You are on page 1of 12

K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

SUMMARY

STUDI KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DATOE BINANGKANG KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW TAHUN 2013

Herlina Olii. 811409035. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I
Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes dan Pembimbing II Ekawaty Prasetya, S.Si, M.Kes.

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas kimia air limbah
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow.
Objek penelitian adalah air limbah yang berasal dari kegiatan di RSUD Datoe
Binangkang yang masuk pada 2 titik yaitu titik effluent I berasal dari ruang
perawatan, ruang dapur, ruang cuci, perkantoran dan pada titik effluent II berasal
dari ruang perawatan, ruang rawat jalan, ruang UGD, ruang radiologi, ruang
operasi, ruang Laboratorium, kamar jenazah, dan apotik. Teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan Composite Sampling. Pemeriksaan terhadap
parameter kimia air limbah yaitu BOD, COD, PO
4
, dan pH dibandingkan dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Hasil pemeriksaan kadar BOD pada titik effluent I dan II tidak memenuhi
syarat setelah dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58
Tahun 1995 (BOD=30 mg/L) diakibatkan karena banyaknya kandungan bahan
organik dalam air limbah yang sulit didegradasi secara biologis yang dihasilkan
dari kegiatan rumah, juga dipengaruhi karena air limbah di RSUD Datoe
Binangkang tidak mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum
ditampung.
Diharapkan pihak pengelola RSUD Datoe Binangkang untuk memperbaiki
kembali Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), melakukan pengawasan dan
pemeriksaan secara berkala terhadap parameter limbah cair. Disarankan kepada
dinas terkait memberikan perhatian kepada RSUD Datoe Binangkang untuk
memperbaiki kembali IPAL karena limbah yang dihasilkan sebagian mengandung
limbah B3
.


Kata Kunci : Rumah Sakit, BOD, COD, PO
4
, pH







K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

Abstract

Herlina Olii. 2013. Department of Public Health, Faculty of Sports and
Health Sciences. Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor was
Dian Saraswaty, S.Pd, M.Kes and the co-supervisor was Ekawaty Prasetya,
S.Si, M.Kes.

This research aimed to find out the description about the chemical quality of
waste water of Datoe Binangkang Hospital of Bolaang Mongondow District.
Object of research was waste water from the activities in Datoe Binangkang
Hospital which was included in two centers. Those are effluent I coming from
nursing room, kitchen, washroom, office, and effluent II came from nursing room,
outpatient room, emergency room, radiology room, surgical operation room,
laboratory room, mortuary and pharmacy. Composite sampling was used in
choosing the sample. Examination of waste water chemical parameter used BOD,
COD, PO
4
and pH compared with the decision of State Minister for the
Environment no 58 in 1995 about Quality Standard of Liquid Waste for Hospital
Activity.
The result of of BOD content at effluent I and II were not qualified
according to the decision of state minister for the environment (BOD = 30 mg/L.
It was becaused of lot of organic in it which was difficult to be degradate
biological from home activity. It is also caused by unprocessed before
accommodated.
It is expected to the manager of RSUD Datoe Binangkang to repair the
Installation of Waste Water Processing, monitoring, and examination periodically
on the liquid waste parameter. Also for the related department to pay attention to
repair the installation because the liquid waste contain dangeorous and poisinous
waste.

Keywords: Hospital, BOD, COD, PO
4
, pH






















K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

I. Pendahuluan
Kegiatan rumah sakit mempunyai
potensi menghasilkan limbah yang
dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan hidup. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengendalian terhadap
pembuangan limbah cair yang dibuang
ke lingkungan. Sehingga sangat perlu
mengurangi pencemaran tersebut
dengan pengeloaan limbah yang baik
dan sesuai peraturan perundang-
undangan (Alamsyah, 2007).
Baku Mutu Limbah cair Rumah
Sakit adalah batas maksimal limbah
cair yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari suatu kegiatan rumah
sakit (Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit).
Kondisi lingkungan rumah sakit
yang tidak baik akan secara langsung
mempengaruhi kesehatan lingkungan,
oleh karena itu diperlukan perhatian
bagi rumah sakit terhadap aspek
kesehatan lingkungan karena faktor
kesehatan lingkungan inilah yang
mempunyai andil dalam timbulnya
kejadian infeksi silang/nosokomial
(Aziz dalam Kolibu dan Tewal, 2011).
Rumah sakit bertanggung jawab
terhadap pengelolaan limbah klinis
yang dihasilkannya. Setiap rumah sakit
harus memiliki strategi pengelolaan
limbah yang komprehensif dengan
memperhatikan prinsip-prinsip yang
telah diatur. Didalam strategi harus
dimasukkan prosedur dalam
pengelolaan limbah yang dihasilkan
oleh pelayanan rawat inap seperti
dialisis dan sitotoksik. Strategi yang
dibuat harus menjamin semua limbah
dibuang dengan aman. Hal ini terutama
berlaku untuk limbah berbahaya seperti
radioaktif, sitotoksik, dan infeksius.
Secara umum, air limbah
mengandung buangan pasien, bahan
otopsi jaringan hewan yang digunakan
di laboratorium, sisa makanan dari
dapur, limbah laundry, limbah
laboratorium, dan lain-lain
(Adisasmito, 2012:37-42).
Hasil studi pengolahan limbah
rumah sakit di Indonesia menunjukkan
hanya 53,4% rumah sakit yang
melaksanakan pengelolaan limbah cair
dan dari rumah sakit yang mengelola
limbah tersebut 51,1% melakukan
dengan instalasi IPAL dan septic tank,
dan sisanya hanya menggunakan septik
tank. Pemeriksaan kualitas limbah
hanya dilakukan oleh 57,5% rumah
sakit dan dari rumah sakit yang
melakukan pemeriksaan tersebut
sebagian besar telah memenuhi syarat
baku mutu (63%) (Adisasmito,
2009:7).
Berdasarkan survei awal di RSUD
Datoe Binangkang yang belum
memiliki sarana pengolahan air limbah,
air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit antara lain air
limbah domestik yang berasal dari
ruang dapur, ruang cuci, perkantoran
dialirkan ke saluran pembuangan
kemudian ditampung pada bak
penampungan dan sebagian besar air
limbah dari ruang dapur langsung
dibuang ke saluran air yang ada di
dalam rumah sakit. Sedangkan air
limbah klinis yang berasal dari ruang
perawatan, ruang rawat jalan, ruang
UGD, ruang operasi, ruang radiologi,
kamar jenazah dan laboratorium
dialirkan ke saluran pembuangan
kemudian di tampung pada kolam
pengendapan yang disediakan.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut
maka peneliti tertarik mengadakan
penelitian mengenai Studi Kualitas Air
Kimia Limbah Rumah Sakit Umum
K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

Daerah Datoe Binangkang Kabupaten
Bolaang Mongondow Tahun 2013.

II. Metode Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang
Mongondow yang merupakan satu-
satunya rumah sakit di Kabupaten
Bolaang Mongondow yang berstatus
type C. Uji laboratorium di laksanakan
di Laboratorium Baristand Industri
Manado. Waktu penelitian di
laksanakan selama 2 minggu pada
tanggal 7 - 17 Mei 2013.
2.2 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan metode
deskriptif untuk mengetahui kualitas
air limbah di Rumah Sakit Umum
Daerah Datoe Binangkang tahun 2013.
2.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini
adalah kualitas air limbah (Effluen)
yang dilihat dari parameter kimia air
limbah yaitu BOD (Biological Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand), PO
4
(Fosfat), dan pH.
2.4 Objek Penelitian
Yang menjadi objek pada
penelitian ini adalah seluruh air limbah
yang berasal dari kegiatan yang ada di
RSUD Datoe Binangkang yang
terbuang mengalir diselokan sekeliling
rumah sakit yang masuk pada 2 titik
yaitu titik I air limbah yang berasal
dari ruang dapur, ruang
cuci,perkantoran dan pada titik II air
limbah berasal dari ruang perawatan
(VIP, anak, penyakit dalam), ruang
rawat jalan, ruang UGD, ruang
radiologi, ruang operasi, ruang
Laboratorium, kamar jenazah, dan
apotik, kemudian akhirnya menyatu
pada tempat penampungan dan kolam
pengendapan yang disediakan.
2.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk data primer ini dilakukan
dengan pemeriksaan sampel di
laboratorium Baristand Industri
Manado terhadap parameter BOD,
COD, PO
4
, dan pH yang akan
dibandingkan dengan Keputusan
MENLH No. 58 Tahun 1995.
Data sekunder diperoleh dari
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang.
3.2 Teknik Analisis Data
Analisa Data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu analisis
univariat yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian, dengan
menggunakan tabel distribusi
frekwensi dan persentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2005:188).
Data yang telah diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium terhadap
kualitas air limbah dianalisa secara
deskriptif dengan menggunakan tabel
kemudian membandingkan dengan
baku mutu air limbah rumah sakit
menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.58 tahun 1995
dan diuraikan dalam bentuk narasi dan
selanjutnya dibuat suatu kesimpulan.

III. Hasil Dan Pembahasan
A. Hasil Pemeriksaan
Adapun hasil pemeriksaan dari
parameter air limbah adalah sebagai
berikut :
1. Biological Oxygen Demand (BOD)
Hasil pemeriksaan kadar
Biological Oxygen Demand (BOD) air
limbah Rumah Sakit Umum Daerah
Datoe Binangkang dapat dilihat pada
tabel berikut :

K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan BOD air
limbah Rumah Sakit Umum
Daerah Datoe Binangkang
No
Waktu
Pengam
bilan
Hasil Pemeriksaan
Standar
baku
mutu
BOD(
KEPME
NLH/12
/1995)
Titik
Effluent
I
KET
Titik
Effluent
II
KET
1 Hari I 65 mg/L TMS 75 mg/L TMS
30 mg/L 2 Hari II 85 mg/L TMS 40 mg/L TMS
3 Hari III 60 mg/L TMS 85 mg/L TMS
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel tersebut diatas
bahwa kadar Biological Oxygen
Demand (BOD) air limbah di Rumah
Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang pada titik effluent I,
pengambilan sampel dengan waktu
yang berbeda selama 3 hari berturut-
turut, pada hari pertama 65 mg/L, hari
kedua 85 mg/L, hari ketiga 60 mg/L,
dengan nilai rata-rata selama 3 hari
pemeriksaan di titik effluent I adalah 70
mg/L. Dan pada titik effluent II,
pengambilan sampel dengan waktu
yang berbeda selama 3 hari berturut-
turut, pada hari pertama 75 mg/L, hari
kedua 40 mg/L, hari ketiga 85 mg/L,
dengan nilai rata-rata selama 3 hari
pemeriksaan di titik effluent II adalah
66,7 mg/L. Jumlah kadar BOD
melebihi Standar Baku Mutu Limbah
Cair Kegiatan Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor :
Kep-58/MENLH/12/1995 (BOD=30
mg/L).
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Hasil pemeriksaan kadar Chemical
Oxygen Demand (COD) air limbah
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan COD air
limbah Rumah Sakit Umum
Daerah Datoe Binangkang
No
Waktu
Pengam
bilan
Hasil Pemeriksaan
Standar
baku
mutu
COD(
KEPME
NLH/12
/1995)
Titik
Efflu
ent I
KET
Titik
Efflu
ent
II
KET
1 Hari I
94
mg/L
TMS
33
mg/L
MS
80 mg/L 2 Hari II
58
mg/L
MS
28
mg/L
MS
3 Hari III
54
mg/L
MS
28
mg/L
MS
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel tersebut diatas
bahwa kadar Chemical Oxygen
Demand (COD) air limbah di Rumah
Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang pada titik effluent I,
pengambilan sampel dengan waktu
yang berbeda selama 3 hari berturut-
turut, pada hari pertama 94 mg/L, hari
kedua 58 mg/L, hari ketiga 54 mg/L,
dengan nilai rata-rata selama 3 hari
pemeriksaan di titik effluent I adalah 70
mg/L. Dan pada titik effluent II,
pengambilan sampel dengan waktu
yang berbeda selama 3 hari berturut-
turut, pada hari pertama 33 mg/L, hari
kedua 28 mg/L, hari ketiga 28 mg/L,
dengan nilai rata-rata selama 3 hari
pemeriksaan di titik effluent II adalah
29,7 mg/L. Jumlah kadar COD masih
dibawah Standar Baku Mutu Limbah
Cair Kegiatan Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor :
Kep-58/MENLH/12/1995 (COD=80
mg/L).




K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

3. Fosfat (PO
4
)
Hasil pemeriksaan kadar PO
4
air
limbah Rumah Sakit Umum Daerah
Datoe Binangkang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan PO
4
air
limbah Rumah Sakit Umum
Daerah Datoe Binangkang
No
Waktu
Pengam
bilan
Hasil Pemeriksaan
Standar
baku
mutu
PO
4
(KEP
MENLH/
12/
1995)
Titik
Efflu
ent
I
KET
Titik
Efflu
ent
II
KET
1 Hari I
0,243
mg/L
MS
0,136
mg/L
MS
2 mg/L 2 Hari II
0,421
mg/L
MS
0,230
mg/L
MS
3 Hari III
0,490
mg/L
MS
0,284
mg/L
MS
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel tersebut diatas
bahwa kadar Fosfat (PO
4
) air limbah di
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang pada titik effluent I,
pengambilan sampel dengan waktu
yang berbeda selama 3 hari berturut-
turut, pada hari pertama 0,243 mg/L,
hari kedua 0,421 mg/L, hari ketiga
0,490 mg/L, dengan nilai rata-rata
selama 3 hari pemeriksaan di titik
effluent I adalah 0,384 mg/L. Dan pada
titik effluent II, pengambilan sampel
dengan waktu yang berbeda selama 3
hari berturut-turut, pada hari pertama
0,136 mg/L, hari kedua 0,230 mg/L,
hari ketiga 0,284 mg/L, dengan nilai
rata-rata selama 3 hari pemeriksaan di
titik effluent II adalah 0,216 mg/L.
Jumlah kadar PO
4
masih dibawah
Standar Baku Mutu Limbah Cair
Kegiatan Rumah Sakit Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : Kep-
58/MENLH/12/1995 (PO
4
=2 mg/L).
4. pH
Hasil pemeriksaan kadar pH air
limbah Rumah Sakit Umum Daerah
Datoe Binangkang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan PO
4
air
limbah Rumah Sakit Umum
Daerah Datoe Binangkang
No
Waktu
Pengam
bilan
Hasil Pemeriksaan
Standar
baku mutu
pH(KEP
MENLH/1
2/
1995)
Titik
Efflu
ent I
KET
Titik
Efflu
Ent II
KET
1 Hari I 7,24 MS 4,73 MS
6-9 2 Hari II 6,63 MS 7,68 MS
3 Hari III 7,45 MS 7,95 MS
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Keterangan : MS : Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel tersebut diatas
bahwa kadar Power Hidrogen (pH) air
limbah di Rumah Sakit Umum Daerah
Datoe Binangkang pada titik effluent I,
pengambilan sampel dengan waktu
yang berbeda selama 3 hari berturut-
turut, pada hari pertama 7,24, hari
kedua 6,63, hari ketiga 7,45, dengan
nilai rata-rata selama 3 hari
pemeriksaan di titik effluent I adalah
7,10. Dan pada titik effluent II,
pengambilan sampel dengan waktu
yang berbeda selama 3 hari berturut-
turut, pada hari pertama 4,73, hari
kedua 7,68, hari ketiga 7,95, dengan
nilai rata-rata selama 3 hari
pemeriksaan di titik effluent II adalah
6,78. Jumlah kadar pH masih dibawah
Standar Baku Mutu Limbah Cair
Kegiatan Rumah Sakit Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : Kep-
58/MENLH/12/1995 (pH=6-9).





K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

B. Pembahasan
Sesuai hasil dari pemeriksaan yang
dilakukan didapatkan bahwa
parameter:
1. Biological Oxygen Demand (BOD)
Dari hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap kadar Biological
Oxygen Demand (BOD) dengan
menggunakan metode Winkler pada
titik Effluent I selama 3 hari berturut-
turut dengan nilai rata-rata 70 mg/L, air
limbah pada titik Effluent I berasal dari
dapur, ruang cuci, toilet umum, dan
perkantoran. Pada titik Effluent II
pemeriksaan selama 3 hari berturut-
turut dengan nilai rata-rata 66,7 mg/L,
air limbah pada titik Effluent II berasal
dari ruang perawatan, ruang rawat
jalan, ruang UGD, ruang operasi,
laboratorium, kamar jenazah, dan
apotik.
Dari hasil pemeriksaan kedua titik
Effluent tersebut nilai yang diperoleh
menunjukan bahwa nilai BOD tersebut
melebihi dari standar baku mutu air
limbah rumah sakit (tidak memenuhi
syarat) dibandingkan dengan kadar
maksimum yang diperbolehkan sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No Kep-58/MENLH/12/995 (BOD=30
mg/L).
Semakin banyak zat organik yang
terkandung dalam air limbah, maka
kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk
menguraikan akan semakin tinggi pula,
sehingga oksigen terlarut dalam air
akan menurun bahkan mungkin akan
habis.
Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasan (2011) di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe,
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan
kadar Biological Oxigen Demand
(BOD) pada titik Effluent I memenuhi
syarat (4,6 15,8 mg/L), hal ini terjadi
karena di Rumah Sakit tersebut,
teknologi pengolahan air limbah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke
tempat penampungan sudah cukup
memadai.
Kadar Biological Oxigen Demand
(BOD) air limbah yang dihasilkan
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang kedua titik Effluent
melebihi dari standar baku yang
diperbolehkan, hal ini disebabkan
karena banyaknya bahan organik yang
terkandung dalam air limbah yang sulit
didegradasi secara biologis yang
membutuhkan oksigen yang tinggi
seperti bahan-bahan kimia yang
dihasilkan air limbah tiap-tiap ruangan,
seperti dari ruang perawatan, ruang
UGD, ruang operasi, laboratorium, dan
ruang apotik. Ruang ini banyak
menghasilkan bahan kimia. Tingginya
kadar BOD dalam air limbah juga di
pengaruhi karena air limbah di Rumah
Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang tidak mengalami proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum
ditampung.
Tingginya kadar BOD dalam air
limbah rumah sakit menandakan bahwa
air tersebut sudah tercemar. Air limbah
yang tercemar sangat berbahaya
terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan, karena dapat menjadi
media pembawa penyakit dan juga
banyak mengandung bakteri-bakteri
pathogen. Air limbah akan
menyebabkan tertariknya beberapa
species penyebab penyakit seperti
tikus, nyamuk, lalat dan sebagainya.
2. Chemical Oxygen Demand (COD).
Berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium terhadap
kadar Chemical Oxygen Demand
(COD) dengan metode
Spektrofotometer selama 3 hari
berturut-turut pada titik effluent I
K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

dengan nilai rata-rata 70 mg/L, air
limbah yang berada pada titik effluent I
berasal dari ruang dapur, ruang cuci,
toilet umum, dan ruang perkantoran.
Dan pada titik effluent II perngambilan
sampel selama 3 hari berturut-turut
diperoleh nilai rata-rata 29,7 mg/L, air
limbah dititik effluent II berasal dari
perawatan, ruang rawat jalan, ruang
UGD, ruang operasi, laboratorium,
kamar jenazah, dan apotik.
Dari kedua titik effluent nilai yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan
sampel air limbah yang tertera pada
tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai
tersebut masih dibawah standar baku
mutu air limbah rumah sakit
(memenuhi syarat) dibandingkan
dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No Kep-
58/MENLH/12/995 (COD = 80 mg/L).
Walaupun terdapat kadar COD dalam
air limbah pada titik effluent I pada hari
pertama yaitu 94 mg/L yang
menunjukkan bahwa kadar COD dalam
air limbah tersebut sudah melebihi
standar baku yang diperbolehkan
dikarenakan volume limbah cair yang
mengandung bahan organik pada hari I
lebih banyak berdasarkan jumlah
pasien yang berkunjung di RSUD
Datoe Binangkang pada hari pertama
lebih tinggi dibandingkan pada hari II
dan hari III. Tingginya kadar COD juga
disebabkan karena limbah yang
dihasilkan tidak mengalami pengolahan
terlebih dahulu sebelum ditampung.
Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasan (2011) di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe,
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan
kadar Chemical Oxigen Demand
(COD) pada titik Effluent I tidak
memenuhi syarat (148,0 303,0
mg/L), hal ini terjadi dipengaruhi
karena di tidak adanya pengolahan air
limbah di RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe.
Kadar COD air limbah yang
dihasilkan Rumah Sakit Umum Daerah
Datoe Binangkang memenuhi syarat
karena kadar bahan organik yang
terkandung dalam air limbah tersebut
tidak membutuhkan oksigen yang
tinggi dalam proses penguraiannya
secara kimia. Sehingga kandungan
COD dalam air limbah dRumah Sakit
Umum Daerah Datoe Binangkang
tersebut masih belum
mengkhawatirkan untuk kesehatan
lingkungan.
3. Fosfat (PO
4
)
Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap kadar Fosfat
(PO
4
) dengan metode Spektrofotometer
selama 3 hari berturut-turut pada titik
effluent I dengan nilai rata-rata 0,383
mg/L, air limbah yang berada pada titik
effluent I berasal dari ruang dapur,
ruang cuci, toilet umum, dan ruang
perkantoran. Dan pada titik effluent II
perngambilan sampel selama 3 hari
berturut-turut diperoleh nilai rata-rata
0,216 mg/L, air limbah dititik effluent
II berasal dari perawatan, ruang rawat
jalan, ruang UGD, ruang operasi,
laboratorium, kamar jenazah, dan
apotik.
Dari kedua titik effluent nilai yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan
sampel air limbah yang tertera pada
tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai
tersebut masih dibawah standar baku
mutu air limbah rumah sakit
(memenuhi syarat) dibandingkan
dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No Kep-
58/MENLH/12/995 (PO
4
= 2 mg/L).
K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

Kadar fosfat masih di bawah
standar baku mutu air limbah rumah
sakit dikarenakan di Rumah Sakit
Umum Daerah Datoe Binangkang
kegiatan laundry Dan pencucian
lainnya masih kurang. Karena peristiwa
kebakaran rumah sakit yang merusak
beberapa fasilitas menyebabkan tingkat
pelayanan pasien belum maksimal,
sehingga aktivitas pencucian lebih
sering dilakukan diluar rumah sakit.
4. pH
Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap kadar pH
dengan metode Elektrometrik selama 3
hari berturut-turut pada titik effluent I
dengan nilai rata-rata 7,10, air limbah
yang berada pada titik effluent I berasal
dari ruang dapur, ruang cuci, toilet
umum, dan ruang perkantoran. Dan
pada titik effluent II perngambilan
sampel selama 3 hari berturut-turut
diperoleh nilai rata-rata 6,78, air
limbah dititik effluent II berasal dari
perawatan, ruang rawat jalan, ruang
UGD, ruang operasi, laboratorium,
kamar jenazah, dan apotik.
Dari kedua titik effluent nilai yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan
sampel air limbah yang tertera pada
tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai
tersebut masih dibawah standar baku
mutu air limbah rumah sakit
(memenuhi syarat) dibandingkan
dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No Kep-
58/MENLH/12/995 (pH = 6-9)..
pH juga mempengaruhi toksisitas
suatu senyawa kimia. Senyawa
amonium yang dapat terionisasi banyak
ditemukan pada perairan yang
memiliki pH rendah. Amonium bersifat
tidak toksik. Namun pada suasana pH
tinggi lebih banyak ditemukan amonia
yang bersifat toksik (Tebbut dalam
Effendi, 2003: 73).
Kadar pH dalam air limbah di
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang masih memenuhi syarat
dan tidak menimbulkan masalah
kesehatan. Hal ini dikarenakan air
limbah di rumah sakit tidak
mengandung senyawa-senyawa
organik yang dapat mempengaruhi
derajat keasaman air limbah.

IV. Simpulan Dan Saran
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap sampel air
limbah Rumah Sakit Umum Daerah
Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang
Mongondow, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Nilai kadar BOD pada titik effluen
I tidak memenuhi syarat (70
mg/L), pada titik effluent II juga
tidak memenuhi syarat (66,7
mg/L). Setelah dibandingkan
dengan Standar Baku Mutu
Limbah Cair Kegiatan Rumah
Sakit Berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995
(BOD=30 mg/L) .
2. Nilai kadar COD pada titik effluen
I memenuhi syarat (70 mg/L), pada
titik effluent II juga memenuhi
syarat (29,7 mg/L). Setelah
dibandingkan dengan Standar
Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
Rumah Sakit Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
58/MENLH/12/1995 (BOD=30
mg/L)
3. Nilai kadar PO
4
pada titik effluen I
memenuhi syarat (0,383 mg/L),
pada titik effluent II juga
memenuhi syarat (0,216 mg/L).
K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

Setelah dibandingkan dengan
Standar Baku Mutu Limbah Cair
Kegiatan Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor
: Kep-58/MENLH/12/1995
(BOD=30 mg/L).
4. Nilai kadar pH pada titik effluen I
memenuhi syarat (7,10), pada titik
effluent II juga memenuhi syarat
(6,78). Setelah dibandingkan
dengan Standar Baku Mutu
Limbah Cair Kegiatan Rumah
Sakit Berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995
(BOD=30 mg/L).
B. Saran
Diharapkan pada pihak pengelola
Rumah Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang
Mongondow untuk memperbaiki
kembali Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), melakukan
pengawasan secara kontinyu dan
melakukan pemeriksaan secara berkala
terhadap parameter limbah cair dari
masing-masing sumber air limbah agar
kualitas limbah cair yang dihasilkan
memenuhi syarat yang ditentukan.
Disarankan kepada dinas terkait (Dinas
Kesehatan dan pemerintah Kabupaten
Bolaang Mongondow) agar
memberikan perhatian kepada Rumah
Sakit Umum Daerah Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang
Mongondow untuk memperbaiki
kembali Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) karena limbah cair
yang dihasilkan rumah sakit sebagian
mengandung limbah B3
.
Perlunya
penelitian lebih lanjut tentang
parameter lain yang belum diteliti oleh
peneliti yaitu bahan-bahan toksik
lainnya yang terkandung dalam air
limbah.
V. Daftar Pustaka
Adisasmito, Wiku, 2009. Sistem
Manajemen Lingkungan Rumah
Sakit. Jakarta : Rajawali Pers.

Adisasmito, Wiku, 2012. Audit
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta :
Rajawali Pers.

Aditama, T, 2003. Manajemen
Administrasi Rumah Sakit.
Jakarta : Universitas Indonesia.

Alamsyah, Bestari, 2007. Pengelolaan
Limbah Di Rumah Sakit Pupuk
Kaltim Bontang Untuk Memenuhi
Baku Mutu Lingkungan. Tesis,
Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas
Diponegoro Semarang.

Armita, Dewi, 2011. Analisis
Perbandingan Kualitas Air Di
Daerah Budidaya Rumput Laut
Dengan Daerah Tidak Ada
Budidaya Rumput Laut, Di
Dusun Malelaya, Desa Punaga,
Kecamatan Mangarabombang,
Kabupaten Takalar. Skripsi,
Fakultas ilmu kelautan dan
perikanan Universitas
hasanuddin.

Effendi, Hefni, 2003. Telaah Kualitas
Air. Yogyakarta : Kanisius.

Elfiani, 2005. Studi Kualitas Air
Limbah Rumah Sakit Antapura
Kota Palu Tahun 2005. Skripsi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar.



K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

Hasan Desy, Nataliya, 2011. Studi
Kualitas Air Limbah di Rumah
Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Skripsi, Jurusan Kesehatan
Masyarakat Universitas Negeri
Gorontalo.

Kolibu dan Tewal, 2011. Kualitas
Limbah Cair Rumah Sakit Gmim
Bethesda Tomohon. Jurnal, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Samratulangi Manado.

Merdekawati dan Sulistyorini, 2007.
Faktor Yang Mempengaruhi
Pengelolaan Limbah Cair RSUD
Wangaya Denpasar. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol.3,
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya.

Mulia, Ricki, 2005. Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : Graha
Ilmu.

Muninjaya, A, 2004. Manajemen
Kesehatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi
Penelitian kesehatan. Jakarta :
PT RINEKA CIPTA.

Nuranto, Kurniawan dan Arifyani,
2008. Menurunkan Kadar Fosfat
Dalam Air Limbah Rumah Sakit
Studi Kasus Air Limbah Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sleman. Jurnal No.4, Jurusan
Teknik Sipil Universitas Gajah
Mada.




Nurdijanto, Purwanto dan Sasongko,
2011. Rancang bangun dan
rekayasa Pengolahan limbah
cair rumah sakit Studi Kasus
Rumah Sakit Kristen Tayu, Pati.
Jurnal, Program Magister Ilmu
Lingkungan dan Jurusan Teknik
Kimia Universitas Diponegoro.

Prastiyo, Cahyono Eko, 2012.
Efektivitas Pengolahan Limbah
Cair Rumah Sakit Dengan Sistem
Dewats Dalam Menurunkan
Angka Bakteri Coliform Di Rs
Panti Wilasa Citarum Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Vol.1, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang.

Rahmawaty dan Azizah, 2005.
Perbedaan Kadar BOD, COD,
TSS, Dan MPN Coliform Pada
Air Limbah, Sebelum Dan
Sesudah Pengolahan Di RSUD
Nganjuk. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Vol.2, Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya.

Rustiyanto, Ery, 2010. Statistik Rumah
Sakit Pengambilan Keputusan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sabarguna dan Rubaya, 2011. Sanitasi
Air dan Limbah Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Jakarta :
Salemba Medika.

Said dan Ineza, 2002. Uji Performance
Pengolahan Air Limbah Rumah
Sakit Dengan Proses Biofilter
Tercelup. Jakarta : Pusat
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Lingkungan.

K u a l i t a s K i m i a A i r L i m b a h R S U D D a t o e B i n a n g k a n g

Santika dan Alaerts, 1987. Metoda
Penelitian Air. Surabaya : Utama
Nasional

Setyo Budi, Sudi, 2006. Penurunan
Fosfat Dengan Penambahan
Kapur (Lime), Tawas Dan
Filtrasi Zeolit Pada Limbah Cair
Studi Kasus RS Bethesda
Yogyakarta. Tesis, Program
Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro
Semarang.

Siregar, C, 2004. Farmasi Rumah Sakit
Teori dan Penerapan. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.

Soemarwoto, Otto, 2001. Ekologi,
Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.

Subekti, Sri, 2005. Pengelolaan Air
Bersih Rumah Sakit Sebagai
Upaya Minimisasi Limbah Cair
Studi Kasus Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran. Tesis,
Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas
Diponegoro Semarang.

WHO, 2001. Laporan Komisi WHO
Mengenai Kesehatan dan
Lingkungan Planet Kita
Kesehatan Kita. Yogyakarta :
Gajah

You might also like