Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan untuk produk homogen yang aliran produksinya berkelanjutan melalui beberapa departemen. Biaya dikumpulkan per departemen untuk periode tertentu, kemudian dialokasikan ke produk berdasarkan volume produksi. Laporan harga pokok produksi memberikan informasi biaya untuk setiap departemen. Proses ini memperhitungkan biaya mutu dan kerugian produksi seperti scrap dan barang cacat.
Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan untuk produk homogen yang aliran produksinya berkelanjutan melalui beberapa departemen. Biaya dikumpulkan per departemen untuk periode tertentu, kemudian dialokasikan ke produk berdasarkan volume produksi. Laporan harga pokok produksi memberikan informasi biaya untuk setiap departemen. Proses ini memperhitungkan biaya mutu dan kerugian produksi seperti scrap dan barang cacat.
Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan untuk produk homogen yang aliran produksinya berkelanjutan melalui beberapa departemen. Biaya dikumpulkan per departemen untuk periode tertentu, kemudian dialokasikan ke produk berdasarkan volume produksi. Laporan harga pokok produksi memberikan informasi biaya untuk setiap departemen. Proses ini memperhitungkan biaya mutu dan kerugian produksi seperti scrap dan barang cacat.
berdasarkan Proses Carter, Ch. 6 7 Process Costing Produk yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya standar. Contoh: perusahaan tekstil, ban, baja, gula, penyulingan minyak, perusahaan jasa seperti PLN, angkutan, dll. Kegiatan produksinya didasarkan pada budget produksi untuk satuan waktu tertentu (scheduling). Tujuan produksi adalah untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual. Kegiatan produksinya bersifat continue atau terus menerus. Biaya dikumpulkan untuk tiap satuan waktu tertentu [bulanan, tahunan, dsb]. Jumlah atau total biaya maupun biaya per satuan tiap departemen dihitung tiap akhir periode. Arus Produksi secara Fisik Sequentiel product flow : tiap produk diproses dalam rangkaian yang sama. Parallel product flow : sejumlah pekerjaan tertentu dilakukan serempak, dan hasilnya dibawa ke proses akhir sebelum ditransfer ke gudang barang jadi. Selective product flow : produk bergerak dalam departemen yang berbeda dalam pabrik, tergantung dari barang jadi apa yang ingin dihasilkan Lihat Gambar 6-1 sampai 6-3 Proses produksi dapat terjadi dalam beberapa departemen, oleh karena itu tiap perusahaan perlu memahami arus fisik produksinya Informasi Laporan Harga Pokok Produksi I. Laporan kuantitas produksi II. Biaya yang dibebankan ke Departemen III. Perhitungan biaya produk/ Pertanggungjawaban biaya departemen Disajikan per akhir periode yang ditentukan perushaaan I. Laporan kuantitas produksi: Dapat meliputi: input jumlah unit yang mulai diproses pada awal periode jumlah unit yang diterima dari departemen sebelumnya jumlah unit yang masih dalam proses awal periode output jumlah unit yang selesai dan ditransfer ke dept berikutnya Jumlah unit yang selesai dan ditransfer ke gudang jumlah unit yang masih dalam proses akhir periode jumlah unit yang hilang dalam proses (shrinkage) jumlah unit yang rusak/cacat (defect/spoiled) Input = output
II. Biaya yang dibebankan ke Departemen: i. Biaya total dari: Persediaan BDP awal, Biaya pekerjaan yang diterima dari satu atau lebih dept. sebelumnya, dan atau Elemen biaya produksi yang ditambahkan pada tahap pengolahan ybs. ii. Tingkat ekuivalensi produksi (EPQ/Equivalent Production Quantity), yaitu jumlah dari suatu sumber daya (BB, TKL, atau BOP) yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk. iii. Biaya per unit dari elemen (i). Biaya per unit ini diperoleh dengan membagi total biaya dengan total unit yang diproduksi.
EPQ/Equivalent Production Quantity) A. Untuk asumsi metode Average: = jml unit selesai + (jml unit dlm proses akhir x % penyelesaian)
B. Untuk asumsi metode FIFO: = jml unit selesai + (jml unit dlm proses akhir x % penyelesaian) - (jml unit dlm proses awal x % penyelesaian)
III. Perhitungan biaya produk: dapat meliputi total biaya untuk produk yang terselesaikan dan kemudian ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang, total biaya untuk produk masih dalam proses, serta nilai persediaan barang rusak. total biaya = EPQ x biaya/unit
Contoh soal 1: PT. ABC mengolah produk melalui 2 departemen, yaitu dept. 1 dan dept. 2. Produk selesai didept. 1 akan dipindah ke dept. 2, dan produk selesai didept. 2 akan dipindah ke gudang barang jadi. Data produksi bulan Juli 2008 sbb: Unit yang dimasukkan ke dept. 1 sebanyak 5.000 unit. Unit selesai dan dipindah ke dept. 2 sebanyak 3.000 unit, dan sisanya merupakan unit dalam proses akhir dept. 1 dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 50% biaya konversi. Unit yang diterima dari dept. 1 menghasilkan 1.500 unit selesai yang dipindah ke gudang barang jadi, dan sisanya merupakan unit dalam proses akhir dept. 2 dengan tingkat penyelesaian 100% biaya bahan dan 25% biaya konversi. Biaya produksi yang terjadi selama bulan Juli 2008 sbb: Biaya produksi bulan Juli 2008 : Elemen Biaya Dept. 1 Dept. 2 Total Bahan baku TKL BOP Rp. 5.000.000 4.000.000 6.000.000 Rp. 5.000.000 4.000.000 6.000.000 Rp. 10.000.000 8.000.000 12.000.000 Rp. 15.000.000 Rp. 15.000.000 Rp. 30.000.000 Buat Laporan Harga Pokok produksi Bulan Juli untuk: Departemen 1 Departemen 2 Akuntansi Process Costing 1. Pemakaian Bahan Baku Brg Dlm Proses (Bahan Baku) Dept I Brg Dlm Proses (Bahan Baku) Dept II Persediaan Bahan Baku xxx xxx
xxx 2. Distribusi Biaya Tenaga Kerja Langsung Brg Dlm Proses (TKL) Dept I Brg Dlm Proses (TKL) Dept II Biaya Gaji & Upah xxx xxx
xxx 3. Pembebanan BOP (applied) Brg Dlm Proses (BOP) Dept I Brg Dlm Proses (BOP) Dept II BOP dibebankan xxx xxx
xxx 4. Timbulnya berbagai item lain dari BOP sesungguhnya BOP sesungguhnya(actual) Berbagai macam rek yg dikredit xxx xxx Akuntansi Process Costing 5a. Transfer barang selesai di proses dari Dept. I ke Dept II Brg Dlm Proses (Bahan Baku) Dept II BDP (BBB) - Dept I BDP (BTKL) - Dept I BDP (BOP) - Dept I xxx xxx xxx xxx 6. Penjualan produk atau penyerahan pesanan konsumen Kas / Piutang Dagang Penjualan xxx xxx Harga Pokok penjualan Persediaan Barang Jadi xxx xxx 5b. Transfer barang selesai di proses dari Dept. II ke Gudang Brg jadi Persediaan Barang Jadi BDP (BBB) - Dept II BDP (BTKL) - Dept II BDP (BOP) - Dept II xxx xxx xxx xxx Contoh soal 2: Hal. 182-187: American Chair Co Dengan asumsi biaya rata-rata tertimbang, buat Laporan Harga Pokok produksi Bulan Januari untuk: Departemen 1 Departemen 2 Hal. 190-195: American Chair Co Dengan asumsi biaya FIFO, buat Laporan Harga Pokok produksi Bulan Januari untuk: Departemen 1 Departemen 2 Latihan: L6-4: Tokyo Manufacturing Co. L6-5: Stanislov Corp. L6-6: Sonelli Corp. L6-7: Saleri Manufacturing Corp.
Process Costing Biaya Mutu dan Akuntansi untuk Kehilangan dalam Proses Produksi Carter, Ch. 7 Biaya mutu: Biaya untuk mencapai mutu maupun biaya yang terjadi atau akan terjadi karena kurangnya mutu. Terdiri dari: Biaya pencegahan (preventif costs); Biaya penilaian (appraisal costs), dan Biaya kegagalan internal dan eksternal (internal and external failure costs) Yang terpenting adalah pada pencegahan terjadinya mutu yang buruk: mencari penyebab inefisiensi, kemudian mengembangkan rencana sistematis untuk menghilangkan penyebabnya. Pendekatan: total quality management. Perlu diukur dan dilaporkan kepada manajemen secara perodik, untuk tujuan monitoring dan evaluasi perbaikan mutu secara substansial. Perlakuan akuntansi untuk kerugian dalam proses produksi Baik sistem perhitungan job order costing maupun process costing perlu mempertimbangkan kerugian produksi yang mungkin terjadi, yang dapat berupa: Bahan baku sisa (scrap), Barang cacat (spoiled goods), dan atau Pengerjaan kembali (rework).
Apabila scrap atau spoiled goods dapat dijual, hasil penjualan dapat dipertanggungjawabkan sebagai: Penambah akun: pendapatan lain-lain (atau penjualan bahan baku sisa), persediaan bahan baku sisa (jika jumlahnya material). Pengurang akun: harga pokok penjualan, biaya overhead, barang dalam proses, atau Umumnya, kerugian produksi pada perusahaan yang mengadopsi process costing disebabkan oleh kegagalan internal dan bukan permintaan pelanggan. Akibatnya: rework costs dibebankan ke akun BOP aktual, bukan BDP. Selain itu, jumlah unit cacat akibat kegagalan internal (hilang akhir) harus dicantumkan dalam perhitungan EPQ, baik dengan metode average atau FIFO. Pada kehilangan normal (shrinkage) proses penguapan/proses alami lainnya, jumlah unit hilang tidak dikategorikan kegagalan internal. Akuntansi untuk biaya hilang normal (atau hilang awal) ini akan diserap oleh barang bagus yang tersisa (tidak dicantumkan dalam perhitungan EPQ), baik dengan metode average atau FIFO EPQ/Equivalent Production Quantity) A. Untuk asumsi metode Average: = jml unit selesai + (jml unit dlm proses akhir x % penyelesaian) + jumlah unit cacat akibat kegagalan internal (hilang akhir) B. Untuk asumsi metode FIFO: = jml unit selesai + (jml unit dlm proses akhir x % penyelesaian) - (jml unit dlm proses awal x % penyelesaian) + jumlah unit cacat akibat kegagalan internal (hilang akhir)
Latihan: Metode Average L7-7: Island Company L7-8: Juniper Company L7-9: Carver Petroleum Inc. Metode FIFO L7-10: Suarez Valve Company L7-11: Matrix Furniture Company L7-12:Lanai Pop Inc.