You are on page 1of 10

Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 1


Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
Problematika Kenaikan Harga BBM :
Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam


1 Kerangka

Latar Belakang
Kejanggalan di Balik Opini dan Kebijakan Pemerintah
Perkembangan Kebijakan dan Skema Politik
Tujuan Akhir : Liberalisasi Migas dan Kepentingan Asing
Solusi Islam
Pernyataan Sikap

2 Latar Belakang

Pemerintah berencana untuk menaikkan harga BBM sebesar Rp 1.500 per liter mulai 1 April 2012. Alasan
kebijakan ini diambil adalah adanya perubahan asumsi-asumsi dalam APBN 2012 yang mengalami
perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Kenaikan harga minyak mentah (Indonesian Crude Price, ICP) yang sudah jauh di atas $100 per barel.
Harga minyak Indonesia (ICP) bulan Februari 2012 telah mencapai USD121,75 per barel, naik dari
USD115,91 pada bulan Januari. Angka tersebut sangat jauh dari asumsi makro APBN 2012, yang
mencantumkan ICP hanya sekitar USD90 per barel. Oleh karena itu, dalam RAPBN-Perubahan 2012
asumsi ICP pun diubah menjadi US$ 105 per barel.
2. Ekonomi dunia mengalami perlambatan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Target
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang awalnya 6.7% harus diubah menjadi 6.5%.
3. Laju inflasi yang ditetapkan pada APBN 2012 sebesar 5% diperkirakan akan mengalami peningkatan
sehingga harus diubah menjadi 7%.
4. Nilai tukar rupiah yang pada awalnya berkisar Rp 8.800 per dolar saat ini sudah mencapai Rp 9.000 per
dolar.
5. Suku bunga acuan mengalami perubahan yang awalnya ditetapkan 5% berubah menjadi 6%.
6. Target lifting yang pada awalnya ditetapkan sebesar 950.000 barel per hari ternyata berat untuk dicapai.
Oleh karena itu, dalam APBN Perubahan 2012 target tersebut diubah menjadi 930.000 barel per hari.






Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 2
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
3 Sejumlah Kejanggalan di Balik Opini dan Kebijakan Pemerintah

3.1 Efisiensi dan Alokasi Anggaran Belanja Negara
Pengubahan asumsi makroekonomi APBN diklaim pemerintah sebagai latar belakang dalam
menyesuaikan besar subsidi dalam rangka penghematan anggaran. Opsi pengurangan subsidi langsung
dipilih sebagai opsi penghematan sebelum membahas tuntas efisiensi dari APBN itu sendiri.
Sebagaimana yang tercantum dalam RAPBN 2012, besar subsidi untuk BBM adalah Rp 123.6 triliun.
Anehnya, ketika angka tersebut diklaim membebani APBN, pemerintah sama sekali tidak
mempermasalahkan anggaran pembayaran bunga utang (baik luar maupun dalam negeri) sebesar Rp123,1
triliun. Padahal, 77% dari seluruh total penerimaan dan hibah APBN 2012 berasal dari pajak. Hal ini
mengindikasikan uang rakyat lebih diprioritaskan untuk membayar bunga utang daripada untuk mendanai
kebutuhan pokok masyarakat.
Di saat pemerintah menuntut rakyat untuk menghemat anggaran APBN, kasus korupsi dan
membengkaknya anggaran belanja negara tidak pernah disandingkan. Keberadaan program-program
pemerintah yang dinilai boros anggaran (baik di lembaga eksekutif maupun legislatif) tidak turut dibahas
saat Menteri Keuangan dan Presiden meminta rakyat memahami kondisi keuangan negara. Jika
mempertimbangkan seluruh faktor ini, wajar kebijakan pemerintah ini tidak bisa diterima oleh akal dan
perasaan publik.

3.2 Penghematan Subsidi VS Kompensasi Dana Talangan
Argumen pemerintah untuk menghemat anggaran makin dipertanyakan jika dilakukan perhitungan
sederhana antara penghematan anggaran pasca kenaikan BBM dan besarnya kompensasi yang harus
dikeluarkan pemerintah sebagai dana talangan kepada masyarakat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Wakil Menteri ESDM (Sindonews, 02/03/2012), jika harga minyak mengalami kenaikan dari Rp 4.500
menjadi Rp 6.000 (atau terjadi kenaikan sebesar Rp 1.500 per liternya), maka pemerintah dapat menghemat
anggaran subsidi sebesar Rp 31.5 Triliun. Sementara itu, Menkokesra Agung Laksono (bisnis.com,
29/02/2012) mengatakan dana kompensasi yang dipersiapkan pemerintah jika BBM mengalami kenaikan
harga adalah Rp 30 Triliun. Dengan demikian, jika jumlah penghematan anggaran sebanding dengan biaya
kompensasi, lalu untuk apa pemerintah sampai harus menaikkan harga BBM?
Bahkan, jika pemerintah berargumen pengalokasian subsidi yang tepat sasaran, itu pun masih belum
bisa diterima kebenarannya. Hal ini dikarenakan kompensasi bantuan untuk rakyat miskin hanya sementara.
Itupun tidak semua masyarakat yang terkena dampak kenaikan harga BBM mendapat kompensasi.
Sementara, dampak buruk kenaikan harga BBM bersifat tetap dan kontinu juga mengakibakan efek sistemik
(inflasi/lonjakan harga).

Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 3
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
Inilah yang membuat banyak pihak bertanya-tanya. Jika sudah jelas bahwa kebijakan ini akan
memberatkan perekonomian masyarakat, dan jika jumlah penghematan ternyata setara dengan biaya
kompensasi, lalu sebenarnya untuk kepentingan siapa kebijakan kenaikan harga BBM itu?

3.3 Karut-Marut Sistem Transportasi yang Tak Kunjung Usai

Besar subsidi BBM yang dikeluarkan oleh negara ditentukan oleh total konsumsi BBM. Sedangkan
total konsumsi BBM tidak lain adalah konsekuensi dari jumlah kendaraan yang digunakan. Rendahnya daya
dukung transportasi umum di tengah-tengah gempuran produk-produk otomotif yang kian terjangkau,
membuat sebagian besar rakyat lebih memilih memiliki kendaraan pribadi dan akhirnya jumlah kendaraan
pun meningkat pesat. Dengan demikian, jika pemerintah memang benar-benar serius untuk menghemat
subsidi BBM, langkah logis dan praktis adalah memangkas jumlah kendaraan dan memperbaiki secara
tuntas sistem transportasi umum. Sayangnya, keseriusan pemerintah dalam menangani transportasi publik
tidak sebanding dengan keseriusan pemerintah dalam mengurangi subsidi.

3.4 Pertamina Dikebiri
Sebelum era reformasi, Pertamina adalah satu-satunya Perusahaan Negara (PN) migas nasional yang
menangani seluruh kegiatan Migas termasuk berperan sebagai mitar kerjasama dengan Perusahaan Minyak
Internasional. Pertamina adalah badan yang memegang kendali manajemen dalam kerjasama internasional di
pengelolaan hulu Migas. Pertamina juga yang menangani seluruh kegiatan hilir (pembangunan dan operasi
kilang sampai penjualan/distibusi di dalam negeri) serta ekspor-impor Migas.
Hal ini berbeda dengan yang terjadi ketika era reformasi. Pertamina mengalami perubahan status
menjadi perseroan (PT) dan mengubah fungsi Pertamina menjadi sama dengan Badan Usaha Asing / Swasta
baik dalam kegiatan hulu dan hilir. Hal ini tentu berkonsekuensi pada penguasaan industri dan perdagangan
migas dalam negeri yang kini lebih dari 90% telah dikuasai oleh perusahaan asing.

4 Perkembangan Kebijakan dan Skema Politik

Untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi, maka kita harus melihat alur kebijakan dengan cermat
dan komprehensif. Kenaikan harga BBM ini sendiri bukan kali pertama dan sudah berkali-kali terjadi
pascareformasi 1998. Setiap kebijakan diawali dengan adanya regulasi dan momen politik/ekonomi tertentu.
Dengan mempelajari pola yang ada, kita bisa menelusuri apa yang sesungguhnya ada dibalik argumen-
argumen kenaikan harga BBM ini. Benarkah ini disebabkan fluktuatifnya harga minyak dan minimnya
anggaran pemerintah? Ataukah apa yang digembar-gemborkan selama ini hanyalah pengalihan isu dan
pencitraan untuk menutupi agenda sebenarnya. Pola ini sudah sedemikian jelas dan bisa kita lihat dari sejak
awal.

Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 4
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)

Skema Kebijakan Politik yang Mengiringi Kebijakan Migas

4.1 Legitimasi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 menyentuh semua aspek kehidupan, tidak
terkecuali aspek pengelolaan energi. Dengan memikul utang yang besar, Pemerintah RI secara resmi
meminta bantuan IMF (International Monetary Funds) untuk memulihkan perekonomian nasional. Prinsip
global dan arahan IMF meliputi :
a) Keterbukaan usaha, termasuk seluruh kegiatan Migas harus terbuka bagi perusahaan-perusahaan
internasional.
b) Monopoli tidak sesuai dengan hukum ekonomi modern.
c) Untuk meningkatkan kompetisi BUMN harus diprivatisasi.
d) Subsidi harus dihapus.

Dua sektor energi yang diprioritaskan IMF untuk diliberaliasi yaitu pengelolaan listrik dan migas. Di sektor
migas, pemerintah wajib melaksanakan kebijakan liberaliasi dengan penendatangan Letter of Intent (LoI)
yang salah satu butir kesepakatannya adalah menghapus subsidi bahan bakar migas (BBM) dan mengizinkan
masuknya perusahaan multi nasional, serta mengubah status Pertamina menjadi perseroan (PT) dengan
fungsi yang sama dengan badan usaha asing baik dalam kegiatan hulu maupun hilir. Kesepakatan tentang
liberaliasasi Migas kemudian dituangkan dalam UU No. 22 Tahun 2001 yang ditetapkan pada 23 November
2001 di masa Pemerintahan Megawati.
UU Migas No. 22 tahun 2001 menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha Pengolahan,
Pengangkutan, Penyimpanan, dan Niaga secara akuntabel yang diselenggarakan melalui
mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan (Pasal 2). Kemudian kegiatan Usaha Hulu
dan Kegiatan Usaha Hilir dapat dilaksanakan oleh : Badan Usaha Milik Negara; Badan Usaha Milik Daerah,
Koperasi, Usaha Kecil, Badan Usaha Swasta (Pasal 9).
Letter of Intent dengan IMF
UU Migas No. 22 Tahun 2001
Legitimasi
Subsidi memberatkan
Konversi minyak ke gas
Cadangan migas menipis
Isu energi alternatif
Subsidi salah sasaran
Pemanasan Isu
Harga minyak naik
Krisis Ekonomi
Inflasi
Krisis Timur Tengah
Momentum
Subsidi dicabut
Harga minyak naik
Liberalisasi migas
Menjamurnya perusaahan
asing/swasta di sektor hulu
dan hilir
Liberaliasasi
Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 5
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
4.2 Pemanasan Isu
Upaya liberalisasi tersebut ternyata tidak serta merta dapat dilakukan. Dengan melihat situasi politik dan
masyarakat maka perlu dibuat sebuah alur kebijakan sehingga pada akhirnya kebijakan tersebut bisa
diterima dan dijalankan oleh masyarakat.
Dalam tahap ini pemerintah pernah berupaya untuk mengalihkan konsumsi BBM bersubsidi ke non-subsidi.
Mobil pelat hitam tak boleh seenaknya menggunakan premium dan solar. Juga melakukan penghematan
konsumsi BBM yang dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan 6% - 7%. Serta program konversi BBM
bersubsidi ke bahan bakar gas (BBG) jenis compressed natural gas (CNG) dan liquefied gas for vehicle
(LGV) atau Vi-Gas.
Namun konversi BBM ke gas tersebut ternyata menemui banyak kendala dan pemerintah pun belum siap
menjalankannya. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero
Wacik. "Program konversi BBM ke BBG ribet, itu menjadi tak efesien. Apalagi konversi bukan satu-satunya
cara buat mengerem konsumsi emas hitam. Banyak opsi. Salah satunya, adalah menaikkan harga BBM
premium," (Metrotvnews.com, 19/01/2012).

4.3 Momentum
a) Kenaikan 1 Maret 2005 (Perpres No 22 tahun 2005)
Berdasarkan data, besarnya subsidi BBM yang dicantumkan dalam APBN 2005 pada akhir tahun 2004 lalu
adalah sebesar Rp19 triliun dengan asumsi harga minyak dunia adalah US$ 24 per barrel, kurs Rp 8.600.
Pada perkembangannya yaitu awal tahun 2005, harga minyak dunia justru meningkat dan jauh di atas asumsi
APBN yaitu US$35 per barrel dan bahkan pada perkembangan selanjutnya, harga minyak dunia selalu di
atas US$50 per barrel dan kurs rupiah rata-rata diatas Rp 8.900. Akibatnya, realisasi pengeluaran subsidi
BBM dalam bulan pertama tahun 2005 telah mencapai Rp15 triliun dan dikhawatirkan akan terus
membengkak jika tidak segera dilakukan penyesuaian harga BBM. Akhirnya, hal ini lah yang
melatarbelakangi lahirnya kebijakan pemerintah tentang penyesuaian harga BBM pada tanggal 28 Februari
2005 dan berlaku efektif mulai tanggal 1 Maret 2005. Penyesuaian harga jual BBM dalam negeri ini tertuang
dalam Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2005.

b) Kenaikan 1 Oktober 2005 (Perpres No 55 tahun 2005)
Setelah terjadi kenaikan harga minyak dunia pada awal tahun 2005 yang kemudian menyebabkan kenaikan
harga penjualan BBM dalam negeri tanggal 1 Maret 2005, pemerintah pada bulan itu juga melakukan
langkah penyesuaian APBN yang tercantum dalam APBN-P 2005. Pemerintah mengajukan rancangan
APBN-P tersebut kepada DPR pada tanggal 23 Maret 2005. Dalam APBN-P 2005 tersebut, pemerintah
menetapkan asumsi harga minyak dunia sebesar US$35 per barrel dengan asumsi kurs Rp 8.900 per dollar
AS. Namun seiring berjalannya waktu, harga minyak dunia justru semakin meningkat dan mencapai kisaran
US$ 68 per barrel dengan nilai kurs Rp 10.900 per dollar AS. Lagi-lagi hal ini membuat pemerintah merasa
khawatir karena membengkaknya jumlah subsidi BBM karena ketidaksesuaian asumsi yang sudah
Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 6
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
ditetapkan sehingga perlu dilakukan penyesuaian harga eceran BBM dalam negeri. Keputusan tersebut
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2005 yang ditetapkan tanggal 30 September 2005 dan
mulai berlaku efektif tanggal 1 Oktober 2005. Kenaikan harga BBM kali ini tergolong sangat luar biasa
karena rata-rata mencapai angka 128%.

c) Kenaikan 24 Mei 2008 (Per Menteri ESDM No 16 tahun 2008)
Dalam APBN 2008 yang ditetapkan tanggal 6 November 2007, besarnya subsidi BBM adalah Rp 45,8
triliun dengan asumsi harga minyak mentah sebesar US$ 60 per barrel. Selanjutnya karena harga minyak
mentah dunia yang cenderung meningkat, APBN tersebut mengalami penyesuaian. Berdasarkan APBN-P
2008, harga minyak mentah dunia dipatok sebesar US$ 95 per barrel. Dengan asumsi demikian, maka
jumlah subsidi BBM yang direncanakan adalah sebesar Rp 126,8 triliun. Namun dalam perkembangannya,
nilai asumsi tersebut juga menjadi tidak realistis lagi karena harga minyak mentah dunia yang terus
mengalami peningkatan. Harga minyak mentah dunia sejak awal tahun 2008 selalu mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dan rata-rata selalu berada di atas kisaran US$100 per barrel. Pada triwulan pertama
2008 harga minyak mentah dunia tidak pernah bergeser dari angka rata-rata US$ 120 per barrel dan bahkan
dikhawatirkan akan menyentuh angka US$ 150 per barrel. Akibat dari kenaikan tersebut, beban subsidi pun
membengkak dan melebihi angka Rp 200 triliun. Akhirnya pemerintah kembali melakukan penyesuaian
harga eceran BBM dalam negeri rata-rata sebesar 28,7% melalui Peraturan Menteri ESDM (Energi dan
Sumber Daya Mineral) No 16 tahun 2008 yang ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2008 dan mulai berlaku
efektif sejak tanggal 24 Mei 2008.

4.4 Liberalisasi
Merujuk data produksi minyak ESDM 2009, dari total produksi minyak dan kondensat di Indonesia,
Pertamina hanya mampu memproduksi 13,8%. Sisanya dikuasai oleh swasta khususnya asing seperti
Chevron (41%), Total E&P Indonesie (10%), Chonoco Philips (3,6%) dan CNOOC (4,6%). Belum lagi
pemerintah melalui BP Migas justru lebih memprioritaskan untuk memperpanjang kontrak-kontrak
pengelolaan ladang minyak kepada pihak swasta ketimbang menyerahkannnya kepada Pertamina. Di sisi
lain dengan UU Migas 22/2001, Pertamina yang sebelumnya juga bertindak sebagai regulator disejajarkan
dengan perusahaan swasta sehingga harus bersaing untuk mendapatkan konsesi pengelolaan ladang minyak
dari BP Migas.
Kebijakan pemerintah melakukan liberalisasi dan membatasi konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi membuat SPBU asing menyerbu pasar Indonesia. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan bahwa dengan kebijakan pembatasan tersebut, akan
meningkatkan permintaan BBM nonsubsidi. Hal itu otomatis akan membuka peluang pasar produk BBM
nonsubsidi bagi para pelaku bisnis hilir minyak dan gas, termasuk perusahaan-perusahaan asing.

Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 7
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
5 Tujuan Akhir : Liberalisasi Migas dan Kepentingan Asing

Indikasi adanya liberalisasi migas yang menjadi akhir dari skema politik di atas divalidasi dengan
berbagai perjanjian politik luar negeri Indonesia dan IMF. Pada tahun 2000, upaya restrukturisasi Pertamina
dan internasionalisasi harga mulai dikampanyekan oleh IMF. Hal ini tercantum dalam Memorandum of
Economic and Financial Policies (LoI IMF, Jan. 2000) yang menyatakan : In the oil and gas sector, the
government is firmly committed to the following actions: replacing existing laws with a modern legal
framework; restructuring and reforming Pertamina; ensuring that fiscal terms and regulations for
exploration and production remain internationally competitive; allowing domestic product prices to reflect
international market levels (pada sektor migas, Pemerintah berkomitmen: mengganti UU yang ada
dengan kerangka yang lebih modern, melakukan restrukturisasi dan reformasi di tubuh Pertamina, menjamin
bahwa kebijakan fiskal dan berbagai regulasi untuk eksplorasi dan produksi tetap kompetitif secara
internasional, membiarkan harga domestik mencerminkan harga internasional).
Kemudian setahun setelahnya, ide menghapuskan subsidi BBM pun dicetuskan dan komersialisasi
listrik mulai digaungkan. Hal ini tercantum dalam Memorandum of Economic and Financial Policies (LoI
IMF, July 2001): The government remains strongly committed to the comprehensive legal and policy
reforms for the energy sector outlined in the MEFP of January 2000. In particular, two new laws
concerning Electric Power and Oil and Natural Gas will be submitted to Parliament during September. The
Ministry of Mines and Energy has prepared medium term plans to phase out fuel subsidies and restore
electricity tariffs to commercially viable levels. (Pemerintah [Indonesia] berkomitmen penuh untuk
mereformasi sektor energi yang dicantumkan pada MEFP 2000. Secara khusus pada bulan September, UU
Listrik dan Migas yang baru akan diajukan ke DPR. Menteri Pertambangan & Energi telah menyiapkan
rencana jangka menengah untuk menghapus secara bertahap subsidi BBM dan mengubah tarifl listrik sesuai
dengan tarif komersil.
Mengamini kedua arahan tersebut, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro pun ikut berkomentar,
Liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis
eceran migas.... Namun, liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah.
Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.'' (Kompas, 14 Mei
2003). Pernyataan tersebut makin menegaskan bahwa kepentingan dari pengurangan subsidi adalah
untuk bisnis dari pemain asing (yang saat ini telah menguasai lebih dari 90% industri migas
nasional). Dirjen Migas Dept. ESDM, Iin Arifin Takhyan: Saat ini terdapat 105 perusahaan yang sudah
mendapat izin untuk bermain di sektor hilir migas, termasuk membuka stasiun pengisian BBM untuk umum
(SPBU) (Trust, edisi 11/2004). Diantaranya adalah perusahaan migas raksasa seperti British Petrolium
(Amerika-Inggris), Shell (Belanda), Petro China (RRC), Petronas (Malaysia), dan Chevron-Texaco
(Amerika).
Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 8
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa liberalisasi energi telah berjalan secara sistemis dari tahun
2000 hingga sekarang. Adapun penarikan subsidi BBM dilakukan tidak lain adalah untuk membuka pasar
dalam negeri (terutama sektor hilir/penjualan) kepada pemain asing.

6 Solusi Islam

Permasalahan BBM muncul karena diterapkannya ideologi sekulerisme-kapitalisme yang memberikan
kebebasan dalam kepemilikan serta dikuranginya peran negara untuk mengatur rakyatnya. Sebagai sebuah
sistem kehidupan (tandzim al-hayat), Islam telah memberikan panduan dalam pengaturan sumber-sumber
daya energi.

6.1 Islam Mengatur Konsep Kepemilikan

Minyak bumi dan gas merupakan sumber daya alam yang melimpah sehingga masuk dalam kategori barang
milik publik (al-milkiyyah al-ammah) yang pengelolaannya harus diserahkan kepada negara dan seluruh
hasilnya dikembalikan kepada publik. Dengan demikian ia tidak boleh diserahkan/dikuasakan kepada swasta
apalagi asing.


Sesungguhnya, Abyad bin Hammal mendatangi Rasulullah saw, dan meminta beliau saw agar memberikan
tambang garam kepadanya. Ibnu al-Mutawakkil berkata,Yakni tambang garam yang ada di daerah
Marib. Nabi saw pun memberikan tambang itu kepadanya. Ketika, Abyad bin Hamal ra telah pergi, ada
seorang laki-laki yang ada di majelis itu berkata, Tahukan Anda, apa yang telah Anda berikat kepadanya?
Sesungguhnya, Anda telah memberikan kepadanya sesuatu yang seperti air mengalir (al-maa al-idd).
Ibnu al-Mutawakkil berkata, Lalu Rasulullah saw mencabut kembali pemberian tambang garam itu
darinya (Abyad bin Hammal).(HR. Imam Abu Dawud)

Kaum Muslim memiliki hak yang sama terhadap tambang minyak dan gas bumi. Dengan demikian,
pemerintah yang memberikan hak istimewa kepada individu atau perusahaan swasta untuk mengolah dan
mendistribusikan harta milik umum, sama artinya telah merampas hak pihak lain. Imam Ahmad dan Imam
Abu Dawud menuturkan sebuah hadits bahwasanya Rasulullah saw bersabda:


Manusia itu berserikat (bersama-sama memiliki) dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api. (HR
Ahmad, Abu Dawud, An Nasaaiy, dll)
Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 9
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
Dalam hadits yang diriwayatkan Ibn Majah dari Ibn Abbas ada tambahan,Dan harganya haram:


Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal; air, padang rumput, dan api, dan harganya haram. (HR. Imam
Ibnu Majah)

6.2 Islam Menjaga Kedaulatan Negara Dengan Aturan Politik Luar Negeri Yang Melindungi Dari Segala
Bentuk Intervensi Asing (Praktik Liberalisasi dan Hegemoni Ekonomi Kapitalistik)

Sistem ekonomi kapitalisme yang merupakan akar dari rusaknya sistem energi nasional memberikan konsep
yang keliru mengenai kebebasan kepemilikan dan berusaha. Peran negara sebagai pengelola utama
disempitkan hanya menjadi regulator sedangkan sektor energi dibuka ke pasar bebas. Dengan demikian
peluang swasta khususnya asing akan semakin besar dalam menguasai perekonomian negeri ini. Hal ini
bertentangan dengan firman Allah swt :


Dan Allah tidak memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman.
(QS: An-Nisa: 141)

6.3 Islam Menjadi Dasar Moral Kepemerintahan Yang Amanah

Dalam Islam, kepemimpinan atas umat merupakan amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Pemerintah diharamkan mengeluarkan kebijakan yang dzallim yang memberikan penderitaan kepada rakyat.
Pemimpin dalam Islam sadar bahwa kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban langsung oleh Allah atas
apa saja yang ia perbuat selama menjadi pemimpin ummat.


Barangsiapa menyempitkan (urusan orang lain), niscaya Allah akan menyempitkan urusannya kelak di
hari kiamat (HR. Imam Bukhari)


Ya Allah, barangsiapa memiliki hak mengatur suatu urusan umatku, lalu ia menyempitkan mereka, maka
sempitkanlah dirinya; dan barangsiapa memiliki hak untuk mengatur suatu urusan umatku, lalu ia
Problematika Kenaikan Harga BBM : Analisis Regulasi, Kritik, dan Solusi Ideologi Islam 2012

Unit Kegiatan Mahasiswa Harmoni Amal Titian Ilmu (HATI-ITB) 10
Sekretariat : Sunken Court E-08, Kampus ITB, Jl Ganesha No. 10 Bandung
Homepage : hati.unit.itb.ac.id Telepone : +6285221144484 (Abrari)
memperlakukan mereka dengan baik, maka perlakukanlah dirinya dengan baik. (HR. Imam Ahmad dan
Imam Muslim)

7 Pernyataan Sikap

Sehubungan dengan rencana pemerintah mengenai kenaikan harga BBM per 1 April 2012, maka
berdasarkan analisis di atas HATI ITB menyatakan sikap untuk menolak kebijakan tersebut. Hal ini
didasarkan oleh sejumlah alasan yaitu:
Kenaikan harga BBM dan pengurangan subsidi ini tidak lain merupakan suatu upaya liberalisasi sektor
migas yang memberikan kekuasaan kepada pihak swasta mengambil keuntungan atas komoditas publik.
Hal ini merupakan kebijakan yang bertentangan syariat Islam. Migas serta kekayaan alam yang
melimpah lainnya dalam pandangan Islam merupakan barang milik umum yang pengelolaannya
mestinya diserahkan kepada negara untuk kesejahteraan rakyat.
Argumentasi penghematan anggaran melalui pengurangan subsidi yang diajukan pemerintah adalah
argumen yang lemah sebab hal ini kontraproduktif dengan inefisiensi APBN saat ini seperti :
Pemborosan anggaran oleh pihak pemerintah dan maraknya kasus korupsi.
Akibat kenaikan BBM ini akan semakin memberatkan rakyat kecil dan menimbulkan multiplier effect
secara kontinu berupa inflasi yang meningkat sedangkan tawaran bantuan pemerintah hanya dibagikan
secara kolektif dan temporer.
Problematika ini tidak lain merupakan konsekuensi dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalistik
liberal di Indonesia yang telah berjalan secara sistematis. Sebagai solusinya, HATI ITB menyerukan
agar tata kelola energi nasional dikembalikan kepada aturan Islam, yakni kehidupan yang di dalamnya
diterapkan syariah Islam secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah. Oleh karena itu, HATI
mengajak kepada seluruh civitas kampus ITB untuk ikut bersama barisan dakwah Islam ideologis untuk
menyebarkan pemikiran Islam sehingga kelak Islam dapat benar-benar diimplementasikan. Hanya
dengan cara ini, Indonesia mampu melepaskan diri dari praktik liberalisme dan hegemoni asing dalam
sektor energi dan menjadi negara mandiri yang tentunya dirahmati Allah swt. Insya Allah.



Bandung, 16 Maret 2012



HATI-ITB

You might also like