You are on page 1of 30

Draft my tanggal 16 Feb 2011

Draft permenaker tentang bekerja pada ketinggian



PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR PER. /MEN/ /2011

TENTANG

PERLINDUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BEKERJA PADA KETINGGIAN


MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa bekerja pada ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan adalah kegiatan kerja yang mempunyai risiko sangat
tinggi;
b. bahwa penggunaan sistem pencegah dan penahan jatuh
memerlukan pengendalian teknis dan administratif;
c. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf e ,f
dan r, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, perlu diatur mengenai syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja dalam bekerja pada ketinggian
guna menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan
keselamatan umum;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, b dan huruf c perlu diatur dengan Peraturan Menteri.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan
Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun
1948 Nomor 23 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);

2

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor
1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2918);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4279);

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009
tentang Kabinet Bersatu II periode 2009 2014.


MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BEKERJA PADA
KETINGGIAN.


3
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 1
Pengertian

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bekerja pada ketinggian adalah bekerja pada suatu tempat yang memiliki
potensi pekerja terjatuh karena perbedaan ketinggian yang dapat menyebabkan
cidera atau kematian. Tempat tersebut dapat berada di atas atau di bawah suatu
level dasar atau pekerja untuk naik mau pun turun mendapatkan jalan-masuk-ke
(access to) atau jalan-keluar-dari (egress from) suatu tempat ketika bekerja,
dengan tidak menggunakan tangga-jalan (staircase) yang ada pada bangunan
permanen.
.
2. Sistem/perangkat perlindungan jatuh perorangan adalah rangkaian peralatan
dan teknik keselamatan yang melindungi satu pekerja saat bekerja pada
ketinggian, yang meliputi pengaman jatuh (fall protection), penghindar jatuh (work
restraint), pemosisi kerja (work positioning), penahan jatuh (fall arrester),
pertolongan pada ketinggian (vertical rescue) serta teknik akses tali atau
pengaturan posisi.

3. Sistem/perangkat perlidungan jatuh kolektif adalah rangkaian peralatan
keselamatan yang bertujuan melindungi sekelompok pekerja serta peralatan yang
digunakannya saat bekerja pada ketinggian, yang meliputi antara lain pagar kaki
(toe board), jaring, kantong-udara, matras atau sistem jatuh-lunak lain, pagar
penjaga (guard rail), pegangan tangan (hand railing), jalur pengaman (life lines),
angkur (anchorage), tangga yang dapat dipindah-posisikan atau terpasang
permanen (fixed atau portable ladder) dan langkah-langkah dokumentasi
administratif (documented administrative measures) yang dipasang secara
permanen atau temporer yang dirancang untuk menahan/ mencegah jatuh.

4. Lantai kerja (working platform) adalah semua permukaan yang digunakan
sebagai tempat untuk bekerja atau sebagai jalan-masuk-ke atau jalan-keluar-dari
suatu tempat kerja. Termasuk di dalamnnya adalah perancah, gondola/perancah-
tergantung (suspended scaffold), kredel (cradle), lantai kerja bergerak yang dapat
Comment [DB1]: (Fall
protection)
Comment [DB2]: Dihilangk
an
Comment [DB3]: arrest
Comment [DB4]: 2 hal ini
dihilangkan saja karena
lebih merupakan sebuah
sistem kerja, bukan
system/ perangkat
perlindungan jatuh
perorangan
Comment [DB5]: Dihilangk
an saja karena repetisi
dari Pemosisian kerja
(Work positioning)
Comment [DB6]: Ditambahk
an
Comment [DB7]: Ditambahk
an
Comment [DB8]: Ditambahk
an
Comment [DB9]: Ditambahk
an

4
ditinggikan (mobile elevating working platform (mewp)), penopang (trestle), jalan-
kecil-penghubung (gangway, atau tangga-berundak (stairway).

5. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
6. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b
yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

7. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri mau
pun untuk masyarakat.

8. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja.

9. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas
Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
dalam Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

10. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh
Menteri.

11. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
Comment [DB10]: Ditamba
hkan
Comment [DB11]: Ditamba
hkan

5

12. Direktur adalah direktur yang mengawasi norma keselamatan dan kesehatan
kerja.

Pasal 2

Peraturan ini tidak berlaku bagi kegiatan terkait dengan kegiatan penangkapan ikan,
kegiatan penyelamatan darurat dan kegiatan militer.

Pasal 3

(1) Pengusaha wajib memastikan bahwa semua kegiatan bekerja pada ketinggian
yang menjadi tanggungjawabnya telah direncanakan dengan tepat, diawasi
secara memadai dan dilakukan dengan cara yang aman.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) termasuk pemilihan peralatan kerja
sesuai dengan standar yang berlaku, perencanaan tanggap darurat dan
pertolongan korban.
(3) Pengusaha wajib memastikan bahwa bekerja pada ketinggian hanya dilakukan
jika kondisi cuaca tidak akan mengorbankan keselamatan dan kesehatan orang
yang terlibat pada pekerjaan.

Pasal 4

Setiap Pengusaha wajib memastikan bahwa :
(1) Semua pihak yang terlibat dalam setiap aktifitas, termasuk dalam
mengorganisasi, merencanakan atau mengawasi pekerjaan pada ketinggian atau
peralatan kerja yang akan digunakan pada ketinggian, adalah orang yang
kompeten untuk melakukan hal tersebut.
(2) Direktur menetapkan tingkat kompetensi berdasarkan tingkat risiko dan
kompleksitas kerja pada ketinggian.
Pasal 5

(1) Pengusaha wajib mempunyai prosedur standard untuk melakukan pekerjaan pada
ketinggian;
(2) Prosedur kerja dimaksud pada ayat (1) sekuarang-kurangnya berisi:
a. cara dan metode untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian;
Comment [DB12]: Ditamba
hkan

6
b. cara dan metode melakukan pengawasan kerja pada ketinggian yang paling
efektif;
c. peralatan yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan dan
pengawasan;
(3) Pengusaha wajib memastikan bahwa prosedur standard tersebut diketahui dan
difahami dengan baik oleh pekerja atau orang-orang yang terlibat dengan
pekerjaan pada ketinggian, sebelum suatu pekerjaan pada ketinggian mulai
dilakukan;

Pasal 6

(1) Pengusaha wajib mempunyai rencana tanggap darurat yang dibuat secara tertulis
(2) Pengusaha wajib memastikan bahwa rencana kerja dimaksud diketahui dan
dimengerti oleh:
a. pekerja,
b. orang-orang yang terlibat dengan pekerjaan,
(3) Rencana tanggap darurat sekurang-kurangnya memuat :
a. Daftar personal yang terlibat pada pertolongan korban;
b. Peralatan yang wajib disediakan untuk menangani kondisi darurat yang
paling mungkin terjadi;
c. Peralatan Kotak dan peralatan P3K persediaan obat-obatan dan alat
kesehatan, tandu model skop dan papan spinal, alat penopang leher;
d. Kontak detil pihak-pihak yang akan terkait dengan penanganan tanggap
darurat akibat kecelakaan jatuh dari ketinggian;
e. Denah lokasi dan rute evakuasi korban menuju rumah sakit untuk
penanganan lanjut.

Pasal 7

(1) Pengusaha wajib memperhatikan penilaian risiko yang diatur dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
(2) Pengusaha wajib memastikan bahwa pekerjaan tidak dilakukan pada ketinggian
jika pekerjaan dimaksud dapat dilakukan tidak pada ketinggian.
(3) Jika pekerjaan hanya dapat dilakukan pada ketinggian, maka Pengusaha wajib
melakukan langkah yang tepat dan memadai untuk mencegah kecelakaan kerja,
Comment [DB13]: Revisi:
Perlengkapan P3K
lapangan yang memenuhi
standar SNI-19-3994-1995
yang berhubungan dengan
kecelakaan akibat jatuh
dari ketinggian
Comment [DB14]: Ditamba
hkan

7
termasuk:
a. Memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan dapat dilakukan dengan aman
dan kondisi ergonomi yang memadai pada pada tempat yang sudah ada
atau jika terkait untuk jalan-masuk-ke (access) atau jalan-keluar-dari
(egress), menggunakan jalan yang sudah ada sebagaimana di atur pada
Lampiran-1;
b. Jika tidak dapat dilakukan pada tempat atau jalan yang sudah ada seperti
diatur pada poin (a) diatas, wajib memberikan peralatan kerja untuk
mencegah pekerja jatuh.
(4) Jika langkah yang dilakukan pada poin (3) diatas tidak dapat menghilangkan risiko
jatuhnya pekerja, setiap Pengusaha wajib:
a. Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan
i. jarak jatuh dan konsekuensi, atau
ii. jika tidak dapat minimalkan jarak jatuh, mengurangi konsekuensi dari
jatuhnya pekerja, dan
b. Memberikan pelatihan dan instruksi tambahan atau melakukan hal lainnya
secara cocok dan memadai untuk mencegah jatuhnya pekerja dari
ketinggian yang dapat membuatnya cedera, cacat atau meninggal.


Pasal 8

(1) Setiap Pengusaha dalam melakukan pemilihan peralatan peralatan untuk bekerja
pada ketinggian wajib:
a. Mendahulukan upaya perlindungan jatuh kolektif daripada perlindungan jatuh
perorangan.
b. Memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
i. Kondisi kerja di ketinggian dan risiko pada keselamatan pekerja ketika
peralatan digunakan,
ii. Jarak dari jalan-masuk-ke dan jalan-keluar-dari tempat kerja;
iii. Tinggi dan konsekuensi jika pekerja terjatuh;
iv. Jangka waktu dan kekerapan penggunaan perlatan untuk bekerja di
ketinggian;
v. Kemudahan untuk melakukan kegiatan darurat atau menolong korban.
vi. Risiko tambahan yang mungkin ada dari pemasangan, penggunaan
Comment [DB15]: Ditamba
hkan
Comment [DB16]: Revisi:
Mengupayakan perlindungan
jatuh kolektif dan perlindungan
jatuh perorangan
Comment [DB17]: Ditamba
hkan
Comment [DB18]: Revisi:
Ketinggian tempat kerja
dari level dasar
Comment [DB19]: Ditamba
hkan

8
atau pelepasan peralatan kerja atau ketika digunakan pada keadaan
darurat atau menolong korban.
(2) Setiap Pengusaha wajib memilih peralatan kerja pada ketinggian yang memenuhi
standar internasional serta mempunyai karakteristik termasuk dimensi yang
memadai dengan sifat dan beban dari pekerjaan serta memungkinkan digunakan
tanpa ada risiko tambahan.

Pasal 9
Persyaratan untuk Peralatan Kerja

Setiap Pengusaha wajib memastikan bahwa:
a. Pegangan pencegah jatuh (guard-rail), pengaman lantai pencegah benda jatuh
(toe-board), pembatas atau pengaman kolektif lainnya sesuai dengan Lampiran
2;
b. Lantai kerja (working platform)
i. Sesuai dengan Lampiran 3 Bagian 1;
ii. Jika menggunakan perancah sesuai dengan Lampiran 3 Bagian 2;
c. Jaring atau perlidungan keselamatan kolektif lain untuk penahan jatuh yang bukan
bagian dari sistem perlindungan jatuh personal sesuai dengan Lampiran
3 Bagian 2;
d. Sistem perlindungan jatuh personal yang sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 1 dan
i. Khusus untuk pemosisi-kerja (work positioning) sesuai dengan Lampiran 5
Bagian 2
ii. Khusus untuk akses-tali wajib sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 3
iii. Khusus untuk penahan-jatuh perorangan yang dengan Lampiran 5 Bagian 4
iv. Khusus untuk penghindar-jatuh sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 5
e. Tangga (ladder) sesuai dengan Lampiran 6;

PERMUKAAN RAPUH, BENDA JATUH DAN DAERAH BERBAHAYA

Pasal 10
Permukaan Rapuh

(1) Setiap Pengusaha wajib memastikan bahwa tidak ada pekerja yang melewati,
mendekati, melakukan kerja pada atau dekat dengan permukaan yang rapuh jika
pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan dengan kondisi yang ergonomis di
Comment [DB20]: Ditamba
hkan
Comment [DB21]: Tidak
relevan

9
tempat lain.
(2) Jika pekerjaan tidak dapat dilakukan secara aman dan ergonomis tanpa melewati,
mendekati, dikerjakan pada atau dekat dengan permukaan rapuh, maka
Pengusaha wajib:
a. memastikan semaksimal mungkin disediakan lantai kerja, penutup,
pembatas, pengaman, atau pegangan pengaman yang dapat menahan
beban.
b. Jika risiko pekerja jatuh tetap ada walaupun telah dilakukan persyaratan
pada ayat (2)a di atas, melakukan langkah untuk mengurangi jarak jatuh dan
konsekuensi akibat pekerja terjatuh dengan menggunakan metode atau
teknik yang ada.
(3) Jika pekerja melewati, mendekati, bekerja pada atau dekat dengan permukaan
rapuh, Pengusaha wajib memastikan bahwa:
a. Telah diberikan tanda/ rambu yang jelas dekat dengan permukaan rapuh,
atau
b. Jika pemberian tanda/rambu tidak dapat dilakukan, pekerja wajib diberitahu
dengan cara lain.
(4) Ayat (3) tidak berlaku bagi polisi, petugas pemadam kebakaran, petugas ambulan
atau petugas lain yang sedang melakukan kegiatan kedaruratan/ emergensi.

Pasal 11
Benda Jatuh

(1) Setiap pengusaha wajib melakukan langkah-langkah yang memadai dalam
mencegah benda jatuh yang dapat membuat luka atau cidera pada tenaga kerja
atau orang lain.
(2) Jika pencegahan pada ayat (1) di atas tidak dapat dilakukan, pengusaha wajib
melakukan langkah-langkah mencegah orang tertimpa barang atau benda jatuh .
(3) Pengusaha wajib memastikan bahwa tidak ada barang atau benda yang dilempar
atau tumpah dari ketinggian yang dapat menyebabkan luka badan.
(4) Pengusaha wajib memastikan bawah barang atau benda disimpan sedemikian
rupa sehingga mencegah risiko kepada setiap orang karena runtuh, terbalik, atau
bergeraknya barang atau benda tersebut.

Comment [DB22]: Ditamba
hkan

10
Pasal 12
Daerah Berbahaya

(1) Setiap pengusaha wajib memastikan jika tempat kerja terdapat daerah yang,
karena sifat pekerjaannya, mempunyai risiko pekerja jatuh karena perbedaan
ketinggian atau tertimpa barang atau benda jatuh yang dapat menyebabkan cidera
atau luka, tempat kerja tersebut wajib diberikan perangkat pembatasan daerah
kerja untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan memasukinya, dan;
(2) Pembatasan daerah kerja sebagaimana di maksud ayat (1) dibagi sekurang-
kurangnya menjadi 3 kategori wilayah berdasarkan tingkat bahaya dan dampaknya
terhadap keselamatan umum dan pekerja yaitu :
a. Wilayah bahaya : meliputi wilayah pergerakan pekerja dan barang : naik,
turun, horizontal, titik penambatan. Wilayah ini hanya boleh dimasuki oleh
teknisi yang sedang bertugas. Hanya pekerja dan pengawas yang
dibolehkan memasuki wilayah bahaya.
b. Wilayah waspada : adalah wilayah penyangga antara wilayah bahaya dan
wilayah aman. Luas wilayah waspada diperhitungkan sedemikian rupa agar
benda yang terjatuh tidak masuk ke wilayah aman. Hanya pekerja dan
pengawas yang boleh memasuki wilayah waspada.
c. Wilayah aman : adalah wilayah yang terhindar dari kemungkinan kejatuhan
benda dan tidak mengganggu aktifitas pekerja.

(3) Batas wilayah bahaya, wilayah waspada dan wilayah aman harus diberi tanda
yang mudah terlihat dan dipahami oleh setiap orang yang melintas atau berada
disekitar lokasi kerja.
(4) Denah horizontal dan vertikal pembagian wilayah tersebut harus dibuat dan selalu
tersedia di lokasi kerja untuk acuan pekerja, penanggungjawab lokasi dan
pengawas ketenagakerjaan .


PEMERIKSAAN PERALATAN DAN TEMPAT KERJA

Pasal 13
Pemeriksaan Peralatan Kerja

(1) Aturan ini hanya diterapkan pada peralatan kerja yang sesuai dengan Pasal 8 dan

11
Lampiranl 2 sampai 6.
(2) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa jika keselamatan dari peralatan kerja
terkait dengan peralatan tersebut dirakit atau dipasang, peralatan tidak akan
digunakan sebelum perakitan atau pemasangan dalam berbagai posisi telah
diperiksa pada posisi yang diinginkan oleh teknisi yang bertanggungjawab
terhadap peralatan tersebut.
(3) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa peralatan kerja yang terpapar kondisi
yang dapat menurunkan kemampuan peralatan tersebut yang dapat berakibat
pada situasi yang membahayakan telah diperiksa:
a. secara berkala; dan
b. setiap saat jika terdapat kejadian yang dapat mengganggu keselamatan
peralatan kerja tersebut bekerja dengan sebagaimana mestinya.
untuk memastikan persyaratan keselamatan dan kesehatan terjaga dan
penurunan kemampuan peralatan dapat diketahui serta diperbaiki pada waktu
yang tepat.
(4) Dengan tetap mengacu pada ayat (2), setiap pengusaha wajib memastikan bahwa
lantai kerja (working platform)
a. yang digunakan pada pekerjaan konstruksi; dan
b. yang dapat seseorang jatuh 2 meter atau lebih
tidak akan digunakan pada suatu posisi apapun kecuali telah diperiksa untuk
posisi tersebut atau, jika lantai kerja bergerak (mobile working platform), diperiksa
pada lokasi yang akan digunakan, dalam jangka waktu 7 hari sebelumnya.
(5) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa hasil pemeriksaan sesuai Peraturan
ini dicatat dan disimpan dengan baik hingga dilakukan pemeriksaan berikutnya.
(6) Pihak yang melakukan pemeriksaan peralatan kerja seperti disebutkan pada ayat
4 pasal ini, wajib
a. sebelum akhir dari periode kerja dimana pemeriksaan diselesaikan,
menyiapkan laporan yang berisi hal-hal sesuai dengan Lampiran 7; dan
b. dalam waktu 24 jam setelah pemeriksaan selesai dilakukan, menyerahkan
asli atau copy dari laporan pemeriksaan kepada pihak yang meminta
dilakukan pemeriksaan.
(7) Pengusaha yang telah menerima asli atau copy laporan pemeriksaan sesuai ayat
.. wajib menyimpan asli atau copy laporan tersebut:
a. di lokasi dimana pemeriksaan dilakukan hingga pekerjaan konsrtuksi selesai;
Comment [DB23]: Ditamba
hkan
Comment [DB24]: Dihilan
gkan
Comment [DB25]: Ditamba
hkan

12
dan
b. sebagai arsip perusahaan hingga 3 bulan sesudah pekerjaan konstruksi
selesai.
(8) Dalam Peraturan ini pemeriksaan diartikan sebagai:
a. pemeriksaan visual oleh orang yang kompeten untuk tujuan keselamatan
kerja
b. termasuk pengujian yang diperlukan oleh pemeriksaan tersebut
.
Pasal 14
Pemeriksaan Tempat Kerja pada Ketinggian

Pengusaha wajib memastikan bahwa permukaan kerja, sandaran, pegangan
permanen dan lain-lain yang digunakan untuk mencegah jatuh di setiap tempat kerja
pada ketinggian diperiksa setiap kali akan digunakan.

Pasal 15
Penelusuran Gua dan Panjat Tebing

(1) Ketentuan ini mengatur Pengusaha atau pekerja mandiri pada pekerjaan
pemberian instruksi atau memimpin satu orang atau lebih berhubungan dengan
kegiatan penelusuran gua atau panjat tebing sebagai kegiatan olahraga,
petualangan, rekreasi, pembentukan kelompok (team building) atau kegiatan
sejenisnya.
(2) Ketika aturan ini diterapkan, Pengusaha atau pekerja mandiri wajib untuk
melaksanakan persyaratan yang berlaku dalam kegiatan penelusuran gua atau
panjat tebing atau dapat pula mendapat pendampingan atau supervisi dari
organisasi atau instansi atau orang yang kompeten di bidang keselamatan yang
yang disyaratkan oleh aturan tersebut.
(3) Untuk tujuan sebagaimana ayat (2), harus diperhatikan:
a. sifat dari kegiatan;
b. prosedur beraktifitas yang diterima secara umum;
c. dan hal-hal lain yang terkait;
(4) Dalam aturan ini,
a. penelusuran gua termasuk ekplorasi bagian dari daerah pertambangan yang
tidak digunakan lagi.
b. panjat tebing termasuk memanjat naik atau turun, memanjat menyamping,

13
turun tebing menggunakan tali dan descender pada tebing batu atau tebing
buatan.
c. Persyaratan penelusuran gua dan panjat tebing mengikuti aturan pada Pasal
9(d)(ii) yang berhubungan dengan Lampiran 5 Bagian 3 paragrap 1.

KEWAJIBAN PEKERJA

Pasal 16
Kewajiban Pekerja

(1) Setiap pekerja wajib melaporkan kepada atasannya setiap kejadian atau
kerusakan yang menurut pengetahuannya dapat mengganggu keselamatan
dirinya dan pekerja lainnya.
(2) Setiap pekerja wajib menggunakan peralatan kerja atau peralatan keselamatan
yang diberikan kepadanya oleh Perusahaan atau atasannya yang sesuai dengan :
a. pelatihan yang diterimanya mengenai penggunaan peralatan tersebut; dan
b. yang diperintahkan oleh Perusahaan atau atasannya karena kewajiban
memenuhi peraturan perundangan yang berlaku.

Pengawasan
Pasal 17
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.

Pasal 18
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.



Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal :


MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,




14

D DR RS S. . H H. . A A. . M MU UH HA AI IM MI IN N I IS SK KA AN ND DA AR R, , M M. .S Si i

15
Lampiran 1

Persyaratan untuk tempat kerja yang sudah ada, jalan-masuk-ke (access) atau
jalan-keluar-dari (egress) pada ketinggian.

Setiap tempat kerja yang sudah ada, jalan-masuk-ke (access) atau jalan-keluar-dari
(egress) pada ketinggian wajib:
(a). Stabil serta mempunyai kekuatasan dan kekokohan yang memadai untuk
digunakan sesuai peruntukannya.
(b). Mempunyai lantai yang kuat
(c). Mempunyai dimensi ukuran yang memadai yang memungkinkan dilakukan kerja
dan ditempatkan peralatan kerja yang dibutuhkan sehingga memberikan tempat
kerja yang aman ketika pekerjaan dilakukan.
(d). Mempunyai perangkat yang cukup dan memadai untuk mencegah jatuh
(e). Mempunyai permukaan yang tidak bercelah:
a. Yang dapat membuat pekerja terjatuh
b. Yang dapat membuat barang atau benda terjatuh lalu menyebabkan
membuat luka badan
c. Yang dapat menimbulkan risiko lain terhadap pekerja kecuali dilakukan
langkah pencegahan terhadap risiko tersebut.
(f). Dibuat dan digunakan sedemikian, dan dijaga tetap dalam kondisi yang sama,
untuk mencegah:
a. risiko terpeleset atau tersandung, atau
b. pekerja dapat terbentur dengan struktur di dekatnya
(g). Jika mempunyai bagian yang dapat bergerak, telah dilakukan pencegahan
dengan peralatan yang memadai agar tidak terjadi pergerakan tidak diinginkan
selama bekerja pada ketinggian.

Comment [DB26]: Ditamba
hkan

16
Lampiran 2

Persyaratan untuk pegangan pencegah jatuh, pengaman lantai pencegah benda
jatuh, pembatas dan perlindungan kolektif lainnya yang sejenis.

1. Sebagai perlindungan wajib:
a. Mempunyai dimensi, kekuatan dan kekokohan yang mencukupi untuk
digunakan sesuai peruntukannya.
b. Ditempatkan, diamankan, dan digunakan secara tepat sehingga kecil
kemungkinan lepas dari tempatnya.
c. Ditempatkan sedemikian sehingga mencegah orang, barang atau benda
jatuh dari tempat kerja.
2. Terkait dengan kerja pada ketinggian di pekerjaan konstruksi
a. Tinggi pegangan pencegah jatuh atau pelindung lain yang sejenis minimal
950 mm, atau jika pelindung tersebut telah ada sebelum Peraturan ini
minimal 910 mm diatas lantai pekerja dapat jatuh.
b. Pengaman lantai pencegah benda jatuh cukup dan memadai untuk
mencegah pekerja, barang atau benda jatuh
c. Jarak antara pegangan pencegah jatuh tidak lebih dari 470 mm.
3. Struktur atau bagiannya yang menopang pegangan pencegah jatuh atau sejenis
mempunyai kekuatan yang cukup dan memadai sesuai standar yang berlaku
(1200 kg searah beban jatuh) untuk menopang atau ditempelkan.
4. (1) Dengan tetap memperhatikan poin 1) dari Lampiran ini, tidak boleh ada
pegangan-terputus untuk tujuan menghemat perlindungan pada bagian
untuk mencapai tangga atau tangga-berundak jika bukaan diperlukan.
(2) Pelindung boleh dibuka hanya pada waktu tertentu dan untuk jalan-keluar-ke
atau jalan-masuk-dari atau untuk melakukan kegiatan tertentu dan harus
dipasang kembali sesegera mungkin atas seijin dan dibawah pengawasan
Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian.
(3) Kegiatan tidak boleh dilakukan ketika pelindung sedang dilepas kecuali telah
diberikan pengaman lain untuk menggantikan pelindung yang dilepas seijin
dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian

Comment [DB27]: Ditamba
hkan
Comment [DB28]: Ditamba
hkan
Comment [DB29]: Ditamba
hkan

17
Lampiran 3
Persyaratan untuk lantai kerja (working platform)

Bagian 1
Persyaratan untuk semua lantai kerja

Interpretasi
1. Dalam Lampiran ini struktur pendukung diartikan sebagai semua struktur yang
ditujukan untuk mendukung suatu lantai kerja dan termasuk setiap alat yang
digunakan untuk itu.

Kondisi permukaan
2. Tiap permukaan dimana terdapat struktur pendukung berada, harus stabil,
memiliki tekstur permukaan yang tidak licin, mempunyai kekuatan yang cukup dan
komposisi yang memadai untuk secara aman menahan struktur pendukung, lantai
kerja, dan beban yang akan ada di atas lantai kerja.

Kestabilian struktur pendukung
3. Struktur pendukung wajib:
(a). mempunyai kekuatan dan ketahanan yang memadai untuk berfungsi sebagai
struktur pendukung
(b). jika struktur mempunyai roda, harus dicegah struktur dapat bergerak sendiri
ketika sedangkan dilakukan kerja pada ketinggian.
(c). Harus dicegah struktur tergelincir dengan mengamankan menggunakan alat
atau mengaitkannya ke struktur lainnya.
(d). Harus stabil ketika dipasang, digunakan, dan dilepas.
(e). Tetap stabil ketika diubah atau dimodifikasi seijin dan dibawah pengawasan
Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian

Kestabilan lantai kerja
4. Lantai kerja wajib
(a). Sesuai dan mempunyai kekuatan dan kekokohan yang memadai untuk
digunakan sesuai peruntukannya.
(b). Dipasang dan digunakan harus dipastikan bahwa tidak akan ada bagiannya
Comment [DB30]: Ditamba
hkan
Comment [DB31]: Ditamba
hkan

18
yang dapat terlepas yang dapat membahayakan manusia.
(c). Dapat diubah atau dimodifikasi namun harus menjaga kestabilannya seijin
dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian.
(d). Harus dilepas sedemikian rupa untuk mencegah berpindah tanpa diinginkan
seijin dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian.

Keselamatan di atas lantai kerja
5. Lantai kerja wajib:
(a). Mempunyai ukuran yang memadai untuk dilalui orang melakukan kerja di
atasnya dan meletakkan peralatan atau barang yang akan digunakan dan
menyediakan daerah kerja yang aman dengan melihat jenis pekerjaan yang
akan dilakukan diatasnya.
(b). Memiliki pengaman pada permukaan yang tidak bercelah:
a. Yang dapat membuat pekerja terjatuh
b. Yang dapat membuat barang atau benda terjatuh lalu menyebabkan
membuat luka badan
c. Yang dapat menimbulkan risiko lain terhadap pekerja kecuali dilakukan
langkah pencegahan terhadap risiko tersebut.
(c). Dipasang, digunakan serta dirawat tetap dalam kondisi yang sama, untuk
mencegah:
a. risiko terpeleset atau tersandung, atau
b. pekerja dapat terbentur dengan struktur di dekatnya

Pembebanan
6. Suatu lantai kerja dan struktur pendukungnya tidak boleh dibebani dengan beban
yang dapat menimbulkan risiko runtuh atau terjadi perubahan bentuk dari lantai
kerja atau struktur pendukungnya yang dapat mempengaruhi penggunaan secara
aman.

Bagian 2
Persyaratan Tambahan Untuk Perancah
7. Perhitungan kekuatan dan kestabilan perancah wajib dilakukan kecuali:
telah ada suatu catatan perhitungan yang mencakup juga pengaturan struktur
untuk perancah dimaksud, atau
Comment [DB32]: Ditamba
hkan
Comment [DB33]: Ditamba
hkan
Comment [DB34]: Ditamba
hkan

19
konfigurasi perancah dirangkai sesuai standar yang berlaku umum
8. Tergantung dari kompleksitas perancah yang dipilih, rancangan pemasangan,
penggunaan, dan pelepasan dibuat oleh orang yang kompeten. Hal ini dapat
berbentuk rancangan yang standar dan dilengkapi dengan rincian dari bagian-
bagian dari perancah yang lebih detail.
9. Salinan dari rancangan termasuk manual instruksi wajib dipegang oleh orang
yang bertanggungjawab pada pemasangan, penggunaan, dan pelepasan
perancah hingga perancah setelah dilepas.
10. Ukuran, bentuk dan tataletak lantai (deck) perancah harus sesuai dengan sifat
dari pekerjaan yang akan dilakukan, mampu menahan beban, serta dapat dilalui
dan dilakukan kerja secara aman.
11. Ketika perancah sedang tidak dapat digunakan, termasuk ketika sedang
dipasang, dilepas, atau diubah maka perancah harus diberi tanda yang jelas dan
dengan tanda yang mudah dimengerti untuk mencegah orang masuk ke daerah
bahaya.
12. Perancah hanya dapat dipasang, dilepas, atau diubah secara signifikan dibawah
pengawasan orang yang kompeten dan oleh orang-orang yang telah
mendapatkan pelatihan khusus yang memadai dengan pemasangan, pelepasan
atau perubahan perancah termasuk risiko yang ada dan pencegahannya yang
harus dilakukan dalam semua kegiatan tersebut, lebih khusus dalam hal:
(a). Pemahaman tentang rancangan pemasangan, pelepasan atau perubahan
perancah,
(b). Faktor keselamatan yang harus diperhatikan selama pemasangan,
pelepasan atau perubahan perancah.
(c). Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah risiko orang,
barang atau benda jatuh
(d). Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi perubahan kondisi
cuaca yang dapat mempengaruhi faktor keselamatan dari perancah.
(e). Beban yang diijinkan dari perancah
(f). Risiko lainnya yang mungkin ada selama pemasangan, pelepasan, dan
perubahan perancah.




20



21
Lampiran 4
Persyaratan untuk Sistem Perlindungan Jatuh Kolektif

1. Setiap kata mengenai perlindungan dalam Lampiran ini mempunyai arti
perlindungan jatuh kolektif.
2. Suatu perlindungan hanya digunakan jika:
a. Penilaian risiko telah menunjukkan bahwa kegiatan kerja dapat dilakukan
menggunakanya perlindungan tersebut dan tidak mempengaruhi
efektifitasnya.
b. Penggunaan perlindungan lain tidak dapat digunakan.
c. Pekerja telah diberi pelatihan yang memadai khusus untuk perlindungan
dimaksud, termasuk prosedur pertolongan.
3. Kekuatan suatu perlindungan harus mencukupi dan memadai untuk menahan
secara aman jatuhnya pekerja yang jatuh.
4. Suatu perlindungan wajib:
a. Dalam hal perlindungan dirancang melekat, telah dilekatkan secara aman ke
semua angkor yang diperlukan, sedangkan angkor dan titik penempelan
mempunyai kestabilan dan kekuatan yang memadai untuk secara aman
dibebani dalam menahan jatuh dan juga ketika kegiatan pertolongan
dilakukan.
b. Jika berbentuk kantong-udara, matras atau perlindungan sejenisnya, harus
stabil; dan
c. Jika perlindungan mengalami perubahan ketika menahan jatuh, terdapat
jarak ruang yang cukup.
5. Dilakukan langkah-langkah yang mencukupi dan memadai untuk memastikan
bahwa jika seseorang jatuh ke perlindungan tidak mengalami luka badan karena
material atau konstruksi dari perlindungan itu sendiri.


22
Lampiran 5
Persyaratan untuk Sistem Perlindungan Jatuh Perorangan

Bagian 1
Persyaratan untuk semua sistem perlidungan jatuh perorangan
1. Sistem perlindungan perorangan hanya digunakan jika:
(a). Penilaian risiko telah menunjukkan bahwa:
i. Penilaian risiko telah menunjukkan bahwa kegiatan kerja hanya dapat
dilakukan menggunakan sistem perlindungan tersebut; dan
ii. Penggunaan sistem perlindungan lain yang lebih aman tidak dapat
digunakan; dan
(b). Pengguna dan beberapa orang telah diberi pelatihan yang memadai khusus
untuk menggunakan sistem perlindungan perorangan dimaksud, termasuk
prosedur pertolongan.
2. Sistem perlindungan perorangan wajib:
a. Mempunyai kekuatan yang memadai untuk beban dan sesuai standar
internasional untuk melakukan kerja yang akan dilakukan.
b. Sesuai dengan ukuran tubuh pengguna
c. Digunakan sesuai petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pembuat
dengan benar
d. Dirancang sesuai standar internasional yang berlaku untuk meminimalkan
pengguna mengalami luka badan, cacat, atau kematian jika pengguna jatuh
dan juga dicegah pengguna jatuh atau tergelincir dari sistem perlindungan;
dan
e. Dirancang sesuai standar internasional yang berlaku , dipasang, dan
digunakan sesuai petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pembuat
untuk mencegah gerakan yang tidak terduga atau tidak terkontrol oleh
pengguna.
3. Sistem perlindungan perorangan yang dirancang digunakan dengan angkor harus
secara aman dilekatkan pada minimal satu angkor, dan tiap angkor serta yang
melekat pada angkor harus mempunyai kekuatan yang mencukupi dan memadai
dan stabil untuk menahan beban yang diperkirakan sesuai petunjuk penggunaan
yang dikeluarkan oleh pembuat .
4. Telah dilakukan langkah yang mencukupi dan memadai untuk mencegah orang
Comment [DB35]: Dihilan
gkan
Comment [DB36]: Dihilan
gkan
Comment [DB37]: Ditamba
hkan
Comment [DB38]: Revisi:
Nyaman digunakan untuk
satu periode waktu yang
cukup panjang
Comment [DB39]: ditamba
hkan
Comment [DB40]: dihilan
gkan
Comment [DB41]: Ditamba
hkan
Comment [DB42]: Ditamba
hkan
Comment [DB43]: Ditamba
hkan
Comment [DB44]: ditamba
hkan
Comment [DB45]: Revisi:
dua (2)
Comment [DB46]: Revisi:
alat pengait
Comment [DB47]: ditamba
hkan

23
jatuh atau terpeleset dari sistem perlindungan perorangan yang dilakukan oleh
Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian .


Comment [DB48]: Revisi:
terlepas
Comment [DB49]: Ditamba
hkan

24
Bagian 2
Persyaratan tambahan untuk sistem pemosisi kerja (work positioning)
Sistem pemosisi kerja dapat digunakan jika:
(a). Sistem pemosisi kerja harus mempunyai sistem cadangan (backup) untuk
mencegah atau menahan jatuh, dan
(b). Jika sistem pemosisi kerja menggunakan tali atau pita webbing (line) sebagai
sistem cadangan (backup) pengguna harus terhubung dengan tali atau pita
webbing tersebut, atau
(c). Jika aturan pada huruf (a) tidak dapat dipenuhi, harus dipastikan bahwa sistem
pemosisi kerja tidak akan mengalami kegagalan.


Bagian 3
Persyaratan tambahan untuk teknik akses tali
Akses tali (rope access) adalah: metode pekerja yang dikategorikan berdasarkan besar
kecilnya peranan tali sebagai alat keselamatan dan alat bekerja dibandingkan dengan
peranan kaki sebagai tumpuan untuk berdiri dan atau mempertahankan posisi kerja.
Metode/ teknik bekerja dimana peranan tali sebagai alat keselamatan dan alat bekerja
sangat dominan serta hal yang utama dibandingkan dengan peranan kaki sebagai
tumpuan untuk berdiri dan atau mempertahankan posisi kerja
1. Teknik rope akses hanya digunakan jika:
a. Dengan tetap mengacu pada bagian 1, sistem mempunyai minimall
mempunyai dua tali (line) terpisah yang diangkor, tali pertama digunakan
untuk jalan-masuk-ke, jalan-keluar-dari dan pendukung biasa dikenall
sebagai tali kerja sedangkan tali kedua adalah tali keselamatan.
b. Pengguna diberikan pengikat tubuh (harness) yang sesuai dan dihubungkan
dengan tali-kerja dan tali-keselamatan.
c. Tali-kerja dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun serta mempunyai
mekanisme terkunci-sendiri yang akan mencegah pengguna jatuh jika
pengguna kehilangan kontrol atas pergerakannya; dan
d. Tali-keselamatan dilengkapi dengan sistem perlindungan jatuh bergerak
yang terhubung dan bergerak mengikuti pengguna.
2. Dengan melihat hasil penilaian risiko serta tergantung durasi kerja yang akan
dilakukan dan batasan ergonomis, harus diperhatikan posisi duduk pengguna
Comment [DB50]: Revisi:
Pekerja telah
mendapatkan pelatihan
Teknisi Akses Tali yang
memadai sesuai dengan
level yang berlaku
mengenai bekerja di
ketinggian dengan
menggunakan akses tali
Comment [DB51]: Koreksi

25
dengan memberikan aksesoris untuk itu yang mencukupi.
3. Sistem boleh hanya terdiri dari tali tunggal jika:
a. Penilaian risiko menunjukkan bahwa penggunaan tali kedua akan
meningkatkan risiko kepada pengguna; dan
b. Telah dilakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
keselamatan.
4. Metode Akses tali meliputi seluruh pekerjaan yang memiliki seluruh ciri-ciri
sebagai berikut:
a. pekerjaan berada pada ketinggian lebih dari 2 meter dan terdapat potensi jatuh
b. menggunakan tali sebagai alat utama dan alat bantu
c. tidak memiliki perlindungan kolektif (collective protection).

5. Pekerjaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah namun tidak terbatas
pada:
a. Bekerja pada menara dan tiang (telekomunikasi, broadcast, televisi)
b. Bekerja pada struktur (besi dan beton) dan bangunan tinggi
c. Bekerja pada pohon dan medan terjal
d. Bekerja pada atap dan bongkar muat manual
e. Bekerja pada ruang terbatas dan tanki
f. Bekerja pemasangan fasilitas promosi luar ruang (billboard, giant banner
g. Penyelamatan dan evakuasi medan terjal
h. Bekerja pada bendungan dan bangunan air
i. Bekerja pada perawatan kapal laut dan pesawat terbang
j. Bekerja pada perawatan crane
k. Bekerja pada struktur pengeboran minyak dan gas serta pertambangan

6. Persyaratan penambat (angkor) adalah :
a. Minimum menggunakan dua penambat pada setiap tali yang digunakan.
b. Menggunakan tali kerja dan tali keselamatan yang terpisah penambatnya
setiap kali bekerja.
c. Titik penambatan harus mampu menahan beban sebanyak beban pada tali
kerja dan atau tali keselamatan dan tidak kurang dari 1200 Kg pada titik
jatuh and sekurang-kurangnya berada 2 (dua)meter dari tepi bangunan.
d. Kemampuan titik penambatan menahan beban harus diiuji oleh pengawas
sebelum digunakan, didokumentasikan.
Comment [DB52]: Revisi:
1. Teknik rope akses
digunakan untuk bekerja di
ketinggian pada saat teknik
yang lain (tangga, perancah
(scaffolding) & gondola) sudah
tidak dimungkinkan atau
dianggap tidak effisien

2. Teknik rope akses
digunakan setelah pekerja
mendapatkan pelatihan teknisi
akses tali yang memadai sesuai
dengan level yang berlaku
mengenai bekerja di
ketinggian dengan
menggunakan akses tali

Comment [DB53]: Ditamba
hkan

26
e. Titik penampatan harus dirawat sedemikian rupa agar terhindar dari korosi
atau faktor lain yang dapat menghilangkan atau mengurangi kekuatannya.

7. Ketentuan teknis pemasangan permanen angkor adalah sebagai berikut:
a. Angkor harus memiliki sertifikat pengesahan pemakaian.
b. Pengelasan instalasi penambat permanen harus dilakukan oleh juru las
yang tersertifikasi.

8. Instalasi penambat dilakukan riksa uji pertama dan berkala.
a. Riksa uji dilakukan oleh PJK3 riksa uji yang memiliki tenaga ahli bekerja
di ketinggian.
b. Riksa uji berkala dilakukan setahun sekali

9. Untuk bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali setiap tenaga
kerja wajib memiliki lisensi yang diterbitkan oleh direktur.
a. Untuk mendapatkan lisensi tenaga kerja wajib mendapat rekomendasi
dari Asosiasi
b. Mengikuti pelatihan Teknisi Akses Tali
c. Lisensi berlaku untuk 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang

10. Kualifikasi dan Persyaratan Tenaga Kerja:
a. Bekerja pada ketinggian dengan akses tali harus dilaksanakan oleh
teknisi akses tali.
b. Berdasarkan kewenangannya, Kualifikasi Teknisi akses tali dibagi
menjadi :
i. Pekerja Bangunan Tinggi
ii. Teknisi Akses Tali tingkat 1
iii. Teknisi Akses tali tingkat 2
iv. Teknisi Akses Tali tingkat 3
v. Instruktur Akses tali
c. Kewenangan Teknisi akses tali tingkat Satu meliputi:
i. bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali.
ii. melakukan pemasangan pengaman wilayah kerja.
iii. memasang penambatan dibawah pengawasan teknisi akses tali
tingkat dua atau tiga.
Comment [DB54]: Ditamba
hkan
Comment [DB55]: Ditamba
hkan
Comment [DB56]: Revisi:
Mampu melakukan
berbagai macam kegiatan
akses tali tertentu
dibawah supervisi dari
teknisi akses tali
level III serta
bertanggung jawab pada
peralatan akses tali
dirinya sendiri

27
d. Kewenangan teknisi akses tali tingkat 2 meliputi seluruh kewenangan
teknisi akses tali tingkat 1 ditambah dengan :
i. Merangkai pengaman penambatan.
ii. Mengawasi dan membimbing kegiatan Teknisi akses tali tingkat 1.

e. Kewenangan teknisi akses tali tingkat 3 adalah seluruh kewenangan yang
diuraikan pada kewenangan teknisi akses tali tingkat dua ditambah
dengan:
i. Memimpin pelaksanaan pekerjaan.
ii. Melaksanakan upaya penyelamatan.
iii. Mengawasi dan membimbing kegiatan Teknisi akses tali tingkat 2
dan atau Teknisi akses tali tingkat 1.

f. Kewenangan Instruktur akses tali meliputi:
i. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pekerjaan akses
tali sebagaimana diuraikan pada kewenangan teknisi akses tali
tingkat tiga.
ii. Sesuai dengan bidang keahliannya, merencanakan,melaksanakan
dan pengawasi kegiatan pendidikan dan pelatihan teknisi akses tali
tingkat satu sampai dengan tingkat tiga.

g. Setiap teknisi dan instruktur wajib mengikuti pelatihan dan memiliki buku
kerja.

Bagian 4
Persyaratan tambahan untuk penahan jatuh
1. Sistem penahan jatuh harus memiliki perangkat untuk menyerap energi dan
membatasi gaya yang akan diterima oleh tubuh pengguna
2. Sistem penahan jatuh tidak digunakan jika:
a. Akan ada risiko memutus tali atau pita webbing
b. Jika penggunaannya membutuhkan daerah aman (clear zone), tidak tersedia
daerah aman.
c. Penggunaannya malah membuat tidak aman.

Bagian 5
Comment [DB57]: Revisi:
Mampu melakukan rigging
tali dan rescue
termasuk hauling
dibawah supervisi dari
teknisi akses tali
level III
Comment [DB58]: Revisi:
Mampu melakukan
pengawasan pada area
dimana bekerja di
ketinggian dilakukan,
memiliki pengetahuan
yang komprehensif
mengenai teknik rescue
tingkat lanjut serta
memiliki pemahaman yang
mendalam pada teknik
bekerja lainnya yang
terkait dengan akses
tali selain pemahaman
perundang-undangan yang
berlaku
.

28
Persyaratan tambahan untuk pencegah jatuh
Sistem pencegah jatuh wajib:
(a). Dirancang untuk mencegah pengguna memasuki derah yang dapat membuatnya
jatuh; dan
(b). Digunakan dengan benar.

29
Lampiran 6
Persyaratan untuk tangga (ladder)
1. Pengusaha wajib memastikan bahwa tangga digunakan untuk kerja pada
ketinggian hanya jika hasil penilaian risiko sesuai dengan SMK3 poin 3.3
menunjukkan bahwa penggunaan peralatan lain yang lebih sesuai tidak dapat
dibenarkan karena risikonya rendah, dan
a. Durasi penggunaan tidak-lama, atau
b. Kondisi tempat kerja tidak dapat diubah
2. Permukaan dimana tangga akan berdiri harus stabil, kokoh dan mempunyai
kekuatan yang memadai dan komposisi yang sesuai untuk menopang beban yang
akan diletakkan diatasnya dan tangga dimana anak-tangga tetap horisontal
3. Tangga harus diposisikan sedemikian rupa sehingga tetap stabil ketika digunakan
4. Tangga-gantung (suspended ladder) harus dikaitkan secara aman sehingga tidak
dapat berpindah dan berayun, kecuali untuk tangga fleksibel.
5. Tangga portabel harus dicegah tergelincir ketika digunakan dengan cara:
a. Mengamankan tumpuan atas atau bawahnya;
b. Suatu alat anti-tergelincir atau alat penstabil lainnya; atau
c. Pengaturan lain dengan tingkat efektifitas yang sama.
6. Tangga untuk jalan-masuk-ke (access) harus mempunyai panjang yang cukup
untuk melebih tempat mendarat sehingga terbentuk jalan-masuk-ke, kecuali telah
dilakukan hal-hal untuk memastikan tangga ditahan dengan kokoh.
7. Tangga-tambahan tidak dapat digunakan kecuali telah dipastikan bahwa bagian-
bagian tanggal tidak akan bergerak relatif terhadap masing-masing ketika
digunakan.
8. Tangga bergerak harus tidak bergerak ketika akan dinaiki.
9. Jika tangga mempunyai ketinggian vertikal 9 meter atau lebih dari dasar, harus
disediakan tempat mendarat atau istirahat yang memadai dan mencukupi.
10. Setiap tangga digunakan sedemikian bahwa:
a. Selalu tersedia pegangan pengaman dan penopang pengaman; dan
b. Pengguna tetap dapat berpegangan dengan aman ketika membawa beban
kecuali menjaga pegangan tidak dapat dilakukan, dan hasil penilaian risiko
menunjukkan bahwa penggunaan tangga dibenarkan karena:
i. Risikonya rendah; dan
ii. Durasi penggunaan tidak-lama
Comment [DB59]: Revisi:
efisien

30
Lampiran 7
Hal yang perlu dimasukkan dalam Laporan Pemeriksaaan
1. Nama dan alamat untuk siapa pemeriksaan dilakukan
2. Lokasi pemeriksaan peralatan dilakukan
3. Uraian dari peralatan yang diperiksa
4. Tanggal dan waktu pemeriksaan
5. Rincian hal-hal yang diidentifikasi dapat menimbulkan risiko pada keselamatan
dan kesehatan kerja
6. Uraian tentang tindakan yang telah dilakukan terkait dengan huruf 5 di atas.
7. Uraian tentang tindakan lebih lanjut yang harus dilakukan.
8. Nama dan posisi orang yang melakukan pemeriksaan

You might also like