You are on page 1of 13

OPTIMALISASI DUKUNGAN KESEHATAN DALAM

SATGAS YONIF 123/RAJAWALI PENGAMANAN PERBATASAN DARAT


REPUBLIK INDONESIA-MALAYSIA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
PROFESIONALITAS PRAJURIT KESEHATAN
Lettu Ckm dr.Victori,CHt
DOKTER SATGAS YONIF 123/RW PAMTAS RI-MALAYSIA RI-MALAYSIA
(KARUMKITBAN 01.08.02 SIBOLGA KESDAM I/BB)

BAB I

PENDAHULUAN.
Umum
Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam
undang-undang RI Tahun 1945 dibidang pertahanan Negara, telah
dirumuskan hakikat dasar dan tujuan pertahanan Negara, telah
dirumuskan hakikat dasar dan tujuan pertahanan Negara. Satuan Batalyon
Infanteri merupakan salah satu unsur dalam pertahanan Negara dengan
melaksanakan tugas operasi sebagai satu satuan yang mempertahankan
kedaulatan wilayah NKRI.

Keberhasilan Batalyon Infanteri dalam menjalankan tugas operasi tidak
luput dari peran serta personel kesehatan dalam melaksanakan dukungan
kesehatan secara aktif, tepat dan akurat serta dilaksanakan secara
terus menerus untuk menjaga moril pasukan tetap tinggi. Permasalahan
yang sering timbul dalam menjalankan dukungan kesehatan adalah
kemampuan personel kesehatan serta terbatasnya bekal kesehatan yang
digunakan dalam mendukung tugas operasi. Dari permasalahan tersebut
perlu dilaksanakan upaya upaya untuk meningkatkan kemampuan prajurit
kesehatan dalam rangka melaksanakan dukungan kesehatan di Batalyon
Infanteri pada pelaksanaan tugas operasi.

Dukungan kesehatan sangatlah penting dalam mendukung tercapainya
keberhasilan dalam pelaksanaan tugas operasi satuan tempur ke daerah
operasi yang telah ditentukan. Untuk itu upaya serta cara mengatasinya
dapat dilakukan dengan melakukan pembinaan dan latihan secara
berkesinambungan dan terprogram terhadap seluruh personel kesehatan
sehingga kemampuan dukungan kesehatan yang dilaksanakan di Batalyon
Infanteri dalam tugas operasi dapat tercapai.

Seorang prajurit kesehatan yang professional selalu menampilkan
kinerja terbaik. Seorang professional selalau mengusahakan dirinya
selalu berada di ujung terbaik (cutting edge) bidang keahliannya.
Profesionalisme tidak identik dengan pendidikan tinggi. Seorang
prajurit kesehatan yang bergolongan tamtama pun harus mampu dan
dituntut bersikap prosesional. Yang utama adalah sikap dasar atau
mentalitas. Yaitu standar kerjanya yang tinggi yang diorientasikan
pada profesionalitas profesinya sebagai seorang prajurit kesehatan



















BAB II
SATUAN TUGAS PENGAMANAN PERBATASAN

Satgas Yonif 123/RW. Penetapan batas Negara RI Malaysia dilaksanakan
berdasarkan hasil perundingan dan kesepakatan antara pemerintah
Indonesia dan Malaysia yang ditandai dengan penandatangana MOU antara
RI Malaysia pada tanggal 26 Nopember 1973 di Jakarta. Pulau
Kalimantan merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
memiliki daerah perbatasan laut maupun daerah perbatasan darat dengan
Malaysia. Tugas pokok TNI sesuai undang-undang No. 34 tahun 2004 pasal
7 adalah menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah
NKRI serta melindungi segenap bangsa Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.

TNI AD sebagai Pembina kekuatan satuan-satuan dalam
jajaran, terutama satuan-satuan yang akan melaksanakan tugas ke daerah
rawan maupun daerah perbatasan perlu menyelenggarakan latihan secara
kontinyu, terorganisir dan terarah. Latihan penyiapan satuan oleh TNI
AD dilaksanakan pada saat satuan penugasan berada di daerah damai,
guna menghadapi berbagai bentuk ancaman yang bersumber dari dalam
negeri maupun yang datang dari luar negeri . Pembekalan satuan-satuan
yang akan ditugaskan ke daerah rawan maupun perbatsan meliputi
pembekalan keterampilan taktik, tehnik dan mental agar satuan-satuan
penugasan tersebut mempunyai kemampuan dan kesiapan untuk menghadapi
berbagai masalah yang terjadi di daerah perbatasan dan atau di daerah
rawan.

Satgas Yonif 123/RW adalah satuan yang disiapkan untuk merotasi
Satgas Yonif 305/TKR yang akan mengakhiri tugasnya dalam rangka
membantu mengeliminir satuan yang akan melaksanakan tugas Operasi
pengamanan perbatasan tentunya perlu di bekali dengan pengetahuan dan
ketrampilan taktik dan teknik, agar mempunyai kemampuan dan kesiapan
untuk menghadapi berbagai masalah yang terjadi di daerah perbatasan.

3.Tugas Pokok Satgas Yonif 123/RW Pamtas RI-MALAYSIA.

Satgas Pamtas Yonif 123/Rajawali melaksanakan operasi pengamanan
perbatasan, melaksanakan pembinaan teritorial mulai
tanggal 1 Oktober 2012 s.d 30 Maret 2012 disepanjang perbatasan darat
wilayah Kalimantan dengan Serawak (Malaysia) dalam rangka operasi
perbatasan Kolakops 121/ ABW, beralih ke operasi selanjutnya atas
perintah.

4. Organisasi Kesehatan Satgas Yonif 123/RW Pamtas RI-MALAYSIA.

Organisasi Kesehatan Satgas Pamtas berbeda dengan organisasi
kesehatan yang ada di Batalyon. Organisasi Kesehatan yang berada di
Batalyon berbentuk peleton kesehatan dengan jumlah personel sesuai TOP
ROI Batalyon Infanteri tahun 2009 berjumlah 22 personel kesehatan.
Sedangkan untuk tugas operasi pengamanan perbatasan di perlukan jumlah
personel kesehatan yang jauh melebihi jumlah personel peleton
kesehatan. Jumlah personel kesehatan yang diperlukan dalam
melaksanakan dukungan kesehatan disesuaikan dengan jumlah pos yang
tergelar di sepanjang perbatasan. Jumlah pos yang tergelar di
sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia, Indonesia-Papua Nugini,
maupun Indonesia-Timor Leste berbeda beda disesuaikan dengan panjang
perbatasan dan jumlah pos yang tergelar. Walaupun penugasan perbatasan
sudah dilaksanakan oleh beberapa satuan namun sampai saat ini protap
protap tentang dukungan kesehatan khususnya di daerah perbatasan belum
ada.










BAB III
SITUASI MEDIK DAERAH
5. Situasi Medik Daerah (SMD) Adalah data kesehatan suatu daerah
yang digunakan untuk menentukan kebijaksanaan operasional maupun
kebijaksanaan dukungan dan pelayanan kesehatan bagi satuan TNI AD yang
bertugas di daerah tersebut. Prajurit Kesehatan Satgas Yonif
123/Rajawali harus mengetahui dan memahami tentang situasi medik
daerah kalimantan Barat agar dapat mengetahui dan menentukan
kebijakan dukungan kesehatan selama melaksanakan dukungan kesehatan.
Keadaan Umum Daerah
Letak Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan
atau di antara garis 2 08' LU serta 3 05' LS serta di antara 108 0'
BT dan 114 10' BT pada peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang
spesifik ini maka, daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis
Khatulistiwa (garis lintang 0) tepatnya di atas Kota Pontianak..
Batas-batas wilayah daerah Provinsi Kalimantan Barat adalah :
Utara : Sarawak (Negara Malaysia)
Selatan : Laut Jawa & Provinsi Kalimantan Tengah
Timur : Provinsi Kalimantan Timur
Barat : Laut Natuna dan Selat Karimata
Sebelah utara Provinsi Kalimantan Barat terdapat empat kabupaten yang
langsung berhadapan dengan negara jiran yaitu; Sambas, Sanggau,
Sintang dan Kapuas Hulu, yang membujur sepanjang Pegunungan Kalingkang
Kapuas Hulu.






Iklim dan cuaca
Angin dan Udara
Umumnya suhu udara di daerah Kalbar cukup normal namun bervariasi,
yaitu rata-rata sekitar 25,8C sampai dengan 28,3C Selama tahun 2011,
temperatur udara di Kalimantan Barat maksimum mencapai 34C. Kecepatan
angin di Kalimantan Barat dari beberapa stasiun meteorologi, sepanjang
bulan di tahun 2011, secara rata-rata berkisar antara 03 knot/jam
sedangkan maksimum tercatat sebesar 30 knot/jam .
Curah Hujan dan Hari Hujan
Pada tahun 2011, rata-rata curah hujan bulanan tertinggi pada bulan
Agustus 776,8 mm dan terendah terjadi pada bulan Maret mencapai 70,4
mm.
Geografi
Sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah merupakan
daratan berdataran rendah dengan luas sekitar 146.807 km2 atau 7,53
persen dari luas Indonesia atau 1,13 kali luas pulau Jawa. Wilayah ini
membentang lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 km dan
sekitar 850 km dari Barat ke Timur.

Sumber Daya Kesehatan

Tenaga Kesehatan
Pada tahun 2010 jumlah tenaga kesehatan di seluruh Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Barat adalah 8375 orang orang dengan ratio tenaga
kesehatan untuk masyarakat per 100.000 penduduk adalah 424 orang
tenaga kesehatan, Dengan perincian : Bidan 2283 orang, perawat 5242
orang, dokter umum 537 orang, dokter gigi 130 orang, dokter spesialis
183 orang jumlah ini merupakan jumlah keseluruhan dari Insatansi
Pemerintah, Instansi Swasta termasuk TNI/POLRI.


Sarana Pelayanan Kesehatan
Tahun 2010 jumlah sarana pelayanan kesehatan masyarakat di Provinsi
Kalimantan Barat terdiri dari 233 puskesmas yang terdiri dari 96
Puskesmas perawatan dan 137 puskesmas non perawatan.
Jumlah Rumah Sakit yang ada di Kalimantan Barat adalah berjumlah 35
rumah Sakit dengan perincian : Rumah Sakit pemerintah : 13, Rumah
Sakit Khusus/Vertikal : 3, Rumah Sakit TNI/POLRI :5, Rumah Sakit
Swasta :13.
Rumah Sakit Umum milik pemerintah daerah di sepanjang perbatasan
Indonesia Malaysia adalah RSUD Sintang, RSUD Kapuas Hulu, RSUD dr
Sudarso Pontianak, RS Kota Pontianak
Sedangkan fasilitas kesehatan yang di milki oleh Instansi TNI/POLRI:
TNI AD :
RST TK III Pontianak
RST TK IV Singkawang
Poskes Anjungan
Poskes Sanggau
Poskes Puttusibau
Poskes Badau
Poskes Sambas
TNI AU : Rumkit TNI AU Supadio : Pontianak
TNI AL : BP Lanal Pontianak
POLRI : RS Bhayangkara Pontianak
Dengan mengetahui dislokasi dari fasilitas fasiltas kesehatan di
propinsi kalimantan barat khususnya di sepanjang perbatasan akan
sangat membantu satuan melaksanakan pelayanan kesehatan kepada Anggota
yang sedang melaksanakan tugas operasi pengamanan perbatasan terutama
dalam melaksanakan evakuasi medis.





9. Kondisi Kesehatan Masyarakat.
a. Penyakit infeksi yang banyak ditemukan di kalimantan barat
1. Malaria
Angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat masih tergolong tinggi.
Tiga daerah di Kalimantan Barat dengan angka penderita malaria
tertinggi adalah Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, dan Kabupaten
Sintang. Ada sepuluh daerah yang termasuk Daerah Merah artinya dalam
seribu populasi terdapat lebih dari 50 penderita malaria positif,
Daerah Kuning : Kota Singkawang, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu
Raya. Dari Seribu populasi terdapat 20-49 positif malaria. .Sedangkan
yang termasuk Daerah Hijau hanyalah Kota Pontianak dengan kasus
dibawah 20 kasus dari seribu populasi. Berdasarkan data dari Buku Peta
Epidemiologi yang diterbitkan oleh Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
tahun 2012 menunjukan bahwa pada tahun 2011 ditemukan 655 (3,77 %)
prajurit TNI AD yang menderita malaria di Wilayah Kodam
XII/Tanjungpura.
2. TBC Paru
Berdasarkan Hasil rekapitulasi laporan TB Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2010 tercatat TB Paru dengan BTA Positif (+)
sebanyak 4.634 kasus dengan angka kesakitan 105 per 100.000 penduduk.
Sedang untuk persentase kesembuhan penderita TB Paru dengan BTA
positif di Kalimantan Barat merujuk pada kasus yang diobati tahun 2009
adalah sebesar 92,90, dengan rincian dari 4.156 penderita yang
diobati, sebanyak 3.733 penderita dinyatakan sembuh. Data penderita TB
Paru di lingkungan TNI AD datanya sampai saat ini belum ada
dilaporkan.
3. HIV/AIDS
Pada tahun 2010, di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan rekapitulasi
data profil kesehatan kabupaten/kota, kasus HIV ditemukan sebesar 362
kasus, sedang AIDS sebanyakr 111 kasus. Berdasarkan laporan Bidang
Bina Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, untuk wilayah Provinsi
Kalimantan Barat, sejak tahun 1993 sampai dengan bulan Desember tahun
2010 tercatat sebanyak 2.869 penderita HIV dan 1.440 orang penderita
AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak di temukan di Kota Pontianak
, Kota Singkawang, dan Kabupaten Pontianak. Untuk anggota TNI AD yang
berdinas di Kodam IX Tanjung Pura sampai saat ini tidak ditemukan data
adanya penderita HIV AIDS
4. DBD
Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah endemik untuk penyakit DBD,
hal ini disebabkan karena letak geografis Kalimantan Barat yang
sebagian besar merupakan dataran rendah dan merupakan daerah rawa. Di
samping itu, budaya masyarakat perkotaan di Kalimantan Barat cenderung
menyimpan persediaan air pada tempat-tempat penampungan air di sekitar
rumahnya. Hal ini akan menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti
yang paling disukai. Untuk tahun 2010, berdasarkan rekapitulasi data
profil kesehatan kabupaten/kota mengalami penurunan kasus yang cukup
tajam dari tahun sebelumnya menjadi 677 kasus dengan angka kesakitan
15 per 100.000 penduduk, dengan penderita meninggal sebanyak 13 orang
(CFR 1,9%) . Kabupaten/kota yang terbanyak penderita adalah Kabupaten
Landak, Kota Singkawang, dan Kabupaten Sintang. Data penderita DBD
(Anggota TNI&Keluarganya) di Kodam XII Tanjungpura tidak ditemukan.

Data Epidemiologi Direktorat Kesehatan Angkatan darat Tahn 2011:
distribusi frekuensi sepuluh besar penyakit di Kodam XII/Tanjungpura
menunjukan :
Influenza 5255 kasus
Ispa 2652 kasus
Demam 1989 kasus
Karies gigi 1914 kasus
Hipertensi 1228 kasus
Tukak lambung dan duadenum 1193 kasus
Demam tifoid & paratifoid 983 kasus
Pertusis / batuk rejan 920 kasus
Malaria 655 kasus
Diabetes militus 655 kasus



BAB IV
KONDISI SAAT INI
Kondisi Saat Ini. Melaksanakan tugas operasi merupakan kepercayaan
terbesar yang di didapatkan seorang prajurit dari komando atas, dan
merupakan kehormatan tertinggi bagi seorang prajurit sejati. Untuk
menjawab semua hal itu maka sebagai prajurit kesehatan kita harus
menunjukkan kemampuan terbaik kita. Memberikan kemampuan terbaik yang
kita miliki merupakan bukti ke Profesionalitas prajurit kesehatan.
Seorang prajurit kesehatan yang profesional selalu menampilkan kinerja
terbaik. Seorang professional selalu mengusahakan dirinya selalu
berada di ujung terbaik (cutting edge) bidang keahliannya.
Profesionalisme tidak identik dengan pendidikan tinggi dan
kepangkatan. Oleh karena itu Prajurit kesehatan yang bertugas dalam
satgas ini pada satgas ini dituntut memiliki kemampuan dan
keterampilan yang tinggi dibidang kesehatan, namun berdasarkan data
serta kenyataan dilapangan saat ini terdapat beberapa kekurangan :
Kemampuan personel kesehatan.
Prajurit kesehatan didaerah operasi mempunyai tugas rangkap yaitu :
Sebagai prajurit tempur yang menyandang tugas pokok satuan maupun
sebagai prajurit yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan dan
melaksanakan dukungan kesehatan agar tugas pokok satuan dapat dicapai
secara optimal. Satgas Yonif 123/RW dalam tugas operasi pengamanan
perbatasan darat Indonesia Malaysia di wilayah Kalimantan Barat
memiliki personel kesehatan sebanyak 63 orang yang 40 orang
diantaranya merupakan prajurit Infanteri yang di jadikan prajurit
kesehatan melalui program penataran kesehatan di Kesdam I/BB selama 3
bulan. Jumlah personel kesehatan yang cukup banyak ini diperlukan
untuk mengisi pos pos perbatasan di sepanjang Kalimantan Barat yang
berjumlah 33 pos yang di sebar sepanjang 966 Km. Yang berarti setiap
pos rata rata hanya terdapat 1-2 orang personel kesehatan,untuk
melayani personel pos yang berjumlah paling sedikit 10 orang dan
paling banyak 24 orang per pos nya. Dengan kondisi medan di Kalimantan
Barat yang cukup berat, yang pada beberapa pos untuk mencapai desa
terdekat ataupun fasilitas kesehatan terdekat dibutuhkan perjalanan
jalan kaki selama 24 jam dengan melewati medan medan yang berat dan
bervariasi. Maka dengan keadaan tersebut di perlukan sosok prajurit
kesehatan yang profesional dan mumpuni. Sebagian besar dari personel
kesehatan yang ada di dalam nominatif satgas saat ini minim kemampuan
dan pengalaman di bidang kesehatan dan diawal penugasan juga memiliki
moril yang rendah. Prajurit Infanteri yang di BP kan menjadi personel
kesehatan bukanlah prajurit prajurit pilihan. Kebanyakan dari mereka
adalah yang kualitasnya pun dibawah rata-rata kecabangan asli mereka
yaitu kecabangan infanteri.
Kebutuhan bekal kesehatan.
Kesiapan bekal awal dan bekal ulang perangkat kesehatan lapangan yang
optimal adalah yang tepat jenis, tepat waktu dan tepat jumlah.
Kriteria tersebut sampai saat ini belum dapat dilakukan
sepenuhnya/terpenuhi sehingga sangat menghambat keberhasilan
pelaksanaan Satagas dalam tugas operasi. Pada tugas operasi ini Satgas
Yonif 123/RW mendapatkan dukungan bekal kesehatan dari Puskes TNI
berupa : Kat Prapas 650, Kat Banwat 11, Kat Perawat 6, Kat Dokter 1,
Kat Satgas Ops 40, Kat Ambulan 1, Kat Pratugas1, Kat Serpas 1. Secara
kuantitas kat ini sudah mencukupi kebutuhan personel sebanyak 650
orang dan kebutuhan 33 pos. Namun secara kualitas atau isi dari kat-
kat tersebut dirasakan masih kurang. Apalagi di hadapkan dengan
tuntutan kegiatan pembinaan teritorial di daerah operasi dimana peran
dari kesehatan batalyon sangat signifikan dalam menentukan
keberhasilan tugas operasi ini. Kebutuhan bekal kesehatan dalam tugas
operasi ini tidak hanya untuk seluruh personel satgas tapi juga
sebagai bahan kontak kepada masyarakat di sepanjang perbatsan dalam
rangka melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial.
Jadwal latihan yang kurang.
Tim Kesehatan Satgas Yonif 123/RW baru dapat berkumpul penuh menjadi
satu kesatuan penuh setelah latihan pratugas Tahap 1 selesai
dilaksanakan, personel kesehatan yang di BP kan ke satgas ini berasal
dari satuan di jajaran Kesdam I/BB yang memiliki kemampuan yang
berbeda beda. Jadwal pembekalan kesehatan tidak terjadwal di dalam
latihan Pratugas Tahap 1 Tahap 2 dan Tahap 3. Yang ada hanya
penyuluhan kesehatan bagi seluruh personel Satgas. Sehingga perlu
kreatifitas Dokter Satgas maupun Dantonkes Satgas untuk dapat
merencanakan dan membuat kegiatan pelatihan demi kesiapan personel
kesehatan Satgas Yonif 123/RW di medan operasi sebenarnya.





























BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN

Kondisi kondisi yang di harapkan . Agar dapat melaksanakan dukungan
kesehatan yang optimal di daerah operasi maka diharapkan :
Kemampuan personel Kesehatan.
Sumber daya manusia kesehatan yang melaksanakan tugas operasi
pengamanan perbatasan haruslah memiliki kualitas yang baik dan
profesional di bidangnya, karena sumber daya manusia yang berkualitas
akan menentukan keberhasilan tim kesehatan satgas dalam memberikan
dukungan kesehatan di daaerah operasi. Prajurit-prajurit yang
memiiliki jabatan di kesehatan satgas haruslah orang-orang yang
mempunyai dasar ilmu kesehatan atau minimal orang yang mempunya mental
dan fisik yang prima dan mempunyai kemauan yang tinggi untuk belajar.
Agar tugas operasi ini dapat terlaksana dengan baik maka kemampuan
personel kesehatan haruslah optimal. Dengan berperan tunggal di pos
pos yang jauh dari fasilitas kesehatan yang ada, personel kesehatan
yang bertugas di pos pos perbatasan di harapkan memiliki berbagai
kemampuan kesehatan diantaranya memilki kemampuan Penatalaksanaan
berbagai macam penyakit dasar, Memahami tentang indikasi,
kontraindikasi,efek samping dan dosis dari obat obatan dasar. Memilki
pengetahuan tentang kesehatan preventif, Memiliki kemampuan menyuntik,
pemasangan infus, maupun tindakan dasar bedah seperti menjahit luka
dan membersihkan luka. dan yang tidak kalah pentingnya harus memiliki
pengetahuan tentang administrasi dasar kesehatan dan mengetahui data
situasi medik daerah.dengan mengetahui data situasi medik daerah,
prajurit kesehatan akan mengetahui data penyakit apa saja yang
menjadi permasalahan di daerah operasi nanti.
Berdasarkan data Situasi Medik Daerah, ada lima penyakit infeksi yang
menjadi permasalahan kesehatan di wilayah kalimantan barat khususnya
di daerah perbatasan yaitu : HIV-AIDS, Malaria, TBC paru, Demam
Berdarah, Demam Tifoid. Oleh sebab itu personel kesehatan satgas harus
memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit
penyakit tersebut.

Bekal Kesehatan.
Bekal kesehatan yang ada diharapkan dapat mendukung seluruh
kegiatan operasi yang akan dilaksanakan baik itu untuk memenuhi
kebutuhan prajurit di pos pos perbatasan juga bekal kesehatan untuk
melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial kepada masyarakat
perbatasan dimana kegiatan pembinaan teritorial ini merupakan kunci
sukses keberhasilan kegiatan operasi pengamanan perbatasan khusus nya
untuk daerah perbatasan Republik Indonesia Malaysia di kalimantan
barat. Bekal kesehatan yang ada mulai dari kat prapas hingga Kat
satgas ops haruslah disesuaikan dengan daerah penugasan dan juga
mempertimbangkan lama dan situasi medik daerah yang ada.
Jadwal latihan
Kesempatan Penyelenggaraan pendidikan, penataran dan latihan kesehatan
sebelum pelaksanaan tugas operasi untuk prajurit kesehatan satgas
sebagai upaya mengatasi keterbatasan jumlah dan kualitas personel
kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan penyelenggarakan
penataran dan pelatihan kesehatan pratugas untuk prajurit kesehatan
Satgas perlu dimasukkan didalam program latihan pratugas dibidang
kesehatan. . Hal ini akan lebih memperkaya pengalaman prajurit
terutama dalam melaksanakan pertolongan di lapangan dan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan pembinaan
teritorial khususnya di bidang kesehatan.






.



BAB VI
UPAYA UPAYA YANG DILAKUKAN
12. Upaya-upaya yang dilaksanakan. Dalam upaya memberikan dukungan
kesehatan yang yang optimal terhadap satgas , perlu adanya upaya
pembinaan personil yang efektif dan lebih terarah sesuai kebutuhan di
satgas tersebut. Dengan istilah lain pelatihan personil kesehatan yang
tepat guna dan terkonsep dengan baik Sehingga profesionalisme dibidang
kesehatan dapat tercapai. Upaya-upaya yang bisa dilakukan adalah :
a. Meningkatkan Kualitas kemampuan Personel Kesehatan
Kemampuan personel kesehatan baik kemampuan perorangan maupun satuan
harus tetap dijaga seperti : dapat menangani dengan baik penyakit
penyakit yang menjadi endemis di wilayah tugas operasi mereka, dapat
memahami serta menguasai pengetahuan tentang obat-obatan, pengetahuan
tentang penyakit, mampu menyuntik dengan baik dan benar, mampu
memasang infus, mampu melaksanakan tindakan bedah minor serta
melaksanakan administrasi kesehatan dengan baik dan benar.
Memberikan pelatihan-pelatihan dan pembinaan khususnya tentang materi
kesehatan, pelatihan ini harus dilaksanakan secara berkala, terus
menerus dan berkelanjutan. Materi yang wajib dikuasai oleh personel
kesehatan baik secara teori maupun praktek adalah materimateri
longdarlap, pemasangan infus, triase, serta materi-materi pertolongan
darurat lapangan lainnya. Pengetahuan tentang penyakit penyakit
dasar yang biasa ditemukan dilapangan, terutama 5 penyakit infeksi
yang menjadi permasalahan di daerah perbatasan yaitu HIV-AIDS,TBC
Paru,DBD,Malaria, dan Demam Tifoid beserta cara pencegahan,
penatalaksanaan penyakit serta obat-obatan yang diperlukan merupakan
prioritas utama yang harus di perdalam oleh seluruh personel
kesehatan, disamping itu pengetahuan tentang obat obatan dasar perlu
diberikan walaupun dalam tahapan yang terbatas yang meliputi indikasi,
kontra indikasi, efek samping, dosis dan cara pemakainnya. Hal ini
penting karena personel kesehatan yang bertugas di pos pos perbatasan
dituntut mampu bertindak cepat dan tepat karena fasilitas kesehatan
maupun bantuan kesehatan yang diharapkan dari dokter batalyon maupun
dantonkes mempunyai kendala jarak dan waktu. Karena prajurit kesehatan
di pos yang selalu melekat di dekat pasukan, sehingga apabila ditemui
keluhan-keluhan anggota yang bersifat dasar dapat di tanggulangi
secara maksimal oleh prajurit kesehatan dipos sebelum ditangani oleh
Dokter Batalyon ataupun personel kesehatan lainnya yang lebih mampu.
Dalam operasi pengamanan perbatasan peran prajurit kesehatan sangatlah
penting terutama dalam hal melaksanakan pembinaan teritorial terhadap
warga di sepanjang perbatasan indonesia malaysia, khususnya di sekitar
pos pos perbatasan. Karena pendekatan kepada masyarakat melalui jalur
kesehatan sudah terbukti efektif dan berhasil dalam upaya melaksanakan
pembinaan teritorial.oleh sebab itu kemampuan prajurit kesehatan dalam
berkomunikasi dan mengobati masyarakat haruslah baik.
Materi materi tambahan lainnya terutama yang berkaitan dengan materi
pengangkutan
orang luka (POL) maupun jalur evakuasi perlu diberikan kepada seluruh
personel
kesehatan yang bertugas di pos pos perbatsan. Sesuai dengan kondisi
alam di
kalimantan berdasarkan data situasi medik daerah yang dimilki oleh tim
Kesehatan satgas maka dapat kita ketahui bahwa perlunya di pelajari
tentang tatacara evakuasi melalui udara atau yang lebih dikenal engan
evakuasi medik udara. Hal ini penting dan perlu disiapkan mengingat
medan yang cukup berat sehingga pelajaran tentang evakuasi medik udara
perlu diberikan. Selain materi tentang evakuasi medik udara, materi
tentang pengangkutan orang luka dan evakuasi pasien melalui jalur air
karena wilayah kalimantan barat terkenal dengan daerah yang memiliki
ratusan sungai dan dapat dilayari.untuk itulah pentingnya seluruh
prajurit kesehatan memiliki kemampuan dalam melaksanakan evakuasi
melalui jalur air.
Seluruh pembekalan dan pelatihan kepada seluruh personel
satgas dilaksanakan dengan mencari waktu waktu kosong yang ada di
antar waktu istirahat prajurit. Waktu yang paling efektif untuk
melaksanakan pendalaman materi kesehatan adalah waktu diantara
istirahat sore dan menjelang apel malam. Diluar waktu tersebut
biasanya tidank ada lagi waktu yang tersisa, karen sudah habis
terjadwal oleh siops satgas. Mencuri waktu yang ada merupakan waktu
yang paling tepat dilakukan untuk melaksanakan pendalaman materi
kesehatan. Dan jumlah personel yang ikut pendalaman juga dimaksimalkan
jumlahnya, namun apabila tidak bisa dimaksimalkan jumlahnya maka
alternatifnya adalah dengan memanggil bakes bakes kompi yang kemudian
diperintahkan untuk menyampaikan dan mengajarkan materi yang di dapat
dari dokter satgas maupun dantonkes satgas.
Matode lain yang dilaksanakan dalam satgas Yonif 123/RW adalah
Menempatkan para anggota kesehatan satgas terutama yang hanya
memiliki kemampuan penataran kesehatan ke RST TK IV Padangsidempuan
dan RSUD Padangsidempuan dengantetap didampingi oleh Bintara
kesehatan, Dantonkes Satgas ataupun Dokter Satgas.. Hal ini perlu
dilakukan agar kemampuan daa kepercayaan diri anggota meningkat dan
sekaligus dapat mengaplikasikan ilmu/teori yang mereka dapatkan di
batalyon sehingga bisa langsung dipraktekkan kepada pasien. Metode ini
terbukti cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan
yang paling penting meningkatkan kepercayaan diri personel kesehatan
dalam melaksanakan dukungan kesehatan maupun pelayanan kesehatan di
medan opearasi sebenarnya.

Bekal Kesehatan
Bekal kesehatan yang di terima oleh Satgas Yonif 123/RW dari Puskes
TNI baik secara kualitas maupun kuantitas untuk melaksanakan tugas
operasi pengamanan perbatasan ini dirasakan masih kurang. Apalagi jika
di tinjau dari tugas- tugas kesehatan satgas selama melaksanakan tugas
operasi. Kegiatan yang paling banyak dilaksanakan di medan operasi
adalah melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
sekitar pos pos perbatasan dan masyarakat di sepanjang perbatasan
Indonesia Malaysia. Untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan
secara optimal kepada masyarakat di perbatasan diperlukan bekal
kesehatan yang cukup banyak, terlebih lagi kondisi kesehatan dan
layanan kesehatan di perbatasan sangatlah kurang memadai sehingga
apabila terlaksananya kegiatan pelayanan kesehatan gratis kepada
masyarakat maka akan di sambut antusias yang sangat baik, hal ini
telah di buktikan oleh personel kesehatan satgas. Saat pelaksanaan
latihan pratugas tahap II dan III , tim Kesehatan satgas melaksanakan
kegiatan Pelayanan kesehatan kepada masyarakat di sekitar pos pos
maupun kompi-kompi latihan satgas berupa pengobatan gratis, sunatan
masal dan operasi bedah minor. Hasil yang didapatkan sangatlah
memuaskan, antusias warga untuk berobat di dalam acara pelayanan
kesehatan tersebut sangatlah besar. Tercatat selama latihan pratugas
tahap II dan III saja jumlah pasien yang berobat sebanyak 1200
orang, pasien sirkumsisi (sunatan) sebanyak 53 anak, dan pasien Bedah
Minor ( pengankatan tumor tomor ukuran kecil) sebanyak 35 pasien. Dan
setiap kegiatan pelayanan kesehatan ini tim kesehatan harus melayani
mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari hal ini di karenakan
jumlah pasien yang datang setiap harinya sangat banyak
Untuk mensukseskan kegiatan pembinaan teritorial di sepanjang wilayah
perbatasan maka diperlukan Bekal Kesehatan yang banyak untuk dapat
mendukung semua kegiatan tersebut. Bekal kesehatan yang ada saat ini
hanya untuk memberikan pelayanan kepada anggota satgas, bukan untuk
pelayanan kepada masyarakat.
Upaya yang dilakukan oleh Dokter satgas adalah dengan mengajukan
permohonan bantuaan obat-obatan kepada Kesdam I/BB beserta jajaran di
bawahnya, Dinas kesehatan kabupaten/kota, Maupun donatur donatur
lainnya. Hasil dukungan obat-obatan yang didapatkan dari Dinas
kesehata Kabupaten maupun Kota cukup membantu satgas kesehatan dalam
memberikan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan baik saat
latihan pratugas maupun di medan operasi sebenarnya nanti. Karena
dukungan alkes dan matkes yang diberikan oleh Mabes TNI hanya di
peruntukkan bagi personel Satgas. Begitu juga dukungan alkes dan
matkes yang digunakan untuk latihan pratugas hanya diperuntukan bagi
personel satgas. Bukan sebagai bahan kontak dalam kegiatan pembinaan
teritorial.











BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pembinaan kesehatan yang terarah dan tepat guna akan meningkatkan
sumber daya yang ada, sehingga akan lebih mempermudah dalam
pelaksanaan tugas serta terciptanya personil kesehatan yang
profesional yang mampu bertindak terampil dalam melaksanakan dukungan
kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada personel satgas maupun
masyarakat di sepanjang perbatasan.
Bekal kesehatan yang didukung oleh komando atas saat ini hanya untuk
melaksanakan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada
personel kesehatan sehingga belum mencukupi untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di sepanjang perbatasan
dalam upaya melaksanakan pembinaan teritorial kepada masyarakat
perbatasan. Pembinaan teritorial yang paling efektif dan efisien
kepada masyarakat adalah dengan menggunakan pendekatan melalui
pelayanan kesehatan.


Saran.
Hendaknya materi kesehatan terutama tentang dukungan kesehatan maupun
pelayanan kesehatan dimasukkan ke dalam materi latihan selama masa
pratugas tahap I,II dan III kepada seluruh personel kesehatan yang
dilaksanakan baik di dalam lingkungan batalyon maupun di luar
lingkungan batalyon agar prajurit kesehatan dapat berlaku
profesional di medan operasi sebenarnya.
Perlu dukungan bekal kesehatan yang memadai dari komando atas kepada
kesehatan satgas selama kegiatan pratugas dan di daerah operasi dalam
rangka kegiatan pembinaan teritorial di daerah operasi selain
mengharapkan dukungan dari instansi kesehatan lainnya yang ada di
sekitar.


DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI.
Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang / 12/ VII/2007 tanggal 11 juli
2007 tentang Buku petunjuk operasi TNI pengamanan perbatsan.
Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/309/IX/2002 tanggal 12 September 2002
tentang Buku Petunjuk Induk Operasi.
Peraturan Kasad Nomor Perkasad /94/XI/2010 tanggal 25 November 2010
tentang buku petunjuk pelaksanaan tentang penyelenggaraan latihan
pratugas ke daerah Perbatasan dan atau ke Daerah Rawan.

You might also like