You are on page 1of 20

Seni Teater di Asia

Kelas : XI Administrasi Perkantoran


Penyusun : 1. Anggia Ramadhanty
2. I lhamsyah I bnu Hidayat
3. Prillah Pipi Yanti
4. Putri Andri Ramadhany
5. Shammy I ssandra Virgitta
Kata Pengantar

Pertama dan yang utama, penyusun memanjatkan puji dan sykur kepada
Yang Maha Kuasa. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami juga sangat berterima kasih kepada pihak guru bidang studi yang
telah mempercayakan kami untuk membuat makalah ini, , karena atas kerja sama
yang baik saya bisa makalah ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Seni Budaya. Makalah ini berisi tentang pembahasan jenis-jenis teater
yang ada di Asia.

Penyusun menyadari makalah ini bukanlah karya yang sempurna, karena
memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisan. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
menbangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.


J akarta, Oktober 2014


Penyusun
BAB I
PEMBUKA

1. Latar Belakang
Kami selaku murid diwajibkan atas menuntaskan tugas yang
diberikan guru. Pada tugas kali ini, kami diberi tugas membuat makalah
tentang seni teater. Setelah kami mendapatkan data, kami diperintahkan
untuk membuat makalah.
Sebenarnya, kami tidak terlalu kaget begitu mendapat perintah ini.
Dikarenakan kami sudah pernah melakukan sebelumnya. Tugas yang kami
buat adalah tentang macam-macam seni teater di Asia.

2. Rumusan Masalah
Pada tugas ini, kami memfokuskan menanyakan hal yang berkaitan
dengan seni teater di Asia.
Adapun yang kami rumuskan adalah berdasarkan istilah 5W1H:
a. Apa saja seni teater yang ada di Asia
b. Siapa saja yang melakukan pertunjukkan teater di Asia
c. Dimana tempat asal teater tersebut dilahirkan
d. Mengapa teater di setiap Negara berbeda
e. Bagaimana menyelenggarakannya

3. Tujuan
Tujuan kami membuat laporan ini tentu saja untuk merangkum data yang
kami dapat dengan maksud menyelesaikan tugas yang diperintahkan guru
bidang studi seni budaya.


4. Manfaat
Laporan ini bermanfaat sebagai antara lain:
a. Sebagai syarat mendapat nilai
b. Melatih membuat karya tulis
c. Sebagai pedoman pembelajaran
d. Mengetahui apa yang dimaksud seni teater
e. Mengetahui apa saja syarat mengadakan teater
f. Mengetahui apa saja seni teater yang ada di Asia
g. Mengetahui informasi mengenai macam-macam seni teater yang ada di
Asia

Mungkin tidak hanya itu manfaatnya. Kami mungkin tidak menyadari
manfaat lain dari hasil observasi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.

5. Metode Pembuatan
Dalam membuat makalah, penyusun menggunakan media internet untuk
mendapatkan materi dan informasi.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Landasan Teori
1. Pengertian Seni Teater.
Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang
lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada),
penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses
pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca,
pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian
drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater
berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai (bahasa
Yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan
dalam arti luas. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah
hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan
orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis. Dalam arti luas,
teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.

2. Pembagian Jenis Teater.

i. Drama Tragedi
Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir
dengan duka lara atau kematian. Contoh film yang termasuk jenis
ini di antaranya Romeo dan Juliet atau Ghost. Sementara contoh
FTV misteri yang termasuk dalam jenis ini misalnya Makhluk
Tengah Malam yang ending-nya bercerita tentang si istri yang
melahirkan bayi genderuwo. Cerita ini bukan berakhir dengan
kematian, tapi kekecewaan atau kesedihan. Oleh karena itu, cerita
Makhluk Tengah Malam dapat digolongkan ke dalam jenis drama
tragedi.

ii. Drama Komedi
a. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal
dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama
jenis ini antara lain Sister Act dan Si Kabayan. Sementara
contoh sinetron yang termasuk dalam jenis ini antara lain:
Kawin Gantung, Bajaj Bajuri, dan Kecil-Kecil Jadi Manten.
b. Komedi Slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan
menyakiti para pemainnya. Misalnya, saat di kelas terjadi
kegaduhan karena sang guru belum datang. Kemudian teman
yang culun digoda teman yang lain dengan menulisi pipinya
menggunakan spidol. Contoh film komedi slapstic ini di
antaranya The Mask dan Tarzan.
c. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam.
Beberapa film yang termasuk jenis ini adalah Om Pasikom
dan Semua Gara-Gara Ginah. Sementara contoh sinetronnya
adalah Wong Cilik.
d. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja
menciptakan kelucuan kelucuan dengan dialog dan gerak laku
lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini
adalah Srimulat, Toples, Ba-sho, Ngelaba, dan lain
sebagainya.

iii. Drama Misteri
a. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya
atau suspense dan biasanya menceritakan seputar kasus
pembunuhan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam
misteri karena penulis skenario memerkuat alibinya. Sering
kali dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan
dimasukkan untuk mengecoh penonton.
b. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan
dengan roh halus.
c. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat
klenik atau unsur ghaib.

iv. Drama Laga/ Action
a. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan
adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam
setting yang modern. Contoh jenis sinetron ini misalnya Deru
Debu, Gejolak Jiwa, dan Raja Jalanan.
b. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan
laga, namun dikemas secara tradisional. Beberapa sinetron
yang termasuk jenis ini antara lain: Misteri Gunung Merapi,
Angling Dharma, Jaka Tingkir, dan Wali Songo. Untuk jenis
drama laga ini biasanya skenario tidak banyak memakai
dialog panjang, tidak seperti skenario drama tragedi atau
melodrama yang kekuatannya
terletak pada dialog. Jenis ini lebih banyak mengandalkan
action sebagai daya tarik tontonannya. Penontonnya bisa
merasakan semangat ketika menonton film ini.

v. Melodrama
Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya
cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan.
Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh
protagonis. Penulis skenario cerita jenis ini jangan terjebak untuk
membuat alur yang lambat. Konflik harus tetap runtun dan padat.
Justru dengan konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan
semakin membuat penonton merasa kasihan dan bersimpati pada
penderitanya. Contoh sinetron jenis ini antara lain Bidadari,
Menggapai Bintang, dan Chanda.


vi. Drama Sejarah
Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-
kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. Contoh
film yang bercerita tentang peristiwa sejarah antara lain:
November 1828, G-30-S/PKI, Soerabaya 45, Janur Kuning, atau
Serangan Fajar. Sementara kisah yang menceritakan sejarah tapi
lebih ditekankan pada tokohnya antara lain Tjoet Njak Dhien,
Wali Songo, dan R.A. Kartini.


3. A. Unsur-unsur Drama

a) Tema adalah ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama
b) Alur yaitu jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai
babak pertama hingga babak terakhir.
c) Tokoh drama atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama dan
tokoh pembantu. Tokoh utama atau peran utama disebut
primadona sedangkan peran pembantu disebut figuran.
d) Watak adalah perilaku yang diperankan oleh tokoh drama. Watak
protagonis adalah watak (periku) baik yang diperankan oleh tokoh
drama, contohnya : penyabar, kasih sayang, santun, pemberani,
pembela yang lemah, baik hati dan sebagainya. Sedangkan
watak antagonis adalah watak (perilaku) jahat yang diperankan
oleh tokoh drama, contohnya : sifat iri dan dengki, kejam,
penindas dan sebagainya.
e) Latar atau setting adalah gambaran tempat, waktu dan situasi
peristiwa dalam cerita drama.
f) Amanat drama adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada penonton. Amanat drama atau pesan disampaikan melalui
peran para tokoh drama.

B. Kerangka Drama
a. Plot adalah alinan peristiwa di dalam karya sastra
(termasuknaskah drama atau drama) untuk mencapai efek-efek
tertentu. Dan Plot memiliki anatomi yaitu bagian-bagian yang
menyusn Plot.
b. Gimmick adalah adegan awal dari sebuah drama yang berfungsi
sebagai pemikat minat untuk menyaksikan kelanjutan dari drama
tersebut.
c. Foreshadowing adalah baying-bayang yang mendahului sebuah
peristiwa yang terjadi.
d. Dramatic Irony adalah aksi seorang tokoh yang berkata atau
bertindak sesuatu, yang tanpa disadari akibatnya nanati akan
menimpa dirinya sendiri.
e. Flashback adalah kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan
kembali pada saat ini.
f. Suspense adalah dugaan dan prasangka yang dibangun dari
rangkaian ketegangan yang mengundang pertanyaan dan
keingintahuan penonton.
g. Surprise adalah peristiwa yang terjadi di luar ruangan penonton
sehingga memancing perasaan dan pikiran mereka agar
menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti.
h. Gesture adalah aksi atau ucapan tokoh utama tentang suatu
persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antar
tokoh.

b) Penokohan dapat dibagi menjadi 6 watak atau karakter.
a. Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau
sentral dari cerita, tokoh yang memiliki cerita.
b. Antagonis adalah peran lawan, tokoh yang tidak menghendaki
suatu cerita karena dia sering kali menjadi musuh yang
menyebabkan konflik itu terjadi.
c. Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh
protagonist.
d. Tritagonis adalah peran penengah yang menjadi pendamai atau
pengantara protagonis dan antagonis.
e. Foil adalah peran yang tidak terlibat secara langsung dalam
konflik yang terjadi tetapi diperlukan untuk menyelesaikan cerita.
f. Utility adalah peran pembantu atau tokoh pelengkap untuk
mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatic.

c) Latar atau Setting latar di bagi menjadi 3 jenis.
a. Latar Tempat adalah tempat yang menjadi latar peristiwa drama
itu terjadi.
b. Latar Waktu waktu yang menjadi latar belakang terjadingan
suatu peristiwa, adegan, ata babak.
c. Latar Peristiwa adalah Peristiwa yang melatari sebuah adegan
dan bisa juga yang melatari cerita drama tersebut.

4. Sejarah Perkembangan Seni Teater.
Seni teater tercatat dimulai sejak jauh sebelum tahun 500 SM. Pada
awalnya, Teater hanya dilakoni sebagai sebuah upacara ritual keagamaan
ribuan tahun sebelum Masehi. Beberapa bangsa kuno yang memiliki
peradaban maju, seperti bangsa Maya di Amerika Selatan, Mesir Kuno,
Babilonia, Asia Tengah, dan Cina, menggunakan bentuk teater sebagai
salah satu cara untuk berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Biasanya
yang mendalangi seluruh upacara ritual itu adalah dukun atau pendeta
agung.
Sejarah mencatat, seni teater berfungsi hanya sebagai upacara ritual
(keagamaan), melainkan berfungsi pula sebagai kesenian atau hiburan.
Peristiwa teater yang mensyaratkan kebersamaan, saat, dan tempat,
tetaplah menjadi persyaratan utama kehadiran teater sejak ribuan tahun
sebelum Masehi, sehingga pada zaman Yunani teater pun selalu hadir
dengan persyaratan yang serupa. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sesuatu dapat disebut teater jika ada keutuhan tiga
kekuatan, berupa: orang teater, tempat, dan komunitas (penonton). Tiga
kekuatan inilah yang bertemu dan melahirkan sinergi dan melahirkan
peristiwa teater.
Dalam sejarah, seni teater pada zaman Yunani dikenal sebagai
zaman yang melembagakan konvensi berteater yang masih memiliki
pengaruh sampai sekarang. Mantra-mantra yang mulanya hanya lisan dan
tak tertulis, berlangsung menjadi naskah tertulis, sementara doa-doa
berubah bentuknya menjadi kisah atau lakon. Yunani melahirkan tokoh
penelitian naskah drama, antara lain Aeschylus (525-456 SM), Sophocles
(496-406 SM), Euripides (480-406 SM), dan Aristophanes (sekitar 400
SM). Mereka adalah bapak moyang para peneliti naskah drama.
Pada perkembangan sejarah seni teater berikutnya, upacara
keagamaan lebih menonjolkan penceritaan. Sekelompok manusia
bergerak mengarak seekor kambing yang sudah didandani dengan
berbagai perhiasan. Mereka menggiring persembahan itu mengelilingi
pasar atau jalan raya diiringi bunyi tambur, seruling, dan bunyi-bunyian
lain. Iring-iringan itu memperlambat jalannya, apabila penonton
bertambah atau berhenti untuk memberi kesempatan kepada narator
(pencerita) yang mengisahkan suatu peristiwa. Narator mengisahkan
salah satu dewa kepada penonton yang berderet-deret di pinggir jalan atau
berdiri mengerumuninya.

2. Pembahasan

1. Nok
Nok adalah teater atau drama tradisi Thailand yang berasal dari provinsi-
provinsi Selatan. Pertunjukan dalam lakon Nok berakhir sebagai tindakan
keagamaan. Nok ini merupakan perkembangan seni rakyat Thailand yang
bernama Lakon Jatri. Nok itu sendiri mempunyai arti di luar atau selatan.


2. Trott
Trott merupakan drama tari dari Kambodia, yakni sebuah tari berburu rusa
yang khas. Pemain-pemain bertopeng menggambarkan pemburu, raksasa,
lembu jantan, wanita-wanita, dan rusa.







3. Nibhathin
Nibhathin merupakan pertunjukan roh yang berasal dari Burma. Pemain-
pemainnya adalah para penghibur keliling yang menggunakan agama
sebagai payung bagi aktivitas sekuler mereka.


4. Hat Cheo
Adalah bentuk tertua dari pertunjukan Vietnam. Hat Cheo berkembang
dari nyanyian-nyanyian, tarian-tarian, dan lawakan rakyat yang
dipertunjukan oleh petani Vietnam pada musim panen. Pertunjukan ini
lambat laun menitikberatkan pada sindiran sosial.


5. Kabuki
Adalah sebuah bentuk teater klasik Jepang, yang mengalami revolusi pada
abad XVII. Istilah kabuki berasal dari tiga huruf Jepang, ka (nyanyian), bu
(tarian), dan ki (keterampilan). Keterampilan disini adalah keterampilan
menggunakan pedang.


6. Noh
Adalah bentuk teater musikal yang tertua di Jepang. Penceritaan tidak
hanya dilakukan dengan nyanyian (utal), iringan musik (hayashi), dan tari-
tarian.


7. Kyogen
Adalah sebuah tarian klasik Jepang yang sifatnya lelucon. Teater ini
dipentaskan dengan aksi dan dialog yang amat gaya, selain itu dahulu
teater ini dipentaskan disela-sela pementasan Nok meski sekarang
terkadang dipentaskan sendiri. Kyogen tidak menggunakan topeng.


8. Bunraku
Bunraku populer sekitar abad XVI. Buranku merupakan teater boneka di
Jepang yang dimainkan dengan iringan yang sifatnya bercerita. Musik
yang dimainkan adalah Shamisen, yaitu alat musik dipetik berdawai 3.


9. Mithila-Orissa
Berasal dari Odissi, India. Teater ini menandai adanya pengaruh tarian
dalam interaksi budaya antar daerah.


10. Talchum
Talchum secara harfiah berarti tari topeng. Talchum merupakan seni
pertunjukan Korea yang mengandung seni tari, musik, dan teater. Para
pemain menggunakan topeng dan memainkan naskah dengan tarian,
dialog, dan nyanyian.


11. Pansori
Adalah suatu format dalam cerita. Teater ini berasal dari Korea. Ada
seorang pemain sandiwara sebagai pusat yang menyampaikan dialog dan
nyanyian menjadi suatu cerita yang utuh, sedangkan pemain sandiwara
yang lain menambahkan penggambaran suasana hati dan irama sesuai
cerita dengan pukulan drum dan kata-kata lisan yang disebut Chuimsae.

BAB III
KESIMPULAN


Seni teater adalah perpaduan seluruh seni (musik, rupa/property, drama,
lukis, dekorasi, dll) yang disajikan melalui pertunjukkan drama. Teater pada
umumnya menceritakan seuatu cerita. Tetapi, disetiap Negara, asal-muasal seni
teater berbeda dan berbeda pula isi pertunjukkannya.

Di Asia, setiap Negara mempunyai teater yang berbeda. Pada awalnya,
seni teater yang berkembang di Asia merupakan pertunjukkan cara berburu yang
ditonton oleh masyarakat dulu. Kemudian, pertunjukkan tersebut dibudayakan dan
dikembangkan isi ceritanya.

Cerita teater Asia masih menceritakan kehidupan tradisional, keagamaan,
dan yang berbau mistis. Jadi, penyelenggaraannya menggunakan kostum,
property, dan dekorasi yang berkaitan.
Di Asia, banyak sekali macam-macam seni teater. Bahkan di suatu Negara
tidak hanya ada satu jenis teater. Contoh seni teater yang ada di Asia antara lain,
teater Nok, Trott, Nibhathin, Hat Cheo, Kabuki, Noh, Kyogen, Bunraku, Mithila-
Orissa, Talchum, Pansori, dan masih banyak lagi. Pada umumnya teater di setiap
Negara merupakan teater tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

http://charlaleisia.blogspot.com/2013/12/makalah-seni-budaya-seni-teater.html
http://image.google.co.id

You might also like