You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdarahan pascapartum yang dahulu merupakan kehilangan 500 ml darah
atau lebih setelah kelahiran pervaginam, adalah tipe kehilangan darah berlebihan yang
paling umum dan paling serius di bidang obstretri.
Definisi perdarahan pascapartum yang lebih bermakna adalah kehilangan berat
badan 1% atau lebih karena 1 ml darah beratnya 1 g. Hemoragi pascapartum adalah
penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal, penyebab sekitar 10% kematian
maternal nonaborsi. Sekitar 8% seluruh kelahiran mengalami komplikasi perdarahan
pascapartum (Murahata, 1991).
Perdarahn pascapartum dapat terjadi tiba- tiba dan bahkan sangat masif.
Perdarahan sedang tetapi menetap dapat berlanjut selama beberapa hari atau minggu.
Perdarahan pascapartum dapat terjadi dini, dalam 24 jam pertama setelah melahirkan,
atau lambat, dari 24 jam setelah melahirkan sampai hari ke 28 pascapartum.
Kontrol perdarahan dari tempat plasenta dicapai dengan kontraksi yang lama dan
retraksi serat miometrium yang saling memilin. Uterus yang kuat atau berkontraksi
dalam kondisi normal tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan, kecuali jika
terdapat plasenta previa. Oleh karena itu, pengkajian tonus uterus yang cemat dan
upaya mempertahankan kontraksi uterus melalui masase manual atau stimulasi
oksitoksin sesuai kebutuhan merupakan bagian penting perawatan pascapartum.
Hemoragi pascapartum diini hampir selalu disebabkan atoni uterus, laserasi jalan
lahir, atau DIC. Hemoragi pascapartum lanjut paling umum merupakan akibat
subinfolusi tempat plasenta, jaringan plasenta yang tertahan, atau infeksi.
Dalam mempertimbangkan masalah perdarahan berlebihan, sangat membantu
bila kita mengacu ketahap persalinan. Sejak kelahiran janin sampai pemisahan
plasenta, karakter dan kuatitas darah yang keluar dapat menunjukkan perdarahan
berlebihan. Misalnya, darah berwarna gelap kemungkinan berasal dari darah vena,
mungkin dari varises atau laserasi superfisial jalan lahir. Darah berwarna terang
merupakan darah arteri dan mengindekasikan, misalnya laserasi serviks yang dalam.
Semburan darah yang disertai tonjolan dapat mengindekasikan misahan plasenta
parsial tidak komplek. Kegagalan darah untuk membentuk bekuan atau untuk tetap
membeku merupakan indikasi koagulopati.
Periode dari pemisahan sampai pengeluaran plasenta adalah ketika perdarahan
berlebihan terjadi. Hal ini merupakan akibat pemisahan plasenta tidak komplet.
Setelah plasenta dikeluarkan, kehilangan darah yang berlebihan atau menetap
biasanya merupakan akibat atoni uterus (misalnya kegagalan uterus untuk
berkontraksi dengan baik atau untuk mempertahankan kontraksinya) atau prolaps
uterus kedalam pelvis.
Komplikasi hemoragi pascapartum, yakni segera atau tertunda. Syock
hemoragi (hipovolemik) dan kematian dapat terjadi akibat perdarahan yang tiba tiba
dan perdarahan berlebihan. Konmplikasi yang tertunda, yang timbul akibta hemoragi
pascapartum, mencakup anemai, infeksi puerperal, dan tromboembolisme.









































BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Perdarahan masa nifas adalah perdarahan lebih dari 500 600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir.
B. Klasifikasi
1. Perdarahan postpartum primer (early post partum hemorhage) yang terjadi
pada 24 jam pertama.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorhage) yang terjadi
setelah 24 jam.
C. Etiologi
Penyebab perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan infersio uteri. Sedangkan penyebab
perdarahan postpartum sekunder adalah subinfolusi, retensi sisa plasenta, infeksi
nifas.
D. Pencegahan
Pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan mengenali resiko
perdarahan postpartum (uterus distensi, partus lama, partus dengan pacuan),
memberikan oksitoksin injeksi setelah bayi lahir, memastikan kontraksi uterus
setealh bayi lahir, memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan jalan
lahir.

You might also like