You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Percobaan
1. Hewan percobaan yang diinduksi oleh ol.ricini dapat menyebabkan diare,
kemudian dihambat oleh antidiare.
2. Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses, onset, dan
durasi defekasi pada aktivitas obat loperamid dan diapet.

1.2. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui adanya aktivitas obat antidiare yang bekerja menghambat diare
pada hewan percobaan yang telah diinduksi dengan ol.ricini.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal, serta
konsistensi feses yang encer. Diare dapat bersifat akut dan kronis. Penyebab diare pun
bermacam-macam.
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti E. Coli, Shigella, Salmonella,
dan V. Cholera, virus dan amuba seperti E. Histolytica, dan Giardia lambia. Selain itu dapat
pula disebabkan oleh toksin bakteri seperti staphylococcus aureus, dan Clostridium welchii
yang mencemari makanan.
Diare kronis mungkin berkaitan dengan berbagai gangguan dengan berbagai gangguan
gastrointestinal, ada pula diare yang berlatar belakang psikosomatik, alergi oleh makanan atau
obat-obat tertentu, disamping itu diare kronis ini dapat disebabkan oleh kelainan pada sistem
endokrin dan metabolisme, kekurangan vitamin dan sebagai akibat radiasi.
Diare yang berkepanjangan sangat melemahkan penderitanya karena tubuh kehilangan
banyak energi cairan elektrolit tubuh, sehingga memerlukan terapi pengganti dengan cairan
dan elektrolit serta kalori, obat antibakteri atau antiamuba, bergantung pada penyebab diare
tersebut, ataupun obat-obat lain yang bekerja memperlambat peristaltik usus, menghilangkan
spasme dan nyeri, dan menenangkan.

2.2. Teori Tambahan
Penggolongan obat diare :
1. Kemoteurapetika
Untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika,
sulfonamida, furazolidin, dan kliokonol.
2. Obstipansia
Untuk pengobatan simtomatis yang dapat menghentikan diare dengan cara:
Zat penekan peristaltik usus:
Candu dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamid) dan
antikolinergik (atropin, ekstrak belladone)
2. Adstringensia: Zat yang dapat mencioutkan selaput lendir usus, misalnya tanalbumin,
garam-garam bismut dan alumunium.
3. Adsorbensia: Zat yang dapat menyerap pada permukaannyazat-zat racun yang dihasilkan
oleh bakteri (toksin) atau yang berasal dari makanan, misalnya karbon, mucilage, kaolin,
pectin, garam-garam bismut dan garam alumunium.
4. Spasmolitika: Obat yang dapat menghilangkan kejang-kejang.
Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai simtomatis pada diare akut ringan
sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat, dan kodein menstimulasi aktivasi reseptor
pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan
konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus
mienterikus dan menurunkan motilitas usus.
Terapi Dehidrasi
Larutan oral yang mengandung elektrolit dan glukosa diberikan untuk mengoreksi
dehidrasi berat yang dapat diakibatkan oleh infeksi akibat organisme toksigenik. Terapi ini
lebih penting daripada terapi dengan obat, terutama pada bayi dan pada diare karena infeksi.
Antibiotik
Berguna hanya untuk infeksi tertentu, misalnya kolera dan disentri basiler berat, yang
diterapi dengan tetrasiklin (antibiotic spectrum luas) . Kuinolon, tampaknya efektif melawan
patogen diare yang paling penting.
Loperamid (IMODIUM,Jansen)
Merupakan derivat defenoksilat dan haloperidol (suatu neuroleptikum). Khasiat
obstipasinya 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat terhadap sistem saraf pusat, jadi tidak
menyebabkan adiksi, habituasi, dan toleransi. Mulai kerjanya cepat dan masa kerjanya
panjang.
Efek samping:
Tidak terjadi tapi pada anak-anak dibawah 2 tahun tidak boleh diberikan karena akan terjadi
penekanan peristaltik usus kuat sehingga timbul konstipasi.
Dosis:
Diare akut, permulaan 2 tablet berisi 2 mg, lalu 2 jam 1 tablet sampai maksimum 8 tablet
sehari.
Anak-anak 2-8 tahun : 2-3 kali sehari 0,1 mg/kg BB
Anak-anak 8-12 tahun : pertama 2 mg, maksimal 8-12 mg sehari.
NORIT adalah karbon berasal dari tumbuh - tumbuhan yang diaktifkan dengan kuat.
Oleh karena itu pengobatan dengan memakai NORIT walaupun dalam jumlah banyak tidak
berbahaya terhadap anak-anak maupun orang dewasa.
Daya serap yang kuat dari NORIT sangat baik untuk menghilangkan gangguan -
gangguan dalam perut dan keracunan makanan.
INDIKASI & ATURAN PAKAI :
Tablet NORIT dipakai dengan cara ditelan sambil minum air pada gangguan -
gangguan berikut : DIARE dengan atau tanpa kejang. PERUT KEMBUNG karena gas
- gas yang menggumpal dalam usus ( flatulence ). GANGGUAN LAMBUNG karena
pencernaan terganggu ( indigestion ). RASA MUAL setelah minum alkohol yang
berlebihan. DOSIS : 3 x sehari 6 - 9 tablet. Pada keracunan oleh daging, sosis, kerang,
fremis, udang, ikan, jamur dsb. atau carbol, lysol dsb.
DOSIS : 20 tablet NORIT dan diulangi seperlunya. Penggunaan pada anak - anak
dibawah umur 3 tahun hanya atas petunjuk dokter.
Pemakaian pada masa kehamilan : Obat ini boleh digunakan sesuai instruksi dan
aturan pakainya.

Oleum Ricini
Minyak jarak adalah minyak lemak yang di peroleh dengan perasan dingin biji Ricinus
communis L. Yang telah di kupas.
Pemerian : cairan kental , transparan ,kuning pucat / hampir tidak berwarna , bau lemah , rasa
khas , bebas dari bau asing dan tengik
Kelarutan : larut dalam etanol , dapat bercampur dengan etanol mutlak , asam asetat glasial ,
kloroform , eter
Bobot Jenis : 0.953 g sampai 0.964 g
Viskositas : 6 sampai 8 poise pada suhu 250
( The Merck Indeks 219 )
Rotasi optik : tidak kurang dari + 3.50
Indeks Bias : 1.477 sampai 1.481
Khasiat : Laksativum








BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3. 1. Alat
1. Timbangan mencit
2. Timbangan analitik
3. Sonde oral
4. Meja bedah
5. Alat bedah
6. Benang
7. Kertas saring
8. Bejana silinder plastik

3. 2. Bahan
Hewan Percobaan : mencit jantan bobot badan 20-25 g
1. Loperamid
2. Diapet
3. Oleum ricini
4. Norit
5. Na-CMC

3. 3. Prosedur Percobaan
A. Prosedur pengujian antidiare metode proteksi laksan
1. Mencit ditimbang sebelum digunakan untuk percobaan, dikelompokkan menjadi 4
kelompok, masing-masing 1 ekor mencit.
Kelompok I : kelompok kontrol, diberi Na-CMC 0,5 mL / 20 g BB d
Kelompok II : kelompok pembanding, diberi Loperamid 2 mg /dosis manusia
Kelompok III : kelompok uji I, diberi Diapet 646 mg / dosis manusia
Kelompok IV : Kelompok uji II, diberi Diapet 1292 mg / dosis manusia
2. Satu jam setelah pemberian sediaan uji, semua mencit diberi ol.ricini per oral sesuai
dengan dosis yang ditentukan
3. Respon yang terjadi diamati setiap 30 menit selama 3 jam setelah pemberian
ol.ricini.
4. Parameter yang diamati adalah : waktu timbulnya diare, konsistensi diare,
jumlah/bobot feses dan jangka waktu berlangsungnya diare.
5. Hasil pengamatan disajikan dalam tabel dan dibuat grafiknya
6. Hasil pengamatan dievaluasi dengan metode statistic.

B. Prosedur pengujian antidiare metode hambatan pada usus halus (transit)
1. Mencit dipuasakan selama 18 jam (tetap diberi minum)
2. Mencit ditimbang sebelum digunakan untuk percobaan, dikelompokkan menjadi 4
kelompok, masing-masing kelompok 1 ekor mencit.
Kelompok I : kelompok kontrol, diberi Na-CMC 0,5 mL / 20 g BB d
Kelompok II : kelompok pembanding, diberi Loperamid 2 mg /dosis manusia
Kelompok III : kelompok uji I, diberi Diapet 646 mg / dosis manusia
Kelompok IV : Kelompok uji II, diberi Diapet 1292 mg / dosis manusia
3. Sediaan uji diberikan sesuai dengan kelompoknya dan sesuai dengan dosis yang
ditetapkan.
4. Pada t = 45 menit setelah pemberian obat, semua mencit diberi suspensi norit secara
per oral sesuai dengan dodis yang sudah ditentukan.
5. Pada t = 65 menit semua mencit dikorbankan
6. Setelah mencit mati, semua kaki-kakinya diikat pada meja bedah.
7. Dengan menggunakan gunting bedah, dibuat guntingan midsagital sepanjang daerah
abdomen dan torax.
8. Usus mencit dipotong mulai dari pylorus sampai rectum dan dibentangkan di meja
secara perlahan.
9. Diukur panjang usus yang dilalui marker dan dihitung rationya terhadap keseluruhan
panjang usus.
10. Hasil pengamatan disajikan dalam tabel
11. Hasil pengamatan dievaluai
Ratio =


x 100 %
12. Dibuat kesimpulan percobaan dan didiskusikan




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
1. Metode proteksi Laktan

2. Metode transit
Mencit
nomor
Bobot Volume pemberian Waktu
Pemberian obat
Waktu
pemberian norit
5 23 g Na CMC = 0 ,525 ml
Norit = 0,23 ml
9:58 10:43
6 20 g Loperamid = 0,5 ml
Norit = 0,2 ml
10:03 10:48
7 24 g Diapet = 0,3 ml Norit =
0,24 ml
10:07 10:52
8 17 g Diapet =0,4186 ml Norit
= 0,17 ml
10:13 10:58


Mencit
Nomor
Efek Durasi
Waktu
timbulny
a diare
Konsisten Feses Jumlah / bobot feses
30

60

90

120

150

180

30 60 90 120 150 180
1 2350 1 3 5 0,54 - - - 0,373
g
0,146
g
3 jam
2 4102 1 2 4 5 - 0,887
g
- 0,078
g
0,379
g
0,003
g
2,5 jam
3 4430 2 3 4 5 5 - 0,166
g
0,218
g
0,272
g
0,154
g
1,012
g
2,5 jam
4 1:3015 2 2 - - 0,081
g
- 0,121
g
- 2 jam
Mencit
nomor
Bobot
mencit
Volume Pemberian Waktu pemberian
obat
Waktu pemberian
ol.ricini
1 21 g Na CMC = 0,525 ml ol.
Ricini = 0,525 ml
9:30 10:30
2 25 g Loperamida = 0,625 ml
ol.ricini = 0,625 ml
9:36 10:36
3 21 g Diapet = 0,2617 ml ol.
Ricini = 0,525 ml
9:46 10:46

4 17 g Diapet = 0,4186 ml ol.
Ricini = 0,425 ml
9:66 10:56
mencit
nomor
Waktu
Kematian
Panjang Usus Nilai Ratio
Dilalui marker Keseluruhan
5 11:03 46,48 cm 50,8 cm 92,126 %
6 11:08 53,7 cm 55,2 cm 97, 2826 %
7 11:12 61,2 cm 66,2 cm 92,72 %
8 11:18 48,6 cm 52,2 cm 92,38 %

4.2. Pembahasan
4.2.1. Metode Proteksi Laksan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana obat antidiare
dapat memberikan efek yaitu menghambat diare yang ditimbulkan oleh induktor yang
bersifat pencahar. Pengamatan kemampuan antidiare dalam menghambat diare
dilakukan dengan mengamati frekuensi defekasi, konsistesi feses, dan berat feses pada
mencit.
Obat yang digunakan sebagai antidiare adalah Loperamid dan Diapet.
Sedangkan yang bertindak sebagai inductor nya adalah oleum ricini. Karena Oleum
ricini memiliki efek terapi salah satunya adalah obat pencahar atau laksansia, yaitu
zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari
rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau
mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan sembelit. Mekanisme
kerjanya adalah saat terjadi proses hidrolisis di dalam usus halus sehingga trigliserida
dari asam risinoleat yang terkandung dalam oleum ricini menjadi gliserin dan asam
risinoleat oleh enzim lipase pankreas yang selanjutnya menstimulasi peristaltik usus
sehingga diare terjadi. Dari hasil yang diperoleh pada control menit 30 hingga menit
ke 180 mencit mengalami defekasi dan konsistensi feses dari padat pada menit 30
lama-kelamaan konsistensi feses menjadi cair. Hai ini menunjukkan bahwa oleum
ricini memberikan efek pencahar. Pada kelompok mencit uji, selain diberikan induktor
juga diberikan antidiare. Obat antidiare diberikan terlebih dahulu pada mencit, karena
mencit memiliki mekanisme pertahanan tubuh sehingga apabila diberi induktor
terlebih dahulu dikhawatirkan efek antidiare yang dihasilkan bukan berasal dari obat
antidiare tetapi akibat adanya mekanisme pertahanan. Selang waktu (30 menit)
pemberian induktor setelah pemberian antidiare dilakukan karena pemberian antidiare
dilakukan secara per oral, yang membutuhkan waktu absorbsi dan distribusi yang
lebih lama dalam tubuh mencit. Obat antidiare merupakan obat yang digunakan untuk
menghentikan diare, tetapi tidak menghilangkan penyebabnya. Adapun antidiare yang
digunakan pada praktikum ini,yaitu loperamid sebagai pembanding dan diapet dengan
dosis 646mg da 1292mg. dan hasil yang diperoleh yaitu menunjukan bahwa obat
antidiare berkerja karena mencit tidak mengalami defekasi yang banyak seperti pada
mencit control begitupun konsistensiya tidak cair. Pada obat antidiare Loperamid
sebagai pembanding menunjukkan obat bekerja dengan baik karena mencit mengalai
defekasi pada menit ke 150 dan konsistensinya pun padat. Dan obat antidiare yaitu
diapet diberikan dalam 2 dosis yaitu uji 1 dosisnya lebih kecil daripada uji 2, dan dari
hasil percobaan yang didapat menunjukan bahwa pada uji 2 memberikan efek
antidiare yang lebih cepat dan kuat disbanding uji satu. Dengan begitu loperamid dan
diapet uji 2 memiliki efek antidiare yang bagus.
4.2.2. Metode hambatan usus halus (transit)
Percobaan kali ini bertujuan agar praktikan lebih mengetahui sejauh mana obat
tersebut bekerja. Metode transit intestinal dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas
obat antidiare, laksansia,dan antispasmodik, berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak
usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus
keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Tahap pertama Dilakukan dengan
cara pemberian loperamid pada 3 mencit sebagai pembanding dan diapet sebagai uji 1
dan 2, setelah 45 menit, mencit diberikan suspensi norit.
Obat diare akan memperkecil rasio dan norit (karbo adsorbens) adalah arang
halus (nabati atau hewani) yang telah diaktifkan secara tertentu. Memiliki daya ikat pada
permukaan yang kuat, terutama terhadap zat - zat racun makanan. Dan dari hasil
percobaan menunjukkan pada pembanding, uji 1 dan uji 2 memiliki rasio lebih besar
dari pada kontrol. Hal ini mungkin disebabkan dari cara pemberian obat yang kurang
tepat atau mengalami kesalahan pada saat pemberian peroral. Pada dasarnya mencit
yang diberikan antidiare haruslah memiliki rasio lebih kecil dari pada kontrol.








BAB V
KESIMPULAN
Pada percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :

Meningkatnya frekuensi defekasi, konsistensi feses akan menurun dan bobot feses
yang meningkat menunjukkan keadaan diare.
Diapet 646 mg/BB manusia lebih efektif untuk antidiare dibandingkan dengan
loperamid 2 mg/BB manusia.
Loperamid dan Diapet dosis tinggi mampu memberikan proteksi terhadap efek dari
oleum ricini.
Diapet dosis 1292 mg/BB manusia memiki efek antidiare lebih kuat dibanding dosis
646 mg/BB manusia

















DAFTAR PUSTAKA

Sjarif Amir. 1995.Farmakologi dan Terapi.edisi 4.Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta. Hal.
537-544..
Widjajanti. Nuraini V. Dra.2002. Obat-obatan. Cetakan ke-10 Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Neal M. J., 2005. At A Glance Farmakologi
Medis Edisi 5 . Jakarta : EGC
Infomatorium Obat-Obat Generik


















LAMPIRAN

Pertayaan Modul
1. Mekanisme terjadinnya diare akibat induksi oleh ol.ricini
Jawab :
Pemberian oleum ricini pada mencit dapat menyebabkan diare karena oleum ricini
mengandung kandungan trigliserida asam risinolat yang dihidrolisis didalam usus
halus oleh lioase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat sebagai cairan dan
elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus.

2. Senyawa lain yang dapat digunakan untuk menginduksi diare
Jawab :
1. Senyawa glikosida isomer : Sennosida A dan B yang terdapan pada daun-daun dari
pohon Cassia angustifolia.
2. Bisakodil : derivat-difenilmetan yang bekerja langsung pada usus besar dengan
memperkuat peristaltiknya.
3. Fenolftalein : derivat-difenilmetan yang kerja laksatifnya atas rangsangan terhadap
usus besar.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengamatan
Jawab :
Daya tahan tubuh mencit terhadap penginduksi, isi yang terdapat pada lambung
mencit, konsentrasi dan volume obat antidiare,

4. Contoh obat sintetis dan bahan alam yang dapat digunakan sebagai antidiare
Jawab :
a. Bahan alam
- Ekstrak kurkuma
- Daun jambu biji
- Herba meniran
- Kayu secang
b. Obat Sintetis
- Bismut subsalisilat
- Attapulgit
- Pektin
- Karbo adsorben
- Loperamid hidroklorida

5. Alasan morfin dapat digunakan sebagai obat antidiare, dan kerugian bila
menggunakan morfin sebagai obat antidiare
Jawab :
Opioid seperti morfin dapat menstimulasi aktivasi reseptor opioid (efek
motilitas) dan (sekresi usus) pada saraf enterik, dan menyebabkan hiperpolarisasi
dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan
asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.
Kerugiannya jika pada penggunaan jangka panjang dibatasi, potensial adiksi dan
terkadang dapat menyebabkan konstopasi.

6. Pendapat mengenai diare yang disebabkan oleh alergi obat
Jawab :
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Diare
karena antibiotik terjadi ketika antibiotik mengganggu keseimbangan antara bakteri
baik dan bakteri buruk dalam saluran pencernaan, sehingga menyebabkan bakteri yang
berbahaya dapat tumbuh melebihi jumlah seharusnya sehingga menyebabkan diare.
Sebagian besar diare karena antibiotik tidak berat dan berhenti setelah menghentikan
pemakaian antibiotik. Tetapi terkadang penderita dapat mengalami colitis, radang usus
besar, dan bentuk kolitis yang lebih berat yaitu kolitis pseudomembranosa. Keduanya
dapat menyebabkan sakit perut, damam, dan diare berdarah. Terdapat tatalaksana yang
efektif untuk diare ringan karena antibiotik dan kolitis karena antibiotik. Selain itu
dengan mengonsumsi suplemen bakteri baik atau makan yoghurt dapat mengurangi
gejala atau membantu mencegah diare karena antibiotik.

Perhitungan dosis
a. Metode proteksi laksan
Kontrol : Berat mencit 21 g
Obat : Na CMC 0,5 mg/20 g
Vol. Pemberian :



Induksi : Ol. ricini 0,5 ml/20 g
Vol. Pemberian :




Pembanding : Berat mencit 23 g
Obat : Loperamid 2 mg (dosis untuk manusia)
Dosis untuk mencit : 0,0026 x 2 mg = 0,0052 mg



Vol. Pemberian :




Induksi : Ol. ricini 0,5 ml/20 g
Vol. Pemberian :




Uji 1 : Berat mencit 20 g
Obat : Diapet 646 mg (dosis untuk manusia)
Dosis untuk mencit : 0,0026 x 646 mg = 1,6796 mg



Vol. Pemberian :




Induksi : Ol. ricini 0,5 ml/20 g
Vol. Pemberian :




Uji 2 : Berat mencit 20 g
Obat : Diapet 1.292 mg (dosis untuk manusia)
Dosis untuk mencit : 0,0026 x 1.292 mg = 3.3592 mg



Vol. Pemberian :




Induksi : Ol. ricini 0,5 ml/20 g
Vol. Pemberian :



b. Metode hambatan pada usus halus
Kontrol : Berat mencit 24 g
Obat : Na CMC 0,5 mg/20 g
Vol. Pemberian :




Norit : Norit 0,1 ml/10 g
Vol. Pemberian :




Pembanding : Berat mencit 26 g
Obat : Loperamid 2 mg (dosis untuk manusia)
Dosis untuk mencit : 0,0026 x 2 mg = 0,0052 mg



Vol. Pemberian :




Norit 0,1 ml/10 g
Vol. Pemberian :




Uji 1 : Berat mencit 24 g
Obat : Diapet 646 mg (dosis untuk manusia)
Dosis untuk mencit : 0,0026 x 646 mg = 1,6796 mg



Vol. Pemberian :





Norit 0,1 ml/10 g
Vol. Pemberian :






Uji 2 : Berat mencit 24 g
Obat : Diapet 1.292 mg (dosis untuk manusia)
Dosis untuk mencit : 0,0026 x 1.292 mg = 3.3592 mg



Vol. Pemberian :



Norit 0,1 ml/10 g
Vol. Pemberian :




Ratio Metode hambatan pada usus halus

Ratio (Kontrol) =



=



= 72%

Ratio (pembanding) =



=



= 60,15%

Ratio (uji 1) =



=



= 73,43%

Ratio (uji 2) =



=



= 79,39%

Data Hasil Kelas
Metode Laksan
1. Onset diare (menit)
kelompok onset diare
kontrol 56,6167
pembanding 57,3792
uji 1 42,0667
uji 2 56,1562

Perbandingan onset diare dengan kontrol (onset uji-onset kontrol)
pembanding 0,7625
uji 1 -14,55
uji 2 -0,4605

2. Durasi diare (menit)
Kelompok
durasi
diare
Kontrol 113,875
pembanding 78,75
uji 1 104,125
uji 2 86,375

Perbandingan durasi diare dengan kontrol (durasi uji-durasi kontrol)
Pembanding -35,125
Uji 1 -9,75
Uji 2 -27,5

3. Konsistensi feses
kelompok 30' 60' 90' 120' 150' 180'
kontrol 1 1 1 2 3 2
pembanding 0 1 1 1 2 1
uji 1 0 1 1 1 1 2
uji 2 0 1 1 1 0 1
Keterangan : 0 = tidak ada feses
1 = feses padat
2 = feses padat lembek
3 = feses lembek
4 = feses lembek cair
5 = feses cair

4. Bobot feses (g)
kelompok 30' 60' 90' 120' 150' 180'
kontrol 0,11435 0,21425 0,0742 0,1055 0,10311 0,05294
pembanding 0,08279 0,11576 0,01254 0,11829 0,13992 0,01122
uji 1 0,0219 0,17812 0,0451 0,12569 0,01935 0,16212
uji 2 0,02089 0,01669 0,0117 0,0564 0,07037 0,03951

Metode Transit
Kelompok Rasio
Kontrol 0,7082
Pembanding 0,7365
uji 1 0,695
uji 2 0,685

Perbandingan rasio uji dengan kontrol (rasio uji-rasio kontrol)
Pembanding 0,0283
uji 1 -0,0132
uji 2 -0,0232






-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
pembanding uji 1 uji 2
Onset diare
Series1
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
Pembanding Uji 1 Uji 2
Durasi diare
Series1

Keterangan : 0 = tidak ada feses
1 = feses padat
2 = feses padat lembek
3 = feses lembek
4 = feses lembek cair
5 = feses cair

0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
30' 60' 90' 120' 150' 180'
K
o
n
s
i
s
t
e
n
s
i

Konsistensi feses per satuan waktu
kontrol
pembanding
uji 1
uji 2
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
30' 60' 90' 120' 150' 180'
B
o
b
o
t

f
e
s
e
s

(
g
)

Bobot feses per satuan waktu
kontrol
pembanding
uji 1
uji 2






-0.03
-0.02
-0.01
0
0.01
0.02
0.03
0.04
pembanding uji 1 uji 2
Rasio marker terhadap panjang usus
Series1

You might also like