You are on page 1of 6

Tes sensasi getaran ini menggunakan garpu tala bernada rendah 128 Hz.

Caranya :
ketukkan garpu tala pada telapak tangan pemeriksa dan letakkan dengan erat pada artikulasio
interfalangeal distal jari tangan pasien kemudian di artikulasio interphalangeal ibu jari
kakinya. Tanyakan apa yang dirasakan pasien
Untuk tes posisi caranya : pegang ibu jari kaki pasien pada kedua sisnya dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk pemeriksa. Gerakkan ibu jari kaki nya menjauhi jari kaki
yang lain untuk menghindari gesekan. Demonstrasikan gerakan naik turun setelah pasien
menutup mata nya dan minta kepadanya untuk menyebutkan apakah gerakan tersebut naik
atau turun.
4
c. Tes sensasi nyeri, suhu, dan raba.
Ketika melakukan pemeriksaan ini bandingkan daerah distal extremitas dengan
daerah proksimal nya. Tes rasa nyeri : gunakan jarum atau peniti, minta pada pasien
menyebutkan apakah benda yang disentuhkan ke bagian tubuhnya itu tajam atau tumpul. Tes
suhu : dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi air panas dan dingin. Pada neuropati
diabetic akan terlihat penurunan atau hilangnya sensasi getaran dan nyeri. Pada perjalanan
klinik secara progresif dapat terjadi paresis simetris yang mulai pada otot kedua kaki yang
kemudian secara progresif menuju ke atas yaitu paresis otot tungkai, badan, tangan,
lengan,dst. Pemeriksaan berikut yang perlu dianjurkan adalah reflex tendon dalam.
4
d. Refleks Tendon Dalam
Untuk menimbulkan reflex tendon dalam, minta pasien untuk rileks, kemudian
tempatkan ekstremitasnya dalam posisi yang benar serta simetris, dan ketuk tendonnya
dengan pergerakan pergelangan tangan yang cepat. Ketukan pemeriksa harus cepat dan
langsung, bukan hanya mengambang. Dapat menggunakan ujung palu reflex yang lancip atau
datar. Respon reflex sebagian bergantung pada kekuatan rangsangan yang pemeriksa berikan.
Refleks dapat berkurang atau hilang sama sekali jika sensasi nya terganggu, atau segmen
spinal yang terkait mengalami lesi atau jika saraf tepinya rusak. Untuk kasus ini berhubung
pasien mengalami kesemutan di tangan maka pemeriksa perlu memeriksa reflex biseps,
triseps, dan brakioradialis. Jika pasien mengalami keluhan di bagian kaki maka perlu
diperiksa juga reflex pergelangan kaki (Achilles) dan reflex Patella.
4

Pada neuropati, akan terlihat hypoactive atau bahkan tidak ada. Lakukan pengujian
kekuatan dan memeriksa apakah ada atrofi otot ekstremitas. Karena penyakit kesemutan
(neuropati) berhubungan dengan pemakaian obat anti-TBC perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B6 yang hubungannya akan
dijelaskan pada bagian patofisiologi. Inspeksi oral diperlukan untuk mengetahui apakah
terdapat glositis atau cheilosis.
4
Pemeriksaan penunjang
Riwayat klinis yang merupakan kunci untuk mendiagnosis neuropati, tapi harus
ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium lainnya. Pemeriksaan laboratorium bertujuan
membedakan neuropati et causa defisiensi vitamin B6 dan neuropati jenis lain :
5
1. Pemeriksaan CBC dan serum piridoksin
Defisiensi Piridoksin (vitamin B 6) : CBC ( complete blood count ) menunjukkan anemia,
hipokromik mikrositik dengan tingkat zat besi yang normal. Kadar piridoksin serum
adalah <25 mg / mL. Alkoholik neuropati : low platelet count dan anemia megaloblastik.
5

2. Hemoglobin A1C
Hemoglobin A1C dan glukosa plasma puasa adalah tes skrining penting laboratorium
pada neuropati diabetik. Hemoglobin A1C pengukuran yang berguna untuk menilai
kecukupan kontrol diabetes terakhir, tingkat kemungkinan akan meningkat pada pasien
dengan neuropati diabetes.
Hemoglobin A terdiri dari 91-95 % dari jumlah hemoglobin total. Molekul glukosa
berikatan dengan Hb A1 yang merupakan bagian dari hemoglobin A.
4
Hb A1C merupakan indicator yang baik untuk pengendalian Diabetes Mellitus.
Peningkatan kadar HbA1C >8 % mengindikasikan diabetes mellitus yang tidak terkendali
dan pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi jangka panjang, seperti nefropati,
neuropati, retinopati, dan / atau kardiomiopati. Nilai normal HbA1C : non diabetic : 2-5
%.
5

3. Serum folat
Pada neuropati et causa defisiensi folat, kadar serum folat akan menurun. Nilai rujukan :
3-16 ng / mL.
5

Diangnosis Kerja
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien seorang laki-laki dengan riwayat penyakit
tuberkulosis kembali ke dokter dengan keluhan kesemutan pada kedua lengan. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan gejala klinik yang ditunjukkan, diagnosis
kerja bagi kasus ini adalah polimorfisme genetik obat isoniazid (INH).
Polimorfisme genetik adalah ilmu tentang bagaimana faktor penentu genetik
mempengaruhi kerja obat. Respons berbagai obat bervariasi antara satu individu dengan
individu lainnya karena variasi ini biasanya mempunyai distribusi Gaussian. Dalam keadaan
normal, variasi dalam respon terhadap obat yang paling sering ditemukan dalam observasi
ialah yang mempunyai distribusi normal atau distribusi Gaussian, atau normal error curve.
Variasi respon obat sering diobservasi pada orang Caucasia. Hasil observasi menunjukkan
bahwa dalam satu populasi, respon terhadap obat-obat tersebut memperlihatkan distribusi
kontinu, dan populasi tersebut terbagi 2 atau lebih kelompok (dengan variasi kontinu pada
tiap kelompok) yang menunjukkan adanya suatu gen tunggal yang sangat menentukan.
6
Gambar 1. Distribusi berbagai respons terhadap efek obat. Gambar 1-A adalah distribusi efek
(respons terhadap obat) berupa distribusi kontinu atau unimodal yang merupakan distribusi umum
pada sebagian besar obat-obatan. Gambar 1-B adalah distribusi kontinu atau polimodal yang
terdapat pada respons obat-obat tertentu saja yang dipengaruhi oleh faktor genetik.
6

Distribusi variasi respon yang berbentuk diskontinu ini disebut polimodal (bimodal
dan trimodal) dan karena dipengaruhi oleh faktor genetik, maka disebut polimorfisme genetik
yang menunjukkan adanya polimorfisme gen tunggal. Sifat tersebut dipengaruhi oleh satu
gen tunggal (monogenik) dalam satu lokus kromosom. Dalam hal ini, individu dalam suatu
populasi terbagi menjadi 2 atau lebih golongan fenotip yang berlainan, seperti yang
ditunjukkan oleh respon obat Isoniazid dengan terdapatnya fenotip asetilator cepat dan
fenotip asetilator lambat.
6
Keragaman genetik umumnya, dan khususnya polimorfisme genetik dalam pengaruh
atau respons individu terhadap obat terjadi melalui 2 proses utama dalam tubuh, yaitu:
Proses farmakodinamik, yaitu dengan terjadinya proses interaksi antara molekul obat dengan
reseptornya, dan terdapat kepekaan yang abnormal dari reseptor obat terhadap molekul obat.
Proses farmakokinetik, yaitu proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat.
Proses ini paling banyak ditemukan pada polimorfisme klinik dalam proses metabolisme
obat, sedangkan polimorfisme genetik yang ditemukan pada proses absorbsi, distribusi, dan
ekskresi obat tidak banyak dijumpai dan diketahui.
6


Diagnosis Banding
Polineuritis
Segenap saraf perifer terutama pada bagian distal keempat ekstremitas dapat
mengalami gangguan akibat infeksi, proses umonpatologik, defisiensi makanan dan
sebagainya. Istilah yang digunakan untuk keadaan itu adalah polyneuritis. Gejala utamanya
dapat bersifat sensorik atau motorik. Manifestasinya simestris dan terkena terutama bagian-
bagian distal ekstremitas.
7
Polyneuritis defisiensi makanan meruapakan polyneuritis campuran yang berarti
manifestasi sensorik dan motorik sama beratnya. Gangguan sensorik berupa
hipestesia/parastesia pada bagian distal lengan dan tungkau dengan pola sarung tangan dan
kaos kaki. Polyneuritis lainnya dapat disebabkan oleh intoksikasi As, alcohol, CO,
trichloroethylene, dan sebagainya. Intoksikasi eksotoksin kuman difteri, intoksikasi Pb, INH,
penisilin dan sebaginya lebih sering menghasilkan mononeuritis daripada polyneuritis.
7

Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering ditemukan
pada Diabetes Melitus. Risiko yang dihadapi pasien DM dengan ND antara lain ialah infeksi
berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. Kondisi inilah yang
menyebabkan kematian dan kesakitan.
8

Proses kejadian ND berawal dari hiperglikemia berkepanjangan yang berakibat
terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol, sintesis advance glycosilation end
products(AGEs), pembentukan radikal bebas dan aktivasi protein kinase C (PKC). Aktivasi
berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasim sehingga aliran darah ke saraf
menurun dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah ND. Berbagai penelitian
membuktikan bahwa kejadian ND berhuungan sangat kuat dengan lama dan beratnya DM.
8

Epidemiologi
Respon manusia terhadap obat akan bervariasi dari satu individu ke individu yang lain
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perbedaan distribusi obat serta kecepatan metabolisme
obat dan eliminasi obat dipengaruhi oleh faktor genetik dan variabel non-genetik seperti
umur, jenis kelamin, ukuran hati, fungsi hati, ritme carcadian, suhu tubuh, faktor-faktor
lingkungan dan nutrisi Fenotip asetilator lambat terjadi kira-kira 50% dari penduduk kulit
hitam dan kulit putih di Amerika Serikat, 40-70% pada orang Caucasian, lebih sering pada
orang Eropa serta jauh lebih sedikit orang Asia (10-20%) dan Eskimo. Distribusi INH pada
asetilator lambat dan cepat (kira-kira 50% pada tiap kelompok etnik) nilainya sama pada
kebanyakan kelompok (etnik) manusia, namun pada orang-orang Jepang, lebih 90% populasi
Jepang adalah asetilasi (inaktivator) cepat.
6
Etiologi
Isoniazid merupakan contoh popular dari keragaman efek obat yang disebabkan oleh
faktor genetic. Isoniazid (INH) adalah suatu obat anti-tuberkulosis yang diperenalkan pada
tahun 1952. Pada kira-kira separuh (50%) dari pasien (orang-orang Kaukasia) yang diobati
dengan INH, diketahui bahwa INH mengalami metabolisme (asetilasi) secara lambat dan
kadar INH dalam plasma tinggi setelah pemberian suatu dosis INH. Metabolisme INH pada
50% lainnya berlangsung dengan cepat dan kadar INH dalam plasma rendah setelah
pemberian dosis yang sama. Proses metabolisme INH ialah dengan reaksi asetilasi yang
dikatalisis oleh enzim N-asetil transferase hepar yang memperlihatkan polimorfisme genetik
(enzim ini tidak dapat diinduksi sehingga perbedaan dalam aktivitas enzim diantara individu
bukan disebabkan oleh perbedaan dalam pengobatan/pengaruh obat lain). Enzim ini berfungsi
memindahkan gugus asetil dari donor asetil (asetil koenzim A) ke obat akseptor sehingga
terbentuk metabolit N-asetilisoniazid.
9
Analisis keturunan dari 2fenotip metabolisasi S (slow) dan R (rapid), menunjukkan
bahwa sifat asetilator cepat pada seseorang individu ternyata ditentukan oleh gen autosom
dengan sifat asetilatornya dipercepat oleh gen dominan(R) dan asetilator diperlambat oleh
gen resesif (r). Dengan demikian, genotype seorang asetilator cepat mungkin homozigot
dominan (RR) atau heterozigot (Rr), sedangkan asetilator lambat adalah homozigot resesif
(rr). Perbedaan antara kedua fenotipe (asetilator cepat dan asetilator lambat) tersebut terletak
pada aktivitas (kuantitas, jumlah ezim) dari enzim N-asetil transferase tersebut dalam hepar.
9
Dibandingkan asetilator cepat, asetilator lambat lebih mudah mengalami neuropati
perifer yang merupakan salah satu penyulit utama yang mungkin terjadi pada pengobatan
isoniazid jangka panjang, dan yang jelas disebabkan karena pengaruh samping toksik obat
tersebut.
9

Patofisiologi
Pada beberapa kasus, perbedaan yang ditentukan secara genetis dalam aktivitas enzim
tertentu dapat mengakibatkan perbedaan menyolok antar individu dalam sifatnya untuk
memetabolisis obat tertentu, meskipun hal ini mungkin tidak dihubungkan dengan akibat
klinis akut manapun. Ilustrasi mengenai hai ini diberikan oleh perbedaan dalam asetilasi obat
isoniazid yang diberikan secara luas dalam pengobatan tuberculosis. Dalam bentuk
terasetilasi, isoniazid untuk pengobatan jauh kurang aktif dan kurang toksik, sehingga obat
tersebut secara efektif ditidakaktifkan dengan asetilasi.
9

Individu dapat mudah digologkan ke dalam 2 macam kelompok; fenotip cepat yang
menunjukkan kadarnya dalam darah relative rendah beberapa jam setelah minum obat, dan
fenotip lambat yang menunjukkan kadarnya dalam darah relative tinggi. Pada fenotip cepat,
obat dengan proporsi yang jauh lebih besar dikeluarkan dalam bentuk terasetilasi lewat air
seni dibandingkan pada fenotip lambat yang terutama mengeluarkan obat tak terasetilasi.
Kajian keluarga menunjukkan bahwa perbedaan ini ditentukan secara genetis, dan hasilnya
sebagian besar dapat diterangkan berkenaan dengan 2 alel umum. Dengan 2 alel ini, fenotip
lambat menggambarkan homozigot untuk 1 alel, dan penidakatif cepat menggambarkan baik
heterozigot maupun homozigot untuk alel lainnya. Mungkin saja bahwa laju penidakatifan
obat agak lebih cepat pada fenotip cepat homozigot daripada heterozigot.
9

Asetilasi isoniazid dihasilkan dengan enzim asetil transferase yang terdapat dalam hati
yang terlibat dalam suatu reaksi pemindahan gugus asetil dari asetil-koenzim A ke isoniazid.
Pengujian aktivitas asetil transferase dalam sampel hati yang diperoleh dengan biopsi
menunjukkan perbedaan menyolok antara tingkat aktivitasnya pada penidakatif cepat dan
lambat. Rata-rata, aktivitasnya jauh lebih tinggi pada kelompok cepat daripada kelompok
lambat. Hasil serupa juga telah diperoleh dengan contoh otopsi. Sediaan enzim setengah
murni diperoleh dari fenotip cepat dan lambat tampaknya sangat serupa dalam sejumlah sifat
seperti tetapan Michaelis dan kekhususan substrat, yang member kesan bahwa perbedaan
antara kedua jenis mungkin tergantung pada jumlah protein enzim yang sesungguhnya ada
dalam sel hati, dan bukan pada perbedaan aktivitas khususnya.
9

You might also like

  • Tugas 0111
    Tugas 0111
    Document9 pages
    Tugas 0111
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Paru
    Paru
    Document1 page
    Paru
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • TGS 1
    TGS 1
    Document8 pages
    TGS 1
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tgs 3
    Tgs 3
    Document8 pages
    Tgs 3
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tgs
    Tgs
    Document5 pages
    Tgs
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tgs 033
    Tgs 033
    Document10 pages
    Tgs 033
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Living), Dan Handikap (Tidak Bisa Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Akibat
    Living), Dan Handikap (Tidak Bisa Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Akibat
    Document6 pages
    Living), Dan Handikap (Tidak Bisa Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Akibat
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Hipotermia-Pada-Bayi-Baru-Lahir by Thiru
    Hipotermia-Pada-Bayi-Baru-Lahir by Thiru
    Document27 pages
    Hipotermia-Pada-Bayi-Baru-Lahir by Thiru
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Bab 3
    Bab 3
    Document10 pages
    Bab 3
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tugas 0333
    Tugas 0333
    Document9 pages
    Tugas 0333
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • ILEOSTOMI
    ILEOSTOMI
    Document8 pages
    ILEOSTOMI
    Sara Knowles
    0% (1)
  • Tugas 0444
    Tugas 0444
    Document10 pages
    Tugas 0444
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tugas 0222
    Tugas 0222
    Document10 pages
    Tugas 0222
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Dingin Dimalam Ini
    Dingin Dimalam Ini
    Document1 page
    Dingin Dimalam Ini
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Mata Malas
    Mata Malas
    Document1 page
    Mata Malas
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Jeya
    Jeya
    Document35 pages
    Jeya
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • DM
    DM
    Document10 pages
    DM
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Konduksi
    Konduksi
    Document8 pages
    Konduksi
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tugas
    Tugas
    Document6 pages
    Tugas
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Penelitian Grup2
    Penelitian Grup2
    Document13 pages
    Penelitian Grup2
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Close Your Eyes and Count To Eight
    Close Your Eyes and Count To Eight
    Document7 pages
    Close Your Eyes and Count To Eight
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tugas 7
    Tugas 7
    Document16 pages
    Tugas 7
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Kasus 3 Data
    Kasus 3 Data
    Document14 pages
    Kasus 3 Data
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Tugas 6
    Tugas 6
    Document9 pages
    Tugas 6
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Peny Degeratif
    Peny Degeratif
    Document7 pages
    Peny Degeratif
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Telinga
    Telinga
    Document4 pages
    Telinga
    Peter Young
    No ratings yet
  • Tugass
    Tugass
    Document14 pages
    Tugass
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Keratitis
    Keratitis
    Document8 pages
    Keratitis
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Keratitis Adalah Peradangan Pada Kornea
    Keratitis Adalah Peradangan Pada Kornea
    Document9 pages
    Keratitis Adalah Peradangan Pada Kornea
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet
  • Makula Kornea OS
    Makula Kornea OS
    Document19 pages
    Makula Kornea OS
    Gio Vano Naihonam
    No ratings yet