You are on page 1of 166

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

( L K P P )
MEKANIKA FLUIDA
OLEH:
IR.SYERLY KLARA, MT.
Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin tahun 2011 sesuai
SK. Rektor Unhas No: 20875/H4.2/K.U.10
Tanggal 29 Nopember 2011
PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN
BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Judul Buku Ajar : Mekanika Fluida
Nama Lengkap : Ir. Syerly Klara, MT
Nip : 196405011990022001
Pangkat/Golongan : Pembina/IV-A
Program Studi : Teknik Sistem Perkapalan
Fakultas/Universitas : Teknik/Universitas Hasanuddin
Alamat Email : syerlyklara@yahoo.co.id
Biaya : Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah)
Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas
Hasanuddin tahun 2011 sesuai SK. Rektor Unhas No:
20875/H4.2/K.U.10 Tanggal 29 Nopember 2011
Makassar, 30 Nopember 2011
Dekan
Fakultas Teknik, Penulis,
Dr-Ing.Ir.Wahyu H. Piarah, MSME Ir. Syerly Klara, MT
Nip. 19600302 198609 1 001 Nip. 19640501 199002 2 001
Mengetahui:
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc
Nip. 19630501 198803 1 004
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufiqnya
sehingga bahan ajar ini dapat kami susun sesuai wujud yang ada sekarang ini.
Pembuatan bahan ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
dan memahami pembelajaran Mekanika Fluida, yang mana mata kuliah ini merupakan
dasar ilmu keteknikan jurusan Teknik Perkapalan khususnya program studi Teknik Sistem
Perkapalan. Pembuatan bahan ajar ini diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan
Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin, melalui Hibah Penulisan
Buku Ajar Universitas Hasanuddin 2011.
Materi pembelajaran ini terdiri atas enam Bab yaitu; Konsep dan Besaran Fluida,
Distribusi Tekanan dalam Aliran Fluida, Hukum Dasar Mekanika Fluida, Analisis
Dimensi dan Keserupaan, dan Aliran kental dalam pipa. Pembuatan materi pembelajaran
ini sesuai dengan rancangan pembelajaran yang proses pembelajarannya menggunakan
pedekatan Student Centre Learning (SCL).
Akhir kata penulis dengan senang hati menerima koreksi dari pembaca dalam
penyempurnaan bahan pembelajaran ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
SENARAI KATA PENTING vi
BAB I . PENDAHULUAN 1
A. Profil Lulusan Program Studi 1
B. Kompetensi Lulusan 1
C. Analisis Kebutuhan Pembelajaran 2
D. Garis Besar Rencana Pembelajaran 3
BAB II. KONSEP DAN BESARAN FLUIDA 7
A. Pendahuluan 7
B. Materi Pembelajaran 7
I. Konsep Fluida 8
II. Sifat-sifat Fluida 10
III. Dasar dasar Aliran Fluida 20
C. Penutup 25
BAB III. DISTRIBUSI TEKANAN DALAM ALIRAN FLUIDA 28
A. Pendahuluan 28
B. Materi Pembelajaran 28
I. Distribusi Tekanan Hidrostatik 30
II. Penerapan dalam Manometri 34
III. Gaya Hidrostatik pada Sebuah Bidang 38
IV. Tekanan Hidrostatik pada Permukaan Lengkung 43
V. Mengapung dan Kestabilan 44
C. Penutup 58
BAB IV. HUKUM DASAR MEKANIKA FLUIDA 63
A. Pendahuluan 63
B. Materi Pembelajaran 63
I. Kekekalan Massa Persamaan Kontinuitas 64
II. Hukum Kedua Newton Persamaan-persamaan Momentum
Linier 73
III. Hukum Pertama Termodinamika Persamaan Energi 78
C. Penutup 84
iv
BAB V . ANALISIS DIMENSI DAN KESERUPAAN 90
A. Pendahuluan 90
B. Materi Pembelajaran 90
I. Analisis Dimensi 90
II. Asas Keserbasamaan Dimensi 92
III. Tak Berdimensian Persamaan-persamaan Dasar 99
IV. Teorema Pi 103
V. Pembangunan Model dan Hal-hal yang Perlu Diperhatikan 106
C. Penutup 118
BAB VI . ALIRAN KENTAL DALAM PIPA 121
A. Pendahuluan 121
B. Materi Pembelajaran 121
I. Sifat Aliran menurut Bilangan Reynolds 121
II. Aliran Kental Dalam versus Aliran Kental Luar 126
III. Aliran di Dalam Pipa Bundar 130
IV. Aliran di Dalam Pipa Tak Bundar 142
V. Sistem Pipa Majemuk 144
C. Penutup 147
LAMPIRAN 151
v
SENARAI KATA PENTING
Mekanika Fluida (Fluid Mechanics)
Kerapatan (Density)
Kekentalan fluida (Fluid Viscosity)
Kekentalan Kinematik (Kinematic Viscosity)
Kekentalan Dinamik (Dinamics viscosity)
Koefisien kekentalan kinematik (Kinematic Viscosity coefisien)
Fluida Newton (Newton Fluid)
Tekanan uap (vapor Pressure)
Tegangan Muka (Surface tension)
Koefisien Tegangan muka (Surface tension coefisien)
Kavitasi (cavitasion)
Bilangan peronggaan (Cavitasion Number)
Berat jenis (Spesicic weight)
Gravitasi jenis (Spesific Gravity)
Dimensi-dimensi dasar (Basic dimension)
Tekanan Fluida (Fluid pressure)
Fluida mampu-mampat (Compressible fluid)
Fluida tak mampu-mampat (Incompressible fluid)
Gaya pada permukaan melengkung (Force on a curved surface)
Manometer (manometer)
Gaya hidrostatik (hydrostatic force)
Gaya apung (Bouyancy force)
Kestabilan benda terapung (Stability of floating bodies)
Head tekanan (Pressure head)
Distribusi tekanan hidrostatik (Hydrostatic pressure distribution)
Hukum Pascal (Pascal Law)
Kekekalan massa (Conservation of mass)
Persamaan kontinuitas (Continuity equation)
Volume atur (Control volume)
Persamaan Energi (Energy equation)
vi
Persamaan momentum linier (Linear momentum equation)
Laju aliran massa (mass flowrate)
Laju aliran volume (volume flowrate)
Analisis dimensi (Dimension analysis)
Teorema pi Buckingham (Buckingham pi theorem)
Bilangan Reynolds (Reynolds number)
Bilangan Froude (Froude number)
Bilangan Mach (Mach number)
Bilangan Weber (Weber number)
Bilangan Euler (Euler number)
Keserupaan Geometri (Geometric Similary)
Keserupaan kinematik (Kinematic Similary)
Keserupaan dinamik (Dinamic Similary)
Skala Model (scales of models)
Aliran tunak (Steady flow)
Aliran tak- tunak (Unsteady flow)
Aliran berlapis (Laminar Flow)
Aliran bergolak (Turbulent Flow)
Aliran di dalam pipa bundar (Flow in a circular pipe)
Aliran di dalam pipa tak-bundar (Flow in a non-circular duct)
Garis Tengah Hidraulik (The Hydraulic Diameter)

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI
1. Mengamalkan nilai moral dan etika yang sesuai norma agama dan masyarakat
dalam melakukan perancangan sistem permesinan kapal yang mencakup
konstruksi, instalasi perpipaan, kelistrikan dan instrumentasi
2. Melakukan penilaian secara teknis terhadap hasil pekerjaan konstruksi dan
memiliki keahlian dalam perawatan sistem permesinan kapal
B. KOMPETENSI LULUSAN
I. KOMPETENSI UTAMA
1. Mampu merancang sistem penggerak dan permesinan serta kendali kapal secara
efektif dan efisien.
2. Mampu dan terampil merancang sistem instalasi perpipaan dan instrumentasi di
kapal dan bangunan kelautan lainnya yang ramah lingkungan.
3. Mampu merancang sistem pemeliharaan dan perawatan permesinan kapal dan
sistem perlengkapan kapal serta bangunan kelautan lainnya.
II. KOMPETENSI PENDUKUNG
1. Mampu merancang kapal dan bangunan kelautan lainnya yang ergonomis dan andal.
2. Mampu merancang sistem permesinan, kelistrikan dan perpipaan dalam pekerjaan
teknik yang relevan
3. Menjunjung tinggi norma, tata-nilai, moral, agama, etika dan tanggung jawab
profesional dalam bidang pekerjaan teknik sistem perkapalan dan bangunan kelautan.
1
III. KOMPETENSI LAINNYA
1. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang lain baik dalam lingkungan
pekerjaan maupun dengan masyarakat
2. Mampu dan terampil menangani aplikasi statistik dalam pemecahan masalah analisis
data dari suatu penelitian
3. Mampu menangani rekayasa nilai suatu fungsi hasil produk/jasa dan
meningkatkannya semaksimal mungkin atas dasar efektifitas fungsi
C. ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
Mekanika merupakan matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK) pada
jurusan Teknik Perkapalan, yang disajikan pada semester dua pada kurikulum 2011
program studi Teknik Sistem Perkapalan. Materi pembelajaran matakuliah ini harus
dimengerti dan dipahami, untuk memudahkan mahasiswa mempelajari mata kuliah
selanjutnya seperti; Disain kapal I, Tahanan dan Propulsi kapal, Pengaturan udara,
Sistem Instalasi Perpipaan, Perpindahan Panas, Mesin Fluida dan lain-lain.
Jumlah peserta matakuliah ini pada dua semester terakhir (Gazal 2009/2010 dan
2010/2011) rata-rata 59 peserta. Peserta mata kuliah ini terdiri dari mahasiswa baru
dan beberapa mahasiswa lama yang mengulang karena belum lulus. Nilai rata-rata
tingkat kelulusan yang diperoleh adalah C+ dan B- (70 61), hanya 3% tingkat
kelulusan yang memperoleh nilai A dan A- (81 87). Dan paling memprihatinkan,
pada dua semester terakhir rata-irata 27 % atau sekitar 16 peserta yang memperoleh
nilai E (< 45). Hal inilah yang membuat sehingga kami ingin membuat bahan ajar
Mekanika Fluida.
Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran dijelaskan dengan
menggunakan metode Student Centered Learning (SCL). Setiap materi pembelajaran
dijelaskan, kemudian mahasiswa diberi tugas, baik mandiri maupun kelompok
(small group discussion) yang mana tugas tersebut harus dipresentasikan didepan
kelas pada pertemuan berikutnya. Materi pembelajaran yang akan diuraikan pada
2
bahan ajar ini adalah mata kuliah dasar keahlian yang membahas konsep fluida ,
distribusi tekanan, hukum dasar , analisa dimensi dan kesamaan serta aliran kental
dalam pipa. Untuk memudahkan memahami matakuliah ini mahasiswa sudah
mengetahui Persamaan Dasar Bernoulli dan Hukum Archimedes. Materi
pembelajaran disajikan dengan enam belas kali pertemuan, yang mana setiap materi
pembelajaran dijelaskan dua atau tiga kali pertemuan. Sehingga kompetensi yang
diharapkan dapat tercapai.
Adapun kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa setelah mengikuti
matakuliah ini adalah mampu menerapkan pengetahuan prinsip fluida pada masalah
yang berhubungan dengan materi pembelajaran ini. Selain itu juga mampu bekerja
sama dalam suatu tim kerja dan berkomunikasi dalam lingkungan kerja serta mampu
untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.
Penguasaan materi Mekanika fluida akan membantu mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah pada matakuliah lanjutan, sehingga dituntut kemampuan
menyelesaikan masalah-masalah Mekanika fluida. Untuk mencapai kemampuan
mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses pembelajaran yang inovatif
bernuansa
learning.
3
GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)
Mata Kuliah : Mekanika Fluida
Semester/SKS : Semester II / 2 kredit
Kompetensi Sasaran : Kompetensi Utama
1. Mampu menerapkan pengetahuan prinsip mekanika fluida.
: Kompetensi Pendukung
1. Mampu bekerja sama dalam suatu tim kerja laut.
2. Mampu berkomunikasi dalam lingkungan kerja.
: Kompetensi Lainnya
1. Mampu untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat
MINGGU
KE
SASARAN
PEMBELAJARAN
(Kompetensi)
MATERI
PEMBELAJARAN
STRATEGI
PEMBELAJARAN
KRITERIA
PENILAIAN
(Indikator)
Bobot
Nilai
1 Informasi kontrak dan
rencana pembelajaran
Memilih ketua secara
demokrasi
Kuliah + Diskusi
2 s/d 3 Mampu berfikir kritis dalam
menjelaskan sifat fluida
Membedakan aliran fluida
Konsep dan Besaran Fluida Kuliah + Diskusi
Keterlibatan dan ke aktifan,
kejelasan uraian sifat dan
aliran fluida
15
4
MINGGU
KE
SASARAN
PEMBELAJARAN
(Kompetensi)
MATERI
PEMBELAJARAN
STRATEGI
PEMBELAJARAN
KRITERIA
PENILAIAN
(Indikator)
Bobot
Nilai
4 s/d 6
Mampu mengaktualisasikan
dengan contoh
Mampu mengukur tekanan
Distribusi tekanan dalam
aliran fluida
Kuliah + tugas
mandiri
Penguasaan materi dan
terampil dalam pengu
kuran, ketelitian
20
7 s/d 9
Mampu menjabarkan dan
mengkomunikasikan hukum
dasar fluida
Menyusun poster yang
memuat jenis-jenis hukum
dasar fluida
Hukum dasar mekanika
fluida
Kuliah + tugas
kelompok + presentasi
Kreativitas dan kerja sama
tim pada presentasi ,
kejelasan uraian HDF,
keaktifan
25
10 s/d 12
Mampu meng hitung dan
menganalisa dimensi
prototype
Memaparkan kesamaan
model dan prototype secara
selektif
Analisa dimensi dan
kesamaan
Kuliah + tugas
individu + presentasi
Penyelesaian problem set,
penguasaan bentuk
kesamaan, kreativitas &
kedisiplinan
20
13 s/d 16
Mampu menjelaskan dan
menganalisa aliran kental
dalam vs luar
Mampu menghitung debit
aliran fluida pada
penerapannya di kapal
Aliran kental dalam Pipa
Diskusi + tugas
kelompok +
presentasi
Kejelasan analisa type
aliran, keaktifan
20
5
DAFTAR PUSTAKA
1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York
2. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York
3. Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey and Sons, Inc
4. Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and Sons, Inc
6
BAB II
KONSEP DAN BESARAN FLUIDA
A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang konsep fluida dan besaran
fluida . Materi ini menjelaskan fluida bergerak atau diam dan akibat yang ditimbulkan fluida
tersebut pada lingkungannya. Pada Konsep fluida, tegangan geser yang terjadi membedakan
antara fluida dan zat padat. Sifat-sifat fluida seperti; Kerapatan, kekentalan dinamik dan
kinematik, tegangan muka, tekanan uap dan dimensi dan satuan merupakan besaran fluida.
Penguasaan materi Mekanika fluida akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan
masalah pada matakuliah lanjutan, sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-
masalah Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan
dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning.
Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu berfikir kritis dalam menjelaskan
sifat fluida dan membedakan aliran fluida . Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah
dibarengi dengan diskusi, di mana sebagai pendahuluan mahasiswa perlu dijelaskan materi
pembelajaran tentang Konsep dan besaran fluida agar sasaran pembelajaran secara
keseluruhan tercapai setelah mempelajari matakuliah ini.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Mekanika Fluida merupakan telaah tentang fluida yang bergerak atau diam dan akibat
yang ditimbulkan oleh fluida tersebut pada batasnya. Pelajaran tentang aliran berintikan
penarikan kompromi yang jitu antara teori dan eksperimen. Karena aliran merupakan cabang
ilmu mekanika, yang memenuhi seperangkat asas kekekalan yang telah dikenal dengan baik
sehingga penelaahan teoritisnyapun telah banyak dilakukan. Namun teorinya sering
mengecewakan, sebab teori terutama hanya berlaku untuk situasi-situasi ideal tertentu yang
berbeda dengan kenyataan (praktis). Dua hal yang menjadi penghalang utama bagi
penggunaan teori yang berlaku dalam praktek ialah Geometri dan Kekentalan. Teori gerak
7
fluida umum terlalu sulit untuk dipakai dalam pemecahan masalah dengan konfigurasi
geometris sembarang, sehingga pembahasan hanya pada lempeng datar, pipa lurus dan
bentuk geometris lainnya yang mudah. Kekentalan hanya dapat diabaikan dalam aliran-aliran
ideal tertentu, yang mana kekentalan meningkatkan kerumitan persamaan-persamaan dasar
dan mengawantapkan semua , pada kecepatan rendah menimbulkan gejala acak yang tak
teratur yang disebut golakan.
I. KONSEP FLUIDA
Semua bahan terdiri atas dua keadaan yaitu fluida dan zat padat. Secara teknis
perbedaannya terletak pada reaksi kedua zat tersebut terhadap tegangan geser yang
dialaminya. Zat padat dapat menahan tegangan geser dengan deformasi statik sedangkan zat
cair tidak. Setiap tegangan geser yang dikenakan pada fluida betapapun kecilnya, akan
menyebabkan fluida itu bergerak. Fluida tersebut bergerak dan berubah bentuk terus menerus
selama tegangan itu bekerja. Sehingga dikatakan bahwa fluida yang diam harus berada dalam
tegangan geser nol. Dalam analisis struktur keadaan ini disebut kondisi tegangan
hidrostatik. Pada kondisi ini lingkaran mohr untuk tegangan menjadi t itik dan tak ada
tegangan geser pada sebarang bidang irisan dari bagian yang mengalami tegangan itu.
Ada dua macam macam fluida yaitu zat cair dan gas, perbedaan antara keduanya bersifat
teknis dengan adanya gaya kohesif. Karena terdiri atas molekul-molekul tetap dimensi rapat
dengan gaya kohesif yang relatif kuat, zat cair cenderung mempertahankan volumenya dan
akan membentuk permukaan bebas dalam medan gravitasi jika tidak tertutup dari atas. Aliran
muka bebas sangat dipengaruhi efek gravitasi, karena jarak antara molekul-molekulnya besar
dan gaya kohesifnya terabaikan, gas akan memuai dengan bebas sampai tertahan oleh
dinding yang mengungkungnya. Volume gas tidak tertentu, dan tanpa wadah yang
mengungkungnya, gas tersebut akan membentuk atmosfir yang pada hakekatnya bersifat
hidrostatik. Gas tidak dapat membentuk permukaan bebas, karena itu aliran gas jarang
dikaitkan dengan efek gravitasi selain apungan.
Gambar 2.1 menunjukkan sebuah balok pejal yang terletak diatas bidang datar yang
tegar. Balok tertekan oleh beratnya sendiri. Peregangannya kearah defleksi statik, yang
ditunjukkan dengan garis putus-putus, menahan geseran tanpa mengalir. Diagram benda
8
bebas untuk unsur A yang terletak disisi balok menunjukkan adanya geseran dalam balok itu
di sepanjang bidang irisan yang memotongnya melalui A dengan sudut . Karena balok
tidak dipegang, unsur A tidak mengalami tegangan pada sisi kiri dan kanannya, sedang sisi
atas dan bawahnya mendapat tegangan tekan = -p. Lingkaran mohr tidak tereduksi
menjadi titik, dan di dalam balok ada tegangan geser yang tidak nol.


Gambar 2.1 : Zat padat diam dapat menahan geseran. (a) Defleksi Statik zat padat; (b)
Keseimbangan dan lingkaran Mohr untuk unsur zat padat A
Sebaliknya zat cair dan gas dalam keadaan diam (gambar 2.2) memerlukan dinding penahan
untuk menghilangkan tegangan geser. Dinding tersebut memberikan tegangan tekan -p dan
mereduksi lingkaran Mohr menjadi sebuah titik dengan geseran nol dimana-mana, dengan
kata lain terjadi kondisi hidrostatik. Zat cair mempertahankan volumenya dan membentuk
permukaan bebas di dalam bejananya. Jika dinding bejana diambil, terjadi geseran dalam zat
cair dan melampiaslah ia. Jika bejana dimiringkan, timbul geseran terjadilah gelombang dan
permukaan bebas itu mencari tempat datar. Sementara gas memuai keluar dari bejananya,
mengisi seluruh ruang yang ada. Unsur A dalam gas juga hidrostatik dan memberikan
tegangan tekan -p pada dinding-dinding bejananya.
9


Gambar 2.2 : Zat cair diam menahan geseran. (a) Defleksi Statik zat cair;
(b) Keseimbangan dan lingkaran Mohr untuk unsur zat cair
II. SIFAT-SIFAT FLUIDA
1. KERAPATAN ()
Kerapatan suatu zat adalah massa fluida dari volume satuan tersebut. Untuk cairan
Kerapatannya dianggap tetap untuk perubahan-perubahan tekanan praktis. Kerapatan air
adalah 1000 kg/m
3
pada 4
0
C. Lihat lampiran
Kerapatan gas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan keadaan gas;
(Hukum Boyle dan Hukum Charles) ............ (2-1)
Dimana; p adalah tekanan mutlak dalam pascal, vs volume spesifik persatuan massa
m
3
/kg, T suhu mutlak dalam derajat Kelvin (273 +
0
C) dan R tetapan gas dalam J/kg K.
Karena = 1/v
s
persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut:
......................................................................... (2-2)
10
Pada peristiwa-peristiwa khususnya yang berkenaan dengan cairan digunakan hasil kali
g = berat spesifik yang diberi simbol w. Dimana g merupakan percepatan grafitasi yang
besarnya 9,81 m/dtk
2
Kerapatan () dan volume spesifik (v
s
) tertentu adalah invers dari satu
dengan lainnya. Kerapatan dan volume spesifik tergantung pada suhu dan
tekanan fluida. Dimana bila suhu cairan meningkat, maka densitas menurun dan
volume spesifik meningkat. Karena cairan dianggap tak termampatkan (incompressible),
peningkatan tekanan akan mengakibatkan tidak ada perubahan pada kerapatan atau
volume spesifik dari zat cair. Pada kenyataannya, zat cair dapat sedikit dikompresi pada
tekanan tinggi, sehingga sedikit peningkatan kerapatan dan sedikit penurunan volume
dari zat cair.
2. KEKENTALAN (VISCOSITY)
Kekentalan fluida adalah sifat yang menentukan besar daya tahan terhadap gaya geser.
Kekentalan terutama diakibatkan oleh saling pengaruh antara molekul-molekul fluida.
Gambar 2.3 : Dua lempeng sejajar terpisah pada jarak y
Pada gambar 1.3, selidikilah dua lempeng sejajar, terpisah pada jarak y yang kecil, ruang
antara lempengan diisi dengan suatu fluida. Andaikan lempengan bagian atas digerakkan
oleh suatu gaya tetap F dan karenanya bergerak dengan kecepatan tetap U . Fluida yang
bersentuhan dengan lempengan sebelah atas akan melekat kepadanya dan akan bergerak
dengan kecepatan U, dan fluida yang bersentuhan dengan lempengan diam akan
mempunyai kecepatan nol. Jika jarak y dan kecepatan U tidak terlalu besar, gradient
kecepatan akan merupakan suatu garis lurus. Percobaan telah menunjukkan bahwa gaya
11
F berubah-ubah bersama dengan luas lempengan, dengan kecepatan U, dan berlawanan
dengan jarak y. Akibat segitiga yang sebangun, U/y = dV/dy, kita mempunyai
Dimana = F/A = tegangan geser. Jika suatu tetapan kesebandingan (mu) yang
disebut kekentalan dinamik, dimasukkan;
Satuan adalah Pa dtk atau Psi sec. Fluida yang mengikuti hubungan persamaan (2-4)
disebut Fluida Newton.
Koefisien kekentalan yang lain, yakni Koefisien kekentalan kinematik didefenisikan
sebagai;
Dalam buku pegangan (handbooks) dengan satuan poise dan stoke atau saybolt detik.
Beberapa nilai kekentalan diberikan dalam table 2.1.
Kekentalan cairan berkurang dengan bertambahnya suhu tetapi tak cukup banyak
dipengaruhi oleh perubahan tekanan. Karena rapat gas-gas berubah bersama perubahan
tekanan (suhu tetap), kekentalan kinematik berubah-ubah bersama tekanan secara
berlawanan.
12
Tabel 2.1 : Kekentalan dan kekentalan kinematik delapan fluida pada 1 atm dan 200
3. TEGANGAN MUKA
Zat cair tidak dapat mengembang dengan bebas, akan membentuk permukaan batas atau
antar muka dengan zat cair lainnya atau dengan gas. Molekul-molekul yang ada
dibagian dalam suatu zat cair saling bertolakan karena kerapatannya. Molekul-molekul
pada permukaan zat cair lebih rendah rapatnya dan tarik menarik dengan satu sama lain.
Kita dapat memperhitungkan efek-efek permukaan dalam mekanika zat cair dengan
konsep tegangan muka.
Jika secarik permukaan yang panjangnya dL dibuat pada antar muka, gaya-gaya yang
sama besarnya dan berlawanan arahnya, masing-masing sebesar dL, timbul pada arah
tegak lurus pada potongan itu dan sejajar dengan permukaan tersebut. disebut
Koefisien tegangan muka. dimensi adalah (F/L) dan satuannya dalam SI ialah
Newton per meter (N/m) dalam system BG lbf/ft.
Dua antar muka yang paling lazim ialah air udara dan raksa udara. Untuk permukaan
yang bersih pada 20
0
C = 68
0
F, tegangan muka terukurnya adalah;
= 0,0050 lbf/ft = 0,073 N/m udara air
= 0,033 lbf/ft = 0,48 N/m udara raksa .. (2-6)
Ini adalah hasil percobaan yang terkontrol, yang dapat berubah banyak kalau permukaan
itu tercemar oleh deterjen atau ceceran minyak. Pada umumnya mengecil dengan
menurunnya suhu, dan nilainya nol pada titik genting.
13
Jika antar muka melengkung, keseimbangan mekanika menunjukkkan bahwa ada
perbedaan tekanan pada permukaan itu, dan tekanannya lebih tinggi pada bagian yang
cekung. Ini dilukiskan pada gambar 2.4, pada gambar 2.4a meningkatnya tekanan pada
bagian dalam suatu silinder zat cair diimbangi dengan dua gaya tegangan muka.
Dalam perhitungan ini tidak memperhitungan berat zat cair tersebut. Pada gambar 2.4b,
bertambahnya tekanan dibagian dalam suatu cincin gaya tegangan muka
Kita dapat memakai hasil ini untuk meramalkan kenaikan tekanan di dalam suatu
gelembung sabun yang mempunyai dua antar muka dengan udara, satu disebelah dalam
dan satunya lagi disebelah luar, dengan radius R yang hampir sama.
Gambar 2.4c menunjukkan keadaan umum, berupa suatu antar muka yang
kelengkungannya sembarang, dengan jari kelengkungan R1 dan R2. Kesetimbangan gaya
arah tegak lurus permukaan itu akan menunjukkan bahwa kenaikan tekanan pada bagian
cekung adalah;
14
Gambar 2.4 : Perubahan tekanan melintasi antar muka lengkung karena tegangan
muka;
(a) bagian dalam suatu zat cair, (b) bagian dalam suatu permukaan bulat,
(c) antar muka lengkung yang umum
Efek permukaan penting yang kedua ialah sudut kontak yang terjadi bila suatu antar
muka zat cair berpotongan dengan permukaan yang padat, seperti pada gambar 2.5.
Keseimbangan gaya dalam hal ini menyangkut dan . Jika sudut kontak kurang dari
90
0
, kita katakan zat cair membasahi permukaan zat padat, kalau > 90
0
, kita katakan
bahwa zat cair tak membasahi. Misalnya air membasahi sabun tapi tidak membasahi lilin.
Air sangat membasahi permukaan kaca yang bersih, dengan 0
0

Gambar 2.5 : Pengarus sudut kontak pada antar muka zat cair-igas-izat padat. Jika <
90
0
, zat cair membasahi zat padat; jika > 90
0
, zat cair tak
membasahi

15
4. TEKANAN UAP (VAPOR PRESSURE)
Tekanan uap ialah tekanan pada waktu suatu zat cair mendidih dan dalam
keseimbangan dengan uapnya sendiri. Misalnya, tekanan uap air pada 68
0
F adalah 49
lbf/ft
2
, sedangkan tekanan uap raksa hanya 0,0035 lbf/ft
2
. Jika tekanan zat cair lebih besar
dari tekanan uap, pertukaran antara zat cair dan uap hanya terjadi dalam
penguapan pada antar mukanya. Tetapi jika tekanan zat cair itu menjadi lebih rendah
daripada tekanan uapnya, gelembung-gelembung uap mulai muncul di dalam zat cair
tersebut. Jika air dipanaskan sampai 212
0
F, tekanan uapnya naik sampai 2116 lbf/ft
2
sehingga pada tekanan atmosfir normal air itu akan mendidih. Jika tekanan zat cair turun
dibawah tekanan uapnya, karena suatu gejala aliran, prosses tersebut dinamakan
peronggaan atau kavitasi. Jika air dipercepat dari keadaan diam sampai kecepatannya
50 ft/s, tekanannya turun sebesar 15 lbf/in
2
atau 1 atm. Ini dapat menyebabkan
peronggaan.
Parameter tak berdimensi yang memberikan pendidihan yang disebabkan oleh aliran
adalah bilangan peronggaan
Dimana; pa = tekanan sekitar
Pv = tekanan uap
V = kecepatan aliran karakteristik
Suatu aliran mempunyai nilai kritis Ca yang tergantung pada geometrinya, dibawah nilai
parameter kritis aliran tersebut akan mulai mengalami peronggaan. Nilai tegangan muka
dan tekanan uap air diberikan pada tabel berikut ini;
16
Tabel 2.2 : Tegangan Muka Udara dan Tekanan Uap air Murni

PERBEDAAN TEKANAN
Perbedaan tekanan antara dua titik manapun pada ketinggian yang berbeda dalam suatu
cairan diberikan oleh;
Dimana, g = satuan berat cairan (N/m
3
) dan h
2
- h
1
= Perbedaan ketinggian (m)
Jika titik 1 berada dipermukaan bebas cairan dan h positif kearah bawah, persamaan di
atas menjadi;
Variasi tekanan dalam suatu fluida kompressibel biasanya sangat kecil akibat berat
satuan dan perbedaan ketinggian yang kecil yang dipertimbangkan dalam perhitungan-
perhitungan hidraulik. Bilamana perbedaan seperti itu harus diperhitungkan untuk
perubahan dh yang kecil, hukum variasi tekanan dapat dituliskan
17

Tanda negatif menunjukkan bahwa tekanan berkurang bersama dengan bertambahnya
ketinggian, dengan h positif ke atas.
5. BERAT JENIS
gravitasi standar (g = 32,174 ft/s
2
= 9,80 kN/s
2
), air pada temperature 60
0
F
memiliki berat jenis 62,4 lb/ft
3
dan 9,80 kN/m
3
. Lihat lampiran
Berat jenis dari sebuah fluida merupakan berat fluida per satuan volume. Berat jenis
berhubungan dengan kerapatan melalui persamaan;
= g ................................................. (2-15)
Seperti halnya kerapatan yang digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah
system fluida, berat jenis digunakan mengkarakteristikkan berat dari system tersebut.
Dalam system BG, mempunyai satuan lb/ft
3
dan satuan SI adalah N/m
3
. Dibawah
kondisi
6. GRAVITASI JENIS
Gravitasi jenis sebuah fluida, dilambangkan sebagai SG, didefenisikan sebagai
perbandingan kerapatan fluida tersebut dengan kerapatan air pada sebuah temperature
tertentu. Biasanya temperature tersebut adalah 4
0
C (39,2
0
F) dan pada temperature ini
kerapatan air adalah 1,94 slugs/ft
3
atau 1000 kg/m
3
. Dalam bentuk persamaan, gravitasi
jenis dinyatakan sebagai
Dan karena gravitasi jenis adalah perbandinagan kerapatan, nilai SG tidak tergantung
pada system satuan yang digunakan.
Jelas bahwa kerapatan, berat jenis dan gravitasi jenis semuanya saling berhubungan, dan
jika diketahui salah satu dari ketiganya, yang lain dapat dihitung.
18
III. DIMENSI DAN SATUAN
Dimensi ialah ukuran untuk menyatakan variabel fisika secara kuantitatif. Satuan ialah
suatu cara khusus untuk mengaitkan sebuah bilangan dengan dimensi kuantitatif. Jadi
panjang adalah dimensi yang dikaitkan dengan variabel-variabel senantiasa berbeda-beda
dari satu negara ke negara lain, yang umum digunakan Sistem Satuan Internasional (SI)
atau Grafitasi Inggris (BG).
Dalam mekanika fluida ada empat dimensi pokok, semua dimensi lainnya dapat diturunkan
dari keempat dimensi pokok ini. Dimensi-dimensi pokok ialah massa, panjang, waktu dan
suhu. Dimensi ini dan satuannya dalam kedua system tersebut diatas, disajikan dalam table
berikut;
Tabel 2.3 : Dimensi-dimensi Pokok dalam Sistem SI dan BG
Semua variabel lain dalam mekanika fluida dapat dinyatakan dalam, M, L, T, ; misalnya
percepatan mempunyai dimensi (LT-
2
). Yang paling penting dari Dimensi turunan ialah
dimensi gaya, yang terkait langsung dengan massa, panjang dan waktu oleh hukum Newton
kedua.

19
Tabel 2.4 : Dimensi Turunan dalam Mekanika Fluida
IV. DASAR-DASAR ANALISIS ALIRAN
Ada tiga cara dasar untuk menyelesaikan soal aliran fluida. Ketiga cara itu sama pentingnya
bagi mahasiswa yang sedang mempelajari hal tersebut yaitu :
1. Metode volume kendali atau analisis integral
2. Metode system ananta-kecil atau analisis differensial
3. Metode telaah eksperimental atau analisis dimensional
Bagaimanapun aliran tersebut harus memenuhi ketiga hukum dasar dalam mekanika
ditambah hubungan keadaan termodinamika serta syarat-syarat batas yang bersangkutan :
1. Kekekalan Massa
2. Kekekalan Momentum (linier), Hukum Newton kedua
3. Kekekalan energy (hukum pertama termodinamika)
4. Suatu hubungan keadaan seperti = (p,T)
5. Syarat-syarat batas yang sesuai pada permukaan zat padat, antar muka, lubang
masuk dan lubang keluar.
20
POLA-POLA ALIRAN
Ada empat type dasar pola garis aliran yang dipakai untuk menggambarkan aliran :
1. Garis alir (Stream lines) ; garis yang dimana-mana menyinggung vector kecepatan pada
suatu saat tertentu.
2. Garis lintas (Path lines) ; lintasan yang sesungguhnya yang ditempuh partikel fluida
tertentu
3. Garis alur (Streak lines) ; lokus atau tempat kedudukan partikel-partikel yang
sebelumnya melalui suatu titik yang ditetapkan
4. Garis waktu (Time lines) ; himpunan partikel fluida yang pada suatu saat tertentu
membentuk garis

Gambar 2.6 : Garis pola aliran fluida; (a) gris-garis alir dimana-mana menyinggung
vector kecepatan local, (b) sebuah tabung alir dibentuk oleh sekumpulan garis
alir yang tertutup
Garis alir mudah ditentukan secara matematika namun ketiga garis lainnya mudah
ditimbulkan pada saat eksperimen. Garis alir dan garis waktu adalah garis sesaais lintast
sedang gar dan garis alur terjadi dengan perjalanan waktu. Pada aliran tunak (steady flow),
garis alir, garis lintas dan garis alur adalah identik seperti yang diperlihatkan pada gambar
di atas
21
Meskipun aliran dapat diklasifikasikan, namun tidak ada kesepakatan tentang bagaimana cara
melakukan pemilahan tersebut. Kebanyakan klasifikasi bersangkutan dengan asumsi-asumsi
yang mendasari analisis aliran yang direncanakan. Asumsi-asumsi itu berpasangan, dan pada
umumnya kita mengandalkan bahwa suatu aliran:
22
CONTOH SOAL:
2.1. Berat jenis air pada tekanan dan temperatur normal adalah 62.4 lb/ft
3
(9.81 kN/m
3
). Berat
jenis air raksa adalah 13.55. Hitung kerapatan dari air dan berat jenis serta kerapatan
pada
air raksa.
Penyelesaian:
Diketahui kerapatan dan berat jenis dari fluida sebagai berikut:
Dan berat jenis dari cairan adalah perbandingan dari kerapatan air murni pada suhu
normal, dapat dihitung dengan :

2.2. Jarak antara dua pelat yang sejajar 1.5 cm bagian tersebut dipisahkan dengan minyak
dengan kekentalan 0.05 kg/ms. Ukuran pelat yang berbentuk persegi panjang
tersebut 30 x 60 cm ditarik melalui minyak 0.5 cm dari satu pelat dan 1.00 cm dari pelat
yang lain. Berapa gaya yang dibutuhkan untuk menarik pelat tersebut di 0.40 m/s?
23
Penyelesaian:
total gaya yang mengatasi pergeseran kekentalan pada kedua permukaan pelat atas dan
pelat bawah digambarkan sebagai berikut. Dengan demikian,
Ftotal = Fatas + Fbawah
= (tekanan tegangan geser atas)(Luasan)+(tekanan tegangan geser)(Luasan)
= (0.050)(0.40/0.005)(0.180)+(0.050)(0.40/0.010)(0.180)
= 0.72 + 0.36
= 1.08 N
2.3. Tentukan secara teoritis tinggi maksimum dari air 1500F yang dapat dinaikkan
dengan
sebuah ruang hampa udara pada kedalaman laut
Penyelesaian :
Ketinggian dari kolom zat cair yang menghasilkan tekanan di jangka waktu tinggi
tekanan
berat jenis pada air 1500F adalah 61.2 lbs/ft3. Di bawah ruang hampa udara sempurna air
akan naik setinggi.
tinggi tekanan pada air 150
0
F adalah
oleh karena itu tinggi maksimum pada air akan naik sebesar;
h
max
= 34.59 8.56 = 26.04 ft
2.4. Temukan rumus untuk koefisien kompresi pada temperatur tetap dari gas ideal
Penyelesaian :
koefisien kompresi , didefinisikan dengan
Untuk gas ideal
24
2.5.Pada diameter berapakah tetesan air 20
0
C dapat memiliki tekanan dalam 1.0 kPa yang
lebih besar dari tekanan luarnya?
Penyelesaian :
Hubungan dasar :
Dimana
Oleh karena itu
C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan sifat dan aliran
fluida pada zat cair khususnya yang digunakan di kapal, dan diberikan penilaian
berdasarkan kejelasan uraian dengan kriteria penilaian adalah keterlibatan dan keaktifan
dalam diskusi.
25
TUGAS LATIHAN
Kerjakanlah tugas dibawah ini, diskusikanlah sifat dan aliran fluida pada tugas yang telah
diselesaikan .
2.1. Berikut ini soal benar salah: (a) Fluida tidak dapat menahan tegangan geser (b) Aliran
fluida dapat dianalisis tanpa teori molekul (c) Zat padat dan fluida sama-sama
memenuhi hukum-hukum fisika (d) Aspal adalah suatu zat padat (e) Campuran kukus
dan air adalah suatu fluida
2.2. Yang mana diantara hukum-hukum fisika berikut ini yang sesuai untuk menganalisis
gerak fluida: (a) Hukum Boyle (b) hukum Charles (c) hukum Newton kedua (d) hukum
Ohm (e) hukum pertama Termodinamika (f) hukum Hooke (g) hukum kedua
Termodinamika, (h) hukum gas sempurna, (i) hukum Gibbs-Dalton ?
2.3. Berat jenis atau gravitasi spesifik BJ suatu gas adalah nisbah tak berdimensi antara
rapatnya dan rapat udara pada keadaan standar 20
0
C dan 1 atm. Berapah berat jenis
hydrogen pada 100
0
C dan 150.000 Pa ?
2.4. ekentalan minyak pelumas SAE 30 pada 20 0C kira-ikira 0,0092 slug/(ft.s).
Berapakah kekentalannya dalam kilogram per meter sekon? Kalau berat jenisnya 57
lbf/ft3, berapakah kekentalan kinematiknya dalam meter persegi per sekon ?
2.5. Daya kuda adalah suatu daya yang sama dengan 550 ft.lbf/s. Berapa kilowattjam tenaga
yang dipakai oleh motor 25 Hp yang bekerja selama 12 jam ?
2.6. Andaikan bahwa suatu zarah bergerak melingkari titik asal dengan jari-jari 2 m dan
kecepatan vr = 0, v = 3 m/s. Berapa percepatan radial dan percepatan singgungnya
pada saat zarah tersebut melalui titik (x,y) = 0,2 m ?
2.7. Perkirakanlah seberapa banyak berkurangnya rapat air dari nilainya pada 1 atm, kalau
tekanannya diturunkan sampai nol ?
2.8. Minyak SAE 10 pada suhu 20
0
C mengalami geseran di antara dua lempeng sejajar
yang jaraknya 0,01 inci. Lempeng yang dibawah tetap letaknya, sedang lempeng yang
diatas bergerak dengan kecepatan 15 ft/s. Hitunglah tegangan geser dalam minyak itu ?
2.9. Sebatang poros yang garis tengahnya 8 cm didorong melalui selongsong yang garis
tengahnya 8,02 cm dan panjangnya 30 cm. Sela antaraporos dan selongsongnya itu,
yang diandaikan seragam, diisi dengan minyak dengan = 0,005 m2/s dan BJ= 0,9.
26
Kalau poros itu bergerak pada arah aksial dengan kecepatan 0,5 m/s, perkirakanlah
gaya hambatan yang diberikan oleh minyak itu pada poros tersebut ?
2.10. Suatu gelembung sabun yang garis tengahnya 1 inci mempunyai tekanan 0,004 lbf/in
2
lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Hitunglah tegangan muka antarmuka sabun- udara
dalam pound gaya per ft ?
2.11. Suatu medan kecepatan tunak dwi-dimensi mempunyai persamaan u = x(1+2t), v = y
Carilah persamaan garis alir yang merupakan fungsi waktu, yang semuanya melalui
titik (x0, y0) pada suatu saat t . Gambarlah beberapa garis alir itu?
DAFTAR PUSTAKA
1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-iHill, New York
2. U S Departmen of Energy, 1992, Doe Fundamental handbook, Thermodinamics, Heat
transfer and Fluid Flow, Volume 3, Washington DC
3. Ranald V Giles, 1984, Mekanika Fluida dan Hidrolika, Erlangga, Jakarta
4. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York
27
BAB III
DISTRIBUSI TEKANAN DALAM ALIRAN
FLUIDA
A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang Distribusi tekanan dalam fluida
Materi ini menjelaskan tekanan dan gradien tekanan, distribusi tekanan hidrostatik, gaya
hidrostatik pada bidang datar dan lengkung serta pada fluida berlapis, penerapan dalam
manometri, apungan dan keseimbangan pada fluida bergerak atau diam dan akibat yang
ditimbulkan fluida tersebut pada lingkungannya. Penguasaan materi ini akan membantu
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pada matakuliah lanjutan seperti Disain kapal
I,
Tahanan dan Propulsi kapal sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-
masalah
Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan
dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning.
Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu mengaktualisasikan dengan
contoh dan mengukur tekanan. Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah dibarengi dengan
diskusi, serta diberi tugas mandiri di mana sebagai pendahuluan mahasiswa perlu dijelaskan
materi pembelajaran tentang distribusi tekanan dalam fluida agar sasaran pembelajaran
secara keseluruhan tercapai setelah mempelajari matakuliah ini.

B. MATERI PEMBELAJARAN
Pada gambar 2.1 dan 2.2 nampak bahwa suatu fluida dalam keadaan diam tidak mampu
menahan tegangan geser sehingga lingkaran mohr tereduksi menjadi titik. Dengan kata lain
tegangan normal pada setiap bidang yang melalui unsur fluida yang diam mempunyai nilai
unik, yang disebut tekanan fluida p. Tekanan p berdasarkan perjanjian nilainya positif jika
tegangan normal tersebut menekan. Ini merupakan konsep yang penting, sehingga kita akan
meninjaunya lagi dengan pendekatan yang lain.
28

Gambar 3.1 : Keseimbangan sebuah baji kecil yang diam
Gambar diatas memperlihatkan sebuah baji fluida yang sisinya kecil dalam keadaan
diam, yang berukuran x, z dan s, dan tebalnya b ke dalam kertas. Menurut defenisi tidak
ada geseran, tetapi kita mempostulatkan bahwa tekanan px,, pz dan pn pada setiap sisi baji
dapat berbeda. Berat unsur juga penting. Karena tidak ada percepatan maka penjumlahan
gaya pada arah x dan z harus menghasilkan nol.
Tetapi geometri baji itu sedemikian rupa sehingga;

Persamaan ini melukiskan dua azas penting yang berlaku pada kondisi hidrostatik atau tanpa
geseran :
1. Tidak ada perubahan tekanan pada arah mendatar
29
2. Ada perubahan tekanan pada arah vertikal yang sebanding dengan rapat, percepatan
gravitasi dan perubahan kedalaman.
Jika unsur fluida berbentuk baji menyusut menjadi suatu titik z 0 dengan tetap
menjaga sudut maka persamaan (2-3) menjadi;
Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa tekanan disebuah titik pada fluida yang diam
atau bergerak tidak tergantung pada arahnya sepanjang tidak terdapat tegangan-tegangan
geser. Hasil yang penting ini dikenal sebagai hukum Pascal.
I. DISTRIBUSI TEKANAN HIDROSTATIK
Untuk fluida dalam keadaan diam a = 0 dan 2V = 0 sehingga persamaan;
atau dalam bentuk komponen ;
Persamaan-persamaan ini menunjukkan bahwa tekanan tidak tergantung pada x dan y.
Jadi selagi kita bergerak dari titik ke titik pada bidang datar (setiap bidang yang sejajar
dengan bidang x dan y) tekanan tidak berubah. Karena p tergantung hanya pada z
sehingga dapat ditulis sebagai persamaan differansial biasa.
Persamaan (3-6) adalah persamaan dasar untuk fluida diam dan dapat digunakan untuk
menentukan bagaimana tekanan berubah menurut ketinggian. Persamaan ini merupakan
syarat hidrostatik, yang menunjukkan bahwa gradien tekanan pada arah tegak adalah
negatif, artinya tekanan berkurang selagi kita bergerak keatas dalam sebuah fluida diam.
Persamaan tersebut berlaku untuk fluida-fluida berat jenis konstan seperti, zat cair
maupun fluida-fluida yang berat jenisnya dapat berubah karena ketinggian, seperti udara
maupun gas-gas lainnya.
30
Untuk zat cair atau gas yang diam, gradien tekanan dalam arah tegak pada setiap titik
dalam fluida tergantung hanya pada berat jenis dari fluida pada titik tersebut.
1. FLUIDA TAK MAMPU- MAMPAT (INCOMPRESSIBLE FLUID)
Karena berat jenis sama dengan perkalian dari kerapatan fluida dan percepatan
gravitasi ( = g), maka perubahan pada disebabkan oleh perubahan atau g.
Untuk kebanyakan aplikasi teknik, variasi g dapat diabaikan, jadi pertimbangan
utama kita adalah terhadap variasi kerapatan fluida yang mungkin terjadi. Untuk zat
cair variasi kerapatan biasanya diabaikan, bahkan untuk perbedaan jarak vertikal yang
besar, sehingga asumsi berat jenis konstan ketika menangani zat cair adalah asumsi
yang baik. Untuk itu persamaan (2-6) dapat secara langsung diintegralkan.

Dimana p
1
dan p
2
adalah tekanan pada ketinggian Z
1
dan Z2

seperti yang
diilustrasikan pada gambar 3.2.

P2
z h = z2 z1

Z2

Gambar 3.2 : Notasi untuk variasi tekanan dalam fluida diam dengan permukaan
bebas
31
Persamaan (3-7) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih ringkas;
Dimana h adalah jarak Z
1
dan Z
2
, yang merupakan kedalaman fluida yang diukur kebawah
dari lokasi p2. Jenis distribusi tekanan ini disebut distribusi hidrostatik. Persamaan (3-8)
menunjukkan bahwa dalam fluida tak mampu mampat (incompressible) yang diam,
tekanan berubah secara linier terhadap kedalaman. Tekanan pasti meningkat untuk
menyangga fluida diatasnya. Dapat diamati pula dari persamaan (3-8) bahwa perbedaan
tekanan antara dua titik dapat ditentukan dengan jarak h karena;

Dalam hal ini h disebut head tekanan yang diinterprestasikan sebagai ketinggian kolom
fluida yang akan memberikan perbedaan tekanan yang ditentukan.
Gambar 3.3 : Distribusi tekanan hidrostatik dalam sebuah bejana dengan bentuk
sembarang.
Ketika seorang bekerja menggunakan zat cair sering terdapat permukaan bebas, seperti
yang diilustrasikan pada gambar 3.2 dan akan memudahkan jika menggunakan
permukaan ini sebagai bidang acuan. Tekanan acuan p0 akan bersesuaian dengan tekanan
Yang bekerja pada permukaan bebas (yang seringkali berupa tekanan atmosfir). Jika
32
persamaan (3-8) kita jadikan p
2
= p
0
maka tekanan p pada suatu kedalaman h dibawah
permukaan bebas diberikan oleh persamaan:
Seperti yang ditunjukkan oleh persamaan (3-8) dan (3-9), tekanan dalam fluida diam
yang homogen, tak mampu mampat tergantung pada kedalaman fluida relatif terhadap
suatu bidang acuan, dan tidak dipengaruhi oleh ukuran atau bentuk dari tangki dimana
fluida ditampung.
2. FLUIDA MAMPU-MAMPAT (COMPRESSIBLE FLUID)
Kita biasanya menganggap gas-gas seperti udara, oksigen dan nitrogen sebagai fluida
mampu mampat (compressible fluid), karena kerapatan gas dapat berubah secara berarti
dengan perubahan-perubahan tekanan dan temperatur. Karena berat jenis gas-gas sangat
kecil, maka dari persamaan (3-6) didapatkan bahwa gradien tekanan pada arah vertikal
juga kecil, dan bahkan untuk jarak beberapa ratus ft, tekanan pada dasarnya tetap konstan
untuk sebuah gas.
Untuk situasi dimana variasi ketinggian cukup besar dalam orde ribuan ft, perlu
diperhatikan variasi berat jenis. Seperti pada Bab II, persamaan keadaan dari suatu gas
ideal (gas sempurna) adalah:
Hubungan ini dapat dikombinasikan dengan persamaan (3-6) menjadi

Dan dengan memisahkan variabel diperoleh
Dimana g dan R diasumsikan konstan sepanjang perubahan ketinggian dari z
1

sampai z2. Meskipun percepatan gravitasi g memang berubah menurut ketinggian,
perubahannya sangat kecil (lihat tabel C1 dan C2 pada lampiran).
Sebelum menyelesaikan pengintegralan, kita harus menentukan dulu sifat variasi
temperatur terhadap ketinggian. Misalnya jika kita asumsikan bahwa temperatur
33
memiliki nilai konstan T
0
sepanjang kisaran z
1
dan z
2
(kondisi isotermal) maka dari
persamaan (2-10) diperoleh
Persamaan ini memberikan hubungan tekanan-ketinggian yang diinginkan oleh
sebuah lapisan isotermal. Untuk kondisi yang tidak isotermal, prosudure yang serupa
dapat diikuti jika hubungan temperatur-ketinggian diketahui.
Jika berat jenis sebuah fluida berubah cukup besar ketika kita bergerak dari titik ke
titik, maka tekanan tidak lagi berubah secara langsung terhadap kedalaman.
II. PENERAPAN DALAM MANOMETRI
Dari persamaan hidrostatik (3-7) perubahan ketinggian (z
2
- z
1
) suatu zat cair setara
dengan perubahan tekanan (p2 p1)/g. Jadi teknik standar untuk mengukur
melibatkan penggunaan kolom cairan dalam tabung-tabung tegak atau miring.
Peralatan pengukur tekanan yang menggunakan teknik ini disebut manometer.
Barometer air raksa adalah sebuah contoh manometer, namun masih banyak
konfigurasi lain yang mungkin, tergantung pada penerapan tertentu. Tiga jenis
manometer yang umum adalah tabung piezometer, manometer tabung U, dan
monometer tabung miring.
1. TABUNG PIEZOMETER
Tabung yang paling sederhana dari manometer terdiri dari sebuah tabung tegak
yang terbuka bagian atasnya dan dihubungkan dengan bejana dimana tekanan ingin
diketahui, seperti diilustrasikan pada gambar 3.4. Karena manometer melibatkan
kolom fluida dalam keadaan diam, persamaan dasar yang menggambarkan
penggunaannya adalah persamaan (3-9) yang memberikan tekanan pada suatu
ketinggian dalam fluida yang homogen dalam suku-suku tekanan acuan p0 dan jarak
vertikal h antara p dan p
0
. Perlu diingat bahwa di dalam fluida diam, tekanan akan
meningkat jika kita bergerak kebawah dan akan berkurang jika kita bergerak ke atas
34

Gambar 3.4 : Tabung Piezometer
pengukuran h1 melalui hubungan
Perlu dicatat bahwa karena tabung terbuka pada bagian atas, tekanan po dapat
ditetapkan sama dengan nol. Karena titik (1) dan titik A di dalam bejana berada pada
ketinggian yang sama, pA = p1. Alat ini hanya cocok digunakan sebaliknya akan ada
hisapan kedalam sistem, dan tekanan yang akan diukur harus relatif kecil sehingga
ketinggian kolom yang dibutuhkan cukup masuk akal.
2. MANOMETER TABUNG U
Fluida yang berada dalam manometer disebut fluida pengukur. Untuk
menentukan tekanan p
A
yang dinyatakan dalam berbagai ketinggian kolom, kita
mulai pada sebuah ujung dari sistem dan terus menelusurinya sampai ke ujung yang
lainnya sambil menggunakan persamaan (3-9). Jadi, untuk manometer tabung-iU
yang ditunjukkan pada gambar 2.5, kita akan mulai dari titik A dan menelusurinya
sampai keujung terbuka. Tekanan pada titik A dan (1) sama dan dengan kita
bergerak dari titik (1) ke (2) tekanan akan meningkat sebasar
1
h
1
. Tekanan pada
titik (2) sama dengan tekanan pada titik (3), karena tekanan pada ketinggian yang
sama dalam suatu massa fluida diam yang kontinu pasti sama. Dengan diketahuinya
tekanan pada titik (3), sekarang kita dapat berpindah ke ujung terbuka dimana
tekanannya adalah nol. Dengan kita bergerak vertikal keatas, tekanan berkurang
35
sebesar
2
h
2
. Dalam bentuk persamaan berbagai langkah ini dapat dinyatakan
sebagai
pA + 1h1 - 2h2 = 0
dan oleh karena itu tekanan pA dapat dinyatakan dalam ketinggian kolom-kolom
sebagai
p
A
=
2
h
2
-
1
h
1
....................... (3-12)


Gambar 3.5 : Manometer tabung U sederhana
Kelebihan utama Manometer tabung-U didasari kenyataan bahwa fluida
pengukur dapat berbeda dari fluida dalam bejana dimana tekanan akan ditentukan.
Kontribusi dari kolom gas di dalam manometer biasanya diabaikan karena berat gas
sangat kecil.
Manometer tabung U juga banyak dipakai untuk mengukur perbedaan tekanan
antara dua bejana atau dua titik dalam sebuah sistem. Tinjaulah sebuah manometer
yang dihubungkan antara bejana A dan B seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6.
Perbedaan tekanan antara A dan B dapat ditentukan dengan kembali memulai pada
satu ujung dari sistem dan menelusurinya sampai keujung yang lain. Sebagai contoh,
di A tekanannya adalah pA, yang sama dengan p1 dan dengan kita bergerak ke titik (2)
tekanan meningkat sebesar
1
h
1
, tekanan pada p
2
sama dengan p
3
, dan dengan kita
bergerak keatas menuju titik (4) tekanan berkurang sebesar
2
h
2
. Sama halnya,
dengan kita terus bergerak ke atas dari titik (4) ke (5) tekanan berkurang sebesar
3
h
3
.
Akhirnya p
5
= p
B
karena kedua titik berada pada ketinggian yang sama. Jadi;
36
dan perbedaan tekanan adalah


Gambar 3.6 : Manometer tabung U differensial
3. MANOMETER TABUNG MIRING
Untuk mengukur perubahan tekanan yang kecil, sejenis manometer yang
ditunjukkan pada gambar 3.7 sering digunakan. Satu ft manometer dimiringkan pada
sudut , dan bacaan l
2
diukur sepanjang tabung miring. Perbedaan tekanan p
A
- p
B

dapat dinyatakan sebagai;
atau

Manometer tabung miring sering digunakan untuk mengukur perbedaan perbedaan
kecil pada tekanan gas, sehingga pipa-ipipa A dan B berisi gas dan



Gambar 3.7 : Manometer tabung miring
37
III. GAYA HIDROSTATIK PADA SEBUAH BIDANG
Ketika sebuah permukaan tenggelam dalam sebuah fluida, gaya gaya akan bekerja
pada permukaan fluida tersebut. Penentuan gaya gaya adalah hal yang sangat penting
dalam perencanaan tangki tangki penyimpanan, kapal laut, bendungan dan struktur
struktur hidrolik lainnya. Pada fluida diam telah kita ketahui bahwa gaya gaya yang
tersebut pasti tegak lurus terhadap permukaan karena tidak adanya tegangan tegangan
geser. Kita juga tahu bahwa tekanan akan berubah secara linier menurut kedalaman jika
fluidanya tak mampu mampat. Pada sebuah permukaan datar, seperti dasar dari sebuah
tangki yang terisi suatu cairan ( gambar 3.8 ), besarnya gaya resultan adalah F
R
= pA,
dimana p adalah tekanan seragam pada permukaan dasar dan A adalah luas dasar tangki,
untuk tangki terbuka seperti yang ditujukkan, p = h. Perlu diperhatikan bahwa bila
tekanan atmosfer bekerja pada kedua belah sisi permukaan dasar tangki, seperti yang
diilustrasikan, maka gaya resultan pada dasar tersebut hanya disebabkan oleh cairan didalam
tangki. Karena tekanan konstan dan terdistribusi seragam diseluruh permukaan dasar, maka
gaya resultan tersebut bekerja melalui pusat massa ( centroid ) dari bidang permukaan
tersebut seperti yang ditunjukkan Gambar 3.8.
Untuk kasus yang lebih umum dimana permukaan datar yang tenggelam dalam keadaan
miring, seperti yang dilustrasikan pada Gambar 3.9, penentuan gaya resultan yang beklerja
pada pada permukaan lebih sedikit rumit. Untuk sementara ini kita akan mengasumsikan
bahwa permukaan fluida terpapar ke atmosfer. Misalkan bahwa bidang datar yang memuat
permukaan tersebut berpotongan dengan permukaan bebas pada 0 dan membuat sudut
dengan permukaan ini seperti pada Gambar 3.9. Sistem koordinasi x-y didefinisikan
sedemikian hingga O adalah titik asal dan y diarahkan sepanjang permukaan seperti yang
ditunjukkan. Kita ingin menentukan arah, tempat dan besarnya gaya resultan yang bekerja
pada satu sisi permukaan ini karena cairan yang bersentuhan dengan luasan permukaan
tersebut. Pada suatu kedalaman h gaya yang bekerja pada luas dA ( luas differensial dari
Gambar 3.9 ) adalah dF = hdA dan tegak lurus terhadap permukaan. Jadi besarnya gaya
38
resultan dapat ditentukan dengan mdenjumlahkan gaya gaya differensial ini, yang meliputi
seluruh permukaan bidang. Dalam bentuk persamaan :



Gambar 3.8 : Tekanan dan gaya hidrostatik resultan yang timbul pada permukaan dasar
sebuah tangki terbuka.

Gambar 3.9 : Notasi untuk gaya hidrostatik pada permukaan bidang miring berbentuk
sembarang.
39
Dimana h = y Untuk dan yang konstan
Integral yang terdapat pada persamaan 3.9 adalah momen pertama dari luas bidang terhadap
sumbu x, jadi kita dapat menuliskan
Dimana yc adalah koordinasi y dari pusat massa yang diukur dari sumbu x yang melalui
0. Jadi, persamaan 2-9 dapat ditulis sebagai
Atau lebih sederhananya sebagai
Dimana h
c
adalah jarak vertikal dari permukaan fluida ke pusat massa bidang. Perlu
diperhatikan bahwa besarnya gaya tidak tergantung pada sudut dan tergantung hanya pada
berat jenis fluida. Luas total bidang dan kedalaman dari pusat massa bidang dibawah
permukaan fluida. Akibatnya, persamaan 3-18 mengindikasikan bahwa besarnya gaya
resultan sama dengan tekanan pada pusat massa bidang dikalikan dengan luas total bidang.
Karena seluruh gaya diferensial yang dijumlahkan untuk mendapatkan F
R
tegak lurus
terhadap permukaan bidang, maka gaya resultan F
R
pasti juga tegak lurus terhadap
permukaan tersebut.
Walaupun intuisi kita mungkin mengatakan bahwa gaya resultan seharusnya melewati
pusat massa bidang, hal sesungguhnya tidak demikian. Koordinat y,yR dari gaya resultan
dapat ditentukan dengan penjumlahan momen terhadap sumbu x. Artinya, momen dari
gaya resultan harus sama dengan momen dari gaya tekan yang terdistribusi, atau
40
integral dalam pembilang disebut momen kedua dari luas bidang ( momen inersia ), I
x

terhadap sumbu x yang terbentuk oleh perpotongan bidang yang memuat permukaan
dengan permukaan bebas ( sumbu x ). Jadi kita dapat menuliskan
sekarang kita dapat mengunakan teorema sumbu sejajar untuk menyatakan I
x
sebagai
Diamana Ixc adalah momen kedua dari luas bidang terhadap sebuah sumbu yang melewati
pusat massanya dan sejajar dengan sumbu x. jadi
persamaan 3.19 menunjukkan dengan jelas bahwa gaya resultan tidak melewati pusat massa
namun selalu di bawahnya, karena I
xc
/y
c
A>0.
Koordinat x,x
R
dari gaya resultan dapat ditentukan melalui cara yang sama dengan
menjumlahkan momen terhadap sumbu-iy. jadi
Dan oleh karena itu

dimana I
xy
adalah produk inersia terhadap sumbu sumbu x dan y. kembali lagi dengan
menggunakan teorema sumbu sejajar
1
kita dapat menuliskan
Dimana I
xyc
adalah produk inersia terhadap sebuah sistem koordinat ortogonal yang
melewati pusat massa dari bidang dan dibentuk dengan suatu translasi sistem koordinat x
41
y. Jika bidang yang tenggelam simetris terhadap sebuah sumbu yang melewati pusat massa
dan sejajar terhadap salah satu sumbu x atau y, maka gaya resultan pasti terletak sepanjang
garis x = x
c
, karena dalam hal ini I
xyc
sama dengan nol. Titik yang dilewati oleh gaya
resultan yang bekerja disebut sebagai pusat tekanan. Perlu diperhatikan dari persamaan 3-
19 dan 3-20 yaitu jika yc meningkat maka pusat tekanan akan berpindah mendekati pusat
massa karena y
c
= h
c
/ sin , jarak y
c
akan meningkat jika kedalaman tenggelam h
c
,
meningkat atau untuk suatu kedalaman, bidangnya diputar sedemikian hingga sudut
berkurang. Koordinat koordinat pusat massa dan momen inersia dari beberapa bidang
yang umum ditunjukkan pada Gambar3.10.
Gambar 3.10 :Sifat-sifat geometric dari beberapa bentuk yang umum.
42
IV. TEKANAN HIDROSTATIK PADA PERMUKAAN LENGKUNG
Persamaan persamaan yang dikembangkan di subbab III untuk besar dan letak gaya
resultan yang bekerja pada permukaan terendam hanya berlaku untuk permukaan bidang
datar. Namun banyak permukaan yang dikaji ( seperti yang berkaitan dengan dam, pipa, dan
tangki ) bukanlah bidang datar. Sebagai pendekatan alternatif, kita akan mempertimbangkan
kesetimbangan volume fluida yang diselubungi oleh permukaan lengkung yang ditinjau dan
proyeksi horizontal dan vertikal dari permukaan ini.
Sebagai contoh, perhatikan bagian lengkung BC dari tangki terbuka yang ditunjukkan
gambar 3.11a. kita ingin mengetahui gaya fluida resultan pada bagian ini, yang mempunyai
panjang satuan tegak lurus terhadap bidang kertas. Pertama kita mengisolasi suatu volume
fluida yang dibatasi oleh permukaan yang ditinjau dalam hal ini bagian BC, permukaan
bidang datar horizontal AB, dan permukaan bidang datar vertikal AC . Diagram benda bebas
dari volume ini seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.11b. Besar dan letak dari gaya F
1
dan F
2
dapat dientukan dari hubungan hubungan pada permukaan datar. Berat, W. dengan
mudah ditentukan dari berat jenis fluida dikalikan dengan volume yang dibatasi tersebut dan
bekerja melewati pusat grafitasi ( CG ) dari massa fluida yang terdapat dalam volume itu.
Gaya gaya F
h
dan Fv mewakili komponen komponen gaya yang diberikan oleh tangki
kepada fluida.
Supaya sistem gaya ini berada dalam keadaan setimbang, komponen horisontal F
h
harus
sama besar dan segaris dengan F
2
, dan komponen vertikal, Fv sama besarnya dan segaris
dengan resultan gaya gaya vertikal F
1
dan W . Hal tersebut disebabkan karena tiga buah
gaya yang bekerja pada massa fluida (F
2
, resultan dari F
1
dan W , dan gaya resultan yang
diberikan tangki kepada massa) harus membentuk sebuah sistem gaya yang bersamaan (
concurrent ). Artinya, dari prinsip prinsip statika, dimengerti bahwa jika sebuah benda
berada dalam keadaan keseimbangan oleh tiga gaya yang tidak sejajar, maka garis garis
kerja gaya tersebut harus berpotongan pada sebuah titik yang sama ( concurrent ) dan
sebidang. Jadi :
Gaya resultan F
R
melewati titik 0 yang dapat ditentukan letaknya dengan menjumlahkan
momen terhadap sebuah sumbu yang tepat. Gaya resultan dari fluida yang bekerja pada
43
permukaan lengkung BC sama dengan dan berlawanan arah dengan gaya yang
diperbolehkan dari diagram benda bebas pada Gambar 3.11 b. Gaya fluida yang dicari
ditunjukkan pada Gambar 3.11 c.

Gambar 3.11 : Gaya hidrostatik pada sebuah permukaan lengkung
V. MENGAPUNG DAN KESTABILAN
1. PRINSIP ARCHIMEDES
Jika sebuah benda diam terendam seluruhnya di dalam sebuah fluida atau mengapung
sedemikian sehingga hanya sebagian saja yang terendam, gaya fluida resultan yang bekerja
pada sebuah benda tersebut dinamakan Gaya Apung (buoyancy force). Sebuah gaya neon
ke arah atas terjadi karena tekanan meningkat dengan kedalaman dan gaya-gaya tekan yang
bekerja dari bawah lebih besar daripada gaya-gaya yang bekerja dari atas. Gaya ini dapat
ditentukan dengan pendekatan yang sama seperti yang digunakan pada bagian sebelumnya
mengenai gaya-gaya pada permukaan lengkung. Tinjaulah sebuah benda berbentuk
sembarang yang memiliki volume, , yang terendam dalam sebuah fluida seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 3.12a. Kita menyelubungi benda tersebut dalam sebuah kotak
tersebut dengan benda telah dipisahkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.12b.
Perhatikan bahwa gaya F
1
, F
2
, F
3
, dan F
4
adalah gaya-igaya yang bekerja pada permukaan-
permukaan bidang dari kotak (untuk kemudahan, gaya-gaya pada arah -x tidak
diperlihatkan), W adalah beart dari volume fluida yang diarsir (kotak dikurangi benda) dan
44
F
B
adalah gaya yang diberikan oleh benda pada fluida. Gaya- gaya pada permukaan
vertikal, seperti F
3
dan F
4
sama besar dan saling menghilangkan jadi persamaan
kesetimbangan yang ditinjau adalah dalam arah -z dan dapat dinyatakan sebagai :
Jika berat jenis dari fluida konstan maka :
Dimana A adalah luas bidang horizontal dari permukaan atas(atau bawah) kotak dan
persamaan 2.21 dapat ditulis sebagai

Dengan menyederhanakan persamaan diatas, kita mendapatkan persamaan untuk gaya
apung :
Dimana adalah berat jenis dari fluida dan adalah volume benda. Arah dari gaya apung
yang merupakan gaya dari fluida terhadap benda berlawanan arah dengan gaya yang
ditunjukkan dalam diagram benda bebas. Oleh karena itu, gaya apung mempunyai besar
yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut dan mengarah vertical
ke atas. Hasil ini sering disebut sebagai prinsip Archimedes untuk menghormati
Archimedes (287-212 SM) seorang ahli mekanik.
45

Gambar 3.12 : Gaya apung pada benda-benda yang terendam dan mengapung.
dan matematika Yunani yang pertama kali mengemukakan gagasan-gagasan dasar yang
berkaitan dengan hidrostatika.
Letak garis kerja dari gaya apung dapat ditentukan dengan menjumlahkan momen gaya-
gaya yang ditunjukkan pada diagram benda bebas pada gambar 3.12b terhadap suatu sumbu
yang memudahkan. Misalnya dengan menjumlahkan momen terhadap sebuah sumbu tegak
lurus terhadap permukaan kertas yang melalui titik D akan kita dapatkan
Dan dengan mensubstitusi berbagai gaya diperoleh
46
dimana v
T
adalah volume total (h
2
- h
1
)A. Ruas kanan persamaan 3-23 adalah momen
pertama dari volume yang dipindahkan terhadap bidang x-z sehingga Y
C
sama dengan
koordinat y dari pusat massa volume v. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa
koordinat x dari gaya apung bertepatan dengan koordinat x dari pusat massa tersebut. Jadi
kita simpulkan bahwa gaya apung melewati pusat massa dari volume yang dipindahkan
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.12c. Titik yang dilalui oleh gaya apung yang
bekerja disebut pusat apung (center of buoyancy).
Hasil yang sama juga berlaku pada benda-benda yang terapung dimana hanya sebagian
saja yang terendam, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.12d, jika berat jenis fluida diatas
permukaan cairan sangat kecil dibandingkan dengan berat cairan dimana benda tersebut
mengapung. Karena fluida diatas permukaan biasanya udara, untuk keperluan-keperluan
praktis kondisi ini terpenuhi.
Dalam penurunan-penurunan perhitungan diatas, fluida diasumsikan memiliki berat jenis
yang konstan, . Jika sebuah benda terendam dalam fluida dimana bervariasi menurut
kedalaman seperti pada fluida yang berlapis besarnya gaya apung tetap sama dengan berat
dari fluida yang dipindahkan. Namun demikian, gaya apung tersebut tidak melewati pusat
massa tetapi akan melewati pusat gravitasi dari volume yang dipindahkan tersebut.
3. KESTABILAN
Satu masalah lain yang menarik dan penting berkaitan dengan benda-benda yang
terendam atau terapung adalah kestabilan bensa-benda tersebut. Sebuah benda dikatakan
berada dalam suatu posisi kesetimbangan yang stabil jika benda tersebut kembali ke posisi
kesetimbangannya ketika diusik. Sebaliknya, benda berada dalam keadaan kesetimbangan
yang tidak stabil jika ketika diusik (meskipun sedikit), benda tersebut bergerak menuju
posisi kesetimbangan baru. Pertimbangan kestabilan sangat penting khususnya bagi benda-
ibenda yang terendam atau terapung karena pusat apung dan pusat gravitasi tidak selalu
bertepatan. Sebuah rotasi kecil dapat menghasilkan kopel yang mungkin mengembalikan
posisi atau yang menggulingkannya. Misalnya untuk benda yang terendam penuh seperti
ditunjukkan gambar 3.13 yang mempunyai pusat gravitasi di bawah pusat apung, suatu rotasi
dari posisi kesetimbangannya akan menghasilkan sebuah kopel pemulih yang
47
dibentuk oleh berat W dan gaya apung F
B
yang akan menyebabkan benda berotasi kembali
ke posisi asalnya. Jadi untuk konfigurasi ini benda tersebut stabil. Perlu dicatat bahwa
selama pusat gravitasi berada di bawah pusat apung, kondisi ini selalu berlaku artinya
benda berada dalam posisi kesetimbangan stabil terhadap rotasi-rotasi kecil. Namun
sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.14 jika pusat gravitasi berada


Gambar 3.13 : Kestabilan dari benda yang terendam penuh pusat gravitasi
dibawah pusat massa
Gambar 3.14 : Kestabilan dari benda yang terendam penuh pusat gravitasi diatas pusat
massa
48
di atas pusat apung, kopel yang terbentuk dari berat dan gaya apung akan menyebabkan
benda terguling dan menuju sebuah kesetimbangan baru. Jadi sebuah benda yang terendam
penuh dengan pusat gravitasi di atas pusat apungnya berada dalam posisi kesetimbangan
tidak stabil.
Untuk benda yang terapung, masalah kestabilan lebih rumit, karena jika benda berotasi,
lokasi dari pusat apungnya (yang melewati pusat massa dari volume yang dipindahkannya),
bisa berubah. Seperti ditunjukkan oleh gambar 3.15 sebuah benda yang terapung seperti
perahu tongkang yang meluncur perlahan di air dapat stabil meskipun pusat gravitasinya
berada di atas pusat apungnya. Hal ini dapat terjadi karena ketika benda berputar, gaya
apung F
B
bergeser melewati pusat massa dari volume yang terdesak yang baru terbentuk dan
seperti yang diilustrasikan pada gambar, gaya apung ini berkombinasi dengan berat W
membentuk sebuah kopel yang akan menyebabkan benda tersebut kembali ke posisi
kesetimbangan semula. Namun untuk benda yang relative tinggi dan kurus seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.16, sebuah rotasi yang kecil dapat menyebabkan gaya apung dan
berat untuk membentuk kopel yang membuat benda terguling seperti yang diilustrasikan.
Jelas dari contoh-contoh yang sederhana ini bahwa penentuan kestabilan dari benda-
benda yang terendam atau terapung dapat menjadi sulit karena analisisnya tergantung pada
kerumitan bentuk dari geometri tertentu dan distribusi berat dari benda tersebut. Masalah
tersebut akan lebih sulit lagi dengan adanya tambahan jenis gaya-gaya yang ditimbulkan
oleh hembusan angin atau arus laut. Pertimbangan kestabilan jelas sangat penting dalam
perancangan kapal laut, kapal selam, bathyscaphes dan seterusnya dan pertimbangan
tersebut memegang peranan penting dalam pekerjaan arsitek perkapalan.


Gambar 3.15 : Kestabilan dari benda yang terapung-konfigurasi stabil
49


Gambar 3.16 : Kestabilan dari benda yang terapung-konfigurasi tidak stabil
CONTOH SOAL:
3.1. Hitung perbedaan tekanan dari kolom-kolom cairan di bawah ini.
Tekanan Yang diketahui P1
Penyelesaian :
Persamaan Dasar hidrostatik
Tidak ada tambahan penyederhanaan yang mungkin dilakukan pada sisi kanan karena
perbedaan kerapatan. Mengingat bahwa kita telah menempatkan cairan tepat dari
50
bagian atas yang paling terang sampai bagian bawah yang berat. Ini hanya konfigurasi
stabil jika kita mencoba melapisinya dengan cara lain cairan akan membalik dan
berusaha mengatur kestabilan.
3.2. Perhitungkanlah bagian silang yang diperlihatkan dibawah lambung dari sebuah tangki
minyak seberat 330,000 ton. Hitung magnituda, arah dan lokasi dari arah gaya resultan
per meter yang diberikan oleh air laut ( =10 kN/m
3
) pada permukaan lengkung AB
(yang berbentuk lingkaran) pada sudut lambung.
Penyelesaian :
Pisahkanlah badan kapal yang bebas dari air ABC.
Komponen horisontal: Dengan melakukan inspeksi , gaya ini memiliki arah tekan ke
kanan:
Pada vertikal komponen: dengan melakukan inspeksi, gaya ini (pada badan bebas)
memiliki arah tekan ke bawah:
51
Dari pusat grafitasi statik ABC yang diketahui bernilai 1.17 m ke kanan dari titik b,
dan mengambil momentum dari gaya pada bodi bebas bernilai nol,
355.5 x e + 4.8 x 1.17 360 x 0.75 = 0;
e = 0.74 m
Resultan gaya air pada AB:
Arah: mengarah ke atas samping kiri, = arctan 355.2/348.8
= 45.5
0
Magnitude :
Lokasi : melalui titik 0.742 m di atas dan 0.74 m ke kanan B. Dikarenakan oleh gaya
tekanan pada elemen dari silinder , walaupun semua perbedaan magnitude, sama
melewati 0, dan dari semua itu membentuk (1.5-0.742)/0.74 = 355.2/348.8, perkiraan
ini ternyata benar ingatlah
3.3. Berapa persen total volume dari sebuah bongkahan es yang mengapung diatas
permukaan air ? asumsikanlah bahwa kepadatan dari es bernilai 57.2 lbm/ft
3
, kerapatan
air 62.4 lbm/ft
3
Penyelesaian:
pada tingkat seimbang, massa dari bongkahan es berada dalam kondisi seimbang pada
gaya apung terhadap air
Oleh karena itu hanya 8% dari bongkahan es yang berada di atas permukaan.
3.4. Untuk sebuah kapal dengan bagian persilangan garis air seperti yang ditunjukkan pada
gambar satu dengan posisi massa 600 ton yang salah, tentukanlah jarak GB maksimum
dari pusat gravitasi kemungkinan terdapat diatas pusat gaya apung jika menginginkan
kapal tetap stabil
52
Penyelesaian:
dengan gambar 2 dan 3 sebagai referensi muncullah keterhubungan sebagai berikut:
Dimana I adalah momen inersia dari area A terhadap longitudinal axis 0.

Jelas, semakin jauh jarak MG nya, semakin besar stabilitasnya. Karena badan kapal
yang mengapung menjadi tidak stabil jika M berada dibawah G maka Eq. 1 menjadi
sebuah indikator langsung dari kondisi ini. Lebih jelasnya,
Pada titik ketidakstabilan, GB = /V, dimana
Dan
53
3.5. sebuah cairan mampu-mampat ke dalam sebuah silinder memiliki volume 1 liter (l)
pada 1 MN/m
2
dan pada volum 995 cm
3
pada 2 MN/m
2
. Berapakah nilai modulus
elastisitas?
Penyelesaian :
Untuk semua fungsinya sebuah cairan kadang dianggap tak dapat termampatkan, tapi
pada situasi yang melibatkan perubahan tekanan yang tiba-tiba besar, daya mampatnya
menjadi penting, dan ditunjukkan pada modulus elastisitas. Jika tekanan dari sebuah
unit volume cairan di tingkatkan oleh dp, akan menyebabkan penurunan senilai d;
rasio dp/dv merupakan modulus elastisitas (E) untuk volume cairan apapun,
Dimana E dilambangkan sebagai unit tekanan
Sekarang,substitusikan nilai pada persamaan yang digunakan
3.6. Aliran air melewati bagian dari pipa silinder. Bila tekanan statik pada titik c adalah 35
kPa, berapakah tekanan statik pada A dan B, dan dimanakah garis utama hidrolik pada
bagian arus silangnya.
54
Penyelesaian:
Gunakan
Garis utama hidroliknya adalah (35.0 x 10
3
)/9.8 x 10
3
= 3.57 m vertikal diatas C.
3.7. Saat tabung yang berbentuk U tidak berotasi, ketinggian air berada pada seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Jika tabung diputar pada sekitar titik eksentrik pada
kecepatan 8 rad/s, berapakah ketinggian air berikutnya pada tabung
Penyelesaian:
penyelesaian dari masalah ini berdasarkan pada persamaan untuk putaran pada sebuah
tangki cairan.
Dan juga berdasarkan pada fakta bahwa air memenuhi volume yang diberikan pada
tabung, atau dengan kata lain panjang dan lebar dari tabung. Biarkanlah reverensi
55
peningkatannya berada pada level bagian horisontal dari tabung; lalu dengan
mempertimbangkan sebuah titik pada permukaan air di bagian kiri tabung dimana p = 0
dan juga sebuah titik pada permukaan kanan tabung, persamaan 1 dapat dituliskan
sebagai berikut:
Persamaan baru lainnya yang melibatkan volume tabung yang dipenuhi oleh cairan
dapat ditulis sebagai berikut
Z
1
+ Z
r
= 1.0
Ketika r1 = ft, rr = 1 ft dan = 8 rad/sec di subtitusikan masuk ke dalam persamaan
diatas maka penyelesaian untuk z1 dan zr diperoleh
Z
1
= 0.12 ft
Z
2
= 0.88 ft
3.8. A berdiameter 4 inchi silinder padat memiliki tinggi 3.75 inchi dan bermassa 0.85 lb
direndam pada cairan ( lambda=52 lb/ft
3
) yang ditampung dalam sebuah silinder metal
tinggi yang berdiameter 5 inchi (lihat gambar) sebelum direndamkan ke cairan dengan
kedalaman 3 inch. Pada ketinggian berapakah silinder tersebut mengapung?
Penyelesaian:
x = jarak silinder padat jatuh ke bawah dengan kondisi permukaan cairan yang
sebenarnya
y = jarak cairan yang meningkat diatas kondisi awal permukaannya.
56
bagian bawah dari silinder padat bernilai 3.0 0.81 = 2.91 diatas pada bagian bawah
silinder berongga.
3.9. Diskusikanlah stabiltas dari kepadatan seragam pada bagian lingkar kanan dari
kerucut yang sedang mengapung pada sebuah cairan dengan kepadatan dengan
sumbu vertikal dan puncak mnghadap ke bawah.
Penyelesaian:
Katakanlah h menjadi titik tertinggi dari kerucut , 2 sebagai sudut dan h sebagai
panjang dari sumbu yang terendam.
Pada kondisi ini A sebagai jari-ijari dari h tan maka

Ak
2
= h
4
tan
4
*
Dan
V = 1/3 h
3
tan
2

Tapi, jika 0 adalah puncak, OH = h, sehingga
57
OM = h sec2
Tapi OG = h. Oleh karena itu kesetimbangan stabil atau tidak stabil bergantung
pada
hsec2 > atau < h.
Tapi, karena kerucut mengapung, h
3
= h
3
, sehingga keseimbangan stabil atau tidak
stabil bergantung pada
/ > atau < cos
6

C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan distribusi tekanan
hidrostatik, keapungan dan kestabilan khususnya penerapan pada kapal, dan diberikan
penilaian berdasarkan penguasaan materi dan terampil dan teliti dalam pengukuran tekanan
TUGAS LATIHAN :
Kerjakanlah tugas dibawah ini, untuk soal nomor 3.8 3.10 diskusikanlah cara mengukur
tekanan dengan menggunakan alat ukur tekanan yang telah dijelaskan pada materi
pembelajaran ini.
3.1.Setiap pembacaan tekanan pada suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai hulu atau
panjang h = p/ g. Berapakah tekanan standar pada permukaan laut jika dinyatakan
dalam (a) meter air, (b) ft air, (c) inci raksa, (d) milimeter raksa?
3.2.Minyak tanah mempunyai berat jenis 0,81. berapa tinggi lajur minyak tanah yang
menunjukkan tekanan 2000 Pa?
3.3.Tempat yang paling dalam di lautan, yang telah diketahui orang, ialah 11.034m di teluk
Mariana di lautan Pasifik. Jika air laut mempunyai berat jenis yang tetap sebesar 10.050
N/m
3
, berapa atmosfer tekanan ditempat itu?
3.5.Tangki tertutup pada gambar dibawah ini suhunya 20
0
C. Kalau tekanan dititik A ialah
90.000 Pa(mutlak), berapakah tekanan mutlak di titik B dalam pascal?
58

3.6.Sistem udara-minyak-air dalam gambar dibawah bersuhu 20
0
C. Kalau alat-ukur tekanan
A menunjukkan 15 lbf/in
2
mutlak dan alat ukur B menunjukkan 1.25 lbf/in
2
lebih
rendah daripada pembacaan alat ukur C, hitunglah (a) berat jenis minyak dalam pound
gaya per ft kubik dan (b) pembacaan, sebenarnya dari alat ukur C dalam poundper kubik
mutlak.
3.7.Sistem pada gambar dibawah ini bersuhu 20
0
C. Kalau tekanan di titik A 2000 lbf/ft
2
,
tentukan tekanan di titik B,C, dan D dalam pound per ft persegi.
59

3.8. Sistem pada gambar dibawah ini suhunya 20
0
C. Jika tekanan atmosfer besarnya 101,33
kPa dan tekanan di dasar tangki itu 273 kPa, berapa bobot jenis fluida X?

3.8.Bila pipa terbuka yang disebut piezometer dihubungkan dengan setangki zat air
bertekanan tinggi, zat cair itu naik setinggi hulu piezometer atau hulu tekanan zat cair
tersebut, kalau p ialah tekanan dititik A, tunjukkan bahwa ketiga piezometer permukaan
zat cairnya sama, yakni h = pA/ g
3.9.Selisih tekanan PA-PB yang amat kecil dapat diukur dengan teliti dengan manometer
diferensial dua zat cair dalam gambar dibawah ini. Rapat 2 hanya sedikit lebih besar
60
daripada rapat fluida yang di atas,
1
. Turunkan persamaan kesebandingan antara h dan
p
A
p
B
kalau tandon-tandonnya sangat besar.

3.10. Air mengalir turun pada sudut 45
0
dalam sebuah pipa, seperti tampak pada
Gambar dibawah ini. Penurunan tekanan p
1
-p
2
sebagian disebabkan oleh gravitasi
dan sebagian oleh gesekan. Manometer raksa itu menunjukkan beda tinggi
permukaan sebesar 6 inci. Berapakah penurunan tekanan total p
1
-p
2
itu dalam pound
gaya per inci persegi? Berapa selisih tekanan yang disebabkan oleh gesekan saja,
antara titik 1 dan titik 2 , dalam pound gaya per inci persegi? Apakah pembacaan
manometer itu hanya menunjukkan pengaruh gesekan? Mengapa?

61
3.11. Sebuah pintu air yang lebarnya 8 ft, tingginya 10 ft dan engselnya di atas dipasang
cacak dalam pintu air tersebut. Berapa besarnya gaya mendatar yang harus dikenakan
pada pinggir bawah pintu air itu untuk membukanya?
DAFTAR PUSTAKA
1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York
2. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New
York
3. Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey
and Sons, Inc
4. Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey
and Sons, Inc
62
BAB IV
HUKUM DASAR MEKANIKA FLUIDA
A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang Hukum Dasar
Mekanika Fluida. Materi ini menjelaskan Kekekalan Massa-Kontinuitas, Hukum
kedua Newton-Persamaan Momentum Linier dan momen Momentum, Hukum
pertama - Persamaan Energi. Penguasaan materi ini akan membantu mahasiswa
dalam menyelesaikan masalah pada matakuliah lanjutan seperti Sistem Instalasi
Perpipaan, Tahanan dan Propulsi kapal, Perpindahan Panas, Pengaturan Udara,
Permesinan Kapal, sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-masalah
Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan
dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning.
Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu menjabarkan dan
mengkomunikasikan hukum dasar mekanika fluida pada penerapannya dilapangan
dan Menyusun poster yang memuat jenis-jenis hukum dasar makanika fluida.
Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah dibarengi dengan pemberian tugas
kelompok dan dipresentasikan (Small group discussion), di mana sebagai
pendahuluan mahasiswa perlu dijelaskan materi pembelajaran agar sasaran
pembelajaran secara keseluruhan tercapai setelah mempelajari matakuliah ini.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Banyak persoalan praktis di bidang mekanika fluida yang membutuhkan
analisis perilaku dari isi sebuah daerah terhingga (sebuah volume atur). Misalnya;
menghitung gaya penahan yang dibutuhkan untuk menahan mesin jet pada
tempatnya selama suatu pengujian, memperkirakan berapa besar daya yang
diperlukan untuk memindahkan air dari satu tempat ke tempat lainnya yang lebih
tinggi dan berjarak beberapa mil jauhnya. Dasar-dasar dari metode analisis ini adalah
beberapa prinsip dasar fisika, yaitu kekekalan massa, hukum kedua Newton tentang
63
gerak dan hukum pertama dan kedua Termodinamika. Jadi seperti yang bisa
diperkirakan, teknik-teknik gabungan tersebut sangat berdaya guna dan dapat
diterapkan pada berbagai macam kondisi mekanika fluida yang memerlukan
penilaian keteknikan.
I. KEKEKALAN MASSA-PERSAMAAN KONTINUITAS
1. Penurunan Persamaan Kontinuitas
Sebuah sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari isi yang tidak berubah, maka
prinsip kekelan massa untuk sebuah sistem dinyatakan secara sederhana sebagai
Laju perubahan terhadap waktu dari massa sistem = 0
atau
di mana massa sistem, Msys, lebih umum dinyatakan sebagai
dan pengintegralan meliputi seluruh volume sistem. Dengan kata-kata, persamaan
(4-2) menyatakan bahwa massa sistem sama dengan jumlah dari seluruh perkalian
kecepatan unsur volume dari isi sistemnya.
Untuk sebuah sistem dan sebuah volume atur tetap dan tidak berdeformasi
yang berimpit pada suatu saat yang sama, seperti yang diilustrasikan pada Gambar
4.1, teorema transport Reynolds dengan B = massa dan b = 1 memungkinkan kita
untuk menyatakan bahwa
Atau
65
Gambar 4.1: Sistem dan volume atur pada waktu yang berbeda. (a) Sistem dan
volume atur pada t . (b) Sistem dan volume atur pada waktu t,
kondisi yang berimpit (c) Sistem dan volume atur pada t + .
Pada persamaan (4-3), dinyatakan bahwa laju perubahan terhadap waktu dari massa
sistem adalah jumlah dari dua kuantitas volume atur, yaitu laju perubahan terhadap
waktu dari massa kandungan volume atur
dan laju netto massa aliran melalui permukaan atur
Apabila sebuah aliran tunak, maka seluruh sifat medan (yaitu sifat dari suatu titik
tertentu), termasuk kerapatan tetap konstan terhadap waktu, dan laju perubahan
terhadap waktu dari massa kandungan volume atur adalah nol. Artinya,
Integral, V.n dA, dalam integral laju aliran massa menyatakan perkalian dari
komponen kecepatan V, yangtegak lurus terhadap suatu bagian kecil permukaan atur
dan bidang diferensial dA. Jadi, V.n dA, , adalah laju aliran volmue melalui dA dan
V. n dA adalah laju aliran massa melalui dA. Lebih lanjut lagi, tanda dari perkalian
titik, adalah + untuk aliran keluar dari volume atur dan - untuk aliran ke
dalam volume atur karena n di anggap positif apabila menunjuk keluar dari volume
atur. Jika seluruh kualitas diferensial n dA, dijumlahkan pada seluruh permukaan
atur, seperti yang ditunjukkan oleh integral
maka hasilnya adalah laju aliran massa netto melalui permukaan atur, atau
65
di mana m adalah laju aliran massa (slug/s atau kg/s). Jika integral pada persamaan
(4-4) adalah positif, aliran netto mengarah keluar dari volume atur, jika integral
negatif, aliran netto mengarah ke dalam volume atur.
Pernyataan volume atur untuk kekekalan massa, yang biasanya disebut persamaan
kontinuitas, untuk volume atur yang tetap dan tidak berdeformasi diperoleh dengan
mengkombinasikan persamaan (4-1), (4-2), dan (4-3) yang menghasilkan
Dengan kata-kata, persamaan (4-5) menyatakan bahwa untuk menjaga kekekalan
massa, laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur ditambah
dengan laju netto aliran massa melalui permukaan atur harus sama dengan nol.
Sesungguhnya, hasil yang sama mungkin dapat diperoleh secara lebih langsung
dengan menyamakan laju aliran massa ke dalam dan keluar volume atur dengan
penumpukan atau pengurangan massa di dalam volume atur. Namun demikian, fakta
bahwa teorema transport Reynolds berlaku dalam kasus sederhana yang mudah
dimengerti ini kembali menambah keyakinan kita. Keyakinan ini akan sangat
membantu kita dalam mengembangkan pernyataan volume atur untuk prinsip-prinsip
penting lainnya.
Pernyataan yang sering digunakan untuk laju aliran massa, m, melalui sebuah bagian
dari permukaan atur dengan luas A adalah
di mana adalah kerapatan fluida, Q adalah laju aliran volume (ft
3
/s atau m
3
/s), dan
V adalah komponen kecepatan fluida yang tegak lurus bidang A. Karena
Penetapan dari persamaan (4-6) menyangkut penggunaan nilai perwakilan atau rata-
rata dari kerapatan fluida, , dan kecepatan fluida, V. Untuk aliran tak mampu-
mampat, , terdistribusi secara seragam di seluruh bidang A. Untuk aliran mampu-
mampat kita biasanya mengasumsikan suatu kerapatan fluida yang terdistribusi
secara seragam pada bagian aliran dan hanya memperbolehkan kerapatan berubah
dari bagian ke bagian. Kecepatan fluida yang tepat digunakan pada persamaan (4-6)
66
adalah nilai rata-rata dari komponen kecepatan yang normal terhadap bagian bidang
yang terlibat. Nilai rata-rata ini, V, didefinisikan sebagai
Jika kecepatan dianggap terdistribusi secara seragam (aliran satu dimensi) di seluruh
bagian bidang, A, maka
tanda notasi garis diatas tidak diperlukan (seperti dalam contoh 5.1). apabila
alirannya tidak terdistribusi secara seragam di seluruh penampang bidang aliran,
notasi garis di atas mengingatkan kita mengenai digunakannya suatu kecepatan rata-
rata .
2. VOLUME ATUR TETAP, TIDAK BERDEFORMASI
Pada banyak penerapan mekanika fluida, suatu volume atur yang tepat untuk
digunakan adalah yang tetap dan tidak berdeformasi. Berikut ini ditampilkan
beberapa contoh soal yang melibatkan persamaan kontinuitas untuk volume atur
yang tetap dan tidak berdeformasi.
CONTOH 4.1
Air laut mengalir secara tunak melalui sebuah nossel berbentuk kerucut
sederhana pada ujung sebuah selang pemadam kebakaran seperti yang diilustrasikan
pada gambar C4.1. Jika kecepatan keluar nossel tersebut harus sekurang-kurangnya
20 m/s, tentukan kapasitas pemompaan minimum yang dibutuhkan, dalam m
3
/s.

67
Penyelesaian:
Kapasitas pemompaan yang dicari adalah laju aliran volume yang dialirkan oleh
pompa pemadam kebakaran menuju selang dan nossel. Karena kita menginginkan
pengetahuan mengenai laju aliran debit pompa dan kita mempunyai informasi
mengenai laju aliran keluar nossel, kita menghubungkan kedua laju aliran ini dengan
volume atur yang ditunjukkan dengan garis putus-putus pada Gambar C.4.1. Volume
atur ini berisi, pada setiap saat, air laut yang berada di dalam selang dan nossel dari
keluaran pompa menuju bidang keluaran nossel.
Persamaan (4-5). diterapkan pada isi volume atur ini untuk memberikan
Karena alirannya tunak maka laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan
volume atur ini adalah nol. Dari persamaan (4-4), kita lihat bahwa integral
permukaan atur di dalam persamaan (1) melibatkan laju aliran massa pada keluaran
pompa di bagian (1) dan pada sisi keluar nossel di bagian (2) atau
Sehingga
karena laju aliran massa sama dengan perkalian dari kerapatan fluida, , dan laju
aliran volume, Q, (lihat persamaan 4-6) dari persamaan (2) kita memperoleh
Cairan yang mengalir dengan kecepatan rendah, seperti dalam contoh ini, dapat
dianggap tidak mampu-mampat. Oleh karena itu
1
=
2
dan persamaan (3)
Q1= Q2 (4)
Kapasitas pemompaan sama dengan laju aliran volume di sisi keluar nossel. Jika
untuk penyederhanaan distribusi kecepatan di bidang keluaran nossel, bagian (2),
dianggap seragam (satu dimensi), maka dari Persamaan (4), (4-6) dan (4-8)
Contoh soal sebelumnya mengilustrasikan beberapa hasil penting dalam menerapkan
prinsip kekekalan massa pada kandungan sebuah volume atur yang tetap dan tak
berdeformasi. Perkalian titik dianggap + untuk aliran keluar dari volume atur
68
dan - untuk aliran ke dalam volume atur. Jadi, laju aliran massa keluar dari volume
atur adalah + dan laju aliran massa ke dalam adalah -, apabila alirannya tunak,
maka laju perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur
adalah nol dan oleh karena itu laju aliran massa netto, m, melalui permukaan atur,
juga nol.
Jika aliran tunak tersebut juga tidak mampu-mampat, maka laju aliran volume netto,
Q, melalui permukaan atur juga nol:
Suatu aliran siklis yang tak-tunak dapat dianggap aliran tunak berdasarkan waktu
rata-rata. Apabila aliran tidak tunak, laju perubahan terhadap waktu sesaat dari
massa kandungan volume atur tidak selalu nol dan mungkin merupakan variabel
yang penting. Apabila nilai
adalah +, maka massa dari kandungan volume atur meningkat. Apabila nilainya -
, maka massa dari kandungan volume atur berkurang.
Apabila aliran terdistribusi secara seragam di seluruh bukaan di permukaan atur
(aliran satu dimensi),
di mana V adalah nilai seragam dari komponen kecepatan yang normal terhadap luas
penampang A. Apabila kecepatan terdistribusi tidak secara seragam pada bukaan
permukaan atur,
di mana adalah nilai rata-rata dari komponen kecepatan normal terhadap luas
penampang A, sebagaimana didefinisikan oleh persamaan (4-7)
Untuk aliran tunak yang melibatkan hanya satu arus fluida tertentu yang
mengalir melalui volume atur pada bagian (1) dan (2)
dan untuk aliran tak mampu-mampat
69
Untuk aliran tunak yang melibatkan lebih dari satu arus fluida tertentu atau lebih
dari satu jenis fluida yang tepat bahwa volume atur tetap yang tak berdeformasi luas
penerapannya dan banyak gunanya.
3. VOLUME ATUR BERGERAK, TAK BERDEFORMASI
Kadang-kadang kita perlu menggunakan volume atur yang diletakkan pada
sebuah kerangka acuan yang bergerak. Contoh-contohnya antara lain adalah volume
atur yang memuat mesin turbin gas pada pesawat yang sedang terbang, cerobong
asap pada kapal laut yang berlayar, tangki bensin dari mobil yang berjalan, dan
sebagainya.
Apabila yang digunakan volume atur bergerak, maka kecepatan fluida relatif
terhadap volume aturnya (kecepatan relatifnya) adalah sebuah variabel medan aliran
yang penting. Kecepatan relatif, W, adalah kecepatan fluida dilihat oleh seorang
pengamat yang bergerak bersama volume atur. Kecepatan volume atur, V
cv
, adalah
kecepatan dari volume atur sebagaimana dilihat dari sebuah sistem koordinat yang
tetap. Kecepatan mutlak, V, adalah kecepatan fluida yang dilihat oleh seorang
pengamat yang diam di dalam sebuah sistem koordinat yang diam. Kecepatan-
kecepatan ini dihubungkan satu sama lainnya oleh persamaan vektor
V = W + Vcv (4-14)
Untuk sebuah sistem dan sebuah volume atur bergerak dan tidak berdeformasi
yang berimpit pada suatu saat tertentu. Teorema transport Reynolds untuk sebuah
volume atur yang bergerak menghasilkan
Dari Persamaan (4-1) dan (4-15), kita dapat memperoleh pernyataan volume atur
untuk kekekalan massa (persamaan kontinuitas) untuk sebuah volume atur yang
bergerak dan tidak berdeformasi sebagai
Berikut ini terdapat contoh penerapan persamaan (4-16)
70
CONTOH 4.2
Sebuah pesawat terbang bergerak maju dengan kecepatan 971 km/jam seperti
ditunjukkan pada gambar C4.2. Luas penampang muka dari sisi masuk mesin jetnya
adalah 0,80 m
2
dan kerapatan udara masuk adalah 0,736 kg/m
3
. Seorang pengamat
diam menentukan bahwa relatif terhadap bumi, gas buang mesin jet keluar menjauhi
mesin dengan kecepatan 1050 km/jam. Luas penampang sisi buang mesin adalah
0,558 m
2
, dan kerapatan gas buang adalah

Penyelesaian:
Volume atur yang bergerak bersama pesawat terbang (lihat gambar C4.2)
,mengelilingi mesin dan isinya dan mencakup pada fluida yang terlibat pada suatu
saat. Penerapan persamaan (4-16) terhadap kandungan volume atur ini menghasilkan
Dengan mengasumsikan bahwa aliran satu dimensi, kita evaluasi integral permukaan
pada persamaan (1) dan kita dapatkan bahwa
atau
71
Kita tinjau bahwa kecepatan masuk, W1, relatif terhadap volume atur yang bergerak,
sama dengan besar kecepatan dari pesawat terbang, 971 km/jam. Kecepatan gas
buang, W2, juga perlu di ukur relatif terhadap volume atur yang bergerak tersebut.
Karena seorang pengamat yang diam memperhatikan bahwa gas buang keluar
menjauhi mesin dengan kecepatan 1050 km/jam, maka kecepatan gas buang relatif
terhadap volume atur yang bergerak, W2, ditentukan dengan menggunakan
Persamaan (4-14) sebagai berikut,
V
2
= W
2
+ V
pesawat
atau
W
2
= V
2
- V
pesawat
= 1050 km/jam +971 km/jam = 2021 km/jam
Dan tunjukkan pada gambar C4.2b
Dari persamaan (2)
Perhatikan bahwa laju aliran bahan bakar diperoleh sebagai perbedaan dari dua
bilangan besar yang hampir sama. Nilai-nilai W
1
dan W
2
diperlukan untuk
memperoleh nilai m
bahan bakar masuk
yang cukup akurat.
Apabila sebuah volume atur bergerak dan tak berdeformasi digunakan, maka tanda
perkalian titik yang digunakan sebelumnya untuk penerapan volume atur yang tetap
dan tak berdeformasi masih berlaku. Demikian pula, jika aliran di dalam volume
atur yang bergerak adalah tunak, atau tak-tunak berdasarkan rata-rata waktu, laju
perubahan terhadap waktu dari massa kandungan volume atur adalah nol.
Kecepatan yang dilihat dari kerangka acuan volume atur (kecepatan relatif) harus
digunakan dalam persamaan kontinuitas. Kecepatan-kecepatan relatif dan mutlak
dihubungkan oleh sebuah persamaan vektor (persamaan 4-14), yang juga melibatkan
kecepatan volume atur.
72
II. HUKUM KEDUA NEWTON- PERSAMAAN-PERSAMAN
MOMENTUM LINIER
1. PENURUNAN PERSAMAAN MOMENTUM LINIER
Hukum kedua Newton dari gerak sebuah sistem adalah


Karena momentum adalah massa dikalikan dengan kecepatan, maka
momentum dari sebuah partikel kecil adalah V . Jadi, momentum dari
seluruh sistem adalah dan hukum Newton menjadi
Sistem koordinat atau acuan apapun di mana pernyataan ini berlaku disebut
inersial. Sebuah sistem koordinat yang tetap adalah inersial. Sebuah koordinat
sistem yang bergerak dalam sebuah garis lurus dengan kecepatan konstan, (tanpa
percepatan), juga inersial. Kita selanjutnya mengembangkan rumus untuk volume
atur bagi hukum yang penting ini. Apabila sebuah volume atur berimpit dengan
sebuah sistem pada suatu saat, gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut dan
gaya-gaya yang bekerja pada kandungan dari volume atur yang berimpit (lihat
gambar 4.2) dalam sesaat menjadi identik, artinya
Lebih lanjut lagi, untuk sebuah sistem dan kandungan volume atur yang berimpit
yang tetap dan tidak berdeformasi, teorema transport Reynolds memungkinkan
kita untuk menyimpulkan bahwa

73
Persamaan (4-19) menyatakan bahwa laju perubahan terhadap waktu dari
momentum linier sistem dinyatakan sebagai jumlah dari dua kuantitas volume
atur; laju perubahan terhadap waktu dari momentum linier kandungan volume
atur, dan laju netto aliran momentum linier melewati permukaan atur. Ketika
partikel-partikel massa bergerak masuk atau keluar dari sebuah volume atur
melewati permukaan atur, partikel-partikel tersebut membawa momentum linier
masuk atau keluar. Jadi, aliran momentum kelihatannya tidak terlalu berbeda
dengan aliran massa.
Untuk volume atur yang tetap (yang inersial) dan tidak berdeformasi,
persamaan (4-19), (4-20) dan (4-21) menunjukkan bahwa pernyataan matematika
yang tepat untuk hukum kedua newton tentang gerak adalah

Kita menyebut Persamaan (4-20) sebagai persamaan momentum linier.
Dalam penerapan persamaan momentum linier, untuk mudahnya mula-
mula kita membatasi diri pada volume atur tetap yang tak berdeformasi.
Selanjutnya, kita membahas penggunaan dari volume atur tak berdeformasi yang
bergerak namun inersial. Kita tidak meninjau dahulu volume atur yang
berdeformasi dan mengalami percepatan (tidak inersial). Jika sebuah volume atur
tidak inersial, komponen percepatan yang terlibat (misalnya, percepatan translasi,
percepatan Coriolis dan percepatan sentrifugal) perlu dipertimbangkan.
Gaya-gaya yang terlibat dalam persamaan (4-20) adalah gaya-gaya badan
dan permukaan yang bekerja pada apa yang terkandung dalam volume atur. Satu-
satunya gaya badan yang dipertimbangkan dalam bab ini adalah gaya yang
berkaitan dengan aksi gravitasi. Kita mengalami gaya badan ini sebagai berat.
Gaya-gaya permukaan pada dasarnya dikenakan pada kandungan volume atur
oleh materi di luar volume atur yang bersentuhan dengan materi di dalam volume
atur pada antarmuka bersama, yang biasanya adalah bukaan pada permukaan atur
yang dilalui oleh fluida yang mengalir. Sebuah benda yang terendam dapat
menahan gerakan fluida dengan gaya-gaya permukaan.
74
Suku momentum linier pada persamaan momentum memerlukan penjelasan
yang sangat cermat. Di sini akan di perjelas arti penting fisiknya dalam subbab-
subbab berikutnya.
Gambar 4.2 : Gaya-gaya luar yang bekerja pada system dan volume atur
2. PENERAPAN PERSAMAAN MOMENTUM LINIER
Persamaan momentum linier untuk volume atur inersial adalah sebuah
persamaan vektor (persamaan 4-22). dalam penerapan keteknikan, komponen-
komponen dari vektor ini, yang diuraikan sepanjang sumbu-sumbu koordinat,
misalnya x, y dan z (sitem koordinat ruang) atau r, , x (sistem koordinat silinder)
biasanya adalah yang akan digunakan. Mula-mula satu contoh sederhana yang
melibatkan aliran tunak tak mampu-mampat akan ditinjau.
CONTOH 4.4
Seperti yang ditunjukkan pada gambar C4.4a, sebuah jet air horizontal keluar dari
sebuah nossel dengan kecepatan seragam sebesar V1 = 10 ft/s, menumbuk sebuah
sudut, dan berbelok dengan sudu . Tentukan gaya penahan yang dibutuhkan
untuk membuat sudu tetap diam. Abaikan efek-efek gravitasi dan viskos.
75

Penyelesaian:
Kita memilih sebuah volume atur yang memuat sudu dan sebagaian air (lihat
gambar C4.4b,c) dan menerapkan persamaan momentum linier terhadap volume
atur yang tetap ini. Komponen-komponen x dan z dari persamaan (4-22) menjadi

Dan

di mana V = u i + w k dan F
x
dan F
z
adalah komponen konponen netto x dan
z dari gaya yang bekerja pada kandungan volume atur.
Air masuk dan keluar dari volume atur sebagai jet bebas pada tekanan
atmosfer. Jadi, terdapat tekanan atmosfer yang mengelilingi seluruh volume atur,
dan gaya tekan netto pada permukaan atur adalah nol. Jika kita mengabaikan berat
air dan sudu, satu-satunya gaya yang bekerja pada kandungan volume atur adalah
76
komponen-komponen horizontal dan vertikal dari gaya-gaya penahan, yaitu F
Ax

dan F
Az
.
Bagian-bagian pada permukaan atur yang dilintasi aliran fluida adalah
bagian (1) (sisi masuk) di mana V . n = - V
1
dan bagian (2) (sisi keluar), di mana
V . n = +V
2
(ingat bahwa vektor normal satuan mengarah keluar dari permukaan
atur). Demikian pula, dengan efek-efek gravitasi dan viskos yang dapat diabaikan,
dan karena p
1
= p
2
, maka kecepatan fluida tetap konstan, sehingga V
1
= V
2
=
10ft/s. Jadi, pada bagian (1), u = V1, w = 0 dan pada bagian (2), u = V
1
cos , w =
V
1
sin .
Dengan menggunakan informasi di atas, Persamaan (1) dan (2) dapat
dituliskan sebagai

dan
Perhatikan bahwa karena aliran seragam melintasi sisi masuk dan keluar, bentuk
integral menjadi sederhana, berupa perkalian-perkalian. Persamaan (3) dan (4)
dapat disederhanakan dengan menggunakan kekekalan massa, yang menyatakan
bahwa untuk aliran tak mampu-mampat ini A
1
V
1
= A
2
V
2
, atau A
1
= A
2
karena
V
1
= V
2
, jadi
dan
Dengan data yang diberikan, kita peroleh
Perhatikan bahwa jika = 0 (artinya, jika sudu tidak membelokkan air),
maka gaya penahannya adalah nol. Fluida yang inviscid semata-mata hanya
meluncur sepanjang sudu tanpa memberikan gaya apapun padanya. Jika = 90
77
maka F
Ax
= -11,64 1b dan F
Az
= 11,64 1b. Diperlukan dorongan pada sudu dan
dengan demikian sudu perlu mendorong arah aliran air) ke arah kiri (FAx negatif)
dan ke atas, untuk mengubah arah aliran air dari horizontal menjadi vertikal.
Perubahan momentum membutuhkan sebuah gaya. Jika = 180, jet air akan
diputar balik pada dirinya sendiri. Hal ini tidak membutuhkan gaya vertikal (F
Az
=
0), namun gaya horizontal (F
Ax
= -23,3 1b) besarnya dua kali yang dibutuhkan jika
= 90. Gaya ini harus menghilangkan momentum fluida masuk dan membentuk
momentum keluar.
Perhatikan bahwa gaya penahan (persamaan 4-6) dapat ditulis dalam suku-
suku laju aliran massa = A
1
V
1
, sebagai
F
Az
= - m V1 (1 - cos )
dan
Pada contoh ini, diperlukan gaya penahan untuk menghasilkan laju aliran
momentum (laju aliran massa dikalikan perubahan komponen x dan z dari
kecepatan) netto tidak nol melintasi permukaan atur.
III. HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA - PERSAMAAN
ENERGI
1. PENURUNAN PERSAMAAN ENERGI
Hukum Pertama termodinamika untuk sebuah sistem dinyatakan dengan kata-
kata adalah
.


Dalam bentuk simbolik, pernyataan ini menjadi :
78
Beberapa dari variabel ini memerlukan penjelasan ringkas sebelum kita menuju
ke pembahasan yang lebih lanjut lagi. Energi tersimpan total per satuan massa
dari setiap partikel di dalam sistem, e, dihubungkan dengan energi dalam per
satuan massa, , energi kinetik per satuan massa V
2
/2, dan energi potensial per
satuan massa, gz, menurut persamaan

Laju netto dari perpindahan kalor ke dalam sistem dinyatakan dengan Qke dalam netto
, laju netto perpindahan kerja ke dalam sistem dinyatakan dengan Wke dalam netto .
erpindahan kalor dan perpindahan kerja dianggap + jika berlangsung ke dalam
sistem dan - jika ke luar sistem.
Persamaan (4-5) berlaku untuk sistem acuan inersial maupun tak inersial.
Kita akan mengembangkan pernyataan volume atur untuk hukum pertama
termodinamika. Untuk volume atur yang berimpit dengan sistem tersebut pada
suatu saat
Lebih lanjut lagi, untuk sistem dan kandungan volume atur berimpit yang tetap
dan tak berdeformasi, teorema transport Reynolds, memungkinkan kita untuk
menyimpulkan bahwa
Atau dengan kata-kata,
Dengan mengkombinasikan persamaan (4-21), (4-23) dan (4-24), kita dapatkan
rumus volume atur untuk hukum pertama termodinamika sebagai:
79
Total energi tersimpan per satuan massa, e, dalam persamaan (4-25) adalah untuk
partikel-partikel fluida yang masuk, keluar, dan yang berada di dalam volume
atur. Penjelasan lebih lanjut mengenai perpindahan kalor dan perpindahan kerja
yang terlibat dalam persamaan ini adalah sebagai berikut.
Laju perpindahan kalor Q, mewakili seluruh cara dengan mana energi
dipertukarkan antara kandungan volume atur dengan lingkungan sekitarnya akibat
perbedaan temperatur. Jadi, radiasi, konduksi dan/atau konveksi merupakan cara-
cara yang mungkin terjadi . Perpindahan kalor ke dalam volume atur dianggap
positif, perpindahan ke luar volume atur dianggap negatif. Dalam banyak
penerapan keteknikan, proses adalah adiabatik; laju perpindahan kalor, Q, adalah
nol. Laju netto perpindahan kalor, Q ke dalam netto, dapat juga menjadi nol apabila
Laju perpindahan kerja , W, disebut juga daya, adalah positif jika kerja
dilakukan oleh lingkungan sekitar pada kandungan volume atur. Jika sebaliknya,
kerja dianggap negatif. Kerja dapat dipindahkan melintasi permukaan atur dengan
beberapa cara. Dalam paragraf-paragraf berikut, kita meninjau beberapa bentuk
yang penting dari perpindahan kerja.
Dalam banyak kasus, kerja dipindahkan melintasi permukaan atur melalui
sebuah poros yang bergerak. Dalam peralatan yang berputar seperti turbin, kipas,
dan baling-baling, sebuah poros yang berputar memindahkan kerja melintasi
bagian permukaan atur yang mengiris poros tersebut. Bahkan di dalam mesin
bolak-balik seperti kompresor dan motor pembakaran dalam tipe perpindahan
positif yang menggunakan susunan piston-silinder, digunakan sebuah engkol
poros yang berputar. Karena kerja adalah hasil perkalian titik dari gaya dengan
perpindahan yang berkaitan, laju kerja (atau daya) adalah hasil perkalian titik dari
gaya dengan perpindahan per satuan waktu yang berkaitan. Untuk sebuah poros
berotasi, perpindahan daya, W poros, berkaitan dengan torsi poros yang
menyebabkan putaran, T poros, dan kecepatan angular dari poros, , dengan
hubungan

80
Ketika permukaan atur memotong material poros, torsi poros diberikan oleh
material poros pada permukaan atur. Untuk memungkinkan pertimbangan
terhadap persoalan yang melibatkan lebih dari satu poros, kita gunakan notasi
Perpindahan kerja juga dapat terjadi pada permukaan atur apabila sebuah gaya
yang berkaitan dengan tegangan normal fluida bekerja pada suatu jarak. Tinjaulah
sebuah aliran pipa seperti yang diilustrasikan pada gambar 4.3 dan volume atur
yang ditunjukkan. Untuk situasi ini, tegangan normal fluida, , sama dengan nilai
negatif dari tekanan fluida, p, dalam semua arah; artinya,
Hubungan tersebut dapat digunakan dengan berbagai perkiraan untuk banyak
persoalan keteknikan. Yang bekerja pada sebuah partikel
Perpindahan daya yang berkaitan dengan tegangan-tegangan normal yang bekerja
pada sebuah partikel fluida tunggal, dWtegangan normal, dapat dievaluasi sebagai
perkalian titik antara gaya tegangan normal, Ftegangan normal dan kecepatan partikel
fluida, V, sebagai

Jika gaya tegangan normal dinyatakan sebagai perkalian dari tegangan normal
local, =-p dan luas permukaan partikel fluida, A maka hasilnya adalah
Untuk seluruh partikel fluida pada permukaan atur dalam gambar 4.3 pada saat
yang ditinjau, perpindahan daya karena tegangan normal fluida, W tegangan normal
adalah

Perhatikan bahwa nilai tegangan normal untuk partikel-partikel permukaan dalam
pipa yang terbasahi adalah nol karena disana V . adalah nol. Jadi tegangan normal
dapat tidak nol hanya di tempat fluida masuk dan keluar dari volume atur.
Perpindahan kerja dapat juga terjadi pada permukaan atur akibat gaya tegang
tangensial. Kerja poros yang berputar dipindahkan melalui tegangan tangensial
dalam material poros. Untuk sebuah partikel fluida, daya dari gaya tegang geser,
81
tegangan normal dapat dievaluasi sebagai perkalian titik dari gaya tegang
tangensial, Ftangensial stress dan kecepatan partikel fluida, V, artinya;
Untuk volume atur pada gambar 4.3 kecepatan partikel fluida adalah nol,
diseluruh permukaan dalam pipa yang terbasahi. Jadi, tidak terdapat kerja
tegangan tangensial yang dipindahkan melintasi bagian dari permukaan atur
tersebut. Secara umum, kita memilih volume atur seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.3 dan menganggap perpindahan daya tegangan tangensial sangat kecil
dan dapat diabaikan.
Dengan menggunakan informasi yang telah kita kembangkan mengenai daya,
kita dapat menyatakan hokum pertama termodinamika untuk kandungan volume
atur dengan mengkombinasikan persamaan (4-26), (4-27), (4-28) untuk
mendapatkan
Apabila persamaan untuk energy tersimpan total (persamaan 4-22) ditinjau
dengan persamaan (4-29), kita mendapatkan persamaan energy;

Gambar 4.3 : Aliran pipa sederhana yang berkembang penuh
2. PENERAPAN PERSAMAAN ENERGI
Pada persamaan (4-32) suku mewakili laju perubahan terhadap
waktu dari energy tersimpan total, e, dari kandungan volume atur. Suku ini nol
82
apabila alirannya tunak. Suku ini juga nol secara rata-rata apabila aliran tunak
secara rata-rata (siklis).
Pada persamaan (4-32), integran dari
Dapat menjadi tidak nol hanya di tempat fluida melintasi permukaan atur ( V.
0 ). Sebaliknya V. adalah nol dan integran juga nol untuk bagian dari
permukaan atur tersebut. Jika sifat di dalam kurung, semua
diasumsikan terdistribusi seragam diseluruh bidang penampang aliran yang
terlibat, pengintegralan menjadi sederhana dan menghasilkan
Lebih jauh lagi, jika hanya terdapat satu aliran masuk dan keluar volume atur,
maka
Aliran seragam sebagaimana yang digambarkan di atas akan terjadi di dalam
tabung arus (streamtube) yang berdiameter sangat kecil seperti diilustrasikan pada
gambar 4.4.

Gambar 4.4 : Aliran tabung arus
83
Apabila kerja poros terlibat, aliran pasti taktunak, setidaknya secara local.
Aliran di dalam mesin fluida apapun yang melibatkan kerja poros adalah taktunak
didalam mesin tersebut. Sebagai contoh, kecepatan dan tekanan pada lokasi yang
tetap di dekat sudu yang berotasi dari sebuah kipas bersifat aliran taktunak.
Namun dihulu dan dihilir mesin tersebut, alirannya mungkin tunak. Kerap kali,
kerja poros dikaitkan dengan aliran yang taktunak secara berulang atau secara
siklis. Berdasarkan rata-rata waktu untuk aliran yang satu dimensi, siklis dan
melibatkan hanya satu arus fluida masuk dan keluar volume atur, persamaan (4-
30) dapat disederhanakan dengan bantuan persamaan (4-9) dan (4-32) menyusun
Persamaan (4-33) disebut Persamaan energy satu dimensi untuk aliran yang
tunak secara rata-rata. Persamaan ini berlaku untuk aliran-aliran tak mampu-
mampat dan mampu-mampat. Sering kali sifat fluida yang disebut entalpi , h
dimana
Digunakan dalam persamaan (4-33). Dengan entalpi, persamaan energy satu
dimensi untuk aliran yang tunak secara rata-rata. Persamaan (4-33) menjadi
Persamaan (4-34) sering digunakan untuk menyelesaikan persoalan aliran
mampu-mampat.
C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada modul ini, mahasiswa dapat menjelaskan dan
menerapkan hukum dasar mekanika fluida pada kasus masalah yang terjadi di
kapal, dan diberikan penilaian berdasarkan kejelasan uraian dengan kriteria penilaian
adalah kreativitas dan kerjasama tim pada presentasi
84
TUGAS LATIHAN
Tugas latihan ini dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok membuat
poster dan menjelaskan pemakaian hukum dasar mekanika fluida dari tugas yang
dikerjakan dan dipresentasikan .
3.1. Air pada suhhu 20
0
C dan tekanan 1 atm mengalir melalui pipa bergaris tengah 6
inci dengan kecepatan rata-rata 20 ft/s. Hitunglah (a) debitnya dalam meter
perkubik, (b) debitnya dalam galon per menit ( 1 gal Amerika = 231 inci kubik )
dan (c) fluks-beratnya dalam pound gay per sekon.
3.2. Air mengalir dengan tunak melalui sebuah kotak di tiga tampang seperti pada
gambar dibawah ini. Tampang 1 bergaris tengah 3 inci dan aliran masuknya
berdebit 1 ft
3
/s. Tampang 2 bergaris tengah 2 inci dan aliran keuarnya
mempunyai kecepatan rata-rata 30ft/s. Hitunglah kecepatan rata-rata dan debit di
tampang 3 kalau D3 = 1 inci. Masuk atau keluarkah aliran di tampang 3?

3.3. Tangki air dalam gambar dibawah sedang diisi melalui tampang 1 dengan
kecepatan V
1
= 10 ft/s dan melalui tampang 3 dengan debit 0,5 ft
3
/s. Kalau tinggi
permukaan air h itu tetap., tentukan kecepatan alitan keluar V
2
dalam kaki per
sekon.
85

3.4. Air mengalir dengan tunak melalui cerat dalam gambar dibawah dengan fluks
massa 50 kg/s. Garis tengahnya ialah D1 = 20 cm dan D2 = 6 cm. Hitunglah
kecepatan rata-rata di tampang 1 dan tampang 2 dalam meter per sekon.


3.5. Sebuah pompa bensin mengisi tagki berkapasitas 75 liter dalam waktu 1 menit
lebih 10 sekon. Kalau garis tengah ujung pompa itu 3 cm, berapakah kecepatan
rata-rata keluarnya aliran pompa itu dalam sentimeter per sekon?
3.6. Sebuah tangki yang berisi udara dengan suhu 20
0
C dan tekanan 100 kPa akan
dikosongkan dengan pompa penghisap. Volume tangki itu 1 m
3
, dan pompa
tersebut menyedot udara dengan debit 80 liter/menit, berapa pun tekanannya.
Kalau udara itu dianggap sebagai gas sempurna dan prosesnya dianggap
isotermal. Tentukan waktu dalam satuan menit yang diperlukan untuk
mengurangi tekanan udara dalam tangki itu sampai tinggal 1 kPa. Petunjuk : soal
ini menghasilkan persamaan diferensial orde 1.
86
3.7. Air mengalir melalui kanal yang lebar dan rata dengan profil kecepatan bergolak
u U0 (z/z0)
1/7
, seperti tampak pada gambar dibawah. Kalau U
0
= 2,8 ft/s dan z0
= 8 ft, hitunglah debit dan fluks berat dalam kanal itu persatuan lebarnya (ke
dalam kertas)

3.8. Dua fluida tercampurkan yang BJnya berbeda masuk melalui tampang 1 dan
tampang 2, seperti pada gambar dibawah. Kalau alirannya tunak dan
pencampurannya sempurna sebelum keluar, hitunglah kecepatan rata-rata, fluks
massa, dan bobot jenis campuran itu ketika melalui tampang 3.
3.9. Pompa semburan air dalam gambar dibawah menyemprotkan air dengan
kecepatan U1 = 100 ft/s melalui pipa berdiameter 3 inci dan bergabung dengan
aliran air yang kedua yang kecepatannya U
2
= 10 ft/s di daerah cincin di
sekeliling pipa kecil itu. Kedua aliran itu menjadi tercampur sungguh-sungguh
pada daerah hilir, tempat U
3
kira-kira tetap. Kalau aliran itu tunak dan
takmampu-mampat, hitunglah U
3
dalam kaki per sekon.
87
3.10. Semburan air pada gambar dibawah mengenai lempeng yang letaknya tetap
pada arah normal. Abaikan gravitasi dan gesekan, dan tentukan gaya F yang
perlu untung mempertahankan posisi lempeng itu, dalam Newton.
3.11. Cerat mendatar pada gambar dibawah mempunyai garis tengah D
1
= 8 inci dan
D
2
= 4 inci. Tekanan pada tampang masuknya p
1
= 50 lbf/in
2
mutlak, dan
kecepatan di tampang keluarnya V2 = 72 ft/s. Tentukan gaya yang diberikan
oleh baut karahnya untuk mempertahankan cerat itu pada selang. Anggaplah
alirannya tunak dan takmampu-mampat.
3.12. Aliran pada gambar dibawah adalah minyak (BJ=0,86) yang kecepatannya di
lubang masuk U0 = 50 cm/s, dan R= 3 cm. Tekanannya ketika masuk ialah p1 =
88
110 kPa, sedang gaya gesekannya di antara 1 dan 2 terukur 15 N. Berapa
tekanan p
2
dalam kilopascal?

DAFTAR PUSTAKA
1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York
2. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New York
3. Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey
and Sons, Inc
4. Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and
Sons, Inc
89
BAB V
ANALISIS DIMENSI DAN KESERUPAAN
A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang Analisa Dimensi dan
keserupaan. Materi ini menjelaskan azas keserbasamaan dimensi, persamaan-ipersamaan
dasar tak berdimensi, teorema Pi, pembangunan model dan hal-hal yang perlu diperhatikan.
Penguasaan materi ini akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pada
matakuliah lanjutan seperti Disain kapal I, pembuatan model kapal, Tahanan dan Propulsi
kapal sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-masalah Mekanika fluida
Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan dirancang proses
pembelajaran yang inovatif bernuansa learning.
Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu menghitung dan menganalisa
dimensi prototype dan mampu memaparkan kesamaan model dan prototype secara selektif.
Bentuk pembelajaran dalam bentuk kuliah dibarengi dengan pemberian tugas mandiri dan
dipresentasikan, di mana sebagai pendahuluan mahasiswa perlu dijelaskan materi
pembelajaran agar sasaran pembelajaran secara keseluruhan tercapai setelah mempelajari
matakuliah ini.
B. MATERI PEMBELAJARAN
I. ANALISIS DIMENSI
Pada dasarnya analisis dimensi ialah suatu metode untuk mengurangi jumlah kerumitan
variabel eksperimental yang mempengaruhi gejala fisika tertentu, dengan menggunakan
semacam teknik peringkasan. Kalau suatu gejala tergantung pada n variabel berdimensi,
analisis dimensi akan menyederhanakan soal itu sehingga hanya tergantung pada k variabel
tak berdimensi, sedang pengurangannya n k = 1,2,3 atau 5 tergantung pada kesulitan
soalnya. Pada umumnya n k sama dengan jumlah dimensi yang berbeda (kadang-kadang
disebut dimensi pokok, atau utama, atau dasar) yang menguasai soal tersebut. Dalam
90
mekanika fluida, keempat dimensi dasar itu ialah massa M, panjang L, waktu T, dan Suhu
atau singkatannya suatu sistem MLT. Kadang-kadang dipakai sistem FLT dengan gaya F
sebagai pengganti massa.
Meskipun maksudnya untuk mengurangi variable dan mengelompokkan dalam bentuk tak
berdimensi, namun analisis dimensi mempunyai beberapa keuntungan sampingan. Yang
pertama ialah penghematan waktu dan biaya yang amat banyak. Misalkan kita mengetahui
bahwa gaya F pada benda tertentu yang terbenam di dalam aliran fluida hanya akan
tergantung pada panjang L benda itu, kecepatan aliran U, rapat fluida dan kekentalan
Pada umumnya diperlukan sekitar 10 titik eksperimental untuk menentukan sebuah kurva.
Untuk menentukan pengaruh panjang benda L kita harus melakukan percobaan itu dengan 10
macam panjang. Untuk masing-imasing panjang itu kita akan memerlukan 10 nilai untuk V,
10 nilai untuk dan 10 nilai untuk , sehingga total 10.000 percobaan. Kalau biaya Rp.5000
per percobaan nah anda tahu permasalahannya. Tetapi dengan analisis dimensi kita dapat
segera menyederhanakan persm. (5-1) menjadi bentuk yang setara.


Atau
Artinya, koefisien gaya tak berdimensi F/v
2
L
2
hanya merupakan fungsi bilangan
Reynolds tak berdimensi VL/.
Keuntungan sampingan yang kedua dari analisis dimensi ialah cara ini membantu
mengarahkan pemikiran dan perencanaan kita, baik mengenai percobaan maupun secara
teoritis. Cara ini menunjukkan jalan tak berdimensi untuk menuliskan persamaannya.
Analisis dimensi menunjukkan variable-variabel mana yang disingkirkan. Kadang-adang
analisis dimensi akan langsung menolak variabel-variabel itu tidak penting. Akhirnya analisis
91
dimensi sering memberikan pandangan mengenai bentuk hubungan fisika yang sedang kita
pelajari.
Keuntungan yang ketiga ialah bahwa analisis dimensi memberikan hukum penyekalaan
yang dapat mengalihkan data dari model kecil yang murah ke informasi rancang bangun
untuk membuat prototype yang besar dan mahal. Kita tidak membangun pesawat udara
seharga satu milyard rupiah untuk melihat apakah pesawat itu memiliki gaya bubung yang
cukup. Kita mengukur gaya bubung itu pada model yang kecil dengan menggunakan hukum
penyekalaan untuk meramalkan gaya bubung pada pesawat udara prototype dengan ukuran
sebenarnya. Ada kaidah-kaidah yang akan kita terangkan untuk mencari hukum penyekalaan.
Bila hukum penyekalaan itu berlaku, kita katakan ada keserupaan antar model dan prototipe.
Dalam kasus persamaan. (5-2) keserupaan tercapai kalau bilangan Reynolds untuk model dan
prototipe itu , sebab fungsi g akan membuat koefisien gayanya sama pula.
Disini indeks m dan p berturut berarti model dan prototipe. Dari defenisi koefisien gaya, ini
berarti bahwa
Bentuk data yang diambil, dengan p Vp Lp/p = mVmLm/m. Persamaan (5-5) adalah
hukum penyekalaan. Kalau gaya model diukur pada bilangan Reynolds model, maka ada
bilangan Reynolds yang sama gaya prorotipe besarnya sama dengan gaya model dari nisbah
rapat kali kuadrat nisbah kecepatan kali kuadrat panjang.
II. ASAS KESEBERSAMAAN DIMENSI (THE PRINCIPLE OF DIMENSIONAL
HOMOGENEITY)
Jika sebuah persamaan sungguh-isungguh menyatakan hubungan yang benar antara
variable-variabel dalam suatu proses fisika, persamaan itu dimensinya serbasama artinya
setiap suku adiktifnya akan mempunyai dimensi yang sama.
92
Semua persamaan yang diturunkan dari teori mekanika mempunyai bentuk seperti ini.
Misalnya, tinjaulah hubungan yang menyatakan pergeseran benda yang jatuh
Setiap suku dalam persamaan ini berupa pergeseran, atau panjang, dan dimensinya [L].
Persamaan itu secara dimensi serbasama. Perhatikan juga bahwa sebarang perangkat satuan
yang konsisten dapat dipakai untuk menghitung suatu hasil.
Tinjaulah persamaan Bernoulli untuk aliran tak mampu-mampat
Setiap suku, termasuk tetapannya, mempunyai dimensi kecepatan kuadrat, atau (L
2
T-
2
).
Persamaan itu dimensinya serbasama dan memberikan hasil yang betul untuk sebarang
perangkat satuan yang konsisten
Persamaan (5.5) dan (5.6) juga melukiskan beberapa faktor lain yang sering muncul dalam
analisis kedimensian, yakni variable-variabel berdimensi, tetapan-tetapan berdimensi, dan
analisis dimensi
etapan berdimensi ialah besaran yang benar-benar berubah selama proses itu berlangsung
dan akan digrafikkan terhadap satu sama lain untuk menampilkan data. Dalam persamaan.
(5.5), variable-variabel itu ialah S, dan T, dalam persamaan (5.6) ialah , V dan z. Semuanya
mempunyai dimensi dan semuanya dapat di takdimensikan dalam bentuk teknik analisis
dimensi
Tetapan berdimensi dapat berubah dari suatu kasus ke kasus lainnya, tetapi nilainya
dipertahankan tetap selama proses tertentu. Dalam persamaan. (5.5) tetapan berdimensi itu
adalah So, Vo, dan g, sedang dalam persm. (5.6) , g, dan C. Tetapan-tetapan itu semua
mempunyai dimensi dan pada dasarnya bisa di takdimensikan, tetapi biasanya mereka
dipergunakan untuk membantu mentak-ikan variable-variabel dalam soal itu.
Tetapan murni tidak pernah berdimensi, tetapan-tetapan ini muncul dari penggarapan
matematis. Dalam Persm.(5-5) dan (5.6) tetapan-tetapan murni itu ialah dan pangkat 2,
93
keduanya timbul dari pengintegralan : . T Tetapan tak berdimensi
yang lazim lainnya ialah dan e.
Perhatikan bahwa pengintegralan dan pendiferensialan suatu persamaan dapat mengubah
dimensi, tetapi keserbasamaan persamaan itu tidak berubah. Misalnya, integralkan atau
diferensialkan persm. (5.5).

Dalam bentuk yang diintergralkan (5.7a) setiap sukunya mempunyai dimensi [LT], sedang
bentuk turunannya (5-7b) mempunyai suku-suku berdimensi [LT-
i2
]
Akhirnya, ada beberapa variable fisika yang secara wajar memang tak berdimensi
berdasarkan defenisinya. Beberapa contohnya misalnya regangan (perubahan panjang per
satuan panjang), nisbah Poisson (nisbah antara regangan lintang dan regangan bujur), dan
berat jenis (nisbah antara rapat dan rapat air dalam keadaan standar). Semua sudut adalah tak
berdimensi (nisbah antara panjang busur dan jari-jari) dan karena alasan ini sebaiknya
dinyatakan dalam radian.
Motif dibalik analisis dimensi ialah bahwa setiap persamaan yang dimensinya serbasama
dapat ditulis dalam bentuk tak berdimensi yang setara, yang lebih kompak. Urainnya secara
rinci dijelaskan di bagian teorema pi. Misalnya persamaan (5-5) ditangani dengan
mendefinisikan variable-variabel tak berdimensi
Ada dua pantangan dalam operasi seperti persm (5-8). Pertama, jangan mentakdimensikan
variable secara terbalik:
94
Kedua, jangan .. sekali lagi: jangan .. mencampurkan variable-variabel (S,t) anda dalam
satu definisi :
Ini memang baik dan menarik, tetapi anda akan menghadapi masalah matematika dan
masalah penyajian yang menjengkelkan pula. Cara ini kadang-kadang bisa digunakan dalam
teknik yang disebut keserupaan tetapi sebaiknya jangan dipakai dalam analisis dimensi.
Nah coba definisikan (5-8) dan persamaan. (5-5)
Ini masih mempunyai dimensi panjang, tetapi kalau kita membagi kedua ruas persamaan
diatas dan menyendirikan variable takber-i, misalnya S* atau S**,AKD menjamin bahwa
semua suku akan menjadi tak berdimensi. Maka bagilah (5-11a) dengan So dan (5-11b)
dengan .
Persamaan ini keduanya setara dengan satu sama lain dan segala hal setara dengan
persamaan (5-5) yang asli. Grafik persamaan-persamaan itu ditunjukkan dalam gambar 5.1.
Bentuk yang mana yang anda rasa lebih baik dan lebih efektif ?. Anda diminta menjelaskan
pilihan anda dalam soal 5-1
95


Gambar 5.1 : Dua bentuk persamaan benda jatuh (5-5) yang setara dan takberdimensi (a)
persamaan (5-12a) dan (b) persamaan (5-12b). Bentuk manakah yang lebih
sesuai.
Sementara persamaan (5-5) berbentuk
Dan mengandung lima besaran berdimensi, persamaan. (5-12) masing-masing berbentuk
Dan hanya mengandung tiga besaran takberdimensi. Parameter biasanya muncul dalam
proses-proses yang mempengaruhi gravitasi dan merupakan suatu bentuk bilangan froude
(lihat tabel 5-2)
Contoh ini sesuai dengan penyataan kita sebelumnya mengenai teknik analisis kedimensian.
Fungsi asli yang variabelnya lima disederhanakan menjadi fungsi takberdimensi dengan tiga
variabel. Penguranganya, 5 3 = 2, harus sama dengan jumlah dimensi (MLT) yang ada
dalam soal.periksalah variable-variabelnya
Seperti yang diharapkan, hanya ada dua dimensi dalam soal ini, yakni {L} dan {T}. Gagasan
ini mencapai puncaknya dalam teorema pi.
96
METODE DARAB-PANGKAT
Untuk yang terkhir kalinya tinjaulah lagi contoh tadi. Misalkan kita tidak mengetahui apa-
iapa tentang dinamika dan harus mengerjakan suatu percobaan untuk menemukan hubungan
fungsional persamaan (5-14). Karena S adalah panjang, menurut AKD f harus berupa suatu
panjang : maka t, So, Vo, dan g harus digabungkan sedemikan rupa sehingga waktunya
tersingkir dan yang tinggal hanyalah dimensi panjang.seperti yang ditunjukkan oleh
Buckingham, satu-satunya cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan menggabungkan
setiap suku dalam j sebagai darab besaran-besaran berpangkat:

Dengan tetapan kesebandingan yang takberdimensi dan a, b, c, dan d ialah pangkat tetap
ang masih harus ditentukan. Ditinjau dari dimensinya, persamaan. (5-16) harus berupa
panjang
Kalau pangkat panjang dan waktunya kita samakan, kita peroleh dua hubungan aljabar
Panjang 1 = b + c + d (5-18a)
Waktu 0 = a c 2d (5-18b)
Karena hanya ada dua persamaan dengan empat anu, sebarang dua di antara a, b, c dan d
dapat dinyatakan dalam dua lainnya. Misalnya marilah kita nyatakan c dan d dalam a dan b

97
Tabel 5-1 : Dimensi besaran mekanika fluida

98
III. TAK BERDIMENSIAN PERSAMAAN PERSAMAAN DASAR (NON-
DIMENSIONLIZATION OF THE BASIC EQUATIONS)
Marilah kita secara singkat menerapkan teknik ini pada persamaan persamaan
kemalaran dan pusa untuk aliran takmampu-mampat yang kekentalannya tetap:
Syarat batas yang lazim untuk kedua persamaan ini ialah
Persamaan (5-23, 5-25) mengandung tiga dimensi dasar MLT. Semua variabel p,V, x, y, z,
dan t dapat di bilangan tak berdimensikan dengan memakai rapat dan dua tetapan acuanyang
bisa menunjukkan ciri khas aliran fluida tertentu:
Kecepatan acuan = U panjang acuan = L
Misalnya U kecepatan lubang masuk atau bagian hulu dan L garis tengah benda yang
terbenam di dalam aliarn itu.
Sekarang definisikan semua variable yang relevan dan ditandai variable-variabel ini dengan
bintang:
99
Semua ini sudah jelas dengan sendirinya, kecuali p. Disini kita dengan seenaknya telah
memasukkan pengaruh gravitasi dengan mengendalikan bahwa z ke atas. Gagasan ini di
ilhami oleh persamaan Bernoulli
Karena , U, dan L semuanya adalah tatapan, turunan turunan dalam Persamaan. (5-23)
semua dapat di garap dalam bentuk bilangan tak berdimensi dengan koefisien berdimensi.
Misalnya,

Masukkan variable-variabel dari Persamaan. (5-25) kedalam Persamaan. (5-21) dan (5-22)
dan bagilah semua sukunya dengan koefisien berdimensi yang utama, seperti ketika kita
menangani Persamaan. (5-11). Persamaan gerak takberdimensi yang dihasilkan ialah
Syarat syarat batas bilangan tak ber-inya ialah
Persamaan persamaan ini mengungkapkan empat parameter bilangan tak berdimensi, satu
dalam persamaan pusa dan tiga dalam syarat batas tekanan di permukaan bebas.
100
1. PARAMETER PARAMETER BILANGAN TAK BERDIMENSI
(DIMENSIONLESS PARAMETERS)
Dalam persamaan kemalaran tidak ada parameter. Persamaan pusa mengandung satu
parameter yang pada umumnya di anggap sebagai parameter yang terpenting dalam
mekanika fluida yakni:
Nama parameter ini diambil dari Osborne Reynolds (1852-1912), seorang insinyur
Inggris yang pertama kali mengusulkannya pada tahun 1883, Bilangan Reynolds selalu
penting dengan atau tanpa permukaan bebas, dan hanya dapat diabaikan dalam daerah aliran
yang jauh dari tempat yang landai kecepatannya tinggi; jauh dari permukaan padat,
semburan, dan riak buritan.
Syarat-syarat batas takgesekan dan di lubang masuk/keluar tidak mengandung para
meter. Syarat-batas tekanan di permukaan-bebas mempunyai tiga parameter:
Ini dinamakan menurut Leonhard Euler(1707 - 1783) dan jarang penting kecuali kala
tekanannya turun cukup besar sehingga menyebabkan timbulnya uap (peronggaan) dalam
zair. Bilangan Euler sering dinyatakan dalam beda tekanan, Eu = p/pU
2
. Kalau p
mengandung tekanan uap , bilangan Euler itu disebut bilangan peronggaan atau bilangan
kavitasi Ca
Parameter tekanan yang kedua jauh lebih penting:
Namanya diambil dari William Froude (1810 - 1879), seorang arsitek angkatan laut
Inggris yang bersama dengan putranya, Robert, mengembangkan konsep tangki-tunda model
kapal dan mengusulkan kaidah-kaidah keserupaan untuk aliran permukaan-bebas (hambatan
kapal, gelombang permukaan, saluran terbuka). Bilangan Froude merupakan pengaruh yang
menonjol dalam aliran permukaan-bebas, dan sama sekali tidak penting kalau tak ada
permukaan bebas.
Parameter permukaan-bebas yang terakhir ialah
101
Bilangan ini dinamakan menurut Moritz Weber (1871 - 1951) dari Lembaga Politeknik
Berlin, yang mengembangkan hukum-hukum kemiripan dalam bentuk modern. Weber lah
yang menamakan Re dan Fr dengan nama Reynolds dan Froude. Bilangan Weber hanya
penting kalau nilainya satu atau kurang, dan ini lazimnya terjadi bila kelengkungan
permukaannya sepadan dengan kedalaman zat cair, misalnya dalam tetes, aliran kapler riak,
dan model hidraulik yang sangat kecil. Kalau We besar, pengaruhnya bisa diabaikan.
2. PARAMETER-PARAMETER MAMPU-MAMPAT (COMPRESSIBILITY
PARAMETERS)
Dalam aliran gas yang kecepatannya tinggi terjadi perubahan-perubahan yang berarti dalam
tekanan, rapat, dan suhu, yang harus saling terkait dalam persamaan keadaan seperti hukum
gas sempurna. Perubahan-perubahan termodinamika ini menimbulkan dua parameter
bilangan tak berdimensi lagi, yang telah disinggung dalam bab-bab sebelumnya:
Bilangan Mach dinamakan menurut nama Ernst Mach (1838 - 1916), seorang fisikawan
Austria. Pengaruh hanya kecil atau sedang saja, tetapi Ma menimbulkan efek yang kuat pada
besaran-ibesaran aliran termampatkan kalau nilainya lebih besar dari sekitar 0,3.
3. ALIRAN BERALUN (OSCILLATING FLOWS)
Kalau pola alirannya beralun atau bergetar, parameter yang ketujuh masuk melalui syarat-
batas di lubang-masuk. Misalnya, aliran di lubang-masuk itu berbentuk
Argumen fungsi kosinus ini mengandung sebuah parameter baru, yakni
Gaya dan momen bilangan tak berdimensi, gesekan, dan pemindahan bahang, dan
sebagainya, dalam aliran beralun semacam itu akan merupakan fungsi bilangan Reynolds dan
102
bilangan Strouhal, Parameter ini dinamakan menurut nama seorang fisikawan Jerman yang
pada tahun 1878 melakukan percobaan-percobaan dengan kawat yang berdesing bila ditimpa
angin, V. Strouhal.
IV. TEOREMA (THE PI THEOREM)
Pada tahun 1915 E. Buckingham memberikan prosedur alternatif yang sekarang disebut
teorem pi Buckingham. Istilah pi diambil dari notasi matematika , yang berarti darab
variable-variabel. Kelompok-kelompok bilangan tak berdimensi yang didapatkan dari teorem
itu berupa darab pangkat yang dinyatakan dengan , , , dan sebagainya. Metode ini
memungkinkan kita untuk memperoleh "pi" "pi" itu secara berurutan, tanpa harus
memakai pangkat-pangkat yang bebas.
Bagian pertama dari teorema pi menjelaskan tentang pereduksian variabel yang dapat
iharapkan:
Kalau suatu proses fisika memenuhi AKD dan mengandung n variable berdimensi, proses
itu dapat direduksi menjadi hubungan antara k variabel bilangan tak berdimensi saja, atau k
buah . Rcduksinya i = n-k sama dengan jumlah maksimum variable yang tidak
membentuk suatu "pi" di antara variable-variabel itu sendiri, dan senantiasa kurang dari,
atau sama dengan, jumlah dimensi yang melukiskan variable-variabel tersebut.
Tinjaulah kasus kakas pada benda yang terbenam: Persamaan (5-1) mengandung lima
variabel L, U, f, p dan yang dilukiskan oleh tiga dimensi (MLT). Jadi n = 5 dan j 3.
Karena itu kita bisa menduga bahwa soal ini dapat direduksi menjadi k buah "pi",
Kekasaran mudah lepas dari perhatian sebab ia adalah efek geometrik yang kecil, yang tidak
tampak dalam persamaan gerak.

103
Tabel 5-2 :Kelompok-kelompok bilangan tak berdimensi dalam Mekanika Fluida
dengan k = n dimensi / > 5 3 = 2. Dan memang inilah yang kita dapatkan: duavariabel
takberdimensi, = dan = Re. Barangkali diperlukan lebih banyak "pi" daripada
jumlah minimum ini.
Bagian kedua dari teorem itu menunjukkan bagaimana mencari "pi" - "pi" itu satu demi satu:
Agar spesifik, misalkan bahwa proses itu melibatkan lima variabel
104
Misalkan ada tiga dimensi (MLT) dan kita mencari-icari dan ternyata memang = 3. Maka k
= 5 - 3 = 2 dan kita mengharapkan, berdasarkan teorem Itu, bahwa hanya ada dua kelompok
"pi" saja. Pilihlah tiga variable yang mudah yang tidak membentuk suatu "pi" dan misalkan
ini ternyata ialah dan . Maka kedua kelompok "pi" itu dibentuk oleh darab pangkat
ketiga variable ini plus satu variable lagi
Dl sini kita secara sebarang memilih dan dengan pangkat satu. Dengan menggunakan
pangkat-pangkat berbagai dimensi itu menurut teorem tersebut kita pasti mernperoleh nllai-
inilal a, b, dan c yang amung untuk setiap "pi". Dan nilai-inilai ini tak tergantung pada satu
sama lain, sebab hanya yang mengandung dan saja yang memuat . Cara ini amat
rapi bila anda telah terbiasa dengan prosedurnya. Kita akan menunjukkannya dengan
beberapa contoh. Lazimnya ada enam langkah:
1. Daftar dan hitunglah n variabel yang ada dalam soal. Kalau ada variabel yang penting
kelewatan, analisis dimensi akan gagal.
2. Daftar dimensi setiap variabelnya menurut MLT atau FLT. Daftar ini bisa dilihat dalam
Tabel 5-1.
3. Carilah /. Mula-mula tebak saja / sama dengan jumlah dimensi berbeda yang ada, dan carilah
/ variabel yang tidak membentuk suatu darab "pi". Kalau tak berhasil, kurangi / dengan satu,
lalu cari lagi.' Dengan latihan anda akan dapat menemukan dengan cepat.
4. Pilihlah / variabel yang tidak membentuk suatu darab* "pi". Yakinkan diri anda bahwa anda
senang dengan pilihan itu, dan bahwa yang anda pilih itu bersifat umum kalau mungkin,
sebab pilihan tersebut akan muncul dalam setiap kelompok "pi". Pilihlah rapat, atau
kecepatan, atau panjang. Jangan memilih tegangan muka, misalnya, sebab anda akan
membentuk enam parameter bilangan-iWeber yang bebas dan berbeda, dun menjengkelkan
rekan-irekan anda.
5. Tambahkan satu variabel pada / variabel anda dan bentuklah sebuah darab pangkat. Secara
aljabar carilah pangkat-ipangkat yang memuat darab itu menjadi bilangan tak berdimensi.
Usahakan variabel-variabel keluaran anda (kakas, penurunan tekanan, momen gaya, daya)
muncul sebagai pembilang agar grafiknya tampak lebih bagus. Kerjakan ini berturut-turut
105
dengan menambahkan satu variabel baru setiap kali, dan anda akan memperoleh semua n
dimensi / = k darab "pi" yang dicari.
6. Tulislah fungsi bilangan tak berdimensi yang diperoleh dan periksalah hasil itu, apakah
semua kolompok "pi" dimensinya bilangan tak berdimensi.
V. PEMBANGUNAN MODEL DAN HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
(MODELING AND ITS PITFALLS)
sampai sekarang kita lelah mempelajari kebersamaan dimensi dan dua metode untuk
mengubah hubungan fisika yang serbasama ke bentuk bilangan tak berdimensi, yakni darab-
pangkat dan teorema pi. Secara matematika ini cukup mudah, tetapi ada kesulitan-kesulitan
teknis yang perlu dibahas.
Pertama, kita telah begitu saja menganggap bahwa variable-variabel yang mempengaruhi
proses itu dapat didaftarkan dan dianalisis. Padahal sebenarnya pemilihan variable-variabel
yang penting itu memerlukan pertimbangan yang matang serta pengalaman. Harus
diputuskan, misalnya, apakah kekentalan boleh diabaikan. Adakah efek suhu yang penting?
Mungkinkah pengaruh muka? Dan bagaimana pula dengan kekasaran permukaan? Setiap
kelompok pi yang dipakai menambah usaha dan biaya yang diperlukan. Pertimbangan yang
jitu dalam pemilihan variable hanya dapat dicapai melalui latih dimensi S dan kematangan;
buku ini memberikan sebagian dari pengalaman yang perlu itu.
Setelah variabel-variabel itu dipilih dan analisis dimensinya dikerjakan, diusahakan
tercapainya keserupaan antara model yang dicoba dan prototipe yang harus dirancang
bangun. Dengan pengujian yang cukup, data dari model itu akan mengungkapkan fungsi
takberdimensi yang dicari diantara variabel-variabel.
Lalu persamaan. (5-35) tersedia dalam bentuk daftar, grafis atau analitis, kita lalu dapat
memastikan keserupaan yang penuh antara model dan prototipe. Ini dapat dinyatakan begini:
Keadaan aliran untuk pengujian model serupa penuh jika semua parameter bilangan tak
berdimensi yang penad mempunyai nilai yang bersesuaian untuk model dan prototipenya.
Secara matematis hal ini sesuai dengan Persamaan. (5-35). Kalau
2m
,
2p
,
3m
=

3p
, seterusnya, Persamaan. (5-35) menjamin bahwa hasil yang dicari akan sama
dengan lp. Tetapi ini lebih mudah dikatakan daripada dikerjakan.
106
Buku-buku teknik tidak membicarakan keserupaan penuh, melainkan jenis-jenis keserupaan
tertentu; yang paling lazim ialah keserupaan geometri, kinematik, dinamik dan
termal. Marilah kita meninjaunya satu per satu.
1. KESERUPAAN GEOMETRI (GEOMETRIC SIMILARY)
Keserupaan geometri bersangkutan dengan dimensi panjang {L} dan harus dipastikan
sebelum pengujian model yang masuk akal dapat berlangsung. Definisi formalnya begini:
Sebuah model dan prototipe adalah serupa secara geometri jika dan hanya jika semua
ukuran benda dalam ketiga koordinatnya mempunyai nisbah skala-linear yang sama.
Perhatikan bahwa semua skala panjang harus sama. Keadaannya seperti bila anda
memotret prototipe dan mengecilkan atau membesarkannya sampai sama besar dengan
modelnya. Kalau model itu akan dibuat berukuran sepersepuluhnya prototipe, panjang, lebar
dan tingginya masing-masing harus sepersepuluhnya pula. Bukan ini saja; bentuk
keseluruhannya harus sepersepuluhnya bentuk prototipe. Secara teknis kita menyebut titik-
titiknya yang homolog, artinya mempunyai letak nisbi yang sama. Misalnya hidung prototipe
homolog atau berhomologj dengan hidung model, dan ujung sayap kiri prototipe haul log
dengan ujung sayap kiri model. Maka syarat keserupaan geometri ialah bahwa semua titik
yang homolog mempunyai nisbah skala-linear yang sama. Ini berlaku baik untuk geometri f,
luida maupun untuk geometri model:
Semua sudut dan semua arah aliran dipertahankan dalam keserupaan geometri Kiblat
model dan prototipe terhadap sekelilingnya harus identik.
\
107


Gambar 5.2 : Keserupaan geometri dalam pengujian model; (a) prototype, (b) model
berskala 1/10
Gambar 5.2 melukiskan sebuah prototipe sayap dan model yang skalanya sepersepuluh.
Ukuran model itu semuanya sepersepuluh ukuran prototipe, tetapi sudut tempuhnya terhadap
aliran bebas itu sama: 10, bukan 1. Segala bentuk rinci model itu harus dibuat dengan
skala, dan beberapa di antaranya kurang nyata dan kadang-kadang kelewatan:
Gambar 5-2 Keserupaan geometri dalam pengujian model: a) prototipe; (b) model
1. Ruji hidung model harus sepersepuluhnya ruji hidung prototipe.
2. Kekasaran permukaan model harus sepersepuluh kali lipat.
3. Jika prototipenya mempunyai kawat penjegal lapisan-batas berukuran 5 mm yang
dipasang 1,5 m di depan ujung haluannya, modelnya harus diberi kawat penjegal yang
berukuran 0,5 mm, dipasang 0,15 m di depan ujung haluannya.
4. Kalau prototipenya dibangun dengan keling-keling yang menonjol, model! harus
mempunyai keling-keling homolog yang menonjol, yang ukurannya sepersepuluhnya.
Begitu selanjutnya. Setiap penyimpangan dari ketentuan rinci ini merupakan
pelanggaran keserupaan geometri dan harus dibenarkan dengan pembandingan secara
eksperimental, dengan menunjukkan bahwa perilaku prototipe tidak banyak dipengaruhi oleh
perbedaan itu.
Model-model yang tampak serupa bentuknya tetapi nyata-nyata melanggar keserupaan
geometri janganlah diperbandingkan, kecuali atas risiko anda sendiri. Gambar 5.3
108
melukiskan situasi ini. Bola-bola pada Gambar 5.3a semuanya serupa secara geometri dan
bisa diuji dengan harapan besar bahwa hasilnya bagus jika bilangan Reynolds, bilangan
Froude, dan sebagainya, cocok. Tetapi lonjong-lonjong atau elipsoid dalam gambar 5.3b
hanya kelihatannya saja serupa. Sebenarnya lonjong-lonjong itu mempunyai nisbah skala-
linear yang berbeda-beda, dan karenanya tak boleh diperbandingkan secara bernalar,
walaupun mereka mempunyai bilangan-bilangan Reynolds, Froude, dan sebagainya, yang
sama. Data untuk lonjong-lonjong ini tak akan sama, dan ''membandingkan" mereka
mencerminkan pertimbangan teknis yang jelek.
Gambar 5.3 : Keserupaan dan ketakserupaan geometri aliran: (a) serupa (b) takserupa.
2. KESERUPAAN KINEMATIK (KINEMATIC SIMILARITY)
Keserupaan kinematik mensyaralkan model dan prototipe untuk mempunyai nisbah skala-
panjang dan nisbah skala-waktu yang sama. Hasilnya ialah bahwa nisbah skala kecepatannya
akan sama untuk keduanya. Seperti dikatakan oleh Langhaar
"Gerak dua sistem adalah, serupa secara kinematis, kalau pertikel-partikel yang homolog
terletak di titik-titik yang homolog pada saat-saat yang homolog".
Kesetaraan skala-panjang semata-mata menyiratkan keserupaan geometri, tetapi
kesekiaan skala-waktu mungkin memerlukan pertimbangan-pertimbangan dinamik lain,
seperti kesetaraan bilangan-bilangan Reynolds, Mach, dan sebagainya.
109
Suatu contohnya ialah aliran tanpagesekan tak mampu-mampat tanpa permukaan bebas,
seperti di perlihatkan dengan sketsa dalam gambar 5.5a. Aliran-aliran fluida sempurna ini
serupa secara kinematis dengan skala panjang dan skala waktu yang saling takgayut, dan tak
ada paremeter lain yang di perlukan.
Aliran-aliran tanpagesekan yang mempunyai sebuah permukaan bebas, seperti dalam
gambar 5-5b, adalah serupa secara kinematis kalau bilangan Froude mereka sama

Perhatikan bahwa bilangan Froude hanya mengandung dimensi panjang dan waktu, dan
keduanya merupakan parameter kinematik murni yang menentukan hubungan antara panjang
dan waktu. Dari Persamaan. (5-36), kalau skala panjangnya ialah
Dengan suatu nisbah bilangan tak berdimensi, skala kecepatannya ialah.
Dan skala waktunya ialah

Hubungan kinematik penyekalaan-Froude ini di lukiskan dalam Gambar 5.5b untuk
percobaan dengan model gelombang. Kalau gelombang-gelombang itu di hubungkan oleh
skala panjang , maka periode, kelajuan perambatan, dan kecepatan zarahnya dihubungkan
oleh .
Jika kekentalan, tegangan muka, atau mampu-mampat merupakan faktor yang penting,
keserupaan kinematik tergantung pada hasil yang dicapai keserupaan dinamik.
3. KESERUPAAN DINAMIK (DYNAMIC SIMILARITY)
Terdapat keserupaan dinamik antara model dan prototipe jika model dan prototipe itu
mempunyai nisbah skala panjang, skala waktu, dan skala gaya (atau skala massa) yang sama.
Di sini pun, keserupaan gometri merupakan syarat pertama, kalau ini saja tidak di penuhi, jangan
lanjutkan percobaan anda. Maka kesempurnaan dinamik terjadi bersamaan dengan keserupaan
kinematik kalau gaya model dan gaya prototipe mempunyai nisbah yang tepat. Ini terjadi jika :
110
1. Aliran mampu-mampat: bilangan-bilangan Reynolds dan Mach, dan nisbah bahan
jenis
model dan prototipe masing-masing sama.
2. Aliran tak mampu-mampat
a. Tanpa permukaan bebas : bilangan Reynolds model yang prototipe sama.
b. Ada permukaan bebasnya : bilangan-bilangan Reynolds, Froude, dan (kalau perlu)
bilangan-bilangan weber dan peronggaan model dan prototipe masing-masing sama.
Cara matematika, hukum Newton untuk setiap partikel fliuida menuntut bahwa jumlah gaya
tekanan, gaya gravitasi, dan gaya gesekan sama dengan gaya kelembaman yang sebanding
dengan percepatan.
Hukum-hukum keserupaan dinamik yang disenaraikan di atas memastikan bahwa masing-
masing gaya ini akan mempunyai nisbah yang sama dan mempunyai arah yang setara Antara
model dan prototipe.
Gambar 5.5 memperlihatkan suatu contoh berupa aliran melalui pintu air. Segi
banyak gaya pada titik-titik homolog mempunyai bentuk yang persis sama jika bilangan-
bilangan Reynolds dan Froudenya sama (tentu saja dengan mengabaikan tegangan muka dan
perongga). Keserupaan kinematik juga di jamin oleh hukum-hukum model ini.
4. PERBEDAAN DALAM PENGUJIAN AIR UDARA (DISCREPANCIES IN
WATER AND AIR TESTING)
Keserupaan dinamik sempurna yang ditunjukkan dalam gambar 5.5 lebih merupakan
impian dari pada kenyataan, sebab kesetaraan sejati bilangan-bilangan Reynolds dan Froude
hanya dapat dicapai dengan perubahan-perubahan dramatik dalam sifat-sifat fluida,
sedangkan dalam kenyataan kebanyakan pengujian model hanya dilakukan dengan air dan
udara, yang merupakan fluida paling murah yang tersedia.
Pertama-tama tinjaulah pengujian model hidraulik yang mempunyai permukaan bebas,
keserupaan dinamik mensyaratkan bilangan Froude yang setara, Persamaan. (5.36), dan
bilangan Reynolds yang setara.

111
Tetapi kecepatan dan panjangnya kedua-duanya terkendali oleh bilangan Froude, Persm.
(5-37) dan (5-38). Karena itu, untuk nisbah skala panjang tertentu, persamaan, (5-51) hanya
diperlukan kalau
Misalnya, untuk model berskala 1/10, = 0,1 dan
3/2
= 0,032. Karena v
p
pastilah
bersangkutan dengan air, kita membutuhkan fluida yang kekentalan kinematiknya hanya
0,032 kalinya kekentalan air untuk mencapai keserupaan dinamik. Mengacu kembali ke tabel
1-3, sadarlah kita bahwa ini tak mungkin : bahwa air raksa pun kekentalan kinematiknya
hanya sepersembilan kekentalan kinematik air, dan model hidraulik raksa akan mahal dan
membahyakan kesehatan. Dalam praktik air di pakai baik untuk model, maupun untuk
prototipe, dan keserupaan bilangan Reynolds (5-41) terpaksa dilanggar. Bilangan Froude
diperhatikan tetap nilainya sebab bilangan ini merupakan paremeter yang dominan dalam
aliran permukaan bebas. Pada umumnya bilangan Reynolds untuk lairan model terlalu kecil
dengan faktor 10 100. Seperti diperlihatkan pada gambar 5.6, data dari model dengan
bilangan Reynolds yang rendah dipergunakan untuk memperkirakan data prototype dengan
bilangan Reynolds tinggi yang di inginkan, dengan cara ekstrapolasi seperti ditunjukkan pada
grafik itu, Jelaslah terjadi ketidakpastian dalam pengeksplorasian semacam itu, namun tak
ada pilihan lain yang praktis dalam pengujian model hidraulik.
Kedua, tinjaulah pengujian model aerodinamik di udara, tanpa permukaan bebas .
Paramater yang penting ialah bilangan Reynolds dan bilangan Mach. Persamaan (5-41) harus
dipenuhi, ditambahi dengan patokan ke mampu-mampat.
Karena prototipenya jelas bekerja di udara, kita memerlukan fluida terowongan angin yang
kekentalannya rendah dan di dalamnya kelajuan bunyi tinggi. Hidrogen merupakan satu-
satunya contoh yang praktis, tetapi jelaslah bahwa gas ini terlalu mahal dan berbahaya.
Karena itu terowongan angin pada umumnya beroperasi dengan udara sebagai fluida
kerjanya. Dengan mendinginkan dan menekan udara itu Persm. (5-45) makin didekati, tetapi
tidak cukup untuk memenuhi penurunan skala panjang sebanyak 1/10 kali, misalnya. Karena
112
itu penyekalaan bilangan Reynolds biasanya juga di langgar dalam pengujian aerodinamik,
dan ekstrapolasi seperti dalam gambar 5-6 juga di perlukan disini.
Kenyataannya, dengan meningkatnya kelajuan dan ukuran kendaraan, perbedaan antara
bilangan Reynolds prototype dan model makin membesar, seperti terlihat dalam gambar 5-7.
Lukasiewicz (30) memakai Gambar 5-9 sebagai alasan untuk menginginkan terowongan
angin baru yang berkemampuan bilangan Reynolds lebih besar.
CONTOH SOAL :
5.1. Kopapoda adalah binatang tak bertulang belakang yang punggungnya keras, hidup di
dalam air dan garis tengah badannya kira-kira 1 mm. Kita ingin mengetahui gaya seret
pada kopapoda bila hewan ini bergerak perlahan di air tawar. Sebuah model yang skalanya
100 kali lebih besar dibuat, lalu di uji di dalam gliserin pada kecepatan v = 30cm/s. Gaya
yang terukur dengan model ini ialah 1,3 N. Dalam kecepatan yang serupa, berapakah
kecepatan dan seretan kopapoda yang sebenarnya di dalam air?. Andaikan bahwa
persamaan (5-1) berlaku,dan suhunya 20 celcius derajat.
Penyelesaian:
Skala panjangnya ialah Lm = 100 m dan Lp = 1 mm. Kita mempunyai cukup data untuk
menghitung bilangan reynolds dan koefisien gaya
113
Kedua bilangan ini tak berdimensi, seperti anda dapat cek sendiri. Dalam keadaan
serupaan bilangan Reynolds prototipe harus sama,dan Persamaan. (5-2) menuntut bahwa
koefisien gaya prototipe harus sama pula;
5.2. F daya dorong baling-baling sekrup diketahui tergantung pada diameter d, kecepatan
muka v, densitas fluida , putaran per N detik, dan koefisien viskositas , dari fluida.
Menemukan ekspresi untuk F dalam hal ini jumlah.
Penyelesaian:
Hubungan umum menjadi F = (d, v, , ), yang dapat diperluas sebagai jumlah yang
terbatas seri istilah memberikan
Dimana A, B, dll Apakah konstanta numerik dan m, p, q, r, s adalah kekuatan yang tidak
diketahui. Karena, untuk homogenity dimensi, semua istilah harus dimensi sama, ini dapat
dikurangi untuk
Di mana K adalah sebuah konstanta numerik.
Dimensi F variabel dependen dan variabel ondependent d, v, p, N, dan adalah
114
Untuk kenyamanan, ini dapat ditetapkan pada bentuk matriks tabel atau dimensi, di mana
kolom disediakan untuk setiap variabel dan kekuatan masing-masing dimensi dasar dalam
rumus dimensi adalah intersted dalam baris yang sesuai:
Mengganti dimensi untuk variabel-variabel dalam (I),
Karena ada lima variabel yang tidak diketahui dan hanya tiga persamaan, adalah mustahil
untuk mendapatkan solusi lengkap, tapi tiga tidak diketahui dapat dtermined dalam hal
dua yang tersisa. Jika kita memecahkan m, p, dan q, basah mendapatkan
q = 1 s dari (2)

p = 2 r s dari (3)
m = 1 p + 3q + s = 2 + r s dari (4)
Subtituting nilai-nilai dalam (1),
Regrouping variabel,
Sejak s dan r tidak diketahui ini dapat ditulis

115
Mana berarti 'fungsi'. Pada pandangan pertama, ini tampaknya menjadi solusi yang agak
memuaskan, (5) menunjukkan bahwa
Di mana C adalah konstanta yang akan ditentukan secara eksperimental dan nilai yang
tergantung pada nilai-nilai vd / dan dN / v.
5.3. Sebuah fasilitas penelitian laut menggunakan sebuah baskom penarik untuk menguji
model diusulkan konfigurasi lambung kapal. Sebuah bentuk lambung baru menggunakan
busur bawah laut bulat diusulkan untuk kapal induk bertenaga nuklir yang panjangnya 300
m panjang. Sebuah model 3-m telah diuji dalam tangki penarik dan ditemukan memiliki
kecepatan maksimum lambung dari 1,4 m / s. Berapa kecepatan lambung direncanakan
untuk prototipe?
Penyelesaian :
Dalam studi lambung kapal, tegangan permukaan dan efek kompresibilitas yang tidak
signifikan. Oleh karena itu, untuk bentuk geometris yang sama, kesamaan dinamis terjadi
ketika
Pengalaman telah menunjukkan bahwa bilangan Froude adalah signifikan lebih besar dari
bilangan Reynolds dalam aplikasi tertentu. Dengan demikian, cairan yang digunakan
dalam tangki penarik umumnya air, bilangan Froude saja dipertahankan antara model dan
prototipe; dan koreksi empiris yang dibuat untuk mengkompensasi perbedaan yang ada
antara bilangan Reynolds.
Oleh karena itu kita mengabaikan efek viskos, yang diukur dengan bilangan
Reynolds, dan berkonsentrasi dalam pembuatan gelombang karakteristik lambung, seperti
diukur dengan bilangan Froude.
Karena percepatan gravitasi adalah sama untuk prototipe amd model, kecepatan prototipe
diantisipasi menjadi
116
atau
Vp = 1,4 (10,0) = 14 m/s
Sebagai, kecepatan konversi 14 m / s diterjemahkan ke 27,2 knot, di mana 1 knot = 1 mil
laut per jam dan 1 mil laut = 6080 m
5.4. Pengujian yang dilakukan dalam terowongan angin pada 1 : 5 dari model pelampung
terendam. Jika arus air maksimum yang diharapkan adalah 3 fps, berapa kecepatan udara
yang harus digunakan untuk menjamin kesamaan pola aliran? berapa gaya angkat
prototype bila gaya angkat model 5,0 1b sesuai?
Penyelesaian:
Dari tabel udara dan air pada tekanan atmosfer ditemukan bahwa untuk temperatur
diasumsikan dari 60 F Vm / Vp = 1,58 x 10-4 / 1,21 x 10-5 = 13,1. Kemudian, untuk
kesetaraan dari angka Reynolds,
Dengan kesamaan bilangan Euler (karena p = V2
Karenanya,
5.5. Drag dari sebuah kapal dalam air diasumsikan tergantung pada bilangan Reynolds dan
bilangan Froude sehingga
Diusulkan bahwa model sepersepuluh ukuran kapal skala penuh akan diuji dalam air dan
hasilnya digunakan untuk memprediksi kinerja kapal skala penuh. Apakah ini layak?
Penyelesaian:
Prediksi tes skala penuh dari model tes digunakan untuk menentukan bentuk hukum tarik
mensyaratkan bahwa bilangan Reynolds dan Froude model dan prototipe sama. Jadi
117
Dari kesamaan bilangan Reynolds ;
Dari kesamaan bilangan Froude ;
Hasil ini bertentangan satu sama lain, dan kita dapat menyimpulkan bahwa pencapaian
kesamaan dinamis dalam model dan prototipe tidak mungkin.
C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa Mampu menghitung dan menganalisa
dimensi prototype serta dapat memaparkan kesamaan model dan prototype kapal secara
selektif, dan diberikan penilaian berdasarkan penyelesaian problem set dan penguasaan
bentuk kesamaan dengan kriteria penilaian adalah kreativitas dan kedisiplinan.
TUGAS LATIHAN
Selesaikanlah tugas dibawah ini, setiap mahasiswa mengerjakan tiga buah latihan dan
menganalisa hasil yang dperoleh serta dipresentasikan pada pertemuan berikutnya
5.1.Sebuah pompa Model memiliki impeller dari 6 in Diameter. Ketika berjalan pada 1200
rpm, pompa memberikan 2 cfs terhadap kepala 16 ft
Sebuah pompa yang serupa diperlukan untuk debit 40 cfs pada 600 rpm. Berapa diameter
pompa ini, dan apa kepala itu akan berkembang?
5.2.Sebuah kapal 100 ft panjang. Desain tes tangki penarik dalam air menggunakan model 3-
ft panjang. Berapa daya yang diperlukan untuk mendorong prototipe pada kecepatan 20
knot?
118
5.3.Kecepatan bunyi dalam suatu gas, a, tergantung pada tekanan p dan kerapatan .
Tunjukkan dengan analisi dimensi bahwa bentuk yang betul haruslah a = (tetapan)(p/ )
2

5.4.Seperlima skala model pesawat diuji dalam (a) sebuah terowongan angin, dan (b)
sebuah terowongan air. Hitung kecepatan model pada terowongan yang diperlukan
untuk sesuai dengan kecepatan penuh skala 100 fps pada permukaan laut?
5.5.Gaya hambatan F sebuah kapal merupakan fungsi panjangnya L, kecepatannya V,
percepatan grafitasi g, dan kerapatan serta kekentalan yang diarunginya. Tulislah
kembali hubungan ini dalam bentuk tak berdimensi ?
5.6.Sebuah rudal diluncurkan kapal selam, 1 m diameter dengan 5 m panjang, yang akan
dipelajari di sebuah terowongan air untuk menentukan beban yang bekerja padanya
saat peluncuran bawah lautnya. Kecepatan maksimum selama ini bagian awal
peluncuran rudal adalah 10 m / s. Hitung kecepatan aliran air terowongan artinya jika
model 1 / 20 skala dimanfaatkan dan kesamaan dinamis akan dicapai?
5.7.Sebuah kapal menghela suatu larik sonar yang kira-kira seperti silinder bergaris
tengah 1 ft dengan panjang 30 ft, dan sumbunya tegak lurus terhadap arah helaan.
Jika kecepatan hela 12 knot. Berapa daya kuda yang dibutuhkan untuk menghela
sinder yang terbenam itu dan frekwensi yang dilepaskan oleh silinder tersebut ?
5.8.Prototipe pompa air mempunyai penekan bergaris tengah 2 ft, dan di rancang bangun
untuk memompa air dengan debit 12 ft
3
/s dengan laju putaran 750 rpm. Sebuah model
pompa bergaris tengah 1 ft diuji di udara pada suhu 20
0
C dengan kecepatan 1800
rpm, dan ternyata efek bilangan Reynoldsnya dapat diabaikan. Untuk keadaan yang
serupa, berapa feet kubik per sekon debit model itu ? kalau untuk menjalankan model
pompa itu diperlukan 0,082 Hp, berapa daya kuda yang diperlukan untuk
menjalankan prototipenya ?
5.9.Sebuah torpedo 8 m di bawah permukaan laut yang suhu airnya 20
0
C mengalami
kavitasi pada kelajuan 21 m/s ketika tekanan atmosfir besarnya 101 kPa. Jika efek
119
bilangan Reynolds dan bilangan Froude dapat diabaikan, pada kelajuan berapakah
torpedo itu akan mengalami kavitasi bila melaju pada kedalaman 20 m? Pada
kedalaman berapakah torpedo itu harus diluncurkan dengan kecepatan 30 m/s untuk
menghindari kavitasi ?
5.10. Sebuah kapal prototype panjangnya 400 ft dan mempunyai luas yang tercelup dalam
air sebesar 30.000 ft2. Sebuah model berskala seperdelapanpuluh diuji dalam tangki
tunda menurut penyekalaan Froude, pada kecepatan 1, 3, 2, 0 dan 2,7 knot (1 knot =
1,689 ft/s). Seretan gesekan yang terukur pada model pada kecepatan ini berturut-
turut 0,11; 0,24 dan 0,41 lbf. Berapakah ketiga kecepatan prototipenya? Berapakah
taksiran seretan gesekan prototype pada kecepatan-kecepatan ini kalau dimasukkan
koreksi untuk perbedaan bilangan Reynolds, yang diperoleh dengan ekstrapolasi ?
DAFTAR PUSTAKA
1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York
2. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA, New
York
3. Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John Willey
and Sons, Inc
4. Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John Willey and
Sons, Inc
120
BAB VI
ALIRAN KENTAL DALAM PIPA
A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada bab ini menguraikan tentang Aliran Kental dalam
Pipa. Materi ini menjelaskan Sifat-sifat Aliran menurut Bilangan Reynolds, Aliran
kental dalam dan luar, Aliran di dalam Pipa Bundar, Aliran di dalam Saluran pipa
tak bundar. Penguasaan materi ini akan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan
masalah pada matakuliah lanjutan seperti Sistem Instalasi Perpipaan, Tahanan
kapal, Mesin Fluida, sehingga dituntut kemampuan menyelesaikan masalah-masalah
Mekanika fluida . Untuk mencapai kemampuan mahasiswa yang efektif/efisien akan
dirancang proses pembelajaran yang inovatif bernuansa learning.
Sasaran pembelajaran pada bab ini , mahasiswa mampu menjelaskan dan
menganalisa aliran kental dalam versus luar. Mampu mengukur aliran fluida
Bentuk pembelajaran dalam bentuk pemberian tugas kelompok dan dipresentasikan
(Small group discussion), di mana sebagai pendahuluan mahasiswa perlu dijelaskan
materi pembelajaran agar sasaran pembelajaran secara keseluruhan tercapai setelah
mempelajari matakuliah ini.
B. MATERI PEMBELAJARAN
I. SIFAT SIFAT ALIRAN MENURUT BILANGAN REYNOLDS
(REYNOLDS-NUMBER REGIMES)
Bab ini, akan membahas penerapan-penerapan khusus dari analisis aliran fluida.
Misalnya, bab ini mempelajari aliran kental di dalam dinding-dinding yang
mengungkungnya, seperti pipa atau pipa-pembaur.
Ada banyak teori yang dapat dipakai kalau kita mengabaikan efek-efek yang
penting seperti kekentalan dan ketermampatan, tetapi belum ada teori yang umum,
121
dan mungkin tak akan pernah ada. Soalnya, terjadi perubahan besar yang
menyulitkan dalam perilaku fluida dalam selang bilangan Reynolds yang sedang.
Alirannya tidak lagi tenang dan tunak (berlapis atau laminar), melainkan menjadi
bergolak dan bergejolak (bergolak atau turbulen). Perubahan ini disebut transisi ke
golakan atau turbulensi. Dalam gambar 6.1a kita lihat bahwa transisi pada silinder
dan bola terjadi kira-kira pada Re = 3 x 10
5
, di mana tampak penurunan yang tajam
dalam koefisien gesek. Transisi tergantung pada banyak efek, misalnya kekasaran
dinding (gambar 6.1b) atau gejolak dalam aliran di lubang-masuk, tetapi parameter
yang utama adalah bilangan Reynolds.
Turbulensi dapat dideteksi dari pengukuran dengan instrument kecil yang peka
seperti anemometer kawat-panas atau transduser tekanan piezo-elektrik. alirannya
akan tampak tunak secara rata, tetapi akan menunjukkan gejolak rambang yang cepat
kalau ada golakan, seperti dilukiskan dengan sketsa dalam Gambar 6.1. Kalau
alirannya berlapis atau laminar, kadang-kadang dapat terjadi gangguan-gangguan
yang wajar yang teredam dengan cepat (Gambar 6.1a). kalau sedang terjadi transisi,
gejolak yang bergejolak akan membersit dengan tajam (Gambar 6.1b) ketika
bilangan Reynolds yang membesar menyebabkan ketakmampatan geral berlapis.
Pada nilai Re yang cukup besar, alirannya akan terus menerus bergejolak (Gambar
6.1c) dan disebut bergolak penuh. Gejolak itu, yang lazimnya berkisar dari 1 sampai
20% kecepatan rata-ratanya, tidak periodik, melainkan rambang dan meliputi jangka
atau spektrum frekuensi yang terus menerus. Dalam aliran dengan Re yang tinggi di
dalam terowongan angin, frekuensi golakan berkisar dari 1 sampai 10.000 Hz, dan
riak-gelombangnya terletak dalam selang antara 0,01 sampai 400 cm.

Gambar 6.1 : Ketiga corak aliran kental: (a) aliran berlapis pada Re rendah; (b)
transisi pada Re sedang; (c) aliran bergolak pada Re tinggi.
122
CONTOH 6.1
Bilangan Reynolds transisi untuk aliran melewati bola yang halus ialah Re
kr
=
250.000. Pada kecepatan berapakah hal ini terjadi dalam aliran udara pada suhu 20
0
C
yang melewati bola bergaris-tengah 12 cm?
penyelesaian
Dari Tabel 2.1 kita baca = 1.51 x 10-
5
m
2
/s untuk udara. Bilangan Reynolds kritis
ialah

kelajuan ini, yakni sekitar 70 mil/jam, termasuk dalam selang kelajuan yang sering
dijumpai dalam soal-soal kerekayasaan yang penting, sehingga transisi dan golakan
sering terjadi dalam penelahaan aliran-aliran dalam praktik.
Golakan (Turbulensi) dapat diamati secara langsung dalam aliran permukaan-
bebas. Gambar 6.2 memperlihatkan pancuran air dari kran biasa. Pancuran dengan
bilangan Reynolds yang rendah (Gambar 6.2a) halus dan berlapis. Aliran bergolak
yang bilangan Reynolds-nya lebih tinggi (Gambar 6.2b) tak tunak dan tidak teratur,
tetapi secara rata-rata teramalkan.
Gejolak yang serupa tampak pada permukaan aliran saluran air yang dangkal
(Gambar 6.3). Dalam selang transisi (Gambar 6.3a) golakan itu hanya terjadi di
bagian-bagian kecil tertentu, sedangkan dalam aliran bergolak penuh (Gambar 6.3b)
gejolak-gejolaknya kurang-lebih terbagi merata.
123
Gambar 6-2 Aliran yang mengucur dengan kelajuan tetap dari sebatang pipa: (a) aliran
berlapis dengan bilangan Reynolds rendah dan kekentalan besar; (b) aliran bergolak
dengan bilangan Reynolds tinggi dan kekentalan kecil, (Dari illustrated Experiments in
Fluid Mechanics (The NCFMF Bokk Film Notes), Natinal Commite for Fluid Mechanics
Films, Education Development Center, Inc, copyright 1972.)
124
Gambar 6.3 : Visualisasi transisi dalam lapisan sepadan: (a) bersitan-bersitan golakan
terjadi pada Re transisi; (b) kondisi aliran bergolak penuh pada Re besar.
(Dari Illustrated Experimen in Fluid Mechanics (The NCFMF Book of
Film Notes), National Committe of Fluid Mechanics Films, Education
Development Center, Inc., copyright 1972.)
125
Pada pengenalan ini kita hanya menunjukkan bahwa parameter utama yang
mempengaruhi transisi ialah bilangan Reynolds. Kalau Re = UL/ , dimana U ialah
kecepatan rata-rata dan Llebar atau tebal lintang lapisan sesar, kira-kira selang-
selangnya sebagai berikut:
0 < Re < 1: gerak merayap berlapis yang sangat kental
1 < Re < 100: berlapis sangat bergantung pada bilangan Reynolds
100 < Re < 103: berlapis, teori lapisan sempadan berguna
103 < Re < 104: transisi ke aliran bergolak
104 < Re < 106: bergolak, agak tergantung pada bilangan Reynolds
106 < Re < : bergolak, sedikit tergantung pada bilangan Reynolds
Ini adalah urutan jangkau atau selang representatif yang sedikit berubah-ubah,
tergantung pada geometri aliran, kekasaran permukaan, dan arus gejolak dalam
aliran di lubang-masuk. Kebanyakan analisis kita bersangkutan dengan aliran
berlapis atau aliran bergolak, dan seyogjanya kita jangan merancang aliran untuk
beroperasi di daerah transisi.
II. ALIRAN KENTAL DALAM VERSUS ALIRAN KENTAL LUAR
(INTERNAL VERSUS EXTERNAL VISCOUS FLOWS)
Aliran berlapis dan aliran bergolak keduanya bisa dalam atau internal, artinya
dibatasi oleh dinding-dinding, luar atau eksternal dan tak terbatas. Suatu aliran
dalam terkendala oleh dinding-dinding yang membatasinya, dan efek kekentalan
akan meluas ke seluruh aliran itu. Gambar 6.4 menunjukkan suatu aliran fluida
dalam di dalam saluran pipa yang panjang. Terdapat daerah masuk di mana aliran
hulu yang hampir encer mengumpul dan memasuki pipa. Lapisan batas (sempadan)
yang kental meluas ke hilir, menahan aliran aksial u(r,x) pada dinding dan dengan
demikian mempercepat aliran di bagian tengah untuk tetap memenuhi syarat
kemalaran tak mampu-rmampat
126
Pada jarak tertentu dari lubang-masuk, lapisan batas itu mengumpul dan bagian
yang encer itu hilang. Aliran pipa itu lalu menjadi kental seluruhnya, dan kecepatan
aksialnya sedikit menyesuaikan nilainya lebih lanjut sampai pada x = L
e
ia tak lagi
berubah dengan x dan disebut telah berkembang penuh, artinya u u(r) saja. Di
bagian hilir dari x = L
e
profil kecepatannya tetap, regangan dindingnya tetap, dan
tekanannya menurun secara linear dengan x, baik untuk aliran berlapis (laminar)
maupun untuk aliran bergolak (turbulen). Semua hal ini diperlihatkan dalam gambar
6.4.

Gambar 6.4 : Perkembangan profil kecepatan dan perubahan tekanan di lubang-
masuk suatu aliran pipa.
Dapat ditunjukkan dengan analisis dimensi bahwa bilangan Reynolds adalah
satu-satunya parameter yang menentukan panjang-masuk. Kalau

Untuk aliran berlapis, korelasi yang terima ialah
127
Panjang-masuk maksimum aliran berlapis pada Red,gt = 2300 ialah L
e
= 138 d. Ini
adalah panjang perkembangan yang paling besar yang dapat dicapai.
Dalam aliran bergolak lapisan batasnya meluas lebih cepat sehingga L
e

relatif lebih pendek. Dengan pendekatan, panjang-masuk itu ialah
Maka beberapa panjang-masuk terhitung adalah sebagai berikut

Nah, nampaknya saja 44 kali garis tengah itu panjang, tetapi lazimnya penerapan
aliran pipa bersangkutan dengan L/d yang besarnya 1000 atau lebih, sehingga efek
lubang-masuknya dapat diabaikan dan analisis yang sederhana dapat dikerjakan
untuk aliran yang telah berkembang penuh (Bagian 6-4). Ini dapat dilakukan untuk
aliran berlapis dan aliran bergolak, termasuk yang dinding pembatasnya kasar dan
tampang-lintangnya tidak bundar.
CONTOH 6.2
Pipa air bergaris-tengah inci sepanjang 60 ft mengalirkan air dengan debit 5
galon/menit pada suhu 20
0
C. Berapa bagian pipa ini yang merupakan daerah-masuk?
Penyelesaian;
Kecepatan rata-ratanya ialah
128
Dari Tabel 2.1 kita baca bahwa untuk air = 1,01 x 10
-6
m
2
/s = 1,09 x 10
-5
ft
2
/s.
Maka bilangan Reynolds untuk aliran pipa itu ialah,
Ini lebih besar daripada 4000; jadi alirannya bergolak dan persamaan. (6-4) berlaku
untuk panjang-masuk
Pipanya mempunyai nisbah L/d = (60 ft)/[(1/2)/12 ft] = 1440. Jadi daerah-masuk
mengambil bagian
Ini adalah persentase yang sangat kecil, sehingga kita dapat memperlakukan aliran
pipa ini sebagai aliran yang telah berkembang penuh.
Ukuran yang pendek ada manfaatnya dalam aliran pipa kalau kita ingin
mempertahankan bagian yang encer. Bagian uji dari terowongan angin kecepatan-
rendah dalam laboratorium lazimnya mempunyai garis tengah 1 m dan panjang 5 m,
dengan V = 30 m/s. Kalau kita memakai
udara
=1,51 x 10
-5
m
2
/s dari tabel 2.1, maka
Red = 1,99 x 10
6
dan dari persamaan (6-4) kita dapatkan Le/d 49. Bagian untuk
menguji mempunyai L/d = 5, yang jauh lebih pendek daripada panjang daerah
perkembangan. Pada akhir bagian uji tebal lapisan batas pada dinding hanya 10 cm,
sehingga masih tersisa bagian encer bergaris-tengah 80 cm yang sesuai untuk
menguji model.
Suatu aliran luar tak mempunyai dinding yang menghambat, sehingga bebas
untuk berkembang betapa tebalnya pun lapisan kental pada benda yang terbenam di
129
dalamnya. Dalam aliran luar ini tak ada daerah yang setara dengan aliran dalam yang
telah berkembang penuh.
III. ALIRAN DI DALAM PIPA -BUNDAR
(FLOW IN A CIRCULAR PIPE)
Sebagai contoh kita yang pertama tentang analisis aliran-kental yang khusus,
kita tinjau soal klasik mengenai aliran dalam pipa yang penuh, yang disebabkan oleh
tekanan atau gravitasi atau keduanya. Gambar 6.5 memperlihatkan geometri pipa
yang bergaris-tengah R itu. Sumbu x dipilih pada arah aliran dan miring terhadap
garis mendatar dengan sudut .
Sebelum melangkah ke penyelesaian persamaan gerak, kita dapat belajar
banyak dengan melakukan analisis volume kendali dari aliran itu antara tampang 1
dan tampang 2 dalam Gambar 6.5. Persamaan kemalaran, menjadi
Sebab pipanya mempunyai tampang yang luasnya tetap. Persamaan tenaga aliran
tunak menjadi
Sebab tak ada efek usaha-poros atau pemindahan bahang. Sekarang kita anggap
alirannya telah berkembang penuh (Gambar 6.4) dan nanti kita koreksi dengan efek
lubang-masuk. Maka faktor galat tenaga gerak
1
= 2 dan karena V
1
= V
2
menurut
Persamaan. (6-5), sekarang Persamaan. (6-6) menjadi rumus yang sederhan untuk
kerugian hulu gesekan hf
130
Gambar 6.5 : Volume kendali aliran yang telah berkembang penuh antara dua
tampang dalam sebatang pipa miring.
Kerugian hulu-pipa tersebut sama dengan perubahan jumlah hulu tekanan dan
hulu gravitasi, dengan kata lain perubahan tinggi GAH. Karena hulu kecepatannya
tetap sepanjang pipa itu, hf juga sama dengan perubahan tinggi GAT.
Akhirnya kita terapkan persamaan momentum pada volume kendali dalam gambar
6.5 dengan memperhitungkan gaya-gaya yang disebabkan oleh tekanan, medan
gravitasi dan sesaran.
Persamaan ini menghubungkan hf dengan tegangan sesar dinding
Di mana kita telah memasukkan Z = L sin dari Gambar 6.5
Sejauh ini belum kita andaikan apakah alirannya berlapis atau bergolak. Kalau kita
dapat mengkorelasikan dengan kondisi aliran, kita telah memecahkan masalah
kerugian hulu dalam aliran pipa. Dapat kita andaikan bahwa fungsinya
131
Di mana ialah tinggi kekasaran-dinding. Maka menurut analisis dimensi;
Parameter tak berdimensi f dinamakan faktor gesekan darcy, menurut nama insinyur
Perancis, Henry Darcy (1803-1858), yang dengan percobaan aliran pipanya pada
tahun 1850 buat pertama kalinya mengungkapkan efek kekasaran pada hambatan
pipa.
Dengan menggabungkan Persm. (6.9) dan (6.11), kita memperoleh rumus untuk
kerugian hulu-pipa.
Inilah persamaan Darcy-Weisbach, yang berlaku untuk aliran pipa dengan
penampang lintang sembarang, baik alirannya berlapis, maupun bergolak. Persamaan
ini diusulkan oleh Julius Weisbach, seorang mahafuru Jerman yang pada tahun 1850
menerbitkan buku-teks modern yang pertama tentang hidrodinamika.
Sekarang masalahnya tinggal mencari bentuk fungsi F dalam Persm. (6-11) dan
menggrafikkannya dalam Diagram Moody pada gambar 6.8.
1. PENYELESAIAN ALIRAN BERLAPIS (LAMINAR-FLOW SOLUTION)
Profil aliran berlapis berupa sebuah paraboloid yang turun ke nol pada dinding dan
mencapai maksimumnya pada sumbu

Profil ini mirip dengan sketsa u(r) dalam gambar 6.5
Hasil-hasil lainnya untuk debit aliran pipa diperoleh
132
Jadi kecepatan rata-rata dalam aliran berlapis ialah separuh kecepatan
maksimumnya.
Untuk tabung yang mendatar ( , Persm. (6-14) mempunyai bentuk yang
diramalkan dari percobaan Hagen, yakni Persm. (6-1)
Regangan dindingnya dihitung dari landai kecepatan pada dinding
Ini memberikan teori yang eksak untuk faktor gesekan Darcy aliran berlapis
Ini digrafikkan pada diagram Moody dalam gambar 6.8. Kenyataan bahwa f
menurun dengan bertambahnya Red jangan sampai menyesatkan kita untuk mengira
bahwa regangan menurun dengan kecepatan: Persamaan. (6-17) dengan jelas
menunjukkan rw sebanding dengan uumaks, dan yang menarik ialah bahwa w juga tak
tergantung pada kerapatan sebab percepatan fluida itu nol.
Kerugian hulu dalam aliran berlapis dapat diturunkan dari Persamaan. (6-12).
Tampak bahwa kerugian hulu berlapis in sebanding dengan V.
CONTOH 6.3
Minyak dengan = 900 kg/m
3
dan = 0,0002 m
2
/s mengalir ke atas melalui pipa
miring seperti dalam gambar dibawah. Tekanan dan elevasinya diketahui pada
133
tampang 1 dan 2 yang terpisah dengan jarak 10 m. Kalau diandaikan bahwa
alirannya berlapis dan tunak. (a) tunjukkan bahwa arah alirannya benar-benar ke
atas, (b) hitunglah hf antara 1 dan 2, dan hitung (c) Q, (d) V dan (e) Red. Sungguh-
sungguh berlapiskah aliran ini?

Alirannya pada arah menurunnya GAH; karena itu kita hitung tinggi garis aras
disetiap tampang
GAH-nya lebih rendah di tampang 2, jadi alirannya dari 1 menuju 2, sesuai dengan
informasi dari soal.
(b) kerugian hulu ialah perubahan tinggi GAH
Separuh panjang pipa adalah kerugian hulu yang cukup besar.
(c) Kita dapat menghitung Q dengan berbagai rumus aliran berlapis, khususunya
Persm. (6-47)
134
(d) Setelah V diketahui maka bilangan Reynoldsnya ialah
Ini cukup jauh di bawah nilai transisi Red = 2300, sehingga kita cukup yakin bahwa
alirannya berlapis.
Perhatikan bahwa dengan menggunakan satuan SI secara nyata dalam seluruh
perhitungan ini, faktor konversi sama sekali tak diperlukan.
2. PENYELESAIAN ALIRAN BERGOLAK
(TURBULENT-FLOW SOLUTION)
Untuk aliran-pipa yang bergolak, kita tak perlu menyelesaikan persamaan
diferensial, melainkan cukup memakai hukum logaritmik saja, seperti
mengkorelasikan kecepatan rata-rata lokal u(r) di seluruh panjang pipa
Di mana kita telah mengganti y dengan R r. Dari profil ini kita hitung kecepatan
reratanya
Kalau kita masukkan k = 0,41 dan B = 5,0, kita dapatkan hasil numeris
Ini hanya nampak agak menarik, sampai kita menyadari bahwa V/u* terkait langsung
dengan faktor gesekan Darcy
Lagipula argumen logaritma dalam Persm. (6-22) setara dengan
135
kalau Persm. (6-24) dan (6-23) kita masukkan ke dalam Persm. (6-22), basis
logaritmanya kita ubah dari e ke 10, dan suku-sukunya kita atur, kita peroleh
Dengan kata lain, semata-mata hanya dengan menghitung kecepatan rata-rata dari
korelasi hukum logaritmik, kita mendapatkan hubungan antara faktor gesekan dan
bilangan Reynolds untuk aliran pipa bergolak. Prandtl menurunkan Persm. (6-25)
pada tahun 1935 dan kemudian disesuaikan tetapannya sedikit agar lebih cocok
dengan data, dan hasilnya ialah
Ini merupakan rumus yang diterima untuk pipa berdinding halus. Beberapa nilai
numeris dapat diuraikan sebagai berikut
Jadi f turun hanya dengan faktor 5 saja melalu selang kenaikan bilangan Reynolds
yang bertambah 10.000 kali. Persamaan (6-26) sukar diselesaikan kalau Red
diketahui dan f yang dicari. Dalam literatur banyak pendekatan lain untuk
menghitung f secara eksplisit dari Red
Blasius, mahasiswa Prandtl, menyajikan rumusnya dalam korelasi yang pertama
antara gesekan pipa versus bilangan Reynolds. Meskipun rumus Blasius itu hanya
berlaku untuk selang bilangan Reynolds yang terbatas, rumus itu melukiskan apa
yang sedang terjadi dengan data penurunan tekanan Hagen pada tahun 1839. Untuk
pipa mendatar, dari Persm. (6-27) kita dapatkan
136
Untuk bilangan Reynolds bergolak yang kecil. Perhatikan bahwa hanya berubah-
ubah sedikit dengan kekentalan; ini adalah ciri khas aliran bergolak. Kalau kita
masukkan Q = 1/4d
2
V ke dalam Persm.(6-28), kita dapatkan bentuk alternatif
Untuk debit Q tertentu, penurunan tekanan bergolak turun dengan garis tengah pipa
dengan tajam,------- lebih tajam daripada yang terjadi pada aliran berlapis menurut
Persm. (6-19). Maka cara yang paling cepat untuk mengurangi tekanan yang
diperlukan untuk memompa ialah dengan memperbesar ukuran pipa, walaupun
barang tentu pipa yang lebih besar akan lebih mahal. Untuk Q tertentu, melipat
duakan ukuran pipa akan menurunkan dengan faktor 27.
Kecepatan maksimum dalam aliarn pipa bergolak diperoleh dari Persm. (6-20)
dengan memasukkan r = 0
Kalau ini kita gabungkan dengan Persm.(6-21) kita dapatkan rumus yang
menghubungkan kecepatan maksimum
Beberapa nilai numerisnya adalah sebagai berikut
137
Nisbah V/
umaks
tergantung pada nilai bilangan Reynolds, dan jauh lebih besar
daripada nilai 0,5 yang diramalkan untuk segala aliran pipa berlapis oleh Persamaan
(6-15). Jadi profil kecepatan bergolak yang tampak pada Gambar 6.6 sangat pesek
di tengah dan turun dengan tajam ke nol pada dinding.

Gambar 6.6 : Perbandingan antara profil kecepatan aliran pipa berlapis dan bergolak
untuk debit yang sama (a) aliran berlapis (b)aliran bergolak

Gambar 6.7.: Pengaruh kekasaran dinding pada profil aliran pipa bergolak (a)
ingsutan ke bawah hukum logaritma (b) korelasi dengan kekasaran
Gambar 6.7b mengungkapkan adanya tiga corak kekasaran dinding:
u*/v < 5 dinding halus-hidraulis, tak ada efek kekasaran pada gesekan
5 < u*/v < 70: kekasaran transisi, efek bilangan Reynolds yang sedang
u*/v > 70: aliran kasar sempurna, lapisan-bawah pecah total dan gesekan tak
tergantung pada bilangan Reynolds
Untuk aliran kasar-sempurna,
+
> 70, data pada Gambar 6-12b memeuhi garis lurus
138
Dan hukum logaritma yang dimodifikasi untuk menampung efek kekasaran menjadi
Kekentalannya tak ada lagi dalam persamaan di atas, sehingga aliran kasar-sempurna
tidak tergantung pada bilangan Reynolds. Kalau kita mengintegralkan Persm. (6-33)
untuk memperoleh kecepatan rata-rata di dalam pipa, kita dapatkan
Karena tak ada pengaruh bilangan Reynolds, maka kerugian hulu dalam hal ini
berbanding langsung dengan kuadrat kecepatan. Beberapa nilai dari faktor gesekan
ditampilkan di bawah ini:
Faktor gesekan naik dengan faktor 9 sementara kekasarannya bertambah besar
dengan faktor 5000.
139

Gambar 6.8 : Diagram Moody untuk gesekan pipa berdinding halus/kasar
140
CONTOH 6.4
Minyak, dengan = 900 kg/m
3
dan = 0,00001 m
2
/s, mengalir dengan debit 0,2
m3/s melalui pipa besi-cor yang panjangnya 500 m dan garis tengahnya 200 mm.
Tentukan (a) kerugian hulunya dan (b) penurunan tekanannya jika pipa itu miring ke
bawah dengan sudut 100 pada arah alirannya
Penyelesaian
Mula-mula kita hitung kecepatannya dari debit yang diketahui
Maka bilangan Reynolds-nya ialah
Dari tabel 6-1, = 0,26 mm untuk pipa besi cor. Maka
Lihatlah ddiagram Moody di sebelah kanan pada /d = 0,0013 (anda harus
melakukan interpolasi) dan kita bergerak ke kiri samapai berpotongan dengan Re =
128.000. kita baca f 0,0225 (dari Persm. (6-64), untuk nilai ini kita dapat
menghitung f=0,0227). Maka kerugian hulunya ialah
Dari persm. (6-25) untuk pipa miring,
Atau
141

IV. ALIRAN DI DALAM PIPA-TAK BUNDAR
(FLOW IN NONCIRCULAR DUCTS)
Kalau pipanya tidak bundar, analisis untuk aliran yang telah berkembang penuh
sama dengan analisis untuk pipa bundar, tetapi aljabarnya lebih ruwet. Untuk aliran
berlapis, persamaan kontinuitas dan persamaan momentum dapat diselesaikan
dengan eksak. Untuk aliran bergolak, profil hukum logaritma dapat dipakai atau
(lebih baik dan lebih mudah lagi) garis tengah hidraulik dapat dipakai sebagai
pendekatan yang baik sekali.
1. GARIS TENGAH HIDRAULIK (THE HYDRAULIC DIAMETER)
Untuk pipa yang tak bundar, konsep volume kendali dalam gambar 6.5 masih
berlaku, tetapi luas tampak lintang A tidak sama dengan R2 dan keliling tampang
lintang yang dibasahi tegangan sesar P tidak sama dengan 2R. Persamaan
momentum (6-8) lalu menjadi
Atau
Ini identik dengan Persamaan. (6-9), kecuali bahwa (1) tegangan sesarnya
merupakan nilai rata-rata yang diintegralkan sekeliling pinggiran dan (2) skala
panjang A/P menggantikan peranan jari-jari R. Karena alasan ini maka pipa tak
bundar dikatakan mempunyai jari-jari hidraulik ruang yang didefinisikan sebagai
berikut
Konsep ini senantiasa dipakai dalam aliran saluran terbuka, sebab tampang-lintang
saluran itu hampir tak pernah bundar. Kalau dengan membandingkan dengan
Persm. (6-11) untuk aliran pipa kita mendefinisikan faktor gesekan yang
dinyatakan dalam nilai rata-rata
142
Dimana TTB berarti pipa tak bundar, dan V = Q/A seperti biasa, maka Persamaan.
(6-35) menjadi
Ini setara dengan Persamaan. (6-12) untuk aliran pipa, kecuali bahwa d diganti
dengan 4R
h
. Karena itu biasanya kita mendefinisikan garis tengah hidraulik
sebagai
arus kita tekankan bahwa pinggir yang dibasahi meliputi semua permukaan yang
dikenai tegangan geser. Misalnya, dalam lubang bentuk cincin, pinggir luar dan
pinggir dalam keduanya harus dijumlahkan. Kenyataan bahwa Dh sama dengan
4Rh merupakan salah satu kelucuan : anggap saja ini sebagai pertanda kejenakaan
ahli tekink. Perhatikan bahwa untuk kasus degenerasi berupa pipa bundar, D
h
=
4R2/2R = 2R, seperti kita harapkan.
Karena itu kita akan mengharapkan dari analisis dimensi bahwa faktor gesekan f
ini, yang didasarkan pada garis tengah hidraulik seperti Persm. (6-38), akan
berkorelasi dengan bilangan Reynolds dan nisbah kekasaran yang didasarkan pada
garis tengah hidraulik
Dan dengan cara ini datanya dikorelasikan. Tetapi kita tak usah mengharapkan
diagram Moody (Gambar 6.8) untuk berlaku secara eksak dalam skala panjang
yang baru ini; dan kenyataannya memang tidak, tetapi mengherankan bahwa gaftar
itu cukup saksama:
Aliran berlapis:
Aliran bergolak:
143
V. SISTEM PIPA MAJEMUK (MULTIPLE-PIPE SYSTEMS)
Gambar 6.9 memperlihatkan tiga contoh sistem pipa majemuk. Yang
pertama adalah seperangkat pipa yang terdiri atas tiga pipa (atau lebih) yang
disusun berderet. Kaidah pertama ialah bahwa untuk semua pipa itu debitnya sama
Atau
Kaidah kedua ialah bahwa kerugian hulu total melalui sistem itu sama
dengan jumlah kerugian di setiap pipa
Kita dapat menyatakan kerugian hulu total itu dalam kerugian gesekan dan
kerugian-kerugian kecil di setiap pipa
Demikianlah, rumus-rumus diatas dapat dilanjutkan untuk sebrang
jumlah pipa berderet. Karena V
2
dan V
3
sebanding dengan V
1
menurut Persm. (6-
49), maka Persm. (6-51) berbentuk
Di mana koefisien-koefisien 1 adalah tetapan tak berdimensi. Kalau
debitnya diketahui kita dapat menghitung ruas kanan, dan karenanya juga kerugian
hulu totalnya. Kalau kerugian hulunya diketahui, sedikit iterasi harus kita lakukan
sebab f1,2,3 dengan mengandaikan bahwa alirannya kasar-sempurna, dan
penyelesainnya untuk V1 akan konvergen dengan satu atau dua kali pengulangan.
144

Gambar 6.9 : Contoh-contoh system pipa majemuk; (a) pipa berderet, (b) pipa
sejajar, (c) soal sambungan tiap tendon
CONTOH 6.5
Diketahui sistem deret (seri) tiga pipa, seperti dalam Gambar 6.13a.
Penurunan tekanan totalnya ialah p
A
p
B
= 150.000 P
a
, sedang penurunanan
elevasinya zA-zB=5 m. Data pipa itu adalah sebagai berikut;

145
Fluidanya ialah air dengan = 1000 kg/m
3
dan = 1,02 x 10
-6
m
2
/s. Hitunglah
debit Q yang melalui sistem tersebut dalam satuan meter kubik per jam.
Penyelesaian
Melintasi sistem itu ada kerugiannya hulu total sebesar
Dari persamaan kemalaran (6-49), kecepatannya ialah
Dan

Kalau ini disubtitusikan ke dalam persamaan. (6-52) dan kerugian kecilnya kita
abaikan , kita peroleh
Atau

Inilah bentuk yang telah kita duga dalam Persamaan.(6-52). Tampaknya kerugian
hulu pada pipa ketigalah yakni 32.000 f
3
, yang paling menonjol. Kita mulai
memperkirakan nilai f
1,2,3
dari gaftar Moody untuk daerah kasar sempurna
Kita masukkan ini ke dalam Persamaan. (1) untuk memperoleh V
1
2

2g(20,3)/(33+185+4). Jadi taksiran yang pertama ialah V
1
= 0,58 m/s dan dari sini
kita dapatkan
Maka dari diagram Moody kita dapatkan ;
146
Kalau kita subtitusikan ke dalam Persm. (1) kita peroleh taksiran yang lebih baik
Pengulangan kedua akan memberikan Q = 10,22 m
3
/jam, jadi perubahannya dari
hasil iterasi pertama sangat kecil.
Sistem pipa majemuk yang kedua ialah kasus aliran sejajar pada gambar 6-
13b. Dalam hal ini kerugiannya sama di setiap pipa, dan debit totalnya ialah jumlah
ketiga debit masing-masing pipa itu;
Kalau kerugian hulu totalnya diketahui, relatif cukup mudah untuk mencari
masing-masing Qi dan kemudian menjumlahkannya. Soal sebaliknya, yakni debit
totalnya,Q, yang diketahui, memerlukan pengulangan yang lumayan jumlahnya
untuk menentukan bagaimana aliran total ini terbagi ke dalam ketiga cabang pipa
itu. Prosedur yang biasa ialah dengan menebak Q
1
=Q/3 misalnya, menghitung
kerugian hulunya dan dari nilainya itu kita peroleh Q
2
dan Q
3
dengan
menggunakan persm. (6-53a). Kemudian, kalau jumlahnya tidak betul, misalnya
Q
1
+Q
2
+Q
3
=1,14 Q, turunkan tebakan yang pertama tadi ke Q
1, baru
= Q
1
, lama /1,14
dan dihitung lagi Q
2
dan Q
3
, lalu kit uju lagi jumlahnya. Kalau perlu naikkan atau
turunkan lagi Q
1
. Proses ini konvergen.
C. PENUTUP
Diakhir pemberian materi pada bab ini, mahasiswa Mampu menjelaskan dan
menganalisa aliran kental dalam versus aliran kental luar. Mampu menghitung debit
aliran fluida pada penerapannya di kapal dan diberikan penilaian berdasarkan
kejelasan analisa tipe aliran dan keaktifan dalam diskusi kelompok.. \
147
LATIHAN SOAL
Tugas latihan ini dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok menjelaskan
jenis aliran fluida dan menghitung debit dari tugas yang dikerjakan serta
dipresentasikan.
6.1. untuk aliran minyak lumas SAE 30 pada suhu 20C melalui sebatang pipa
bergaris tengah 2 inci, kita mengharapkan bahwa transisi ke turbulensi akan
terjadi pada debit berapa galon per menit? Debit seberapa besar yang akan
menyebabkan transisi pada suhu 100C?
6.2. Suatu fluida pada suhu 20C mengalir dengan debit 400 cm
3
/s melalui pipa
bergaris tengah 8 cm. Tentukan apakah alirannya laminar atau turbulen kalau
fluida itu (a) hidrogen (b) udara (c) bensin (d) air (e) rakasa (f) gliserin?
6.3. Air memasuki pipa bergaris tengah 1 inci pada suhu 20C. Berapa incikah
panjang masuknya kalau debit aliran itu (a) 0,1 galon/menit (b) 1 galon/menit (c)
10 galon/menit (d) 100 galon/menit?
6.4. Minyak (BJ = 0,9 v = 0,0002 m2/s) masuk ke dalam tabung bergaris tengah 3 cm.
Berapakah panjang masuknya kalau debitnya (a) 0,001 m
3
/s (b) 0,01 m
3
/s (c) 0,1
m
3
/s dan (d) 1 m
3
/s ?
6.5. air yang suhunya 20C mengalir melalui pipa bergaris tengah 16 cm dalam
keadaan telah berkembang penuh. Kecepatan di sumbu pipa itu 12 m/s.
Tentukanlah (a) Q, (b) V (c)
w
(d) p untuk panjang 100 m ?
6.6. Kalau pipa besi tempa sepanjang 1 mil dengan garis tengah 4 inci mengalirkan
air pada suhu 20C dengan kecepatan V = 8 ft/s. Tentukanlah kerugian hulunya
dalam satuan kaki dan penurunan tekanannya dalam satuan pound gaya per inci
persegi ?
6.7 Minyak (BJ 0,9, v = 0,00003 ft
2
/s) mengalir dengan debit 1 ft
3
/s melalui pipa
besi cor beraspal yang garis tengahnya 6 inci. Kalau pipa itu panjangnya 2000 ft
dan miring ke atas pada arah alirannya dengan sudut 5, tentukanlah berapa kaki
kerugian hulunya dan berapa penurunan tekanannya p
1
p
2
?
148
6.8. Sebuah tangki berisi 1 m3 air pada suhu 20C dan mempunyai pipa yang menjulur
dari dasarnya, seperti pada gambar disebelah. Berapa m3/jam kah debit Q pipa itu
pada saat tersebut?
6.9. Turbin kecil pada gambar dibawah menyadap daya sebesar 400 W dari aliran air.
Kedua pipa itu terbuat dari besi tempa. Tentukan berapa m
3
/jam debitnya(Q).
Buatlah sketsa GAT dan GAH-nya dengan saksama?

6.10. Dalam gambar dibawah pipa penghunbung itu bergaris tengah 6 cm dan terbuat
dari baja komersial. Berapa m3/jam kah debitnya kalau fluidanya minyak lumas
SAE 30 pada suhu 20C? Ke mana arah aliran itu?
149

6.11. Dua tandon yang berisi air pada suhu 20C dihubungkan dengan pipa besi cor
bergaris tengah 8 in sepanjang 2000 ft yang mempunyai lubang masuk tumpul,
lubang keluar di bawah permukaan air, sebuah katup gerbang yang terbuka
75%, sebuah belokan beruji 2 ft, dan empat siku 90 biasa. Kalau debit pipa itu
4 ft
3
/s., berapakah beda tinggi permukaan air di dalam kedua tandon?
DAFTAR PUSTAKA
1. White,F,M., 1996, Fluid Mechanics, Mcgraw-Hill, New York
2. Fogiel, M, 1986, The Fluid Mechanics and Dinamics Problem Solver, REA,
New York
3. Munson Bruce, 2002, Fundamental of Fluid Mechanics fourth edition, John
Willey and Sons, Inc
4. Fox,W Robert, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth edition, John
Willey and Sons, Inc
150
LAMPIRAN
151
152
153
154
155
156
157
158

You might also like