mengandung bahan tambahan berupa strain mikroba, hayati yang berfungsi sebagai fiksasi
nitrogen serta pelarut fosfor dan kalium.
Setelah membangun pabrik pupuk organik di Palembang tahun 2005, Pusri baru-baru ini juga
membangun pabrik di Cianjur, Jawa Barat, di Lumajang, Jawa Timur, dan di Sragen, Jawa
Tengah. Masing-masing pabrik mampu memproduksi hingga 3.000 ton per tahun.
Adapun Petrokimia Gresik telah memiliki 40 pabrik pupuk organik bermerek Petroganik dengan
total kapasitas 400.000 ton per tahun, yang sebagian besar berlokasi di Jawa. Petrogres juga
sedang membangun 33 pabrik di beberapa daerah, antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Lampung, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Tak hanya pemain besar, bisnis pupuk organik juga dilakukan pemain-pemain kecil dan
menengah. Bahkan, sejumlah pemain menggunakan sistem multilevel marketing untuk
menembus rumah tangga petani, misalnya NASA dari Yogyakarta.
Pupuk adalah bisnis yang menjanjikan. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia,
konsumsi urea nasional pada 2008 mencapai 5.699.951 ton, TSP sebesar 585.883 ton, ZA
sebanyak 775.983 ton, dan NPK sebesar 1.175.027 ton.
Belum ada data pasti kebutuhan pupuk organik secara nasional. Namun, seiring dengan semakin
meningkatnya kesadaran petani menuju organik dan gerakan Go Organik 2010 dari pemerintah,
prospek ke depan tentunya sangat menjanjikan.
Apalagi awal bulan ini Komisi IV DPR telah menyetujui alokasi anggaran Rp 6,2 triliun untuk
pengembangan pupuk organik yang diusulkan Departemen Pertanian. Alokasi anggaran ini
digunakan untuk menutup kebutuhan pupuk anorganik tahun 2010 yang akan dikurangi
subsidinya.
www.mb.ipb.ac.id
Benarkah ini menjadi angin segar bagi gerakan pertanian organik di Indonesia?
Narkoba jenis baru
Kalau saya tidak akan mau membeli pupuk organik dari pabrik. Kalau bisa membuat sendiri
dengan gampang dan gratis, kenapa harus beli? kata W Riyanto, petani organik di Klaten.
Menurut Riyanto, pupuk organik pabrikan hanya akan membuat petani bergantung pada pihak
luar. Itu seperti narkoba jenis baru. Seolah-olah baik, tapi tetap saja akan membuat kecanduan,
katanya. Petani memiliki semua bahan untuk dijadikan pupuk sendiri. Kemandirianlah yang
dibutuhkan petani, lanjutnya.
Direktur Cindelaras Fransiscus Wahono menyebutkan, gejala masuknya pemain-pemain besar
dalam bisnis pupuk organik adalah upaya pembajakan terhadap gerakan organik. Ini adalah
penyelewengan konsep dasar pertanian organik, katanya.
Menurut Wahono, pertanian organik tidak hanya untuk memperbaiki struktur tanah dan menjaga
keseimbangan alam, tetapi juga gerakan untuk membuat petani merdeka dari ketergantungan
input pertanian.
Pertanian organik atau konvensional adalah pilihan teknologi, tetapi struktur pertanian organik
jauh lebih besar dari itu. Organik adalah bagian dari gerakan kedaulatan pangan yang
komponen dasarnya adalah reformasi agraria karena tanpa ada lahan yang memadai, petani
organik tak akan mampu menguasai pasar, ujarnya.
Selain itu, aspek lain yang harus dipersiapkan adalah memberikan akses modal kepada petani,
kemandirian benih, teknik tanam dan pemeliharaan alami, pemrosesan hasil, hingga tata niaga
yang adil.
Kesatuan konsep ini, menurut Wahono, yang tidak dipahami oleh pemerintah sehingga ketika
kemudian pemerintah meluncurkan Go Organik 2010, yang mereka lakukan adalah banyak
membuat proyek pelatihan kepada petani sambil mempromosikan pupuk organik bersubsidi
buatan pabrik.
Enday, petani organik dari Garut, Jawa Barat, mengatakan, pelatihan organik kepada petani
biasanya disisipi dengan promosi pupuk organik tertentu yang siap pakai. Kalau memang mau
mendidik petani, kenapa tidak mengajari mereka membuat pupuk dan memberi modalnya juga?
kata Enday yang pernah menjadi pendamping proyek pemerintah untuk organik di wilayah
Garut.
Daripada menyubsidi pabrik untuk memproduksi pupuk organik, kenapa tidak pabriknya saja
yang diberikan kepada petani? Sapi itu, lho, pabrik pupuk organik, kata TO Suprapto, praktisi
organik dari Godean, Yogyakarta.
Sikap pemerintah untuk beralih ke pupuk organik sepertinya juga masih setengah hati. Dengan
melonjaknya harga minyak dunia, biaya untuk menyubsidi pupuk kimia akan semakin tinggi.
www.mb.ipb.ac.id
Menteri Pertanian Anton Apriyantono, dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Rabu (2/9),
mengatakan, jika semua kebutuhan pupuk kimia dipenuhi, dibutuhkan anggaran subsidi sebesar
Rp 24 triliun.
Oleh karena itu, pemerintah bermaksud mengembangkan pupuk organik sebagai substitusi pupuk
anorganik. Seiring dengan itu, subsidi untuk pupuk anorganik 2010 diturunkan menjadi Rp 11,3
triliun dari tahun sebelumnya Rp 17,5 triliun. Selisih subsidi sebanyak Rp 6,2 triliun akan
dialihkan ke pupuk organik.
Wahono menambahkan, produsen besar tersebut boleh-boleh saja memproduksi pupuk organik.
Tetapi sebaiknya mereka mengorientasikan produknya untuk perusahaan-perusahaan perkebunan
besar, bukan untuk petani skala kecil, yang membutuhkan gerakan kembali ke organik sebagai
gerakan ekonomi untuk mengurangi ketergantungan input pertanian dari luar.
Jika petani tetap dipaksa untuk menggunakan input pertanian dari luar, ini merupakan bentuk
lain dari upaya memangkas kedaulatan petani. Dan, gerakan pertanian organik hanya akan
menguntungkan para pebisnis, tetapi tak mengubah nasib petani menjadi lebih baik dan merdeka.

You might also like