You are on page 1of 29

PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

MEMBANGUN BUDAYA KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT


Membangun budaya yang mengutamakan keselamatan pasien di RS PROF DR
TABRANI Pekanbaru dengan memperhatikan aspek dibawah ini,yaitu :
Safe Culture ( perawatan yang aman )
Safe Care ( perawatan yang aman )
Safe Support System ( system pendukung yang aman )
Safe Please ( tempat yang aman )
BUDAYA YANG AMAN
Menciptakan budaya aman dalam pelayanan di RS PROF DR TABRANI
Pekanbaru seperti :
o Aktif melaporkan insiden untuk belajar dari pengalaman.
o Iklin kerja yang bebes dari saling menyalahkan satu sama lain dan individu yang
melaporkan insiden tidak dihukum.
o Komonikasi yang mudah dipahami, diulang dan konsisten
o Selalu membicarakan isu keselamatan pasien.

PERAWATAN YANG AMAN
Memberikan perawatan dan pelayanan yang aman kepada pasien di RS PROF DR
TABARANI Pekanbaru seperti :
Belajar dari kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera untuk
selanjutnya dibuat tindakan preventif.
Menerapkan prinsip-prinsip keselamatan pasien di rumah sakit (nInternational
Patient Safety Goals-IPGS)

STAF YANG AMAN
Menumbuhkan kesadaran dan keselamatan pasien pada staff RS PROF DR
TABRANI seperti :
Selalu berpegang pada prinsip Every Patients Right Everyones Responsibility
(setiap hak pasien adalah tanggung jawab setiap orang)
Berperan aktif dalam mencegah timbulnya kejadian yang tidak diharapkan.
SISTEM PENDUKUNG YANG AMAN
Menciptakan system pendukung yang aman di RS PROF DR TABRANIPekanbaru
Seperti :
Setiap staff di rumah sakit memberikan informasi yan benar.
Pemberian informasi diberikan oleh orang-orang yang kompeten.
Hasil pemeriksaan yang di perlukan diberikan tepat waktu sesuai kebutuhan ,
misalnya untuk hasil pemeriksaan lbortorium, radiologi, dan periksaan lainnya.

TEMPAT YANG AMAN
Menambah sarana untuk menciptakan tempat yang aman di RS PROF DR
TABRANI seperti :
Tersedianya Alat Pelindung Api Ringan dan system proteksi kebakaran lainnya.
Terlibat aktif dalam melaporkan kondisi alat, bangunan dan lingkungan yang
potensial tidak aman dengan formulir pelaporan insiden Kejadian Potensial
Cedera (KPC)

PASIEN YANG AMAN
Ikut menumbuhkan peran serta pasien dalam perawatannya seperti :
Apabila terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, komonikasikanlah pada pasien apa
yang terjadi dan tunjukkan perasaan tulus dan penyesalan mendalam ( empati ).
Berikan pasien speak up agar mareka dapat terlibat dalam setiap proses
pelayanan kesehatan yang terdapat dari rumah sakit.
Anjurkan pasien untuk mengisi kotak saran.

INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS
Enam tujuan keselamatan pasien Internasional (6 Internasional Patient Safety
Goals) meliputi beberapa hal di bawah ini seperti :
1. Identifikasi pasien dengan benar
Identifikasi pasien secara benar penting untuk memberikan pelayanan tepat sesuai
dengan kebutuhan pasien, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Setiap akan melakukan prosedur pelayanan kepada pasien (pemberian obat, tranfusi
darah, pengambilan sampel seperti darah/spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
dan semua tindakan lainnya), petugas harus melakukan identifikasi pasien dengan
benar
b. Identifikasi pasien dengan benar dilakukan sedikitnya dua cara identifikasi pasien
yaitu nama lengkap pasien dan tnggal lahir pasien
c. Identifikasi pasien dengan cara :
Pasien rawat inap dan ODS dengan menanyakan nama lengkap pasien dan
kemudian mencocokkan nama lengkap, tanggal lahir dan nomor rekam medis
Pada gelag identitas pasien dengan nama lengkap, tanggal lahir dan nomor
rekam medik pada buku rekam medik / formulir pemberian obat / formulir
tranfusi.
Pasien UGD, rawat jalan dan penunjang medik lainnya dengan menanyakan
nama lengkap pasien dan kemudian mencocokkan nama lengkap, tanggal
lahir, dan nomor rekam medikpada kartu pasien dengan nama lengkap,
tanggal lahir dan nomor rekam medik pada buku rekam/ formulir
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan radiologi
Bila kartu pasien tidak tersedia, maka identifikasi pasien dilakukan dengan
cara menanyakan nama lenkap pasien dan tanggal lahir pasien kemudian
mencocokkan dengan nama lengkap pasien dan tanggal lahir pasien pada
buku rekam medik/ formulir pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan
radiologi
d. Bila pasien tidak mampu menyebutkan nama lengkap karena usia umur atau
kondisinya, maka keluarga yang mendampingi dapat menyebutkan nama dan
tanggal lahir pasien tersebut
e. N omor ruangan dan nomor tempat tidur pasien tidak boleh digunakan sebagai
alat identifikasi
f. Identifokasi pasien koma tampa identitas dilakukan dengan cara:
Penengtuan identitasnya menggunakan simbol Tn/Mr.X atau Mrs/Ny.X dan bila
jumlah pasiennya lebih dari satu orang maka menggunakan symbol Tn X1, Tn
X2,Tn X3 dan seterusnya atau Ny.X1, Ny.X2, Ny.X3 dan seterusnya.
Bila pasien sudah sadar kembali dan atau pasien sudah bisa diidentifikasi
identitasnya, maka penggunaan symbol tersebut langsung segera diganti dengan
identitas pasien tersebut
g. Gelang identitas pasien (untuk pasien rawat inap, ODS, UGD):
- Merah muda : identitas pasien perempuan
- Biru muda : identitas pasien laki-laki
- Kuning : Pasien resiko jatuh
- Merah : pasien alergi
Tips :
1. Peugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum
melakukan prosedur dengan pertanyaan terbuka, contoh : Assalamualaikum /
Selamat Pagi/Siang/Malam, Bapak/Ibu, nama Bapak/Ibu siapa? Bisa tolong
sebutkan tanggal lahir Bapak/Ibuk.
2. Jika pasien telah memakai gelang identitas, tetap dikonfirmasi secara verbal
sebelum melakukan prosedur, memberikan obat-obatan, tranfusi darah atau
mengambil sampel darah.
3. Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, gelang identitas harus diperiksa
kecocokannya dengan rekam medik oleh dua orang staf.

2. Meningkatkan efektifitas komonikasi verbal
Persyaratan komonikasi verbal yang efektif seperti di bawah ini :
1. Pemberi informasi mengucapkan secara jelas
2. Pemberi informasi /pelaksana instruksi mecatat incformasi yang di berikan (di
formulir yang ditujukan untuk penulisan tersebut atau di selembar kertas dan
kemudian di salin ke formulir yang semestinya)
3. Setelah infoemasi di catat, dilakukan pembacaan ulang terhadap informasi td
4. Setelah pembacaan ulang, pemberi informasi mengkorfimasikan kebenaran hasil
pembacaan ulang
5. Di formulir pencatatan di tulis identitas pemberi informasi, penerima informasi
dan waktu (tanggal dan jam) kemudian dimintakan tanda tangan dari pemberi
informasi saat dia saat dia datang.
o Komonikasi efektif pada situasi di mana proses pembacaan ulang tidak
memungkinkan untuk dilakukan setelah menulis, misalnya pasien
emergency, maka reak back di lakukan sebelum menuliskan, sedangkan
penulisan dilakukan setelah keadaan emergency berlalu, atau petugas
bantuan datang.
Beberapa tekhnik komonikasi efektif :
a. Komonikasi verbal ( Write down/ Tulis, Read/Baca, Back/Kembali)
Untuk perintah verbal atau melalui telpon, staf yang menerima pesan harus
menuliskan dan membacakannya kembali kepada pemberi pesan (konfirmasi
dan verivikasi dilakukan langsung). Pemberi pesan harus segera melengkapi
dokumentasi verivikasi secara tertulis. Komunikasiverbal menerapkan TBAK
T ulis BA ca K embali. Untuk istilah yang sulit atau obat-obat kategori LASA (Look
Alike Soun Alike- NORUM Nama Obat Mirip) diminta penerima pesan mengeja
kata-kata tersebut per huruf, misalnya : UBRETED.
Standarisasi pengejaan menggunakan ejaan standar internanasional (contoh : a=
alpha, dst.
b. Teknik SBAR (Situation Backgroud Assessment= Recommendation)
Tekhnik ini berlakununtuk semua petugas saat melakukan pelaporan / serah
terima tugas.
Teknik SBAR ini dilakukan pada komonikasi antara :
Perawat dan konsulen
Dokter jaga dan konsulen
Sebelum menelpon Dokter, lakukan hal sebagai berikut :
- Periksa pasien dengan benar
- Lihat nama dokter penanggung jawab pasien yang sesuai untuk ditelpon
- Mengetahui diagnosis masuk pasien
- Baca catatan keperawatan terbaru
- Pegang rekam medik pasien dan siap untuk melaporkan alergi, pengobatabn
yang diberikan, cairan IV, hasil tes maupun laboratorium.
- Setiap laporan SBAR berbeda, fokos pada permadsalahan, ringkas.
Tidaknsemua yang tercantum dalam table di bawah ini perlu dilaporkan,
hanya yang dibutuhkan dalam situasi saat itu.

Beberapa contoh penerapan masing-masing komponen huruf dalam Tekhnik SBAR :
S
Situasi
o Megindentifikasi diri dan tempat penelpon
o Mengindentifikasi nama pasien dan alasan untuk melapor
o Jelaskan masalah yang ingin disampikan
Pertama terangkan secara spesifik tentang diri anda, nama pasien dan tanda-
tanda-tanda vital . Contohnya sebagai berikut :
Assalamulaikum/ Selamat Pagi/Siang/Malam dokter , ini adalah R, perawat di
ruangan Syuhada RS Prof Dr Tabrani, alasan saya menrlpon adalah, bahwa Ny
S(32 tahun) di kamar Syuhada 5 tiba-tiba sesak nafas, saturasi oksigen nya
turun menadi 88% , respirasi nya 28 x/menit, frekuensi nadi 110x/menit,dan
tekanan darahnya 85/50, suhunya 36,5. Kami telah memberikan 6 liter
oksigen dan saturasinya naik menjadi 93 %, frekuensi pernapasan menjadi
22x/menit
B
Background / Latar Belakang
o Memberikan alasan pasien dirawat
o Jelaskan riwayat medis yang signifikan
o Penelpon kemudian mengingformasikan konsultan latar belakang
pasien: obat-obatan saat ini, alergi, hasil laboratorium terkait dan hasil
diagnostikyang relevan. Untuk ini, penelpon harus telah
mengumpulkan informasi dan grafik pasien, flow sheet dan catatan
perkembangan pasien.
Sebagai contoh:
Ny S (69 tahun), dengan burst fraktur pada T5, komplikasi pasien adalah
hemathorax di tempat pemasangan chest tube. Chest tube itu dilepas lima hari
lalu dan ronthen thoraks nya telak menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Pasien sudah mobilisasi dengan fisiotherapi dan menunjukkan perbaikan.
Hemoglobinnya 10.0 g/dl dan telah mendapatkan Enoxapharin untuk
profilaksis DVT orofilaksis dan oxycodone untuk mengurangi nyerinya.

A
Assesment/penilaian
o Tanda-tanda vital
o Pola penyakit
o Gambaran klinis, kekhawatiran
Kita perlu berpikir kritis ketika mengingformasikan penilaian tentang keadaan
pasien pada konsulen. Ini berati bahwa kita telah mempertimbangkan apa
yang mungkin terjadi ,alasan yang mendasari kondisi pasien. Tidak hanya dari
penilaian kita namun juga dengan indikator objektif lainnya, seperti hasil
laboratorium.
Jika tidak memiliki penilaian, anda dapat berkata:
Saya pikir dia mungkin memiliki emboli paru.
Saya tidak yakin apa masalahnya, tapi saya khawatir.
R
Rekomendasi
o Jelaskan apa yang anda butuhkan secara spesifik tentang permintaan
dan waktunya.
o Memberikan saran seperti:
Pasien dapat di trasnsfer ke ICU, Dok ?
o Memperjelas yang diharapkan :
Dokter dapat melihat pasien sekarang?
Akhirnya sampaikan sampaikan apa yang menjadi rekomendasi kita. Perintah
yang diberikan di telpon perlu di ulang kembali untuk memastikan akurasi.
Apakah perlu untuk pemeriksaan rothen thoraks / pemasangan IV line Dok?.
Dapatkah saya mulai melakukan CT sca?

Memasukkan SBAR mungkin tampak sederhana, tetapi membutuhkan banyak
pelatihan. Disarankan untuk berlatih antar sesama teman perawat untuk
memberikan informasi pada konsulen dalam bentuk SBAR.


Tips :
- Utamakan komunikasi secara tertulis
- Gunakan singkatan yang sudah terstandar di RS PROF DR TABRANI
Pekanbaru. Tulis kata dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan

3. Tingkatan keamanan obat-obatan yang high alert ( memerlukan kewaspadaan
tinggi)
Penggunaan obat- obatan yang pelru kewaspadaan Tinggi perlu pengawasan
dalam penyimpanan maupun pemberiannya dengan memperhatikan hal-hal
berikut ini:
a. Yang termasuk obat high Alert adalah kalium chloride (2 mEq/ml atau lebih
pekat ) kalium fosfat, Natrium cholide (lebih pekat dari 0,9) dan magnesium
sulfat (50% atau lebih pekat)
b. Kalium chloride (2 mEq/ml atau lebih pekat) tidak boleh disimpan sebagai stock
di unit-unit pelayanan pasien kecuali di unit kamar operasi dan unit-unit
perawatan intensif (PICU, NICU). Di unit-unit tersebut Kalium chloride disimpan
di tempat penyimpanan khusus tidak bercampur dengan obat-obatan lain dan di
beri label dengan jelas KALIUM CHLORIDA TERKONSENTRASI, harus diencerkan.
c. Kalium fosfat tidak boleh disimpan sebagai stock di unit-unit pelayanan pasien
d. Natrium chloride (lebih pekat dari 0,9%) tidak boleh di simpan sebagai stock di
unit-unit pelayanan pasien kecuali di Unit Gawat Darurat dan unit-unit
perawatan intensif ( ICU,PICU,NICU). Di unit-unit tersebut Natrium chloride (
lebih pekat dari 0,9 %)nbdi simpan di tempat penyimpanankhususntidak
bercampur dengan obat-obatan lain, di beri label dengan jelas NATRIUM
CHLORIDE TERKOSENTRASI HARUS DI ENCERKAN)
e. Magnesium sulfat (50% atau lebih pekat) tidak boleh di simpan sebagai stock di
unit-unit pelayanan pasien kecuali unit kamar operasi, unit kamar bersalin, Unit
Gawat Darurat dan unit-unit perawatan intensif (ICU,PICU,NICU). Di unit-unit
tersebut Magnesium Sulfat (50%) atau lebih pekat) di simpan di tempat
penyimpanan khusus tidak bercampur dengan obat-obatan lain, di beri label
dengan jelas MAGNESIUM SULFAT TERKOSENTRASI HARUS DIENCERKAN.
f. Elektrolit terkosentrasi harus dalam kemasan asli dan di simpan dalam lemari
yang selalu dalam keadaan terkunci kecuali dalam saat pengambilan larutan.
Kunci di pegang oleh perawat penanggung jawat shift.
g. Pemberian elektrolit terkosentrasi menggunakan syringe pump atau infusion
pump dan monitor secara ketat.
h. Pemberian elektrolit harus sesuai instruksi Dokter penanggung jawab pasien dan
pemberiannya didampingi oleh dokter ruangan.

Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi seperti berikut di bawah ini:
a. Elektrolit pekat f. Insulin
KCL 7,46% g. Obat Hipoglikemik Oral
Meylon 8,4% h. Obat Agonis Adrenegik
MgSO4 20% - Epinefrin
NaCl 3 % - Norepinefrin
b. Golongan Opionit i. Anastetik Umum
Fentanil - Propofol
Kodein Hcl - Ketamin
Morfin Hcl j. Kemoterapi
Morfin sulfat K. Obat kontras
Petidin Hcl I. Pelemas otot
Sufentanil - Suksinilkolin
c. Antikoagulan - Rekuronium
Heparin natrium - Vekuronium
Enoksaparin natrium m. Larutan Kardioplegi ( obat yang
d. Trombolitik menyebabkan henti jantung)
Sreptokinase n. Obat golongan aminophylin
e. Antiariaritmia
Lidokain IV
Amiodaron

Tips :
1. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan menggunakan label
khusus.
2. Setiap pemberian obat menerapkan prisip 7 benar.
3. Pastikan pengenceran dan pencampuran obatobat dilakukan oleh orang yang
kompeten.
4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA-NORUM (Look
Alike Sound Alike-Nama Obat Rupa Obat Sama)
5. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.
6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA-NORUM (Look Alike Sound
Alike-Nama Obat Rupa Obat Sama), saat member/menerima instruksi.

4. Pastikan tepat sisi, tepat prosedur dan tepet orang pada pembedahan (Time out),
tepat pasien, penerapan checklist keselamatan operasi/tindakan berisiko tinggi
(Kolonoskopi/Endoskopi, Radiologi intervensi.
Untuk mendapatkan hasil operasi sesuai dengan harapan, memerlukan ketepatan dalam
mengidentifikasi tempat, pasien, prosedur operasinya, denhgan memperhatikan hal
berikut:
a. Penandaan lokasi pembedahan dilakukan oleh dokter operator DENGAN
MELIBATKAN PASIEN didampingi oleh perawatatau dokter jaga ruangan sebelum
pasien masuk ke unit kamar operasikecuali dalam keadaan daruratdilakukan di
ruang persiapan pasien di unit kamar operasi sesuai SOP. Mengunakan tanda
yang mudah di kenali untuk identifikas lokas operasi.
b. Seluruh dokumen yang diperlukan dalam pembedahan harus tersedia bersama
pasien pada xsaat pasien masuk ke unit kamar operasi. Dokumen pemerikasaan
penunjangdiagnostikc imaging harus mencantumkan sisi.
c. Seluruh perlengkapan dan peralatan di cek oleh doktert operator utama sebelum
operasi
d. Pelaksanaan prosedur time out
1. Dilaksanakan untuk semua tindakan pembedahan di kamar operasi sebelum
insisi dilakukan
2. Dipimpin oleh petugas yang di tunjuk oleh supervisor kamar operasi dan harus
diikuti secara aktif oleh semua tim pembedahan
3. Berisi konfirmasi kebenaran identitas pasien, prosedur pembedahan dan
lokasi pembedahan
4. Prosedur dinyatakan lengkap setelah semua elemen dinyatakan lengkap ,
setelah semua elemen di atas selesai di konfirmasi dan semua anggota tim
menyetujui
5. Menggunakan cheeklist atau proses lain untuk verivikasi lokasi yang tepat,
prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi dan seluruh
dokumen serta peralatan yang di butuhkan tersedia, benar dan berfungsi.

Prosedur Umum
a. Tanda lokasi operasi (Marking), terutama:
Pada organ yang memiliki dua sisi, kanan dan kiri
Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
Mulitiplelevel ( operasi tulang belakang, cervical, thorakal, lumbal)
b. Penandaan Lokasi Operasi
Gunakan tanda yang telah di sepakati (menggunakan tanda lingkaran)
Dokter yang akan melakukan operasi (operator) yang melakukan
pemberian tanda
Tanda pada atau dekat pada daerah insisi
Gunakan tanda yang tidak ambigu ( contoh: tanda :X merupakan
tanda yang ambigu)
Daerah yang tidak dioperasi, jangan di tandai kecuali sangat diperlukan
Gunakan pennda yang tidak mudah terhapus ( contoh : Gentian violet,
permanent marker)
c. Sebelum dilaksanakan operasi terapkan pengisian checklist keselamatan
operasi untuk memastikan :
Tepat pasien, tepat prosedur, tepat daerah/lokasi operasi

CHECLIST KESELAMATAN OPERASI / TINDAKAN INVASIF STANDART WHO

Nama pasien : Nama Operator :
Nomor Rekam Medik : Jenis Operasi :
Tanggal lahir pasien

THE SIGN IN
(Dilakukan sebelum induksi anastesi, minimal oleh perawat dan dokter anestesi)

1. Pasien telah diverivikasi sudah belum
- Identitas dan gelang pasien
- Lokasi operasi
- Prosedur
- Surat ijin operasi
2. Lokasi operasi sudah di beri tanda
3. Mesin dan obat-obat sudah di cek lengkap
4. Pulse oximeter sudah terpasang dan berfunsi
5. Apakah pasien mempunyai riwayat alergi
6. Kesulitan bernafas/risikoaspirasi?
Dan menggunakan peralatan/bantuan?
7. Risiko kehilangan darah>500 ml(7ml/kg BB pada
Anak)?
Dua akses intravena/akses sentral dan rencana
Terapi cairan?

THE TIMEOUT
(Dilskukan sebelum insisi kulit diisi oleh perawat, dokter anastesi dan operator)
1. Konfirmasi seluruh anggota memperkenalakan
Nama dan perannya masing-masing
2. Dokter bedah anestesi dan perawat
Melakukan verivikasi secara verbal
- Nama pasien
- Prosedur
- Lokasi dimana insisi akan di buat
3. Apakah antibiotikc profilaksis sudah di berikan
30 menit sebelumnya?
- Nama antibiotik yang di berikan
- Dosis antibiotikc yang di berikan
4. Antisipasi kejadian kritis :
a. Review dokter bedah : langkah apa yang akan dilakukan bila kondisi kritis atau
kejadian yang tidak diharapkan , lamanya operasi, antisipasi kehilangan
darah?


b. Review tim anastesi : apakah perlu ada hal khusus yang perlu di perhatikan
pada pasien?

..
Jika diperlukan CVC, kapan akan dipasang?

..
c. Riview tim perawat : apakah peralatan sudah steril, adakah alat-alat yang
perlu di perhatikan khususnatau dalam masalah?


5. Apakah foto Ronthgen /CT Scan dan MRI telah
Ditayangkan sesuaidengan posisi yang benar?

THE SIGN OUT
(Dilakukan sebelum pasien meninggalkan ok, diisi oleh perawat, dokter anestesi, dan
operator)
Sudah Belum
1. Perawat melakukan verifikasi secara verbal dengan tim:
a. Nama prosedur tindakan telah di catat
b. Instrumen, kassa, dan jarum telah di hitung
Dengan benar
c. Spesimen telah diberi label( termasuk nama pasien
Dan asal jaringan spesimen)
d. Adakah masalah peralatan selama operasi
Ya Tidak

2. Operator /dokter bedah,dokter anestesi,dan perawat
Melakukan review masalah utama apa yang harus
Diperhatiakan untuk penyembuhan dan manajemen
Pasien selanjutnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan


Tanggal :
Jam verivikasi :

Operator Dokter anestesi Perawat

(.) (.) (..)

6. Menurunkan risiko infeksi nosokomial dengan hand hygiene dan penggunaan
APD
Indikator usaha menurunkan infeksi nosokomial:
1. Mengunakan panduan hand hygiene terbaru yang telah diakui secara
internasional.
2. Mengimpletasikan program kebersihan tangan yang efektif
Panduan menurunkan resikoninfeksi nosokomial :
a. Melakukan 7 langkah cuci tangan yang di jadikan standar oleh WHO pada saat:
- Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
- Sebelum dsan sesudah tindakan/aseptic
- Sebelum terpapar cairan tubuh pasien
- Sebelum dan setelah tindakan invasive
- Setelah menyentuh area sekitar pasien/lingkungan
b. APD (Alat Pelindung Diri)
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari risiko percikan darah, cairan
tubuh, ekskreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lender pasien, dan benda
yang terkonta minasi seperti: sarung tangan, masker, tutup kepala, kacamata
pelindung, apron/jas dan sepatu pelindung.






Tips : Lepaskan APD setiap selesai melakukan tindakan dan buang APD sekali
pakai ke tempat sampah medis.


STRATEGI PENCEGAHAN DAN INTERVENSI
Healthcare Associated Infection ( HAI )

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Pengertian
HALS/Healt Care Associated Infection (menggantikan istilah infeksi nosokomial)
merupakan infeksi yang berkaitan /berhubungan dengan pelayanan kesehatan
infeksi ini terjadi di rumah sakit setelah di rawat 48 jam atau lebih.

Kewaspadaan isolasi yang perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kewaspadaan standar diterapkan pada semua karyawan dan pasien /pengunjung
yang dating kerumah sakit tampa memandang status infeksinya.
2. Kewaspadaan berdasarkan trasmisi penularan diterapkan pada pasien rawat inap
Terdiri dari:
- Airbone Isolation/penularan melalui udara
- Droplet Isolation/penularan melalui percikan
- Contact Isolation/penularan melalui kontak

KOMPONEN STANDAR KEWASPADAAN
Beberapa komponen di bawah ini penting untuk melindungu kita selama
memberikan pelayanan di RS PROR DR TABRANI Pekanbaru yaitu:
- Cuci tangan
- Pemakaian APD secara teratur
- Penanganan benda tajam dengan tepat dan benar (pembuangan tempat
sampah benda tajam ke kotak khusus/safety box)
- Dokumentasi alat
- Penanganan limbah dan lingkungan
- Penanganan linen/laundry yang memadai
- Penempatan pasien isolasi
- Etika batuk
- Praktek menyuntik aman
- Praktek pencegahan infeksi
Kebersihan Tangan/Hand Hygiene:
Mencuci tangan adalah proses secara mekanik maupun kimiawi melepaskan
kotoran serta mengurangi mikroorganisme yang terdapat pada tangan dengan
menggunakan sabun dan air atau cairan anti septic
Cuci tangan dilakukan pada saat saat sebagai berikut:
- Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Sebelum menangani alat invasiveuntuk pasien baik memakai sarung tangan
maupun tidak
- Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi tubuh, membrane mukosa,
kulit yang tidak utuh atau pembalut luka.
- Bila berpindah dari bagian tubuh pasien yang terkontaminasi ke bagian tubuh
pasien lainnya selama perawatan pasien yang sama
- Setelah kontak dengan benda-benda (termasuk peralatan medis) dan
permukaan dilingkungan sekitar pasien
- Setelah melepaskan sarung tangan sterile dan non sterile
- Setelah dari kamar mandi/WC
- Sebelum dan sesudah tindakan/aseptic

Ingat :
Antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organic. Bila tangan kotor atau
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus mencuci
tangandengan antiseptic.

Tips menjagabkebersihantangan sebagai berikut:
- Kuku jari tangan harus selalu pendek tidak lebih dari 3 mmdi luar ujung jari
- Tidak mengunakan kuk palsu (nailwraps, nail tips dll), cat kuku dan cincin
atau perhiasan tangan, pada saat menolong orang sakit atau mengerjakan
pekerjaan yang memungkinkan adanya paparan/kontaminasi dengan kuman
penyakit.
- Cucilah tangan anda sebelum da sesudah melakukan kegiatan apapun.

ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )
APD adalah seperangkat alat yang di gunakan tenaga kerja untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahayab/ kecelakaan kerja.

Pemakaian alat pelindung diri dengan tujuan sebagai berikut:
- Melindungi kulit dan selaput lender petugas dari risiko pajanan / percikan
darah, semua jenis cairan tubuh, secret, eksreta,kulit yang tidak utuh, selaput
lender pasien.
- Menekan perpindahan mikroorganisme penyebab terjadinya infeksi
- Terhadapm bahaya pajanan bahan infeksius
- Penggunaannya disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan atau
transmisi penyakit

ALAT PELINDUNG DIRI YANG LAZIM DI GUNAKAN DI RS PROF DR TABRANI
PEKANBARU
Alat
Pelindung
Terhadap
pasien
Terhadap
Tenaga kesehatan
Sarung tangan Mencegah kontak mikrom
Organism dari tangan nakes
Kepada pasien
Mencegah kontak tangan
nakes dengan darah dan cairan
tubuh pasien, mukusa, kilit
luka nakes/ permukaan yang
terkontaminasi
Masker Mencegahkontak droplet dari
mulut dan hidung nakes saat
Napas, bicara, batuk kepada
Mencegah mukosa nakes (
hidung dan mulut kontak
dengan percikan darah/cairan
Pasien tubuh pasien
Kaca mata
Pelindung

Mencegah mukosa nakes
Kontak dengan percikan
darah/ caiaran tubuh pasien

Tutup Kepala Mencegah jatuhnya
mikroorganisme rambutdari
kepala nakes kedaerah steril

Jubah dan
celemek
(apron plastic)
Mencegah mikroorganisme dari
Tangan /tubuh/pakaian Nakes
kepada pasien
Mencegah kulit nakes kontak
Dengan percikan darah/cairan
tubuh pasien


Etika Batuk Dan atau Bersin
Apa yang harus anda lakukan ketika anda batuk dan atau bersin:
Tutup mulut dan hidung anda ketika batuk dan atau bersin dengan mengunakan
tisu
Buangalah tisu yang sudah di pakai tadi ke dalam tempat sampah mekanik




Tips pencegahan penyakit Menular adalah kegiatan menentukan n, mencegah, dan
menurunkan risiko terjadinya serta tersebabnya infeksi.
1. Ketika menengok pasien dan anda sendiri sedang flu dan atau batuk
- Gunakan masker sebelum memasuki dan selama anda berada di ruang
pasien
- Lepaskan dan buabg masker yang sudah digunakan tadi kedalam tempat
sampah medic infeksius. Setelah anda keluar dari ruang pasien
2. Ketika menengok pasien yang dirawat di ruang isolasi (penularan melalui udara):
- Cuci tangan dan gunakan masker diruang antara/anteroom sebelum
memasuki ruang isolasi
- Lepaskan masker dan cuci tangan di ruang antara/anteroom pada saat anda
meninggalkan ruangan isolasi lalu buang
- Tutplah selalu pintunkamar pasien setelah anda memasuki dan meninggalkan
ruang isolasi
3. Ketika menengok pasien yang dirawat di ruang isplasi ( penularan melalui kontak)
- Cuci tangan sebelu dan sesuda anda memasusuki dan meninggalkan ruangan
isolasi
- Gunakan sarung tangan (tidak perlu steril namun bersih) pada waktu anda
menyentuh pasien dan lepaskan sarung tangan pada saat anda meninggalkan
ruangan isolasi lalu buang sarung tangan yang telah digunakan tadi kedalam
tempat sampah mekanik infeksius
4. Ketika menengok pasien yang dirawat diruang isolasi (penularan melalui percikan):
- Cucu tangan sebelum dan sesudah anda memasuki dan meninggalkan
ruangan isolasi
- Gunakan masker pada waktu anda kontak dengan pasien dan lepaskan
masker pada saatb anda meninggalkan ruangan isolasi lalu buang masker
yang telah digunakan tadi kedalam tempat sampah unfeksius

Ingat :
Yang diperbolehkan menengok pasien hanya prang dewasa yang sehat (tidak dalam
keadaan sakitatau dalam kondisi nyang sedang menurun

AKIBAT INFEKSI NOSOKOMIAL
- Perawatan di rumah sakit yang lebih lama
- Baya yang meningkat
- Mengganggu pasien lain yang mrmerlukan perawatan(waiting list)
- Penyebab langsung atau tidak langsung kematian pasien

5. Menurunkan risiko cedera karena jatuh dengan checklist assessment risiko jatuh

Kurangi resiko pasien jatuh denganmengindentifikasi pasien dengan cara sebagai
berikut:
a. Seluruh pasien harusn dikaji mengenai resiko jatuh pada saat:
- Saat masuk keruang perawatan (baik intensif maupun biasa)
- Setiap hari ada perubahan status klinis/penggobatan dan sebab lainnya
b. Pengkajian risiko jatuh dilakuksan oleh perawat menggunakan skala penilaian
resiko jatuh (Morse scale humpty dumpty/ Penilaian resiko jatuh pada pasien
Genatri)
Derajat risiko jatuh pasien terdiri dari resiko rendah (low),risiko sedang(moderate),
dan resiko tinggi(high)
a. Derajat resiko jatuh pasien didokumentasikan di dalam rekam medic pasien
b. Derajat resiko jatuh pasien dituliskan pada papan diatas bed pasien
c. Derajat resiko jatuh dan upaya pencegahan jatuh di informasiukan dan diedukasi
kepada pasien dan keluarga/penunggu pasien
d. Program pencegahan jatuh diterapkan sesuai dengan resiko hasil penilaian
resikop jatuh
Program pencegahan jatuh yang telah dilakukan dan hasil/respon dari pasien dan
keluarga, dodokumentasikan dalam rekam midik pasien

TIPS :
- Seluruh pasien rawat inap dinilai resiko jatuhnya dengan menggunakan
checklist penilaian resiko jatuh
- Pasien anak memakai formulir checklist penilaian resiko pasien anak : skala
Humpty Dumpty
- Pasien dewasa memakai formulir : Skala jatuh Morse (Morse Fall Scate/MFS)
- Pasien geriatric memakai formulir : penilaian resiko jatuh pada pasien
Geriatri
- Pengkajian resiko ulang dilakukan jika ada perubahan kondisi, atau
pengobata.


RUMAH SAKIT PROF DR TABRANI
JLn Jend.Sudirman No. 410 Pekanbaru
sTelp. (0761)35467/Fax

CHEKLIST PENILAIAN RESIKO JATUH PASIEN ANAK
Skala Humpty Dumpy Pasien Rawat Inap
Parameter Kriteria Skor
Dibawah 3 tahun 4
3-7 tahun 3
7- 13 tahun 2
13 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Kelainan neurologis 4
Diagnosa Perubahan dalam oksigenasi (masalah saluran napas,
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop/sakit kepala, dll
3
Kelainan psikis/Perilaku 2
Diagnosis lain 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-anak 4
Faktor
Lingkungan
Pasien menggunakan alat bantu box atau mebel 3
Pasien berada di tempat tidur 2
Diluar ruang rawat 1
Salah satu dari pengobatan di bawah 2
Respon terhadap
operan/obat
penenang/efek
anestesi
Bermacam-macam obat yanag di gunakan: obat
sedative (kecuali pasien ICU)yang menggunakan
sedasi dan paealisis), hipnotik
barbiturate,fenotiazin,antidepresan,diuretika,narkotik
3
Pengobatan lain 1
Total

Skor 7-11 :Risikorendah
Untuk jatuh
Skor 12 :Risiko tinggi
Untuk jatuh
Skor minimal : 7
Skor maksimal : 23

Tanggal :
Nama :
No. RM :
Umur :
DPJP :
PROTOKOL PENCEGAHAN PASIEN JATUH PASIEN ANAK :
Standar risiko rendah ( skor 7-11 ):
Pada risiko jatuh rendah memerlukan perhatian pada hal sebagai berikut:
1. Orientasi ruangan
2. Posisi tempat tidur rendah dan ada remnya
3. Ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengama. Mempunyai
luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau bagian
tubuh lain terjepit
4. Mengunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan (alas
karet)
5. Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan bantu bila dibutuhkan.
6. Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah di jangkau. Terangkan
kepada pasien mengenai fungsi alat tersebut.
7. Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung resiko
8. Penerangan lampu harus cukup
9. Penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia
10. Dokumen pencegahan pasien jatuh ini harus berada pada tempatnya

Standar risiko tinggi risiko tinggi (skor 12 ):
Pada pasien risiko jatuh yang tinggi, memerlukan perhatian lebuh untuk
memudahkan pengawasannya sebagai berikut:
1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning
2. Terdapat tanda peringatan pasien risiko jatuh (di tempat pintu kamar dan di bed
pasien )
3. Penjelasan pada pasien atau orang tuanya tentang protokol pencegahan pasien
jatuh
4. Cek pasien pada saat mobilisasi
5. Temani pasien pada saat mobilisasi
6. Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan tubuh pasien
7. Pertimbangkan penempatan pasien, yang perlu perhatian diletakkan dekat nurse
station
8. Perbandingkan pasien dengan perawat 1:3, selalu libatkan keluarga pasien untuk
semua kasus pada pasien dengan resiko jatuh
9. Evaluasi terapi yang sesuai, pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan
ke luar ruangan.
10. Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
11. Biarkan pintu terbuka apabila tidak ada keluarga yang mendampingi
12. Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah
13. Semua kegiatan yang dilakukan pada pasien harus didokumentasikan.



RUMAH SAKIT PROF DR TABRANI
Jl. Jend.Sudirman No 410 Pekanbaru
Telp. (0761)35467/

PENILAIAN RESIKO JATUH PASIEN DEWASA
Resiko Skala Skoring
1. Riwayat jatuh yang baru atau dalam 3
bulan terakhir
Tidak 0
Ya 25
.
.
2. Dignosis medis sekunder >1 Tidak 0
Ya 15
.
.
3. Alat bantu jalan :
- Bed rest/dibantu perawat
- Penopang, tongkat/walker
- Funitur

0
15
30

.
.
.
4. Memakai terapi heparin lock/iv Tidak 0
Ya 25

.
.
5. Cara berjalan/berpindah
- Normal/bedrest/mobilisasi
- Lemah
- Terganggu

0
15
30

.
.
.
6. Status mental :
- Orientasi sesuai kemampuan diri
- Lupa keterbatasan diri

0
15


.

Tanggal : Umur :
Nama : DPJP :
No.RM :















RUMAH SAKIT PROF DR TABRANI
JL.Jend.Sudirman No.410 Pekanbaru
Telp. (0761)35467/
1. CARA MELAKUKAN SKORING :
a. Riwayat jatuh :
- Skor 25 bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada
riwayat jatuh fisiologis karena kejang atau gangguan berjalan menjelang
dirawat.
- Skor 0 bila tidak jatuh
- Catatan : bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 25.
b. Diagnosis sekunder :
- Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien
- Skor 0 jika tidak
c. Bantuan berjalan :
- Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat bantuan/dibantu, menggunakan kursi
roda, atau tirah baring dan tidak dapat bangkit dari tempat tidur sama sekali.
- Skor 15 jika pasien menggunakan kruk, tongkat, dan walker.
- Skor 30 jika pasien berjalan mengcengkram furniture untuk topangan.
d. Menggunakan infuse :
- Skor 20 jika pasien diinfus
- Skor 0 jika tidak.
e. Gaya berjalan / transfer:
- Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan cirri berjalan dengan kepala tegak,
lengan terayun bebas di samping tubuh, dan melangkah ragu.
- Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuk tapi dapat mengangkat
kepala saat berjalan tanpa kehilangan keseimbangan. Langkah pendek
pendek dan diseret
- Skor 30 jika gaya berjalan terganggu, pasien mengalami kesulitan dari bangkit
dari kursi atau dengan melambung (menggukan beberapa kali upaya untuk
bangkit). Kepala tertunduk , melihat ke bawah. Karena keseimbangan pasien
buruk, beliau menggengam furnitur, orang, atau alat bantu jalan dan tidak
dapat berjalan tanpa bantuan.
f. Status mental
- Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya normal. Tanyakan
pada pasien,Apakah bapak pergi ke kamar mandi sendiri atau perlu bantuan
? jika jawaban pasien menilai dirinya konsisten dengan kemampuan
ambulasi, pasien dinilai normal.

2. TINGKAT RESIKO DITENTUKAN SEBAGAI BERIKUT :

Tingkat resiko Skor MFS Tingkatan
Tidak beresiko 0 24 Perawatan yang baik
Risiko rendah 25 50 Lakukan intervensi jatuh standar
Risiko tinggi 51 Lakukan intervensi jatuh resiko tinggi
Intervensi Jatuh Standar :

Yang kita lakukan pada pasien dengan resiko jatuh standar sebagai berikut :
1. Tentukan tingkat observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi.
2. Keselamatan lingkungan : hindari ruangan yang kacau balau, dekatkan bel dan
telepon , biarkan pintu terbuka, gunakan lampu malam hari serta pagar tempat
tidur
3. Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimalnya tiap 2 jam )
4. Edukasi perilaku yang lebih aman saat jatuh atau transfer
5. Gunakan alat bantu jalan (wlker, handrail)
6. Anjurkan pasien menggunakan kaus kaki atau sepatu yang tidak licin.

Intervensi pada pasien risiko tinggi jatuh :
Yang kita lakukan pada pasien dengan risiko jatuh tinggi tinggi sebagai berikut:
1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.
2. Intervensi jatuh standar
3. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detail seperti analisa
serta cara berjalan sehingga dapat ditentukan intervensi spesifik seperti
menggunkan terapi fisik atau alat bantujalan jenis lain untuk membantu
mobilisasi.
4. Pasien ditempatkan dekat nurse statio.
5. Hanrail mudah dijangkau pasien dan kokoh
6. Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur : alat bantu jalan, akomodasi
selanjutnya.
7. Pasien didampingi oleh perawat saat mandi atau BAK/ BAB
8. Dorong partisipasi keluarga dalam keselamatan pasien
9. Jangan tinggalkan pasien sendiri di kamar, samping tempat tidur atau toilet.

RUMAH SAKIT PROF DR TABRANI
JL. Jend Sudirman No. 410 Pekanbaru
Telp. (0761)35467 / Fax .

PENILAIAN RESIKO JATUH PASIEN GERIATRI
Tingkat risiko Skala Nilai skoring
1. Gangguan gaya berjalan (diseret,
menghentak, berayun)
4
2. Pusing/pingsan pada posisi tegak 3
3. Kebingungan setiap saat 3
4. Nokturia/inkontinesia 3
5. Kebinggungan intermitten 2
6. Kelemahan umum 2
7. Obat-obatan beresiko tinggi (
diuretik, sedatif, antipsipsikotik,
laksatif, vasosilator, antiaritmia,
antihipertensi, obat hipogliemik,
antidepresan, neuroleptik, NSAID)
2
8. Riwayat jatuh dalam waktu 12
bulan sebelumnya
2
9. Osteoporosis 1
10. Gangguan pendengaran dan atau
penglihatan
1
11. Usia 60 tahun ke atas 1
Jumlah

Tanggal : Umur :
Nama : Petugas yang mengisi
No. RM :

1. Cara melakukan scoring : Jumlahkan semua angka di belakang factor risiko yang
ada pada pasien
2. Tingkat risiko dan tindakan yang disarankan ditentukan sebagaui berikut:

Tingkat resiko Skor Tindakan
Resiko rendah 1-3 1. Nilai kembali risiko jatuh setiap 12jam
2. Berikan pasien/keluarga brosur edukasi
jatuh
3. Intervensi jatuh standar (seperti pada
dewasa muda)
Risiko tinggi 4 1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna
kuning
2. Komunikasikan risiko jatuh pasien pada
anggota tim interdisiplin
3. Komunikasikan risiko jatuh pasien pada
pasien/keluargaberikan brosur edukasi
jatuh
4. Dorong partisipasi keluarga dalam
keselamatan pasien, gunakan pengasuh.
5. Pasien ditempatkan dekat nurse station
6. Monitor kebutuhan pasien secara berkala
(minimalnya tiap 2 jam) tawarkan ke
belakang (kamar kecil) secara teratur.
7. Handrail mudah di jangkau pasien dan
kokoh.
8. Siapkan di jalan dari tempat tidur: alat
bantu jalan, komod.
9. Lantai kamar mandi dengan karpet anti
slip/tidak licin serta anjuran menggunakan
tempat duduk di kamar saat pasien mandi.
10. Keselamatan lingkungan : hindari ruangan
yang kacau balau, dekatkan bel dan
telepon, biarkan pintu terbuka, gunakan
lampu malam hari serta pagar tempat
tidur.
11. Jangan tinggalkan pasien sendiri di kamar,
samping tempat tidur atau toilet.
12. Gunakan kaos kaki atau sepatu yang tidak
licin.
13. Konsul :
- Unit kerja farmasi untuk
mencari kemungkinan interaksi
obat
- Rehabilitasi untuk masalah
mobilitas atau aktifitas harian /
ADL yang baru.
14. Gunakan aktifitas pengalihan untuk
mencegah pasien keluyuran.
15. Gunakan walker untuk membantu
stabilitas berjalan.
16. Gunakan alat pengikat yang lembut untuk
berjaga-jaga.
17. Edukasi perilaku yang aman saat jatuh
atau transfer.
18. Intervensi keselamatan lainnya.


PENERAPAN 7 BENAR DALAM MENUNJANG MEDICATION SAFETY
(BAGI DOKTER, FARMASI DAN PERAWAT)

1. Benar pasien
- Gunakan minimal 2 identitas pasien ( nama dan tanggal lahir pasien)
- Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.
- Anamnesis riwayat alergi.
- Anamnesis kehamilan/menyusui
- Anamnesis lengkap riwayat obat/pengunaan obat saat ini dan buat daftar
obat-obat tersebut
- Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obatyangdigunakan
pasien di rumah (termasuk kelainan, duplikasi, penyesuaian,
kehiangan/menghilangkan, interaksi atau tambahan obat)
- Identitas pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi
dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check
2. Benar obat
- Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, kotak obat),
dan larutan lain.
- Obat dan larutan lain di lokasim perioperatif atau ruang prosedur yang tidak
akan segera dipakai juga harus diberi label.
- Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan setiap
kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ketempat lainnya
- Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan jumlah, kuantitas, pengenceran dan
volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan dalam 24
jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
- Semua obat atau larutan diverivikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual
jika orang yan menyiapkan obat bukan yang mermberikannya kepada pasien
- Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika
tidak segera diberikan
- Jangan memberikan label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat
disiapkan atau diisi.
- Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat, beri label hanya untuk satu
obat atau larutan pada satu saat
- Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya
- Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi atau
prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat tempat obat orisinal disimpan
sampai tindaka selesai).
- Saat pergantian tugas/jaga, revie semua obat dan larutan oleh petugas lama
dan petugas baru secara bersama.
- Ubah daftar obat/kardeks jika terdapat perubahan obat.
- Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi dicek oleh dua orang
yang kompetendouble check.
3. Benar dosis
- Dosis atau volume obat, terutamayang memerlukan kewaspadaan tinggi,
dihitung dan dicek oleh dua orang yang kompetendouble check
- Jika ragu konsultasi kedokter yang menulis resep.
- Berkosentrasi penuh saat menyiapkan obat dan hindari gangguan.
4. - Sesuai waktu yang ditentukan:
- Perhatiakn waktu pemberian:
3 x sehari tiap 8 jam.
2 x sehari tiap 12 jam.
Sehari sekali tiap 24 jam
Selang shari tiap 48 jam.
- Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.
- Perhatikan jenis obat adalah TimeBased Dosis Based
5. Benar Care / Roete pemberian
- Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk / jenis sediaan obat :
Slow-Release tidak boleh digerus
Enteric coated tidak boleh digerus
- Obat obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat / sirup
- Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak
- Jadwal pemberian obat nutrisi juga barjarak
6. Benar dokumentasi
- Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus
didokumentasikan
- Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan / paraf
melakukan
- Setelah pemberian obat, langsung di paraf dan diberi nama dan tanda tangan
/ paraf yang melakukan
- Setelah pemberian obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang
memberikan obat tersebut
- Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi
nama & paraf yang mengubahnya
- Jika ada coretan yang harus dilakukan : buat hanya satu garis dan difaraf di
ujungnya: contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg lasix inj, 1x40 iv(paraf)
- Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: efek samping obat
(ESO) dicatat dalam rekam medic & form pelaporan insiden, formulir
pelaporan efek samping obat. Pelaporan insiden dikirim ke tim keselamatan
pasien di unit pelayanan jaminan mutu. Pelaporan efek samping obat dikirim
ke komite farmasi dan terapi.
- Dokumentasikan kejadian nyaris cedera terkait pengobatan form
pelaporan insiden ke tim keselamatan pasien.
7. Benar informasi
- Semua rencana tindakan / pengobatan harus dikomonikasikan pada pasien
dan atau keluarga, termasuk pasien di ICU (hak pasien)
- Jelaskan tujuan dan cara mengkonsumsiobat yang benar
- Jeaskan efek samping yang mungkin timbul oleh farmasi, perawat dan dokter
- Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien

Tips: Semua informasi yang telah di berikan pada pasien dan keluarganya ini di
tulis dalam form penjelasan dan pendidikan dokter pada pasien yang ada
didalam paket rekam medic dan ditandatangani oleh dokter dan pasien /
keluarga pasien






PELAPORAN INSIDEN
Setiap kejadian atau situasi yang dapat mangakibatkan / berpotensi
mengakibatkan harm (penyakit, cedera,kematian,dll ) yang seharusnya tidak terjadi.


ALUR PELAPORAN INSIDEN PATIENT SAFETY & K3RS

Kejadian patient safety K3RS

Mengisi form pelaporan insiden

Atasan yang bersangkutan

Tim keselamatan pasien / K3RS

Tim keselamatan pasien RS/K3RS

Direktur

PELAPORAN KECELAKAAN

1. Insident report adalah pelaporan terhadap suatu kejadian insiden keselamatan
pasien, kecelakaan kerja, kerusakan alat medis, kerusakan system utilitas (air &
listrik), masalah keamanan dan masalah penanganan bahan berbahayadan
beracun (B3)
2. Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi megakibatkan HARM (penyakit, cedera,
kematian, ) yang seharusnya tidak terjadi. Tidak berhubungan dengan penyakit
dasarnya atau kondisi pasien
3. Kecelakaan kerja (occupational accident) adalah kecelakaan yang timbul pada
tenaga kerja pada saat melakukan pekerjaannya dan merupakan akibat langsung
dari resiko pekerjaannya.
4. Kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan (work related accident)
kecelakaan yang terjadi mulai saat tenaga kerja berangkat dari tempat tinggalnya
menuju tempat kerja sampai tenaga kerja kembali ketempat tinggalnya selama
yang bersangkutan menggunakan angkutan atau menempuh ruteyang terpendek
dan wajar dari tempat kerja menuju tempat tinggalnya dan tidak berhubungan
secara langsung dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya atau bukan
merupakan resiko langsung dari pekerjaannya.
5. Kejadian tidak diharapkan (KTD)
Suatu insiden yang mengakibatkan cedera akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
6. Kejadian nyaris cedera (KNC)
Suatu insiden yang idak menyebabkan cidera, dapat terjadi karena
keberuntungan (misalnya pasien menerima suatu obat kontra indikasi tetap
timbul reaksi obat ), karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal
akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan ) atau peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidoyumnya).
7. Sentinel Event
Segala kejadian tidak diharapkan (KTD) yang berakibat pada kematian atau
kehilangan fungsi secara permanen baik sebagian maupun seluruh yang tidak
berhubungan dengan perjalanan penyakit dari pasien temasuk juga kesalahan
pembedahan (salah sisi, salah prosedur, salah pasien)
8. Setiap karyawan wajib melaporkan kejadian yang terjadi seperti : KTD, KNC,
Sentinel Event, kecelakaan kerja, kerusakan alat medis, kerusakan system utilitas
(air dan listrik),masalah penanganan bahan berbahaya dan beracun (B3)
9. Informasi ini dapat membantu dalam mengindentifikasi penyebab kecelakaan
dan bertujuan mencegah kejadian yang sama berulang kembali
10. Siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan incident report:
a. Staf RS PROF DR TABRANI Pekanbaruyang menemukan kejadian atau
supervisornya
b. Staf RS PROF DR TABRANI Pekanbaru yang terlibat dengan kejadian atau
supervisornya.
11. Apabila terjadi insiden di rumah sakit, wajib segera ditinjak lanjuti penanganan
untuk mengurangi dampak, yaitu:
a. Cidera pasien / karyawan dibawa ke UGD
b. Kerusakan alat medic dilaporkan (buat form minta perbaikan) ke Unit
Maintenance Medik (24 jam)
c. Kerusakan system utilitas (air dan listrik) dilaporkan (buat form minta
perbaikan ) ke Unit maintenance bilding (24 jam )
d. Masalah keamanan dilaporkan ke security basement 1 (24 jam)/ Dept.
general Affairs (office hours)
e. Masalah keamanan B3 dilaporkan ke unit sanitasi (office hours) diluar office
hours hubungi supervisor sanitasi via operator
12. Setelah tindakan penanganan untuk mengurangi dampak sudah dilakukan. Lalu
buatlah laporan insiden dengan menggunakan formulir laporan insiden
13. Kemudian sampaikan lapoirn tersebut keatasan langsung anda (coordinator atau
supervisor) dalam 1 X 24 jam setelahkejadian. Koordinator / akan melakukan
grading resiko dan dalam 1 X 24 jam kemudian meneruskan laporan tersebut
kepada KKP & MRD ( komite keselamatan pasien dan manajemen resiko klinis)
bila berhubungan dengan kecelakaan pasien atau ke tim K3RS (keselamatan dan
kesehatan kerja) bila berhubungan dengan kecelakaan karyawean dan
pengunjung kerusakan alat medis, kerusakan sistim utilitas (air & listrik), masalah
keamanan dan masalah penanganan bahan berbahaya & beracun (B3)
14. Dont (jangan lakukan):
a. Jangan melaporkan insiden lebih dari 24 jam
b. Jangan menunda incident report dengan alas an sedang follow up
c. Jangan meletakkan incident report sebagai bagian dari rekam medic pasien
d. Jangan membuat copy incident report untuk alas an apapun


JENIS JENIS INSIDENT DI RUMAH SAKIT

KPC (KONDISI POTENSIAL CEDERA / REPOTABLE CIRCUMSTANCE)
KPC adalah suatu kondisi / situasi sangat berpotensi untuk menimbilkan cedera,
tetapi belum terjadi insiden.

Contoh:
ICU sangat sibuk tetapi jumlah staf selalu kurang
Defibrator standbay di IGD ternyata rusak dan tidak dapatb di gunakan.

KNC (KEJADIAN NYARIS CEDERA / NEAR MISS
KNC adalah insiden yang belum sampai terpapar kepasien.

Contoh:
Unit transfusi darah sudah siap dipasang pada pasien yang salah, namun
kesalahan tersebut di ketahui sebelun transfuse dimulai.

KTC (KEJADIAN TIDAK CEDERA / NO HARM INCIDENT)
KTC adalah suatu kekadian insiden yang sudah terpapar kepasien yang tidak
menimbulkan cedera.

Contoh :
Darah transfuse yang salah dialirkan kepasien tetapi tidak timbul cedera/
gejala inkompatibilitas pada pasien tersebut.

KTD (KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN / ADVERSE EVENT)
KTD adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera pada pasien

Contoh :
Tranfusi yang salah mengakibatkan pasien meninggal karna reaksi hemolisis.

KEJADIAN SENTINEL
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera serius, kehilangan fungsi
permanen yang tidak berhubungan dengan perjalanan alamiah penyakit atau kondisi
yang mendasari.
Yang termasuk kategori SENTINEL :
Kematian yang tidak diharapkan
Kehilangan fungsi tubuh yang utama
Operasi pada sisi yang salah , prosedur yang salah , atau pasien yang salah
Penculikan anak
Anak diserahkan pada orang tua yang salah
Pemerkosaan yang terjadi di rumah sakit
Bunuh diri di rumah sakit

Setiap insiden, dilakukan matriks grading resiko berdasarkan frekwensi serta dampak
insiden seperti tertera di bawah ini:

MATRIKS DERAJAT RESIKO
Probabilitas Tidak
signifikan
Minor Moderat Mayor Katastropik
Sangat sering (5) Moderate Moderate Tinggi Exrim Exrim
Sering terjadi (4) Moderate Moderate Tinggi Exrim Exrim
Mungkin terjadi 3 Rendah Moderate Tinggi Exrim Exrim
Jarang terjadi (2) Rendah Rendah Moderate Tinggi Exrim
Sangat mungkin
terjadi (1)
Rendah Rendah Moderate Tinggi Exrim

Keterangan
Matrik ini sering digunakan untuk menentukan derajat dan jenis investigasi
selanjutnya.
Untuk memetakan resiko terhadap probebilitas / frekuensi dan dampak /
kosekuensi
Sebaiknya digunakan bersama sama oleh pihak klinisi dan manajemen untuk
menilai insiden/risiko
Bila bands / pita risiko berwarna hijau atau biru, lakukan investigasi
sederhana.
Bila bands / pita risiko berwarna kuning dan merah, lakukan analisis akar
masalah.

Matrik Risiko Efektif
Mudah digunakan dan dimengerti
Mempunyai deskripsi deti dan definisi
Menerangkan bagaimana risiko dapat dikurangi pada tingkat yang dapat
ditoleransi

Tujuan Khusus:
a. Telaksanya sistim pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien di RS
b. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
c. Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat
mencegah kejadian yang sama terulang lagi.

Siapa yang dapat melaporkan insiden?
Staf RS yang menemukan insiden atau supervisornya
Staf RS yang terlibat dalam kejadian atau supervisornya

Form pelaporan insiden dapat diperoleh di Nurse Station masing masing unit kerja / dapat
diminta ke Unit Pelayanan Mutu.

You might also like