Professional Documents
Culture Documents
=
S n
B A n
B A P
Dengan demikian,
( ) ( ) ( ) ( ) B A P B P A P B A P + =
( )
3
2
6
4
6
2
6
3
6
3
= = + = B A P
Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda S, maka peluang
kejadian ditentukan dengan aturan:
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima adalah
3
2
.
b. Peluang gabungan dua kejadian saling lepas (kejadian A atau B di mana A dan B
saling lepas)
Pada percobaan melempar dadu berisi enam sebanyak satu kali,
misalkan terjadi dua kejadian berikut.
Kejadian A adalah kejadian munculnya mata dadu angka 3,
maka A = {1, 2}.
Kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu angka 4,
maka B = {4, 5, 6}.
Dalam hal demikian,kejadian A
dan kejadian B disebut dua
kejadian yang saling lepas
atau saling asing
(mutually exclusive).
Hal yang perlu diperhatikan bahwa:
Jika A dan B merupakan dua kejadian yang saling lepas, maka peluang
gabungan dua kejadian yang saling lepas itu ditentukan dengan :
A dan B saling asing maka 0 ) ( = B A atau ( ) 0 = B A P sehingga :
( ) ( ) ( ) ( ) B A P B P A P B A P + = = ( ) ( ) ( ) ( ) B P A P B P A P + = + 0
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa :
Jika A dan B dua kejadian saling lepas, maka :
jika kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian
yang saling lepas, maka kejadian A dan kejadian B itu tidak
dapat terjadi secara bersamaan.
Contoh soal :
1. Dalam sebuah kantong terdapat 10 kartu, masing-masing diberi nomor yang
berurutan, sebuah kartu diambil dari dalam kantong secara acak, misal A
adalah kejadian bahwa yang terambil kartu bernomor genap dan B adalah
kejadian terambil kartu bernomor prima ganjil.
a. Selidiki apakah kejadian A dan B saling asing.
b. Tentukan peluan kejadian A atau B.
Penyelesaian :
A adalah kejadian bahwa yang terambil kartu bernomor genap.
B adalah kejadian terambil kartu bernomor prima ganjil.
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} maka n(S) = 10
a. ( ) { } = B A maka A dan B saling asing.
b. A = {2, 4, 6, 8, 10} maka n(A) = 5. sehingga :
P(A) =
2
1
10
5
) (
) (
= =
S n
A n
B = {3, 5, 7} maka n(B) = 3. sehingga :
P(B) =
10
3
) (
) (
=
S n
B n
Dengan demikian : ( ) ( ) ( ) B P A P B A P + = =
10
5
+
10
3
=
10
8
=
5
4
Jadi peluang kejadian A atau B adalah
5
4
.
2. Sebuah dadu bersisi enam dilempar satu kali. Berapa peluang kejadian
munculnya mata dadu angka < 3 atau mata dadu angka 4 ?
J awab :
Misalkan,A adalah kejadian munculnya mata dadu
angka < 3, maka A = {1, 2}dan n(A)= 2
B adalah kejadian munnculnya mata dadu
angka 4, maka B = {4, 5, 6} dan n(B) = 3
Karena A= {1, 2} dan B = {4, 5, 6} tidak mempunyai
anggota yang sama, maka A dan B merupakan dua kejadian yang saling
lepas, sehingga
Jadi, peluang kejadian munculnya mata dadu angka < 3
atau mata dadu angka 4 adalah
2. Peluang Dua Kejadian Saling Bebas
a. Kejadian A adalah kejadian munculnya mata dadu pertama angka 2,
maka A = {(2, 1), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (2, 5), (2, 6)}
b. Kejadian B adalah kejadian munculnya mata dadu kedua angka 5, maka
B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)}
Kejadian A dan kejadian B disebut dua kejadian yang saling bebas jika
kejadian A tidak terpengaruh oleh kejadian B atau sebaliknya kejadian B tidak
terpengaruh oleh kejadian A.
DADU KEDUA
D
A
D
U
P
E
R
T
A
M
A
1 2 3 4 5 6
1 (1, 1) (1, 2) (1, 3) (1, 4) (1, 5) (1, 6)
2 (2, 1) (2, 2) (2, 3) (2, 4) (2, 5) (2, 6)
3 (3, 1) (3, 2) (3, 3) (3, 4) (3, 5) (3, 6)
4 (4, 1) (4, 2) (4, 3) (4, 4) (4, 5) (4, 6)
5 (5, 1) (5, 2) (5, 3) (5, 4) (5, 5) (5, 6)
>
6
2
) (
) (
) ( = =
S n
A n
A P
6
3
) (
) (
) ( = =
S n
B n
B P
6
5
6
3
6
2
) ( ) ( ) ( = + = + = B P A P B A P
>
>
Dari tabel di atas, (AB) = (2,5)
Contoh soal:
1. Dua keping mata uang logam dilempar secara bersamaan sebanyak satu
kali. Kejadian A adalah kejadian munculnya sisi gambar pada mata uang
pertama, sedangkan kejadian B adalah kejadian munculnya sisi yang sama
untuk kedua mata uang logam itu. Periksalah apakah kejadian A dan
kejadian B merupakan dua kejadian yang saling bebas?
J awab :
Ruang contoh pada percobaan ini adalah S = {(G, G), (G, T), (T, G),
(T, T)}, n(S) = 4.
Kejadian A = {(G, G), (G, T)}, n(A) = 2
Kejadian B = {(G, G), (T, T)}, n(B) = 2
Kejadian = {(G, G)},
6 (6, 1) (6, 2) (6, 3) (6, 4) (6, 5) (6, 6)
1. Jika kejadian A tidak mempengaruhi terjadinya kejadian B dan
sebaliknya atau terjadi tidaknya kejadian A tidak tergantung pada
terjadi atau tidaknya kejadian B. hal ini seperti digambarkan pada
pelemparan dua buah dadu sekaligus.
P(A B)=P(A) P(B)
2. Jika A dan B adalah dua kejadian yang saling bebas maka
komplemen A (ditulis A
c
) dan komplemen B (ditulis B
c
) juga
merupakan dua kejadian yang saling bebas.
2
1
4
2
) (
) (
) ( = = =
S n
A n
A P
2
1
4
2
) (
) (
) ( = = =
S n
B n
B P
) ( B A
1 ) ( = B A n
4
1
) (
) (
) ( = =
S n
B A n
B A P
Dari hasil perhitungan di atas ternyata berlaku hubungan:
Oleh karena , maka kejadian A dan
kejadian B merupakan dua kejadian yang saling bebas.
2. Pada pelemparan sebuah dadu sekaligus A adalah kejadian keluarnya dadu
pertama angka 5 dan B adalah kejadian keluarnya dadu kedua angka 5.
berpakah peluang terjadinya A, B, dan AB.
Penyelesaian :
S= {(1,2),(1,1),(1,3),.,(6,6)} n(S) =36
A={(3,1),(3,2),(,3,3),(3,4),(3,5),(3,6)} n(A)=6
B={(1,5},(2,5),(3,5),(4,5),(5,5),(6,5)} n(B)=6
P(A)=
6
1
36
6
) (
) (
= =
S P
A P
P(B)=
6
1
36
6
) (
) (
= =
B P
A P
P(AB) = P(A) P(B) =
36
1
6
1
6
1
= Jadi, peluang terjadinya A, B, dan AB
adalah
36
1
.
G. PELUANG KEJADIAN BERSYARAT
Secara umum, kejadian A dengan syarat kejadian B terljadi lebih dulu ditulis
A|B. Sebaliknya, jika kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu
ditulis B|A. Proses terbentuknya kejadian bersyarat A|B diperhatikan dengan
diagram Venn pada gambar berikut.
) ( x ) ( ) (
2
1
x
2
1
4
1
B P A P B A P =
=
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut.
Contoh soal
1. Dua buah dadu berisi enam dilempar secara bersamaam sebanyak satu
kali. Hitunglah peluang kejadian munculnya angka 1 untuk dadu kedua
dengan syarat kejadian munculnya jumlah kedua dadu kurang dari 4 terjadi
lebih dulu.
J awab :
Ruang Contoh pada percobaan ini adalah S, dengan n(S) = 6 x 6 = 36
Misalkan: A adalah kejadian munculnya angka 1 untuk dadu kedua, maka A
= {(1,1), (2,1), (3,1), (4,1), (5,1), (6,1)}
B adalah kejadian munculnya jumlah kedua mata dadu kurang dari 4, maka B =
{(1,1), (1,2), (2,1)}
Kejadian munculnya angka 1 untuk dadu kedua (kejadian A) dengan syarat
kejadian munculnya jumlah kedua mata dadu kurang dari 4 (kejadian B) terjadi
lebih dulu, adalah kejadian bersyarat A|B.
Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling
bergantung apabila terjadi atau tidak terjadinya kejadian A akan
memengaruhi terjadi atau tidak terjadinya kejadian B. Peluang terjadinya
kejadian A dengan syarat kejadian B telah muncul adalah:
= , dengan syarat P(B) 0
Atau peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah muncul
adalah:
= , dengan syarat P(A) 0
B
B
S
A
|
A
Ruang Contoh
semula
Ruang
contoh
yang baru
Kejadian
bersyarat
A|B
Proses terbentuknya kejadian
bersyarat A|B
6
1
36
6
) ( = = A P
12
1
36
3
) ( = = B P
18
1
36
2
) ( )} 1 , 2 )( 1 , 1 {( = = = B A P B A
3
2
12
1
18
1
P(B)
B) P(A
B) | A ( = = =
P
Peluang kejadian bersyarat A|B adalah:
Jadi, peluang kejadian munculnya angka 1 pada dadu dengan syarat kejadian
munculnya jumlah kedua mata dadu kurang dari 4 terjadi lebih dulu adalah
2. Dalam sebuah kotak terdapat 6 bola merah dan 4 bola putih. Jika sebuah bola
diambil dalam kotak itu berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian.
Tentukan peluang yang terambil kedua-duanya bola merah.
Penyelesaian
P(A) =
10
6
P(B/A) =
9
5
) ( B A P = P(A) . P(B/A)
=
10
6
.
9
5
=
90
30
Jadi, peluang yang terambil kedua-duanya bola merah tanpa pengembalian
adalah
3
1
Peluang Pengambilan Contoh Dengan Pengembalian
Misalkan E
1
adalah kejadian terambilnya kartu As pada pengambilan pertama,
dan E
2
adalah kejadian terambilnya kartu King pada pengambilan kedua, maka
Perhatikan bahwa E1 dan E2 merupakan dua kejadian yang saling bebas, maka
Peluang Pengambilan Contoh Tanpa Pengembalian
Misalkan E
1
adalah kejadian terambilnya kartu As pada pengambilan pertama,
maka
3
2
B) | A ( = P
13
1
52
4
) (
1
= = E P
169
1
13
1
x
13
1
) ( x ) ( ) (
2 1 2 1
= = = E P E P E E P
13
1
52
4
) (
1
= = E P
51
4
) | (
1 2
= E E P
Kartu yang telah diambil pada pengambilan pertama tidak dikembalikan,
sehingga jumlah kartu yang sekarang menjadi (52 1) = 51 lembar. Misalkan E
2
adalah kejadian terambilnya kartu King pada pengambilan kedua ( kejadian E
2
ditentukan oleh syarat kejadian E
1
), maka
Karena E
2
|E
1
merupakan kejadian bersyarat, maka
Contoh :
Sebuah kotak berisi 5 bola hitam dan 3 bola putih. Dari dalam kotak itu
diambil satu bola secara berurutan sebanyak dua kali. Setelah bola pertama
diambil, bola itu tidak dikembalikan, langsung diambil bola yang kedua.
Hitunglah peluang kejadian yang terambil itu :
a. bola hitam pada pengambilan pertama maupun pengambilan kedua,
b. bola hitam pada pengambilan pertama dan bola putih pada
pengambilan kedua.
J awab :
Misalkan ditetapkan kejadian-kejadian berikut.
E
1
adalah kejadian terambilnya bola hitam pada pengambilan
pertama,
E
2
adalah kejadian terambilnya bola hitam pada pengambilan kedua,
dan
E
3
adalah kejadian terambilnya bola putih pada pengambilan ketiga.
Dalam perhitungan berikut ini, perlu diingat bahwa bola yang telah
diambil pada pengambilan pertama tidak dikembalikan.
a. Peluang terambilnya bola hitam pada pengambilan pertama adalah
Peluang terambilnya bola hitam pada pengambilan kedua setelah bola
hitam diambil pada pengambilan pertama adalah
Karena E
2
|E
1
merupakan kejadian bersyarat, maka berlaku hubungan :
13
1
52
4
) (
2
= = E P
663
4
51
4
x
13
1
) | ( x ) ( ) (
1 2 1 2 1
= = = E E P E P E E P
8
5
) (
1
= E P
7
4
) | (
1 2
= E E P
56
20
7
4
x
8
5
) | ( x ) ( ) (
1 2 1 2 1
= = = E E P E P E E P
Jadi, peluang yang terambil itu bola hitam pada pengambilan pertama
dan bola putih maupun pengambilan kedua adalah
b. Peluang terambilnya bola hitam pada pengambilan pertama adalah
Peluang terambilnya bola hitam pada pengambilan kedua setelah bola
hitam diambil pada pengambilan pertama adalah
Karena E
3
|E
1
merupakan kejadian bersyarat, maka berlaku hubungan :
Jadi, peluang yang terambil itu bola hitam pada pengambilan pertama
dan bola putih pada pengambilan kedua adalah
DAFTAR PUSTAKA
Soedjadi, dkk. 1987. Kapita Selekta Matematika Sekolah. Universitas Terbuka
Tampomas, Husein. 1999. Matematika SMU kelas 2. Jakarta: Erlangga
Wirodikromo, Sartono. 2007. Matematika untuk SMA Kelas XI.
Jakarta:Erlangga
56
20
) (
2 1
= E E P
8
5
) (
1
= E P
7
3
) | (
1 3
= E E P
56
15
7
3
x
8
5
) | ( x ) ( ) (
1 3 1 3 1
= = = E E P E P E E P
56
15
) (
3 1
= E E P